OLEH:
Adinda, S.Ked
G1A217100
PEMBIMBING:
dr. Gita Mayani, Sp.M
Laporan Kasus
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Dislokasi Nucleus OD + Katarak
Komplikata OD + Glaukoma Sekunder ODS ec. Susp. Sindroma Marfan”.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Marfan syndrome (MFS) adalah gangguan sistemik yang disebabkan oleh cacat
genetik diwariskan dari jaringan ikat yang menyebabkan mutasi gen FBN1 pada
kromosom 15 yang mengatur pembentukan protein fibrilin 1. Fibrilin ialah protein
matriks ekstrasel yang membentuk komponen utama dari mikrofibril matriks
ekstrasel pada kedua jaringan pengikat elastik dan non-elastik. Kelainan pada
protein ini menyebabkan segudang masalah klinis yang berbeda, dimana masalah
sistem muskuloskeletal, jantung, dan mata mendominasi. Kerangka pasien dengan
MFS biasanya menampilkan cacat multiple termasuk arachnodactyly,
dolichostenomelia kelainan bentuk pectus (yaitu, pectus excavatum dan pectus
carinatum), scoliosis torakolumbalis serta temuan gangguan mata dapat terjadi
termasuk miopia, katarak, ablasi retina, dan dislokasi lensa utama. Walaupun
patogenesis SM belum sepenuhnya diketahui, mutasi gen telah disepakati
merupakan penyebabnya.1,2,3
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : An. B
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Thehok
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penglihatan kedua mata kabur perlahan sejak 5 tahun yang lalu.
Penyakit Sistemik
Trac. Respiratorius : Tidak ada keluhan
Trac. Digestivus : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Kulit : Tidak ada keluhan
3. PEMERIKSAAAN FISIK
3.1. Status generalis :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Temperatur : 37° C
Pemeriksaan Eksternal
OD OS
tak tampak adanya iris (hipoplasia iris) Tampak kapsul terangkat ke atas
nukleus tampak muncul ke anterior (ektopia lentis) serta hipoplasia iris
Funduskopi
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visual Field
Tidak sama dengan pemeriksa Tidak sama dengan pemeriksa
Tonometer
OD OS
Schiotz : - Schiotz : -
Non contact : 23 Non contact : 24
4. DIAGNOSIS
Dislokasi Nucleus OD + Katarak Komplikata OD + Glaukoma Sekunder ODS
ec. Susp. Sindroma Marfan
5. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding kelainan mata
1. Gangguan Refraksi mata (myopia, hypermetropia,astigmat, presbyopia)
2. Retinopati
3. Retinitis pigmentosa
7. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
- Timolol 0,5% ED 2x gtt 1 OD
- Glaucon 3x250mg
- KSR 1x1
- Azopt ED 3xgtt 1
Rujuk ke dokter Spesialis.Jantung dan Spesialis genetika molekuler
8. PROGNOSIS
Quoad vitam : Dubia ad bonam
Quoad functionam : Dubia ad malam
Quoad sanationam : Dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
1.2 Prevalensi
Sindrom marfan dapat terjadi pada pria maupun wanita dengan presentase yang
sama.2 Semua gen yang diterima dari orang tua masing-masing satu dari ayah dan
ibu hanya satu gen saja dari sepasang gen itu yang terkena sindrom Marfan maka
kemungkinannya 50% dari anak-anaknya akan terwarisi sindrom yang sama.
Kemungkinan ini dapat dijelaskan dari fakta bahwa gen dalam hal ini merupakan
faktor dominan. Sindrom Marfan cukup sering terjadi karena diidap satu di antara
5.000 populasi sampai 1:10.000. Menurut dr. Agus Harianto SpA, salah satu
anggota Tim Tumbuh Kembang Anak dan Remaja RSUD dr. Soetomo, penyakit
kelainan genetik yang bersifat autosomal dominan ini kejadiannya memang sangat
langka, hanya satu di antara 60.000 populasi. Penderita sindrom Marfan
diperkirakan sekitar 200.000 di Amerika, sedangkan di Indonesia belum diketahui
berapa banyak penderita sindrom Marfan. Tak ada kecenderungan sindrom Marfan
diderita oleh satu suku atau gender tertentu, yang berarti pula setiap orang di muka
bumi ini berpeluang mengalaminya. Kendati penyakit tersebut bersifat menurun,
pengidap sindrom Marfan dapat berasal dari orang tua yang sehat dan normal. Hal
itu dapat terjadi karena terjadinya mutasi pada sperma maupun sel telur yang
termanifestasi pada anaknya. Kemungkinan terjadinya peristiwa seperti ini
menurut hitungan statistik sebesar 15%. Sindrom marfan dapat didiagnosa pada
masa prenatal, saat lahir atau pada usia dewasa. Manifestasi klinik sindrom marfan
umumnya akan lebih berat jika didapatkan pada masa neonatus.2,3,4
1.3. Etiologi
Protein FBN1 yang dihasilkan oleh penderita tidak normal atau kurang dari
jumlah yang seharusnya berkaitan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan
FBN2 menyangkut masalah arachnodactyly dan masalah lensa mata. Fibrillin
adalah salah satu elemen dari matriks ekstra-seluler dan ditemukan diberbagai
jaringan seperti: periosteum di tulang, stroma kornea mata, glomerulus di ginjal,
bronchioli pada paru-paru, ligamentum serta lapisan tunika media dari aorta.
