Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………..……… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………....…………………………….. 1

 A. Latar Belakang ………………………………………………….……………………………………………….. 2

 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………..…………………… 2

 C. Tujuan …..………………………………………………………………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………………..………. 4

 A. Pengertian Ulumul Hadis …………………………………………….……….…………………………… 4

 B. Pengertian Ilmu Hadis Riwayah……………………..……………..……..……………..…………….. 6

 C. Pengertian Ilmu Hadis Dirayah…………………………………………….……………….….………. 12

 D. Cabang-Cabang Ulumul Hadis …………………..…………………………..……………..…………. 16

 E. Contoh Kitab Berhubungan Dengan Hadis ..………..…………………………………..………. 20

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………………… 26

 A. Simpulan ………………………………………………………………….……………………………………..30

 B. Saran ……………………………………………………………….………………………………………………31
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul “ulumul
hadis dan cabang-cabangnya’’

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari,
bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Banda aceh 28 Maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG MASALAH


Sebagamanai di ketahui, banyak istilah untuk menyebut nama-nama hadis sesuai
dengan fungsinya dalam menetapkan syari`at Islam. Ada Hadis Shahih, Hadis Hasan, dan Hadis
Dha`if. Masing-masing memiliki persyaratan sendiri-sendiri. Persyaratan itu ada yang berkaitan
dengan persambungan sanad, kulitas para periwayat yang di lalui hadis, dan ada pula yang
berkaitan dengan kandungan hadis itu sendiri. Maka persoalan yang ada dalam ilmu hadis ada
dua. Pertama berkaitan dengan sanad, kedua berkaitan dengan matan. Ilmu yang berkaitan
dengan sanad akan mengantar kita menelusuri apakah sebuah hadis itu bersambung sanadnya
atau tidak, dan apakah para periwayat hadis yang di cantumkan di dalam sanad hadis itu orang-
orang yang terpercaya aau tidak. Adapun Ilmu yang berkaitan dengan matan akan membantu
kita mempersoalkan dan akhirnya mengetahui apakah informasi yang terkandung di dalamnya
berasal dari Nabi atau tidak. Misalnya, apakah kandungan hadis bertentangan dengan dalil lain
atau tidak.

2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ulumul Hadis
2. Pengertian Ilmu Hadis Riwayah
3. Pengertian Ilmu Hadis Dirayah
4. Cabang-cabang Ulumul Hadist

3. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Ulumul Hadis.
2. Mengetahui Pengertian Ilmu Hadis Riwayah.
3. Mengetahui Pengertian Ilmu Hadis Dirayah.
4. Mengetahui Cabang-cabang Ulumul Hadis.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

1. Pengertian Ulumul Hadis


Ulumul Hadis adalah istilah Ilmu Hadis di dalam tradisi Ulama` Hadis. (Arabnya: `Ulum al
Hadits). `Ulum al Hadits terdiri atas dua kata, yaitu `Ulum dan al Hadits. Kata `Ulum dalam
bahasa Arab adalah bentuk jamak dari `Ilm,jadi berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al Hadits di
kalangan Ulama` Hadis berarti “segala sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi SAW dari
perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat.” Dengan demikian `Ulum Al Hadits mengandung
pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadis Nabi “.

Secara umum para Ulama` Hadis membagi Ilmu Hadis kepada dua bagian, yaitu Ilmu Hadis
Riwayah (`Ilm al Hadits Riwayah) dan Ilmu Hadis Dirayah (`Ilm al Hadits Dirayah):

1. Pengertian Ilmu Hadis Riwayah


a. Menurut Ibn al-Akfani, sebagaimana yang di kutip oleh Al-Suyuthi, yaitu:
Ilmu Hadis yang khusus berhubungan dengan riwayah adalah ilmu yang meliputi
pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW dan perbuatannya, pencatatannya, serta
periwayatannya, dan penguraian lafaz-lafznya.

