Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK SAMPLING NON PROBABILITY SAMPLING

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd.
Dr. Sugianto, M.Si.

Disusun oleh:

Vip Valiant Abdurahman Alim (0103517045)

Fidya Eka Purnamasari (0103518007)

Tiffany Shahnaz Rusli (0103518020)

Kelompok 5

Rombel 1 Kelas Reguler

PENDIDIKAN DASAR KONSENTRASI PGSD


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Teriring do’a dan restu atas kehadirat Allah SWT dan karuniannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini meskipun masih memiliki banyak kekurangan. Sesungguhnya maha
besar Allah dengan segala kesempurnaanya. Maha suci Allah yang telah mengutus seorang rasul
yang guna menyempurnakan akhlakul karimah.

Oleh itu shalawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW kami kirimkan
diaman beliau telah menyeru kepada yang merasa ummat beliau untuk menuntut ilmu. Beliau
juga merupakan revolusioner sejati, dimana beliau merubah peradaban yang penuh dengan
kejahiliaan menuju peradabaan yang mahiriah,diantaranya menuntut ilmu.

Makalah yang kami sajikan bukanlah makalah yang penuh dengan kesempurnaan,karena
kami membuat makalah ini juga masih jauh dari kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang yang membaca dan membutuhkannya

“Tiada gading yang tak retak”, begitulah kata pepatah yang mengungkapkan bahwa di
dalam makalah inipun mungkin ada hal-hal yang perlu direvisi atau diperbaiki. Sekiranya
terdapat kekurangan, diharapkan para pembaca untuk memberikan saran yang bersifat
membangun untuk kelangsungan penyempurnaan makalah selanjutnya.

Semarang, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Polulasi
B. Sampel
C. Teknik Sampling
D. Non Probability Sampling
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah populasi, sampel dan teknis sampling sering kali kita dengar, namun terkadang istilah-
istilah ini ada yang tidak dipahami betul. Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas mengenai
populasi, sampel dan teknik sampling. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri
atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang,
tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek
atau subyek tersebut. Bahkan satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu
orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan
lain-lain. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang akan diambil
dari populasi harus betul-betul representatif (dapat mewakili).
Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai teknik
sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan non probability
sampling.
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas non probability sampling. Non probability
sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini terdiri sampling sistematis, ,
sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, sampling jenuh dan snowball
sampling.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian populasi?
2. Apa pengertian sampel?
3. Apa yang dimaksud dengan Teknik sampling?
4. Apa saja Teknik yang digunakan dalam Teknik non probability sampling?

C. Tujuan
1. Menguraikan pengertian populasi
2. Menguraikan pengertian sampel
3. Menguraikan pengertian Teknik sampling
4. Menjelaskan Teknik-teknik yang digunakan dalam Teknik non probability sampling
BAB II
PEMBAHASAN

A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek atau benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupkan populasi.
Sekolah X mempunyai sejumlah orang atau subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi
dalam arti jumlah atau kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-
orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepimpinannya, iklam organisasinya
dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur
kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi
dalam arti karakteristik.
Satu orang-pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai
karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya
dan lain-lain. Misalanya akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan itu merupakan
sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y.
Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada
setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil sebagain darah yang berupa
sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan keseluruhan darah yang
dimiliki orang tersebut.

B. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sample tidaklah ada
suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sample harus
diambil. suatu hal yang perlu diperhatikan adalaha keadaan homogenitas dan heterogenitas
populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sample hampir-hampir tidak menjadi
persoalan, sebaliknya,jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbanagna pengambilan
sample harus memperhatikan hal :
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahakan. Satu
nasihat yang perlu diingat, bahwa penetapan jumlah sampel yang kelewat banyak selalu lebih
baik dari pada kurang (oversampling is always better than undersampling). Namun demikian ada
cara untuk memperoleh sample minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:
n ≥ pq z 1/ 2 a 2

keterangan :
n = jumlah sampel
≥ = sama dengan atau lebih besar
P = proporsi populasi persentase kelompok pertama
q = proporsi sisa di dalam populasi
z1/2 =derajat koefisien konfidensi pada 99% 95 %
b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan
sampel.

Contoh :

Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di jateng adalah 400.000 orang.
Diantara mereka yang tinggal didaerah pedesaan (luar kota) sebanyak 50.000 orang. Beberapa
sampel yang perlu diselidki dalam rangka mengunggkapkan hambatan penanaman disiplin
disekolah di wilayah masing-masing.
Perhitungan:
F = 50.000 X 100 % = 12,5 % atau P = 0,125
400.000
q = 1,00 -0,125 = 0,875
Z 1/2= 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05)
B = 5 % atau 0,05
Dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :

n ≥ 0,125 X 0,875 1,96 2

0,05

n < 168,05 dibulatkan 169 orang.

