Anda di halaman 1dari 2

Seperti sudah disinggung di atas, social engineering memiliki dua level : fisik

dan psikologis. Karena itu, dalam usaha untuk meningkatkan sistem


keamanan komputer, maka kedua aspek ini harus diperhatikan. Satu hal yang
sering dilupakan oleh organisasi adalah cara membuat prosedur untuk
menangani serangan terhadap social engineering. Perusahaan dapat saja
menghabiskan dana besar untuk membeli perangkat keras dan perangkat
lunak, antivirus, dan sebagainya untuk meningkatkan keamanan sistern,
namun itu semua akan mubazir jika mengabaikan pencegahan terhadap
serangan social engineering. Oleh karena itu, organisasi harus membuat sebuah
kebijakan untuk pencegahan serangan terhadap social engineering. Menurut
Sarah Granger, beberapa kebijakan yang dapat dibuat, antara lain:
1. Pencegahan serangan fisik
'Salah satu cara untuk menanggulangi serangan social engineering adalah
memiliki sistern keamanan secara fisik. Setiap orang yang masuk dan keluar
gedung harus memiliki ID yang diperiksa dan diverifikasi tanpa terkecuali.
Sistem pemeriksaan dan verifikasi tersebut harus memastikan bahwa tidak ada
orang yang masuk ke dalam gedung yang tidak memiliki otorisasi. Dokumen-
dokumen penting dan rahasia harus disimpan dalam laci-laci dokumen yang
terkunci dan tidak dapat diakses secara fisik oleh orang yang tidak berhak.
Dokumen-dokumen penting yang ingin dibuang ke temp at sampah harus
dihancurkan terlebih dahulu. Demikian juga, perangkat penyimpanan yang
ingin dibuang harus dikosongkan dari data-data yang mungkin digunakan
untuk tujuan yang tidak baik.
2. Mewaspadai pihak yang mengaku rekanan perusahaan
Dalam melakukan penyerangan, sering kali pelaku berpura-pura sebagai pihak
lain yang merupakan rekanan dari perusahaan, seperti pengelola gedung,
pegawai telepon, pegawai cleaning service, jasa kurir, dan sebagainya. Pelaku
meminta informasi tertentu dengan alasan untuk keperluan pekerjaan yang
dilakukan oleh pelaku. Karena tidak curiga, karyawan akan memberikan
informasi yang diminta. Dengan cara itu, pelaku dapat dengan mudah
memperdaya korbannya. Untuk mencegah hal seperti ini terjadi, perusahaan
harus mengingatkan karyawan agar berhati-hati jika ada pelaku yang mengaku
dari pihak rekanan organisasi mulai meminta informasi tertentu yang tidak
biasa.
3. Training, training, dan retraining
Organisasi harus melatih, melatih, dan kembali melatih karyawan mulai
dari help desk sampai seluruh tingkat paling tinggi dalam organisasi.
Menurut Naomi Fine, President dan CEO dari Pro-TeeData, organisasi harus
melatih karyawan cara mengidentifikasi informasi yang dipertimbangkan
sebagai informasi rahasia dan memahami betul bahwa mereka bertanggung
jawab untuk melindunginya. Organisasi harus menanamkan bahwa keamanan
sistern komputer merupakan bagian dari pekerjaan semua pegawai, sekalipun
pegawai itu memiliki pekerjaan yang tidak berhubungan dengan komputer
sarna sekali. Setiap orang dalam organisasi harus betul-betul memahami
mengapa sangat penting menjaga informasi rahasia dan manfaatnya bagi
organisasi serta memberi mereka tanggung jawab untuk ikut menjaga keamanan
jaringan. Semua pegawai harus ditraining untuk menjaga data rahasia mereka
dengan aman dan menyertakan mereka dalam kebijakan sistem keamanan
perusahaan.
.
4. Berpikir layaknya penyerang
YOSEPHINE, KELAS VIII D
Sebagai seorang pegawai perusahaan, kebanyakan pegawai dilatih
untuk melayani pelanggan atau orang lain dengan baik. Hal ini
menyebabkan pegawai menjadi terbiasa ingin membantu orang lain.
Akibatnya, ketika ada pelaku meminta informasi, pegawai tanpa curiga
memberikannya tanpa banyak bertanya. Oleh karena itu, dalam lingkungan
sistem informasi, karyawan perlu dilatih untuk berpikir layaknya pelaku dan
selalu harus curiga kepada pihak lain yang meminta informasi yang tidak
lazirn. Karyawan perlu dilatih untuk curiga pada permintaan informasi yang
kadang-kadang disertai dengan intimidasi, buru-buru, pura-pura telah
melakukan kesalahan, dan sebagainya. Dengan melatih kewaspadaan tersebut,
perusahaan tidak akan mudah diserang.

5. Merespons serangan terhadap Social Engineering


Setiap kali karyawan mendekteksi adanya kemungkinan serangan social
engineering, maka organisasi harus memberikan respons yang cukup dan
secepatnya. Organisasi harus mempunyai prosedur untuk menanggulangi
serangan social engineering dan menunjuk tim atau personal untuk
menganggapi jika dideteksi adanya serangan. Social engineering harus menjadi
perhatian bagi organisasi. Menurut Mitnick, organisasi dapat saja membeli
teknologi dan layanan untuk meningkatkan keamanan sistem atau jaringan
organisasi, namun sistem atau jaringan tersebut masih tetap berisiko ditembus
dengan metode-metode social engineering. Oleh karena itu, social engineering
harus menjadi prioritas organisasi untuk dibenahi dalam upaya
meningkatkan keamanan sistem informasi organisasi.

YOSEPHINE, KELAS VIII D

Anda mungkin juga menyukai