. b. Menurut Muhammad `Ajjaj al-Khathib, yaitu:


Ilmu yang membahas tentang pemindahan (periwayatan) segala sesuatu yang di sandarkan
kepada Nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan atau pengakuan), sifat
jasmaniah, atau tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti dan terperinci.

c. Menurut Zhafar Ahmad ibn lathif al-`Utsmani al-Tahanawi di dalam


Qawa`id fi `Ulum al-Hadits, yaitu:
Ilmu Hadis yang khusus dengan riwayah adalah ilmu yang dapat diketahui dengannya
perkataan, perbuatan, dan keadaan Rosul SAW serta periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan
atau pembukuan Hadis Nabi SAW serta periwayatan, pencatatan, dan penguraian lafaz-
lafaznya.

Dari ketiga definisi di atas dapat di pahami bahwa Ilmu Hadis Riwayah pada dasarnya adalah
membahas tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan hadis
Nabi SAW.

Objek kajian Ilmu Hadis Riwayah adalah Hadis Nabi SAW dari segi periwayatannya dan
pemeliharaannya. Hal tersebut mencakup:
 Cara periwayatan Hadis, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara
penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang lainnya;
 Cara pemeliharaan Hadis, Yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan dan
pembukuannya.

Sedangkan tujuan dan urgensi ilmu ini adalah: pemeliharaan terhadap Hadis Nabi SAW agar
tidak lenyap dan sia-sia, serta terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam proses
periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya.

2. Pengertian Ilmu Hadis Dirayah

a. Menurut ibnu al-Akfani, yaitu:


Dan ilmu hadis yang khusus tentang Dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui
hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi,
syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuaatu yang berhubungan
dengannya.

b. Imam al-Suyuti merupakan uraian dan elaborasi dari definisi diatas, yaitu:
Hakikat Riwayat adalah kegiatan periwayatan sunnah (Hadis) dan penyandarannya kepada
orang yang meriwayatkannya dengan kalimat tahdits, yaitu perkataan seorang
perawi “haddatsana fulan”, (telah menceritakan kepada kami si fulan), atau ikhbar, seperti
perkataannya “akhbarana fulan”, (telah mengabarkan kepada kami si fulan).

Syarat-syarat Riwayat yaitu penerimaan para perawi terhadap apa yang di riwayatkan
dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam penerimaan riwayat (cara-cara tahammul al-
Hadits), seperti sama` (perawi yang mendengar langsung bacaan Hadis dari seorang
guru), qira`ah (murid membacakan catatan Hadis dari gurunyadi hadapan guru
tersebut), ijazah (memberi izin kepada seseorang untuk meriwayatkan suatu hadis dari seorang
Ulama` tanpa di bacakan sebelumnya), munawalah (menyerahkan suatu Hadis yang tertulis
kepada seseorang untuk di riwayatkan), kitabah (menuliskan Hadis untuk
seseorang), i`lam(memberi tahu seseorang bahwa Hadis-hadis tertentu adalah
koleksinya), washiyyat (mewasiat-kan kepada seseorang koleksi Hadis yang di milikinya),
dan wajadah (mendapat-kan koleksi tertentu tentang Hadis dari seorang guru).

Macam-macam riwayat adalah seprti periwayatan muttashil (periwayatan yang bersambung


mulai dari perawi pertama sampai kepada perawi yang terakhir), atau munqothi` (periwayatan
yang terputus, baik di awal, di tengah atau di akhir), dan yang lainnya.

Hukum riwayat adalah al-qobul (di terimanya suatu riwayat karena telah memenuhi
persyaratan tertentu), dan al-radd (ditolak, karena adanya persyaratan tertentu yang tidak
terpenuhi).