Jika penenelitian kurang puas dengan jumlah sampel minimal itu, maka dapat dilakukan
peningkatan jumlah sampel dengan meningkatkan jumlah sampel dengan sebesar 2,58. Demikian
juga ukuran sampel dapat diperbesar lagi dengan memperkecil perkiraan persentase
kemungkinaan membuat kesalahan dalam penarikan sampel, misalnya sebesar 2% atau b = 0,02.
Dari contoh itu, maka sample minimum menjadi :1
n ≥ 0,125 X 0,875 2,58 2

0,02

n > 1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.


Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka variasi p dan q
dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 X 0,50 = 0,25)
Ukuran sampel yang harus diselidiki :
2

n ≥ 0,25 1,96
0,05
n ≥ 384.
Sample yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang representatif, artinya
yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal walaupun
mewakili sample bukan merupakan duplikat dari populasi.
Pada umumnya masalah sampling timbul apabila penelitian bermaksud untuk :
1. Mereduksi objek penyelidikannya. Karena suatu alasan kerapkali seorang penyelidik
tidak menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa, melainkan
hanya sebagian saja dari objek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.
2. Ingin mengadakan generalisasi , dari hasil-hasil, penyelidikannya. Mengadakan
generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan-kesimpulan kepada objek-objek, gejala-
gejala, dan kejadian-kejadian yang diselidiki.
Mahasiswa yang baru belajr metodelogi penelitian di tingkat awal harus menyadari betul
bahwa sample bukan merupakan duplikat populasi ;karena itu , ia tidak boleh berprestensi bahwa
suatu sample jika telah ditetapkan dengan cara-cara tertentu dapat menjadi cermin yang
sempurna bagi populasi artinya ia tidak boleh meyakini bahwa sample tidak mengalami
kesesatan walaupun pengambilannya sudah menggunakan metode-metode statistik tertentu.
Petunjuk –petunjuk untuk mengambil sampel :
1. Daerah generalisasi
Yang penting disini adalah menentukan dahulu luas populasinnya sebagai daerah
generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah penelitiannya. Di
sampling itu, yang penting adalah : “ kalau yang diselidiki hanya satu kelas saja, jangan
diperluas sampai kelas-kelas lainnya apalagi menyimpulkan untuk sekolah-sekolah lain”.
2. Pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan tentang sifat-sifat
populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya valliditas dan
reabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu, haruslah ditentukan terlebih dahulu luas dan
sifat-sifat populasi, dan memberikan batas-batas yang tegas, kemudian menetapkan
sampelnya. Jangan terjadi kebalikannya,yaitu menetapkan populasilah yang lebih dahulu
baru kemudian sampelnya.
3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh melalui
bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya, sensus
penduduk dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan organisasi-
organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor kelurahan, dan
sebagainnya.
Meskipun demikia, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah
menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan sampai terjadi data
tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965, misalnya bila tahun 1954
tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4 orang, maka pada tahun 1965
jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah penelitian,
memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang tidak
mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng. Pengambilan
sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased sampling adalah
pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi hanya dari salah satu
golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi.Contoh
: misalnya mengadakan penelitian tentang penghasilan rata-rata orang indonesia hanya
diambil sample yang kaya raya saja, ataupun hanya yang melarst ? miskin saja. Dengan
sendiriny akan mengakibatkan adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau disebut
biased conclusion.

C. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan Teknik pengampilan sampel. Untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam peneltian, terdapat berbagai Teknik sampling yang digunakan. Pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability
Sampling.
Pada kesempatan kali ini, kelompok kami membahas mengenai nonprobability sampling.
Nonprobability sampling adalah Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Pada
nonprobability, penarikan sampel tidak penuh dilakukan dengan menggunakan hukum
probabilitas, artinya bahwa tidak semua unit populasi memilliki kesempatan untuk dijadikan
sampel penelitian. Hal ini karena sifat populasi itu sendiri yang heterogen sehingga terdapat
diskriminasi tertentu dalam unit-unti populasi. Oleh karena itu, harus ada perlakuan khusus
lainnya.
Untuk menggunakan Teknik ini, peneliti membutuhkan kejelian ekstra dalam mengamati
sifat-sifat tertentu sehingga nantinya dapat secara akurat menentukan teknik mana yang harus
dipakai dalam menentukan sampel penelitian. Tanpa kejelian dalam mengamati sifat-sifat
populasi, jangan diharap Teknik yang dipakai akan sesuai dengan keadaan sebenarnya dari
populasi. Penelitian-penelitian Pendidikan, psikologi, ada kalanya menggunakan Teknik ini,
karena mempertimbangkan faktor-faktor tertentu misalnya: umur, tingkat kedewasaan,tingkat
kecerdasan dan lain-lain. Teknik sampel ini meliputi:
1. Sampling Sistematis
Sugiyono (2015: 123) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah Teknik penentuan
sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota
populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1
sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja,
genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu
maka yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100.