Lebih dari 500 mutasi gen fibrilin telah teridentifikasi. Hampir semua dari
mutasi gen ini sangat khas didapatkan pada individu atau keluarga dengan sindrom
marfan, namun sekitar 30%, merupakan mutasi genetic denovo. 2,4
1.4 Patofisiologi
Sindrom marfan terjadi oleh karena adanya mutasi pada gen FBN 1 pada
kromosom 15 yang berperan dalam mengkode glikoprotein fibrillin-1, komponen
matriks ekstraseluler. Protein fibrillin-1 berperan penting dalam
memperbaiki pembentukan matriks ekstraseluler, meliputi biogenesis dan
pertumbuhan serabut-serabut elastin. Matriks ekstraseluler tidak hanya
berperan dalam struktural integritas jaringan ikat tetapi juga sebagai reservoir untuk
faktor pertumbuhan. Serabut-serabut elastin dapat ditemukan pada seluruh tubuh,
namun serabut ini akan lebih banyak ditemukan pada aorta, ligamen, dan zonula
siliaris pada mata.
Peneliti telah mengidentifikasi lebih dari 600 mutasi FBN1 yang menyebabkan
sindrom Marfan Lebih dari 60% mutasi tersebut merubah satu dari sekian banyak
protein asam amino dalam pementukan fibrilin-1. FBN1 yang termutasi
menghasilkan abnormal fibrillin-1 yang tidak dapat menjalankan fungsi
seharusnya.mutasi FBNI mengurangi jumlah fibrilin yang dihasilkan oleh sel.
Alhasil, jumlah fibrilliin-1 yang tersedia tidak cukup untuk membentuk mikrofibril.
Menurunnya produksi mikrofibril akan melemahkan elastisitasitas dan
menyebabkan aktivasi berlebih dari faktor TGF-beta. Hal itu akan menjadi
penyebab dan gejala sindrom Marfan. 2
II.5 Manifestasi Klinis
Meskipun manifestasi klinis pada sindrom marfan tidak terlalu khas, namun
adanya disporporsional pada tungkai, dislokasi pada lensa mata, dan dilatasi aorta
cukup untuk menegakkan diagnosis sindrom marfan. Tercatat ada lebih dari 30
manifestasi klinis lainnya pada sindrom ini yang sebagian besar melibatkan kulit,
rangka, dan sendi.
Keadaan ini mirip dengan penyakit lain disebut Ehlers Danlos Syndrome
yang disebabkan oleh abnormalitas pada jaringan elastis. Hal itu mengakibatkan
kulit sering kendor, membran otak melebar (dural ectasia), sehingga sering muncul
kekebalan pada bagian tubuh seperti kaki atau tangan. 2,4,5
Tabel 1. Kriteria SM, meliputi tiap sistem organ yang mungkin terkena.
Homosistinuria juga harus disingkirkan dengan uji sianida nitroprusid
untuk disulfida urin yang negatif. Beberapa pasien dengan Sindroma Ehlers Danlo
s (SED) tipe I, II, dan III menderita ektopia lentis tetapi tidak memperlihatkan
habitus Marfan namun penderita kelainan kulit yang tidak dijumpai pada sindrom
marfan. Pasien dengan aneurisma aorta familial cenderung mengalami aneurisma
di dasar aorta abdomen. Namun, letak aneurisma bervariasi, dan tingginya insidensi
aneurisma (1:100) menyebabkan diagnosa banding sulit ditegakkan kecuali apabila
jelas dijumpai gambaran sindrom marfan lainnya. Beberapa keluarga dengan
aneurisma aorta familial mengalami mutasi di gen untuk prokolagen tipe III. 1,5,6
Pada nosologi yang direvisi tahun 2010, kriteria diagnostik baru telah
ditetapkan untuk pasien dengan atau tanpa riwayat keluarga yang didiagnosis
sindrom Marfan (Tabel 1). Bila tidak terdapat riwayat keluarga dengan sindrom
Marfan, diagnosis bisa ditegakkan dengan 4 skenario yang berbeda : 10
1. Bila terdapat Dilatasi/diseksi root aorta dan ectopia lentis diagnosis sindrom
Marfan dapat ditegakkan, terlepas dari ada atau tidaknya tanda-tanda sistemik
kecuali terdapat hal yang menunjukkan phrintzen-Goldberg syndrome (SGS),
Loeys- Dietz syndrome (LDS) atau bentuk vaskular dari Ehlers_Danlos
syndrome (vEDS).
