Ulumul Hadist
Ulumul Hadist
C. Tujuan …..………………………………………………………………………………………………………….. 3
A. Simpulan ………………………………………………………………….……………………………………..30
B. Saran ……………………………………………………………….………………………………………………31
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul “ulumul
hadis dan cabang-cabangnya’’
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari,
bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ulumul Hadis
2. Pengertian Ilmu Hadis Riwayah
3. Pengertian Ilmu Hadis Dirayah
4. Cabang-cabang Ulumul Hadist
3. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Ulumul Hadis.
2. Mengetahui Pengertian Ilmu Hadis Riwayah.
3. Mengetahui Pengertian Ilmu Hadis Dirayah.
4. Mengetahui Cabang-cabang Ulumul Hadis.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Secara umum para Ulama` Hadis membagi Ilmu Hadis kepada dua bagian, yaitu Ilmu Hadis
Riwayah (`Ilm al Hadits Riwayah) dan Ilmu Hadis Dirayah (`Ilm al Hadits Dirayah):
Dari ketiga definisi di atas dapat di pahami bahwa Ilmu Hadis Riwayah pada dasarnya adalah
membahas tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan hadis
Nabi SAW.
Objek kajian Ilmu Hadis Riwayah adalah Hadis Nabi SAW dari segi periwayatannya dan
pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup:
Cara periwayatan Hadis, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara
penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang lainnya;
Cara pemeliharaan Hadis, Yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan dan
pembukuannya.
Sedangkan tujuan dan urgensi ilmu ini adalah: pemeliharaan terhadap Hadis Nabi SAW agar
tidak lenyap dan sia-sia, serta terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam proses
periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya.
b. Imam al-Suyuti merupakan uraian dan elaborasi dari definisi diatas, yaitu:
Hakikat Riwayat adalah kegiatan periwayatan sunnah (Hadis) dan penyandarannya kepada
orang yang meriwayatkannya dengan kalimat tahdits, yaitu perkataan seorang
perawi “haddatsana fulan”, (telah menceritakan kepada kami si fulan), atau ikhbar, seperti
perkataannya “akhbarana fulan”, (telah mengabarkan kepada kami si fulan).
Syarat-syarat Riwayat yaitu penerimaan para perawi terhadap apa yang di riwayatkan
dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam penerimaan riwayat (cara-cara tahammul al-
Hadits), seperti sama` (perawi yang mendengar langsung bacaan Hadis dari seorang
guru), qira`ah (murid membacakan catatan Hadis dari gurunyadi hadapan guru
tersebut), ijazah (memberi izin kepada seseorang untuk meriwayatkan suatu hadis dari seorang
Ulama` tanpa di bacakan sebelumnya), munawalah (menyerahkan suatu Hadis yang tertulis
kepada seseorang untuk di riwayatkan), kitabah (menuliskan Hadis untuk
seseorang), i`lam(memberi tahu seseorang bahwa Hadis-hadis tertentu adalah
koleksinya), washiyyat (mewasiat-kan kepada seseorang koleksi Hadis yang di milikinya),
dan wajadah (mendapat-kan koleksi tertentu tentang Hadis dari seorang guru).
Hukum riwayat adalah al-qobul (di terimanya suatu riwayat karena telah memenuhi
persyaratan tertentu), dan al-radd (ditolak, karena adanya persyaratan tertentu yang tidak
terpenuhi).
Keadaan para perawi maksudnya adalah keadaan mereka dari segi keadilan mereka (al-
`adalah) dan ketidakadilan mereka (al-jarh).
Syarat-syarat mereka yaitu syarat-syarat yang harus di penuhi oleh seorang perawi ketika
menerima riwayat (syarat-syarat pada tahammul) dan syarat ketika menyampaikan riwayat
(syarat pada al-adda`).
Jenis yang diriwayatkan (ashnaf al-marwiyyat) adalah penulisan Hadis di dalam kitab al-
musnad, al-mu`jam, atau al-ajza` dan lainnya dari jenis-jenis kitab yang menghimpun Hadis-
hadis Nabi SAW.
c. M. `Ajjaj al-Khatib dengan definisi yang lebih ringkas dan komprehensif, yaitu:
Ilmu Hadis Dirayah adalah kumpulan kaidah-kaidah dan masalah-masalah untuk mengetahui
keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau ditolaknya.
Dengan urian sebagai berikut:
Al-rawi atau perawi adalah orang yang meriwayatkan atau menyampaikan Hadis dari satu
orang kepada yang lainnya; Al-marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu sesuatu
yang di sandarkan kepada Nabi SAW atau kepada yang lainnya seperti Sahabat atau Tabi`in;
keadaan perawi dari segi diterima atau ditolaknya adalah mengetahui keadaan para perawi dari
segi jarh dan ta`dil ketika tahammul dan adda` al-Hadits, dan segala sesuatu yang berhubungan
dengannya dalam kaitannya dengan periwayatan Hadis; keadaan marwiadalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan ittishal al-sanad (persambungan sanad) atau terputusnya,
adanya `illat atau tidak, yang menentukan diterima atau ditolaknya suatu Hadis.
Objek kajian atau pokok bahasan Ilmu Hadis Dirayah ini, berdasarkan definisi diatas
adalah sanad dan matan Hadis.
Pembahasan tentang sanad meliputi: (i) segi persambungan sanad (ittishal al-sanad), yaitu
bahwa suatu rangkaian sanad Hadis haruslah bersambung mulai dari Sahabat sampai kepada
periwayat terakhir yang menuliskan atau membukukan Hadis tersebut; oleh karenanya, tidak di
benarkan suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak diketahui
idenatitasnya atau tersamar; (ii) segi keterpercayaan sanad (tsiqot al-sanad), yaitu bahwa
setiap perawi yang terdapat didalam sanad suatu Hadis harus memiliki sifat adil
dan dhabith (kuat dan cermat hafalan atau dokumentasi Hadisnya); (iii) segi keselamatannya
dari kejanggalan (syadz); (iv)keselamatannya dari cacat (`illat); dan (v) tinggi dan rendahnya
suatu sanad.
Sedangakan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke-shahih-an atau ke-
dho`ifan-nya. Hal tersebut dapat terlihat melalui kesejalanannya dengan makna dan tujuan
yang terkandung di dalam Al-Qur`an, atau keselamatannya: (i) dari kejanggalan redaksi (rakakat
al-faz); (ii) dari cacat atau kejanggalan pada maknanya (fasd al-ma`na), karena bertentangan
dengan akal dan panca indra, atau dengan kandungan dan makna Al-Qur`an, atau dengan fakta
sejarah; dan (iii) dari kata-kata asing (gharib), yaitu kata-kata yang tidak bisa dipahami
berdasarkan maknanya yang umum dikenal.
Tujuan dan urgensi Ilmu Hadis Dirayah adalah untuk mengetahui dan menetapkan Hadis-
hadis yang Maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil atau untuk di amalkan), dan
yang mardud (yang ditolak).
Ilmu Hadis Dirayah inilah yang selanjutnya secara umum dikenal dengan Ulumul
Hadis, Mushthalah al-Hadits, atau Ushul al-Hadits. Keseluruhan nama-nama diatas, meskipun
bervariasi, namun mempunyai arti dan tujuan yang sama yaitu ilmu yang membahas tentang
kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi (sanad) dan marwi (matan) suatu Hadis, dari
segi diterima dan di tolaknya.
4. Kitab yang membicarakan para periwayat enam kitab (Shahih al-Bukhori, Shahih
Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan al-Turmudzi, Sunan al-Nasa`I, Sunan Ibn Majah) antara
lain, Al-Kamal fi Asma al-Rijal, karya `Abdul Ghani al-Maqdisi (w. 600 H/1202 M).
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Ulumul Hadis adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadis Nabi SAW.
b. Ilmu Hadis Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadis Nabi SAW. Objek kajiannya adalah Hadis
Nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya.
c. Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kumpulan kaidah-kaidah dan
masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau di
tolaknya. Rawi adalah orang yang menyampaikan Hadis dari satu orang kepada yang lainnya;
Marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi SAW atau kepada Sahabat dan Tabi`in. Ilmu Hadis Dirayah inilah yang selanjutnya disebut
dengan Ulumul Hadis.
d. Cabang-cabang Ulumul Hadis diantaranya adalah:
Ilmu Rijal al-Hadis
Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil
Ilmu Fannil Mubhamat
Ilmu Mukhtalif al-Hadis
Ilmu `Ilalil Hadits
Ilmu Gharibul-Hadits
Ilmu Nasikh dan Mansukh Hadis
Ilmu Asbab Wurud al-Hadits
Ilmu Mushthalah Ahli Hadits
2. SARAN
Untuk mengetahui informasi tentang sebuah Hadis baik dari segi sanad maupun
matannya maka perlu di ketahui terlebih dahulu ilmu-ilmu yang mempelajari tentang hal
tersebut.
Untuk mendapatkan informasi yng sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus sesuikan
dengan kitab yang membahas tentang informasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. Sejarah dan pengantar Ilmu
Hadits, Pustaka Rizki Putra, Semarang 2005
Muh. Zuhri, Prof. Dr. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Tiara Wacana Yogya
(anggota IKAPI), Yogyakarta 2003
Subhi As-Shalih Dr. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta 2007
Nawir Yuslem, DR. MA, Ulumul Hadis, Mutiara Sumber Widya (angota IKAPI) 2001