Keadaan para perawi maksudnya adalah keadaan mereka dari segi keadilan mereka (al-
`adalah) dan ketidakadilan mereka (al-jarh).
Syarat-syarat mereka yaitu syarat-syarat yang harus di penuhi oleh seorang perawi ketika
menerima riwayat (syarat-syarat pada tahammul) dan syarat ketika menyampaikan riwayat
(syarat pada al-adda`).
Jenis yang diriwayatkan (ashnaf al-marwiyyat) adalah penulisan Hadis di dalam kitab al-
musnad, al-mu`jam, atau al-ajza` dan lainnya dari jenis-jenis kitab yang menghimpun Hadis-
hadis Nabi SAW.

c. M. `Ajjaj al-Khatib dengan definisi yang lebih ringkas dan komprehensif, yaitu:
Ilmu Hadis Dirayah adalah kumpulan kaidah-kaidah dan masalah-masalah untuk mengetahui
keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau ditolaknya.
Dengan urian sebagai berikut:

Al-rawi atau perawi adalah orang yang meriwayatkan atau menyampaikan Hadis dari satu
orang kepada yang lainnya; Al-marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu sesuatu
yang di sandarkan kepada Nabi SAW atau kepada yang lainnya seperti Sahabat atau Tabi`in;
keadaan perawi dari segi diterima atau ditolaknya adalah mengetahui keadaan para perawi dari
segi jarh dan ta`dil ketika tahammul dan adda` al-Hadits, dan segala sesuatu yang berhubungan
dengannya dalam kaitannya dengan periwayatan Hadis; keadaan marwiadalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan ittishal al-sanad (persambungan sanad) atau terputusnya,
adanya `illat atau tidak, yang menentukan diterima atau ditolaknya suatu Hadis.

Objek kajian atau pokok bahasan Ilmu Hadis Dirayah ini, berdasarkan definisi diatas
adalah sanad dan matan Hadis.

Pembahasan tentang sanad meliputi: (i) segi persambungan sanad (ittishal al-sanad), yaitu
bahwa suatu rangkaian sanad Hadis haruslah bersambung mulai dari Sahabat sampai kepada
periwayat terakhir yang menuliskan atau membukukan Hadis tersebut; oleh karenanya, tidak di
benarkan suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak diketahui
idenatitasnya atau tersamar; (ii) segi keterpercayaan sanad (tsiqot al-sanad), yaitu bahwa
setiap perawi yang terdapat didalam sanad suatu Hadis harus memiliki sifat adil
dan dhabith (kuat dan cermat hafalan atau dokumentasi Hadisnya); (iii) segi keselamatannya
dari kejanggalan (syadz); (iv)keselamatannya dari cacat (`illat); dan (v) tinggi dan rendahnya
suatu sanad.
Sedangakan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke-shahih-an atau ke-
dho`ifan-nya. Hal tersebut dapat terlihat melalui kesejalanannya dengan makna dan tujuan
yang terkandung di dalam Al-Qur`an, atau keselamatannya: (i) dari kejanggalan redaksi (rakakat
al-faz); (ii) dari cacat atau kejanggalan pada maknanya (fasd al-ma`na), karena bertentangan
dengan akal dan panca indra, atau dengan kandungan dan makna Al-Qur`an, atau dengan fakta
sejarah; dan (iii) dari kata-kata asing (gharib), yaitu kata-kata yang tidak bisa dipahami
berdasarkan maknanya yang umum dikenal.

Tujuan dan urgensi Ilmu Hadis Dirayah adalah untuk mengetahui dan menetapkan Hadis-
hadis yang Maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil atau untuk di amalkan), dan
yang mardud (yang ditolak).

Ilmu Hadis Dirayah inilah yang selanjutnya secara umum dikenal dengan Ulumul
Hadis, Mushthalah al-Hadits, atau Ushul al-Hadits. Keseluruhan nama-nama diatas, meskipun
bervariasi, namun mempunyai arti dan tujuan yang sama yaitu ilmu yang membahas tentang
kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perawi (sanad) dan marwi (matan) suatu Hadis, dari
segi diterima dan di tolaknya.