Tabel 1. Kriteria Ghent yang direvisi untuk diagnosis sindrom Marfan dan
kondisi yang berhubungan. 10
2. Bila terdapat dilatasi/diseksi root aorta dan mutasi FBN1 cukup untuk
menegakkan diagnosis jika tidak terdapat ectopia lentis.
3. Bila terdapat dilatasi/diseksi root aorta tetapi tidak terdapat ectopia lentis
dan status FBN1 masih belum diketahui atau negatif, diagnosis sindrom
marfan dikonfirmasi oleh adanya temuan sistemik lainnya (≥7 poin, sesuai
dengan sistem skor yang baru) (tabel 2). Namun demikian, tanda-tanda yang
mengesankan adanya SGS, LDS atau vEDS harus disingkirkan dan
pemeriksaan genetik alternatif yang sesuai (TGFBR1/2, biokimia kolagen,
COL3A1, pemeriksaan genetik lainnya yang relevan ketika diindikasikan)
harus dilakukan.
Diagnosa Banding1,5,6
Marfan Sindrom
Homosistinuria
Weil-Marchesani syndrome
Tidak ada obat khusus untuk penderita sindrom Marfan. Namun demikian,
berbagai pilihan pengobatan dapat meminimalisir dan mencegah komplikasi.
Spesialis yang sesuai akan mengembangkan program pengobatan perorangan;
pendekatan dokter tergantung pada sistem yang telah terpengaruh. Pengobatan-
pengobatan tersebut meliputi: 4,5
Medikamentosa
Terapi medis dan bedah telah meningkatkan angka harapan hidup hingga
60-70 tahun. 9,10
a.β-Blocker
c. Doxycycline
Pembedahan
Rekomendasi untuk operasi berdasarkan pada ukuran aorta, ukuran normal dari
aorta, laju pertumbuhan aorta, usia, tinggi badan, jenis kelamin dan sejarah keluarga
yang mengalami diseksi aorta. Pembedahan mengkhususkan penggantian pada
bagian pelebaran aorta dengan cara pencangkokan.
Operasi mungkin akan diperlukan untuk Perbaikan atau penggantian katup jika
penderita sindrom Marfan memiliki katup aorta yang bocor atau mitral (regurgitasi)
sehingga menyebabkan perubahan dalam ventrikel kiri (kiri majelis rendah hati)
atau gagal jantung.7,8
EVALUASI GENETIK
Pada masa lalu, banyak dokter mempunyai sikap "malas" terhadap kelainan
genetik karena "tidak ada yang dapat dilakukan dengan gen anda". Namun, penting
sekali untuk mendeteksi kelainan genetik sehingga pasien mendapat penyuluhan
yang adekuat terhadap kondisinya dan resiko terhadap keturunannya. Untuk
keadaan yang parah, pasien sering kali tertarik pada diagnosis prenatal, sehingga
mereka dapat mempertimbangkan pengakhiran kehamilan atau mempersiapkan
kelhairan anak yang tidak terkena penyakit. Kegagalan untuk menyiapkan
konseling yang adekuat dan tepat waktu akan membuat ini menjadi perkara hukum.
Diagnosa genetik bahkan menjadi lebih kritis sebagaimana banyak pilihan
pengobatan yang tersedia untuk anak dengan kelainan genetik. 2,3
Alasan utama suatu pasangan dianjurkan untuk diagnosis prenatal adalah umur.
Wanita yang umurnya lebih dari 34 tahun menghadapi peningkatan resiko untuk
melahirkan anak dengan kelainan kromosom. Indikasi utama yang lain untuk
diagnosis prenatal mencakup:
1. Riwayat cacat lahir sebelumnya pada anak atau keluarga,
keterbelakangan mental, kelainan kromosom atau kelainan genetik yang
dikenal.
KONSELING GENETIKA
Pasien datang ke Poli Mata RS Abdul Manap pada tanggal 30 Januari 2019
dengan keluhan penglihatan kabur sudah dialami sekitar 5 tahun yang lalu, keluhan
dialami memberat secara perlahan lahan, hingga akhirnya 1 bulan ini keluhan membuat
pasien kesulitan dalam membaca sehingga harus membaca dengan jarak yang sangat
dekat. Keluhan disertai dengan rabun jauh (myopia). Pandangan silau melihat cahaya
kadang-kadang, riwayat melihat seperti di dalam teroworngan(+), jalan menabrak pada
malam hari kadang dikeluhkan pasien, nyeri pada mata dan sakit kepala(-) , pandangan
seperti berkabut diakui sesekali. Pasien juga memiliki riwayat keluarga dengan keluhan
yang serupa, yaitu Ayah Kandung pasien. Pasien mengaku tidak pernah mengalami
riwayat trauma atau terjatuh. Pasien sudah pernah berobat dengan diagnosa glaukoma,
saat itu, dokter mengatakan tekanan dalam bola mata nya mencapai 40, dan berada
diatas nilai normal sehingga pasien harus mendapat pengobatan, yakni tetes mata
timolol dan obat lainnya pasien mengaku tidak mengingatnya.
Diagnosa banding pada kasus ini adalah kelainan-kelainan mata normal visus
turun yaitu mencakup kelaianan refraksi yaitu myopia, hypermetropia, astigmat,
presbyopia dan retinopati. Sedangkan untuk kasus sindroma marfan sendiri adalah
hemosistinuria, wheil marchasani, Ehlers Danlos.
Penanganan yang diberikan pada pasien ini adalah dirujuk ke spesialis jantung dan
spesialis genetik molekuler, tujuannya adalah untuk membantu penegakkan diagnosis
sehingga memastikan penatalaksanaan dan prognosis pasien. Secara teori pengobatan
yang diberikan adalah untuk mencegah komplikasi dan menekan perburukan. Pasien
diberikan Timolol yang merupakan obat golongan B-Bloker untuk menghambat
produksi aquous humor, Glaukon yang menagndung Asetazolamid, KSR untuk
meningkatkan kadar ion kalium serta Azopt yang mengandung brinzolamide untuk
membantu menurunkan TIO. Pasien di haruskan untuk kontrol ulang 1 minggu kedepan
untuk melihat respon pengobatan dan intervensi lanjutan.
Pada nosologi yang direvisi tahun 2010, kriteria diagnostik baru telah
ditetapkan untuk pasien dengan atau tanpa riwayat keluarga yang didiagnosis
sindrom Marfan. Bila tidak terdapat riwayat keluarga dengan sindrom Marfan,
diagnosis bisa ditegakkan dengan 4 skenario yang berbeda :10
1. Bila terdapat Dilatasi/diseksi root aorta dan ectopia lentis diagnosis sindrom
Marfan dapat ditegakkan, terlepas dari ada atau tidaknya tanda-tanda sistemik
kecuali terdapat hal yang menunjukkan phrintzen-Goldberg syndrome (SGS),
Loeys- Dietz syndrome (LDS) atau bentuk vaskular dari Ehlers_Danlos
syndrome (vEDS).
2. Bila terdapat dilatasi/diseksi root aorta dan mutasi FBN1 cukup untuk
menegakkan diagnosis jika tidak terdapat ectopia lentis.
3. Bila terdapat dilatasi/diseksi root aorta tetapi tidak terdapat ectopia lentis dan
status FBN1 masih belum diketahui atau negatif, diagnosis sindrom marfan
dikonfirmasi oleh adanya temuan sistemik lainnya (≥7 poin, sesuai dengan
sistem skor yang baru) (tabel 2). Namun demikian, tanda-tanda yang
mengesankan adanya SGS, LDS atau vEDS harus disingkirkan dan
pemeriksaan genetik alternatif yang sesuai (TGFBR1/2, biokimia kolagen,
COL3A1, pemeriksaan genetik lainnya yang relevan ketika diindikasikan)
harus dilakukan.
4. Bila terdapat ectopia lentis tetapi tidak terdapat aortic root dilatation/diseksi,
identifikasi mutasi FBN1 diperlukan sebelum mendiagnosis sin- drom Marfan.
Bila mutasi FBN 1 tidak ber- hubungan dengan penyakit kardiovaskular, pasien
diklasifikasikan sebagai sindrom ectopia lentis.
Pada pasien yang terdapat riwayat keluarga sindrom Marfan, diagnosis bisa
ditegakkan bila terdapat ectopia lentis, atau skor sistemik ≥7 atau aortic root
dilatation dengan Z ≥2 pada dewasa (≥20 tahun) atau Z ≥3 pada seseorang berusia
kurang dari 20 tahun
Pengobatan atau terapi yang dilakukan bukan untuk menyembuhkan
melainkan hanya untuk mengurangi efek atau dampak dari sindrom tersebut. Akan
tetapi menurut penelitian, Terapi medis dan bedah telah meningkatkan angka
harapan hidup hingga 60-70 tahun. 9,10
DAFTAR PUSTAKA