SAMPEL
POPULASI 24
3
11 21 31
1 27
6
12 22 32
2 30
9
13 23 33
3 33
Diambil secara 12
14 24 34 sistematis
4 36
15
15 25 35
5 39
18
16 26 36
6
21
1 27 37
7
18 28 38
8
19 29 39
9
20 30 40
10

Gambar 5.5. Sampling Sistematis. No populasi kelipatan tiga yang diambil (3,6,9, dan
seterusnya)

2. Sampling Kuota
Menurut Sugiyono (2015: 124) menyatakan bahwa sampling kuota adalah Teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam Teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan
langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai
contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah anggota peneliti berjumlah
5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan
karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
3. Sampling Insidental
Menurut Sugiyono (2017:124) sampling insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data.
Menurut Bungin, B (2009:116) teknik sampling insidental adalah teknik yang paling
diragukan akan menghasilkan sampel yang representative, hal ini disebabkan oleh sifat
“kebetulan” dalam menentukan sampel. Penelitian yang bias menggunakan teknik sampling ini
adalah penelitian yang populasinya adalah individu-individu yang sukar ditemui dengan alasan
sibuk, tidak mau diganggu, tidak bersedia menjadi responden, atau alasan lainnya. Oleh karena
itu, siapa saja yang ditemui dan masuk kategori populasi, dapat di iterviu sebagai sampel atau
responden. Suatu contoh, apabila kita meneliti pendapat buruh bangunan tantang kenaikan harga
bahan pokok dan pengaruh terhadap keadaan ekonomi rumah tangganya. Untuk memperoleh
sampel atau responden penelitian dari kalangan ini, mungkin mengalami kesukaran karena
pekerjaan buruh bangunan biasanya buruh harian dan kadang juga bekerja lembur. Untuk
kesukaran ini, peneliti dapat saja menemui buruh bangunan tersebut di tempat kerjanya, atau di
terminal bus pada saat mereka akan pulang. Beberapa orang saja dari mereka yang dapat dan
mau menjadi responden interviu. Responden-responden tersebut itulah sampel penelitian yang
sesungguhnya dari teknik sampling insidental.
4. Purposive Sampling
Menurut Sugiyono (2017:124) sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan,atau penelitian tentang kondisi politik di
suatu daerah, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih
cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
Menurut Bungin, B (2009:115) teknik sampling purposive digunakan pada penelitian-
penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan
sampel penelitian. Walaupun demikian, untuk menggunakan teknik ini peneliti seharusnya
orang yang pakar terhadap karakteristik populasi. Berdasarkan pengetahuan yang jeli tehadap
populasi, maka unit-unit populasi yang dianggap “kunci”, diambil sebagai sampel penelitian.
Kalau kita meneliti pendapat umum tentang mutu siaran televise di Indonesia, maka kita akan
menjadikan semua pemilik televisi sebagai sampel penelitian. Hal ini berangkat dari asumsi
bahwa pemilik televise adalah orang yang lebih banyak tahu tentang acara televisi. Begitu pula
kalau kita meneliti jenis kembang gula mana yang disenangi masyarakat, maka sampel penelitian
diambil dari anak-anak berumur 5 sampai 10 tahun, karena biasanya anak-anak berumur inilah
yang menyukai kembang gula.
Menrut Narbuko, C & Achmadi, A (1997:116) teknik sampling purposive ini berdasarkan
pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-
ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau
sifat-sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan
sampel.
Contoh: Penelitian tentang pendapat masyarakat untuk pengembangan Pendidikan Luar
Biasa (PLB) atau yang sekarang juga diberi istilah pendidikan khusus. Mengambil sampel
subyek masyarakat kota dan masyarakat desa. Sebab kedua masyarakat tersebut memiliki ciri
yang berbeda. Sampel yang diperoleh dengan teknik ini disebut purposive sampel.
5. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota poplasi dijadikan sampel.
6. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang sampel, tetapi karena dengan
dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari
orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada
penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball. Contohnya akan
meneliti siapa provokasi kerusuhan, maka akan cocok menggunakan Purposive
Sampling dan Snowball Sampling.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diismpulkan bahwa:
1. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan.
2. Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu.
3. Adapun alasan penelitian menggunakan sampel adalah:
a. Ukuran populasi
b. Masalah biaya
c. Masalah waktu
d. Percobaan yang sifatnya merusak
e. Masalah ketelitian
f. Masalah ekonomis
4. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-
sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
5. Teknik-teknik yang di gunakan dalam pengambilan sampel:
a. Probability/Random Sampling
b. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak, terdiri dari:
1) Sampling sistematis
2) Sampling kuota
3) Sampling incidental
4) Purposive sampling
5) Sampling jenuh
6) Snowball sampling

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana


Margono. 2004. MetodologiPenelitianPendidik., Jakarta: RinekaCipta.

Narbuko, C., & Achmadi, A. (1997). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2015.MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatis, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai