Cara Interpretasi Geolistrik
Cara Interpretasi Geolistrik
GEOFISIKA EKSPLORE
‘’FIELDTRIP’’
Asisten Praktikum :
Fauzan Eka Saputra (H1F011056)
Oleh:
Shisil Fitriana (H1F012013)
FAKULTAS TEKNIK
PURBALINGGA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau
Konduktor akan berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang
diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.
V = I x R, I = V / R, R = V / I
KETERANGAN: :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt
(V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm
(Ω))
Dalam aplikasinya, Kita dapat menggunakan Teori Hukum Ohm dalam
Rangkaian Elektronika untuk memperkecilkan Arus listrik, Memperkecil
Tegangan dan juga dapat memperoleh Nilai Hambatan (Resistansi) yang kita
inginkan.
Hal yang perlu diingat dalam perhitungan rumus Hukum Ohm, satuan unit
yang dipakai adalah Volt, Ampere dan Ohm. Jika kita menggunakan unit lainnya
seperti milivolt, kilovolt, miliampere, megaohm ataupun kiloohm, maka kita perlu
melakukan konversi ke unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk
mempermudahkan perhitungan dan juga untuk mendapatkan hasil yang benar.
Untuk lebih jelas mengenai Hukum Ohm, kita dapat melakukan Praktikum
dengan sebuah Rangkaian Elektronika Sederhana seperti dibawah ini :
namun banyak orang lebih sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan
yang merupakan kebalikan dari resistivitas (ρ) dengan satuan mhos/m.
Di mana J adalah rapat arus (ampere/m 2 ) dan E adalah medan listrik (volt/m).
Konduksi secara elektrolitik. Sebagian besar batuan merupakan konduktor
yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada
kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi
oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor
elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam
air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan
susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar
jika kandungan air dalam batuan berkurang. Menurut rumus Archie:
Nilai Resistivitas Dari Berbagai Tipe Batuan (Telford, 1990; Astier; 1971,
Mori, 1993)
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh
arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila
digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.
Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang
menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris
terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah
elektroda tegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang
dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis
semu (‘Apparent Resistivity’). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis
yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah
permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai
yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak
AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan
didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung
dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.
Kegunaan
Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai
kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya
lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air.
Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit
oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan
bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh,
sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh
perubahan cuaca setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang
mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan
bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk
fondasi bangunan.
Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi
(geotermal) di bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu
metoda bantu dari metoda geofisika yang lain untuk mengetahui secara pasti
keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan.
Keunggulan
Keunggulan metoda geolistrik untuk mendeteksi perlapisan batuan sampai
kedalaman sekitar 500 m.
Item Keunggulan
Harga peralatan Relatif murah
Biaya survei Relatif murah
Waktu yang Relatif sangat cepat, bisa mencapai 4 titik pengukuran
dibutuhkan atau lebih per hari
Peralatan yang kecil dan ringan sehingga mudah
Beban pekerjaan
untuk mobilisasi
Kebutuhan Sekitar 5 orang, terutama untuk konfigurasi
personal Schlumberger
Secara global bisa langsung diprediksi saat di
Analisa data
lapangan
Konfigurasi
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4
buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan
MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner
dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri
untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan.
Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna,
seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan
batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh
terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi
menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas
lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor
ketidak-seragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada
jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar
arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.
‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya
terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang
secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari
lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan
batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan
konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN
yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut
menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN,
sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum
dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami
tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan
demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-
benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang
mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi
tinggi.
a. Konfigurasi Dipole
Konfigurasi Dipole pada prinsipnya menggunakan 4 buah elektroda yaitu
pasangan elektroda arus (AB) yang disebut ‘Current Dipole’ dan pasangan
elektroda potensial (MN) yang disebut ‘Potential Dipole’. Pada konfigurasi
Dipole elektroda arus dan elektroda potensial bisa terletak tidak segaris dan tidak
simetris.
Beberapa macam konfigurasi Dipole
Untuk menambah kedalaman penetrasi maka jarak antara ‘Current Dipole’
dan ‘Potential Dipole’ diperpanjang, sedangkan jarak elektroda arus dan jarak
elektroda tegangan tetap. Dan ini merupakan keunggulan konfigurasi Dipole
dibandingkan konfigurasi Schlumberger maupun Wenner, karena tanpa
memperpanjang kabel bisa mendeteksi batuan yang lebih dalam. Dalam hal ini
diperlukan alat pengukur tegangan yang ‘high impedance’ dan ‘high accuracy’.