2. Cabang-cabang Ulumul Hadis


Diantara cabang-cabang besar yang tumbuh dari Ilmu Hadis Riwayah dan Dirayah ialah:
a. lmu Rijal al-Hadis
Yaitu ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari sahabat, dari tabi`in, mupun dari
angkatan-angkatan sesudahnya. Hal yang terpenting di dalam ilmu Rijal al-Hadits adalah sejarah
kehidupan para tokoh tersebut, meliputi masa kelahiran dan wafat mereka, negeri asal, negeri
mana saja tokoh-tokoh itu mengembara dan dalam jangka berapa lama, kepada siapa saja
mereka memperoleh hadis dan kepada siapa saja mereka menyampaikan Hadis. Ada beberapa
istilah untuk menyebut ilmu yang mempelajari persoalan ini. Ada yang menyebut Ilmut
Tarikh, ada yang menyebut Tarikh al-Ruwat, ada juga yang menyebutnya Ilmu Tarikh al-Ruwat.
b. Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil
Yaitu Ilmu yang menerangkan tentang hal cacat-cacat yang dihadapkan kepada para perawi
dan tentang penta`dilannya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang
khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu. Maksudnya al-Jarh (cacat) yaitu istilah
yang digunakan untuk menunjukkan “sifat jelek” yang melekat pada periwayat hadis seperti,
pelupa, pembohong, dan sebagainya. Apabila sifat itu dapat dikemukakan maka dikatakan
bahwa periwayat tesebut cacat. Hadis yang dibawa oleh periwayat seperti ini ditolak, dan
hadisnya di nilai lemah (dha`if). Maksudnya al-Ta`dil (menilai adil kepada orang lain) yaitu istilah
yang digunakan untuk menunjukkan sifat baik yang melekat pada periwayat, seperti, kuat
hafalan, terpercaya, cermat, dan lain sebagainya. Orang yang mendapat penilaian seperti ini
disebut `adil, sehingga hadis yang di bawanya dapat di terima sebagai dalil agama. Hadisnya
dinilai shahih. Sesuai dengan fungsinya sebagai suber ajaran Islam, maka yang diambil adalah
hadis shahih.

c. Ilmu Fannil Mubhamat


Yaitu ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut di dalam matan atau di
dalam sanad. Misalnya perawi-perawi yang tidak tersebut namanya dalam shahih Bukhory
diterangkan selengkapnya oleh Ibnu Hajar Al `Asqollany dalam Hidayatus Sari Muqaddamah
Fathul Bari.

d. Ilmu Mukhtalif al-Hadi


Yaitu ilmu yang membahas Hadis-hadis secara lahiriah bertentangan, namun ada
kemungkinan dapat diterima dengan syarat. Mungkin dengan cara membatasi kemutlakan atau
keumumannya dan lainnya, yang bisa disebut sebagai ilmu Talfiq al-Hadits.

e. Ilmu `Ilalil Hadits


Yaitu ilmu yang membahas tentang sebab-sebab tersembunyi yang dapat merusak
keabsahan suatu Hadis. Misalnya memuttasilkan Hadis yang munqathi`, memarfu`kan Hadis
yang mauquf, memasukkan suatu Hadis ke Hadis yang lain, dan sebagainya.
f. Ilmu Gharibul-Hadits
Yaitu ilmu yang membahas dan menjelaskan Hadis Rasulullah SAW yang sukar di ketahui dan
di pahami orang banyak karena telah berbaur dengan bahasa lisan atau bahasa Arab pasar.
Atau ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadis yang sukar
diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum.

g. Ilmu Nasikh dan Mansukh Hadis


Yaitu ilmu yang membahas Hadis-hadis yang bertentangan dan tidak mungkin di ambil jalan
tengah. Hukum hadis yang satu menghapus (menasikh) hukum Hadis yang lain (mansukh). Yang
datang dahulu disebut mansukh, dan yang muncul belakangan dinamakan nasikh. Nasikh inilah
yang berlaku selanjutnya.

h. Ilmu Asbab Wurud al-Hadits (sebab-sebab munculnya Hadis)


Yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan sabdanya dan masa-masanya
Nabi menuturkan itu. Seperti di dalam Al Qur`an dikenal adalah Ilmu Asbab al-nuzul, di dalam
Ilmu hadis ada Ilmu Asbab wurud al-Hadits. Terkadang ada hadis yang apabila tidak di ketahui
sebab turunnya, akan menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak di amalkan.

I. Ilmu Mushthalah Ahli Hadits


Yaitu ilmu yang menerangkan pengertian-pengertian (istilah-istilah yang di pakai oleh ahli-
ahli Hadis.

3. Contoh Kitab yang Berhubungan dengan Cabang-cabang Ulumul Hadis.

1. Kitab yang disusun berdasarkan generasi (thabaqot)


 Kitab Al-Thabaqot al-Kubra, karya Abu abdillah ibn Sa`ad Katib al-Waqidi (168-230 H)
 Thobaqot al-Riwayat, karya Khalifah ibn Khayyath al-`Ushfuri (w. 240 H) Kitab
Tadzkirat al-Huffazh, karya Muhammad ibn Ahmad al-Dzahabi (w. 746 H/1348 M).
2. Kitab yang disusun secara umum berdasarkan huruf abjad agar mudah
menggunakannya, seperti Al-Tarikh al-Kabir, karya Al-Imam Muhammad ibn Isma`il
al-Bukhari (194-256 H).

3. Kitab yang membahas biografi para sahabat Nabi, seperti:


 Al-Isti`ab fi Ma`rifat al-Ashab, karya Ibn `Abdil Barr (w. 463 H/1071 M). yang memuat
biografi tidak kurang dari 3500 orang sahabat.
 Usud al-Ghabah fi Ma`rifat al-Shahabah, karya `Izzuddin ibnul Atsir (w. 630 H/1232
M). yang memuat biografi sebanyak 7554 orang sahabat.

4. Kitab yang membicarakan para periwayat enam kitab (Shahih al-Bukhori, Shahih
Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan al-Turmudzi, Sunan al-Nasa`I, Sunan Ibn Majah) antara
lain, Al-Kamal fi Asma al-Rijal, karya `Abdul Ghani al-Maqdisi (w. 600 H/1202 M).

PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Ulumul Hadis adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadis Nabi SAW.

b. Ilmu Hadis Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadis Nabi SAW. Objek kajiannya adalah Hadis
Nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya.

c. Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kumpulan kaidah-kaidah dan
masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau di
tolaknya. Rawi adalah orang yang menyampaikan Hadis dari satu orang kepada yang lainnya;
Marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi SAW atau kepada Sahabat dan Tabi`in. Ilmu Hadis Dirayah inilah yang selanjutnya disebut
dengan Ulumul Hadis.
d. Cabang-cabang Ulumul Hadis diantaranya adalah:
 Ilmu Rijal al-Hadis
 Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil
 Ilmu Fannil Mubhamat
 Ilmu Mukhtalif al-Hadis
 Ilmu `Ilalil Hadits
 Ilmu Gharibul-Hadits
 Ilmu Nasikh dan Mansukh Hadis
 Ilmu Asbab Wurud al-Hadits
 Ilmu Mushthalah Ahli Hadits

2. SARAN

Untuk mengetahui informasi tentang sebuah Hadis baik dari segi sanad maupun
matannya maka perlu di ketahui terlebih dahulu ilmu-ilmu yang mempelajari tentang hal
tersebut.
Untuk mendapatkan informasi yng sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus sesuikan
dengan kitab yang membahas tentang informasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. Sejarah dan pengantar Ilmu
Hadits, Pustaka Rizki Putra, Semarang 2005

 Muh. Zuhri, Prof. Dr. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Tiara Wacana Yogya
(anggota IKAPI), Yogyakarta 2003

 Subhi As-Shalih Dr. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta 2007

 Nawir Yuslem, DR. MA, Ulumul Hadis, Mutiara Sumber Widya (angota IKAPI) 2001

Anda mungkin juga menyukai