Ada alat geolistrik merek tertentu yang bisa menggunakan multi ‘potensial
elektrode’ untuk satu bentangan elektroda arus. Dan hasil bisa langsung tergambar
pada layar monitor. Dalam hal ini yang tergambar adalah ‘apparent resistivity’
bukan ‘true resistivity’ serta mengabaikan persyaratan pengukuran geolistrik yaitu
homogenitas batuan, karena dalam konfigurasi Dipole tidak ada fasilitas untuk
membuat batuan tidak homogen menjadi seakan-akan homogen. Sedangkan pada
konfigurasi Schlumberger bisa dibuat data yang diperoleh dari batuan yang tidak
homogen menjadi seakan-akan homogen.
b. Konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner dikembangkan oleh Wenner di Amerika yang ke-
empat buah elektroda-nya terletak dalam satu garis dan simetris terhadap titik
tengah. Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga (1/3) dari jarak AB.
Bila jarak AB diperlebar, maka jarak MN juga harus diubah sehingga jarak MN
tetap sepertiga jarak AB.
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan
tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena
elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat
ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-
kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena
keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka
jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar
dari 1/5 jarak AB.
Konfigurasi Schlumberger
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas
batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan
faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang
akurat.
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan
pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh,
sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high
impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4
digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan
pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk
mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu
dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak
elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak
AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan
perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika
pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya
kurang dari 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai
perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang
lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim
arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000
Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak
lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
Contoh penggunaan jarak MN/2 terhadap jarak AB/2
- Untuk jarak AB/2 dari 2.5 m sampai 10 m, gunakan jarak MN/2 = 0.5 m
- Untuk jarak AB/2 dari 10 m sampai 40 m, gunakan jarak MN/2 = 2.0 m
- Untuk jarak AB/2 dari 40 m sampai 160 m, gunakan jarak MN/2 = 8.0 m
- Untuk jarak AB/2 dari 160 m sampai 500 m, gunakan jarak MN/2 = 30 m
III. Rumus perhitungan metode
a. Palu sebanyak minimal 4 buah, berfungsi untuk mngetok paku tembaga agar
bisa di dapatkan besar tegangan dan arusnya.
b. Roll Kabel sebanyak 4 buah yang digunakan sebagai A, B, M dan N di
gunakan untuk aliran listrik sehingga bisa di baca pada resistivity meter
c. Paku tembaga dengan panjang 125 m sebanyak 4 buah yang digunakan
untuk A, B, M dan N berfungsi untuk penghubung aliran listrik sehingga
bisa di ketahui litologi bawah permukaan.
d. Resistivity Meter berfungsi sebagai alat yang mengahsilkan data berupa
tegangan dan arus.
e. HT minimal 3 buah di pegang oleh operator, dua lainnya di pegang oleh A
dan B berfungsi sebagia alat komunikasi dan koordinasi anatara operator
dan
f. Aki (accu ) sebanyak 2 buah berfungsi untuk pensuplai arus listrik ke
resitivity meter.
g. Kabel penghubung antara kabel roll ke resitivity, yang berfungsi sebagai
penghubung aliran listrik dari kabel roll ke resistivity sehingga bisa di baca
oleh resistivity meter.
h. Laptop berfungsi untuk mencatat besar tegangan dan volt sehingga bisa
dengan cepat di ketahui besar rho nya.
i. Payung berfungsi untuk menutupi resistivity ketika hujan turun dan terik
matahari sehingga tidak mengganngu ke erroran alat.
Penerima
a. Input impedansi digunakan untuk impedensi masukan dengan resistensi
maksimum 10 m ohm.
b. Batas ukur digunakan untuk membaca daya.
c. Accracy digunakan untuk ketelitian 0,1 volt.
d. Kompensator digunakan untuk pengatur tegangan.
e. Hold digunakan untuk fasilitas membaca data.
f. Start digunakan untu memperoleh harga arus mA yang konstan.
Langkah kerja:
Untuk progres dengan memasukkan data AB/2 dan Rho rata rata dari hasil
percobaan sehingga di dapat litologi dari hasil penelitian bawah permukaan.
Sedangkan untuk res2dinv memasukkan data point datum yang di peroleh dari
(C1+C2)/2 kemudian ditambah C1. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini yang di ambil dari acara
praktikum dan fieldtrip adalah:
HASIL PRAKTIKUM
1. Kolom litologi
2. 2D Wenner
Sebelum di lakukan pengecekan error
PEMBAHASAN
1. Deskripsi lokasi
Pada penelitian di ambil data tegangan dan volt dengan jarak C1, P1, P2 dan
C2 sesuai dengan ketentuan tabel. Dilakukan percobaan minimal 2 kali dengan
melihat besar Rho sampai benar benar mirip atau maksimal beda 1. Rho di dapat
V Vrata−rata
dari ×k untuk Rho rata-rata di dapat dari ×k .V merupkan
I I rata rata
tegangan, I merupakan arus dan K merupakan Konstanta.
2. Metode yang digunakan
Kemudian di buat kolom litologi pada corel. Pada tahap ini hanya di
lakukan pengeditan pada kolom yang sudah ada. Mengklik A untuk mengedit text
dan shape untuk mengedit kotaknannya. Untuk ukuran hanya di lakukan dengan
menggeser geser krusor dan mengkliknya. Untuk litoloi juga demikian bisa di klik
A.
4. Interpretasi
Interpretasi kolom litologi adiwarno
Litologi yang paling tua atau terendapkan duluan adalah batu lempung yang
mempunyai kedalaman 55,93 m, tebal 29,30m dan tahan jenis 3,35 ohm m.
Kemudian lapisan diatasnya adalah batubeku yang mempunyai potensi tambang
dengan kedalaman 26,63 m, tebal 6,08m dan tahan jenis 50,35 ohm m. Lapisan
diatasnya ada breksi dengan kedalaman 20,55 m, tebal 6,30 m dan tahan jenis
183,88 ohm m. Diatasnya lagi terendapkan breksi dengan kedalaman 14,25 m,
tebal 5,54m dan tahan jenis 198,46 ohm m. Kemudian batupasir kasar dengan
kedalaman 8,71 m, tebal 2,64m dan tahan jenis27,35ohm m. Lalu batu lempung
dengan kedalaman 6,07 m, tebal 0,72 m dan tahan jenis 8,01 ohm m. Setalah itu di
atasnya terdapat batu lempung dengan kedalaman 4,96m, tebal 0,41 m dan tahan
jenis 5,04 ohm m. Di atasnya lagi batulempung dengan kedalaman m, tebal dan
tahan jenis ohm m. 2 lapisan diatasnya adala batu beku dengan potensi tambang
dan secara berurutan ke atas dengan kedalaman 4,55m, tebal 2,14 dan tahan jenis
48,38 ohm m untuk diatasnya dengan kedalaman 2,41m, tebal 1,71 m dan tahan
jenis 67,77 ohm m. Dan yang paling terakhir terbentuk adalah tanah yang hasil
dari lapukan brkesi dengan kedalaman 0,70 m, tebal 0,70m dan tahan 156,31 jenis
ohm m.
Interpretasi 2D Wenner
Pada invers model resistivity section, di perkirakan dari 3,26-3,85
merupakan air infiltrasi, 4,55 lempung, 5,37 merupakan lempung pasiran,
6,35adalah pasir, 7,50 merupakan alluvium, 8,85 merupaka breksi dan yang 10,5
adalah beku.
KESIMPULAN
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini yang di ambil dari acara
praktikum dan fieldtrip adalah:
http://dasarteknikotomotif.blogspot.com/2014/08/pengertian-rumus-dasar-hukum-
ohm.html (Diakses pada tanggal 13 Desmber 2014, pukul 20.45 WIB)
http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikelAE8F65203D5B17C70A31B74EE862C30F.pd
f (Diakses pada tanggal 16 Desmber 2014, pukul 17.55 WIB)
http://one-geo.blogspot.com/2012/05/sifat-kelistrikan-batuan_28.html (Diakses
pada tanggal 13 Desmber 2014, pukul 21.00 WIB )
http://poetrafic.wordpress.com/2011/01/12/sifat-kelistrikan-suatu-batuan/
(Diakses pada tanggal 13 Desmber 2014, pukul 21. 17 WIB)
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_fis_044110_chapter2.pdf. (Diakses
pada tanggal 16 Desmber 2014, pukul 09.00 WIB)