Anda di halaman 1dari 10

Analisis Lactose Intolerance pada Bayi Usia 4 Bulan yang disebabkan oleh

Susu Formula Sapi

Ali Hanapiah (102016237), Nathania Dwianti Setiawan (102016120), Priscilla Sari


(102016252), Audrey Fidelia (102016200), Christy Ong (102016068), Yonathan Parasian
(102016078), Jebsa Amnifu (102016198), Salma Mardiah (102016171)

D2/Skenario F

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061 Email : jimbon.amnifu17@gmail.com

ABSTRAK

Setiap Ibu ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, salah satunya dengan
memberikan ASI. Tapi, apa jadinya jika seorang ibu yang menyusui tidak kunjung
Mengeluarkan ASI. Mewajibkan dia untuk segera menggantinya dengan susu formula,
sehingga terjadi kasus seperti bayi terserang diare yang disebabkan karna Lactose Intolerance.
Intoleransi laktosa terjadi pada saat bayi kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna
gula susu yaitu laktosa. Lactose intolerance menyebabkan ketidak mampuan pada seseorang
dalam mencerna dan menyerap laktosa sehingga dapat menimbulkan asam dan sejumlah gas
di dalam usus besar yang dapat menyebabkan diare. Tentu saja hal ini harus diperhatikan oleh
setiap orang terutama seorang ibu dan calon ibu kedepannya.

Kata kunci: ASI, Laktosa, Lactose intolerance, diare.

ABSTRACT

Every mother wants to give the best for the baby, one of them with ASI. But, what happens if
a nursing mother does not go Eject ASI. Requiring him to immediately replace it with milk
formula, so that cases such as infant diarrhea is caused because Lactose Intolerance. Lactose
intolerance occurs when infants lack the enzyme needed to digest milk sugar is lactose.
Lactose intolerance causes the inability to someone in the digest and absorb lactose that can
lead to a number of acids and gas in the large intestine that can cause diarrhea. Of course this

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 1


must be considered by everyone, especially mothers and future mothers.

Key words: ASI, Lactose, Lactose intolerance, diarrhea.

PENDAHULUAN

ASI mengandung gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi. Badan Kesehatan
Dunia, WHO, merekomendasikan bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan. Namun,
tidak semua perempuan mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI ekslkusif kepada
bayi mereka. Pidato Menteri Kesehatan RI yang dibacakan oleh Direktur Bina Kesehatan
Anak dr. Elizabeth Jane Soepardi, M.Epid saat membuka acara peringatan Pekan ASI
Sedunia (PAS) 2015 di Jakarta (14/9) menyatakan capaian ASI eksklusif di Indonesia belum
mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012
pencapaian ASI eksklusif adalah 42%. Sedangkan, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
provinsi tahun 2013, cakupan pemberian ASI 0-6 bulan hanyalah 54,3% (Pusdatin, 2015).1
Terkait dengan kasus skenario F yang dimana seorang ibu tidak bisa lagi mengeluarkan ASI,
sehingga harus memberikan susu formula pada bayinya yang berusia 4 bulan dan ternyata
menyebabkan diare setiap kali mengkonsumsi susu tersebut. Dokter menyarankan kepada ibu
bayi tersebut untuk mengganti susu dengan susu bebas laktosa karena bayinya mengalami
Lactose Intolerance). Intoleransi laktosa terjadi pada saat bayi kekurangan enzim yang
diperlukan untuk mencerna gula susu yaitu laktosa. Intoleransi laktosa jarang terjadi pada
bayi dan gejala-gejalanya dapat diamati sejak dini karena bayi sejak lahir mengalami masalah
mencerna susu dan akan mengalami masalah dalam berat badan. Enzim laktase berperan
penting dalam hidrolisis laktosa. Enzim merupakan protein spesifik yang dapat dimanfaatkan
kembali karena enzim akan selalu muncul kemabli dalam keadaan utuh setelah substrat
diubah menjadi produk.2,3

Masih banyak masyarakat yang minim tentang apa itu penyakit Intoleransi Laktosa.
Penyakit ini harus diperhatikan oleh setiap orang terutama ibu yang menyusui. Oleh karna itu,
makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang Lactosa Intolerance, mengenai akibat yang
ditumbulkan, laktase dan enzim laktase.

PEMBAHASAN

Laktosa

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 2


Laktosa merupakan satu-satunya karbohidrat dalam susu mammalia, merupakan disakarida
yang terdiri dari gabungan monosakarida: glukosa dan galaktosa.4,5 Laktosa hanya dibuat
di sel-sel kelenjar mamma pada masa menyusui melalui reaksi antara glukosa dan galaktosa
uridin difosfat dengan bantuan lactose synthetase.6 Kadar laktosa dalam susu sangat
bervariasi antara satu mammalia dengan yang lain. ASI mengandung 7% laktosa, sedangkan
susu sapi hanya mengandung 4%. Singa laut merupakan satu-satunya mammalia yang tidak
mengandung laktosa dalam air susunya, juga enzim untuk pemecahan laktosa (laktase).4,5
Laktosa dapat bereaksi dengan Fehling, Tollens atau Benedict. Hasil hidrolisis laktosa
dengan menggunakan enzim laktase adalah glukosa dan galaktosa.7

Laktosa dapat meningkatkan penyerapan kalsium yang begitu penting bagi


pertumbuhan tulang. Laktosa tidak hanya membantu pertumbuhan otak dan tulang tetapi juga
usus dan pencernaan bayi membutuhkan gula alamiah. Laktisa membantu meningkatkan
pertumbuhan bakteri usus yang berguna seperti Lactobacilus bifidus.8

Gambar 1: Struktur Laktosa9

Disakarida

Susu merupakan sumber nutrient yang penting untuk pertumbuhan bayi mamalia, termasuk
manusia, yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Laktosa
merupakan satu-satunya karbohidrat dalam susu mammalia, merupakan disakarida yang
terdiri dari gabungan monosakarida: glukosa dan galaktosa.4,5,10 Disakarida (C12H22O11)n
adalah sebuah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula yang disatukan oleh suatu ikatan
glikosidik dari satu satuan monosakarida ke suatu OH satuan monosakarida lain.11,12
Disakarida yang mempunyai gugus hidroksil laktol pada atom karbon anomerik masih
mempunyai sifat-sifat yang dimiliki monosakarida. Sifat-sifat tersebut antara lain adalah
dapat mereduksi, membentuk osazon dan juga menunjukkan peristiwa mutarotasi. Disakarida

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 3


yang mempunyai sifat mereduksi adalah maltose, selobisa, laktosa, turanosa, melibiosa dan
gentibiosa. Disakarida yang tidak dapat mereduksi adalah sakarosa dan trehalosa. Daya
reduksi disakarida umumnya lebih lemah dibandingkan dengan daya reduksi monosakarida.13

Pada bahan makanan terdapat 3 jenis disakarida yaitu sukrosa, maltosa, dan laktosa.10

 Sukrosa
Adalah gula yang kita pergunakan sehari-hari, sehingga lebih sering disebut gula meja
(table sugar) atau gula pasir dan disebut juga gula invert. Mempunyai 2 (dua)
molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul
fruktosa. Sumber: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), jam, jelly.
 Maltosa
Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa. Di
dalam tubuh maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum, lebih mudah dicema dan
rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan Jodium amilum akan berubah menjadi warna
biru. Amilum terdiri dari 2 fraksi (dapat dipisah kan dengan air panas):
1) Amilosa
-larut dengan air panas
-mempunyai struktur lantai lurus
2) Amilokpektin
-tidak larut dengan air panas
-mempunyai struktur rantai bercabang
 Laktosa
Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa
dan satu molekul galaktosa. Laktosa kurang larut di dalam air. Sumber : hanya
terdapat pada susu sehingga disebut juga gula susu.
- Susu sapi 4-5%
- Asi 4-7%

Hidrolisis Laktosa

Dalam saluran cerna, laktase merupakan enzim yang penting karna dapat mengubah gula
susu yang relatif sukar larut dalam air menjadi monosakarida yang mudah larut dan enzim
laktase adalah enzim yang mengatalisasi hidrolisis laktosa atau gula susu menjadi glukosa
dan galaktosa.14 Hidrolisis disakarida dengan cara merebus disakarida bersama-sama asam

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 4


mineral encer atau pengaruh enzim disakaridase akan menghasilkan komponen-komponen
penyusunnya, yaitu dua molekul monosakarida. Bagi homodisakarida, satu macam
monosakarida akan diperoleh sedangkan untuk heterodisakarida, dua macam monosakarida
akan diperoleh.13 Hidrolisis laktosa dengan asam encer atau dengan katalis enzim laktase
akan menghasilkan galaktosa dan hasil-hasil lain. Galaktosa juga merupakan unit penyususn
rafinosa; jadi, dari rafinosa, galaktosa dapat diperoleh dengan cara hidrolisis sempurna.14

Enzim Laktase

Orang-orang yang sakit perut setelah minum susu kemungkinan tidak memiliki atau
kekurangan enzim laktase. Enzim laktase adalah enzim dalam usus yang berguna untuk
menyerap dan mencerna laktosa (gula susu).15 Ada macam-macam jenis enzim, salah satunya
adalah enzim laktase. Enzim laktase adalah enzim dalam usus yang berguna untuk menyerap
dan mencerna laktosa (gula susu). Kekurangan enzim ini menyebabkan laktosa tidak tercerna
dan terakumulasi dalam usus besar.16,17 Enzim ini berguna juga memecah gula susu (laktosa)
menjadi galaktosa. Semakin bertambahnya usia seorang maka semakin berkurang pula jumlah
enzim dalam tubuhnya. Misalnya, enzim laktase pada anak-anak lebih banyak dibandingkan
orang tua sehingga anak yang mengonsumsi susu sapi kemungkinan mengalami diare lebih
kecil karena gula susu (laktosa) akan diubah menjadi galaktosa yang mudah diserap usus.
Adapun orang tua akan mempunyai kemungkinan diare lebih tinggi karena enzim laktase
yang sedikit sehingga laktosa yang diubah menjadi galaktosa pun sedikit. Kelebihan laktosa
tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk utuh atau berupa diare.18

laktase

Gambar 2: Aktivitas laktase19: dimana enzim laktase mengubah/memecah laktosa menjadi


galaktosa dan glukosa (Sumber: Zulfikar, 2010)

Protein

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 5


Protein dirumuskan oleh Jons Jakob Berzelius pada tahun 1938 dan protein berasal dari
bahasa Yunani yaitu protos yang artinya “paling utama”.20 Protein adalah polimer yang
tersusun dari monomer yang biasa disebut asam amino. Asam amino menyusun diri dalam
urutan dan jumlah beragam, menghasilkan protein dengan beragam fungsi. Protein
merupakan komponen penting pada makhluk hidup dan berperan penting dalam aktivitas sel.
Protein tersusun atas unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan terkadang mengandung
zat belerang dan fosfor. Protein berfungsi dalam nyaris setiap aspek kehidupan selular dan
bisa terdapat ribuan protein berbeda dalam sebuah sel tunggal. Proses kimia tubuh dapat
berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai
biokatalis. Enzim yang mengkatalis kebanyakan reaksi kimiawi dalam sel, terbuat dari rantai-
rantai protein. Eritrosit yang mengandung hemoglobin merupakan suatu jenis protein. Dan
juga zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri yang dapat disebut antigen juga protein.
Hormon juga ada yang mengandung protein seperti insulin.21,22

1. Bentuk dan Struktur Protein


Protein merupakan senyawa makro-molekul yang terdiri atas sejumlah asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Atas dasar susunan asam amino serta ikatan-
ikatan yang terjadi antara asam amino dalam satu molekul protein, dibedakan 4
macam struktur protein, yaitu struktur primer,struktur sekunder, struktur tersier, dan
Struktur kuartener.19

a b c d

Gambar 3: Tingkat Struktur Protein (2014)


(Sumber : http://www.piercenet.com/method/overview-crosslinking-protein-
modification)

a) Struktur primer merujuk kepada struktur linear dan residu asam amino
sepanjang rantai polipeptida, melibatkan pembentukan ikatan kovalen dari
ikatan peptida dan ikatan disulfida antara rantai-rantai polipeptida, yang

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 6


disebut struktur primer-S.
b) Struktur sekunder merujuk kepada struktur dua dimensi dari molekul protein,
dimana terjadi lipatan (folding) yang beraturan seperti α-heliks dan β-sheet.
Dalam struktur sekunder, disamping adanya ikatan kovalen antar asam amino
dan ikatan disulfida dari gugus sistein, juga terdapat ikatan hidrogen dari
gugus-gugus polar pada residu asam amino.
c) Struktur tersier merupakan struktur tiga dimensi yang sederhana dari rantai
polipeptida, polipeptida dengan struktur ini, disamping melakukan folding
membentuk struktur α-heliks dan β-sheet, juga terjadi antar aksi bukan
kovalen seperti gaya Van Der Waals, dan antar aksi gugus nonpolar yang
mendorong terbentuknya folding yang mantap dari suatu polipeptida.
d) Struktur tertinggi dari protein adalah struktur kuarterner. Dalam struktur ini,
molekul protein merupakan molekul kompleks, tidak terbatas hanya satu rantai
polipeptida, tetapi boleh jadi mengandung beberapa rantai polipeptida. Jadi
pada struktur ini, molekul protein disamping memiliki ikatan hidrogen. Gaya
van der Waals, dan antar aksi gugus nonpolar, juga terjadi antar aksi antar
polipeptida satu dengan lainnya melalui baik antar aksipolar, nonpolar,
maupun van der Waals. Contoh dari protein ini adalah molekul hemoglobin,
terdiri dari empat sub-unit rantai pilipeptida.12,13
2. Fungsi Protein19
Protein berfungsi memindahkan berbagai senyawa melalui aliran darah dan melintasi
membran. Protein merupakan komponen yang memungkinkan otot berkontraksi,
sehingga dapat terjadi gerakan. Dalam bentuk antibodi dan komponen lain dalam
sistem kekebalan, protein melindungi dari infeksi oleh organisme asing. Protein juga
mencegah kehilangan darah dengan membentuk serangkaian proses yang diakhiri
dengan pembentukan bekuan darah.
Satu fungsi penting protein adalah fungsi sebagai enzim, katalisator yang
meningkatkan kecepatan reaksi biokimia. Tanpa protein katalis ini, reaksi akan
berlansung dengan sangat lambat sehingga kehidupan menjadi mustahil. Protein dan
semua senyawa lain dalam tubuh tersusun membentuk organ dan jaringan yagn terdiri
dari sel-sel.

Akibat Lactose Intolerance

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 7


Intoleransi seperti pada laktosa disebabkan tiadanya enzim dalam usus yang berakibat pada
ketidaknyamanan perut dan diare sebagai reaksi atas produk susu. Gejala intoleransi
laktosa terjadi dalam jangka waktu 30 menit hingga 2 jam setelah makan produk-produk susu,
gejala tersebut termasuk:23

Gambar 4: Ketidaknyamanan pada perut

(Sumber: http://obatin.net/beberapa-cara-mengatasi-diare.html)

 Sakit perut
 Kram
 Kembung
 Mual
 Diare
 Mengeluarkan gas
 Terasa sakit
 Suara menggemuruh di perut

Anak-anak memiliki gejala yang sedikit berbeda:

 Diare berbuih
 Ruam gatal
 Pertumbuhan dan perkembangan yang melambat
 Kadang-kadang muntah

KESIMPULAN

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 8


Lactose Intolerance pada bayi terjadi karena enzim laktase yang terdapat didalam tubuh bayi
kurang sehingga tidak dapat memecah laktosa tersebut. Akibatnya bayi mengalami diare dan
untuk mencegah terjadinya lactose intolerance susu formula sapi dapat digantikan dengan
susu yang rendah laktosa. Karena susu formula sapi mengandung laktosa. Untuk menghindari
diare berkelanjutan, Ibu X dianjurkan mengganti susu menjadi susu kedelai yang lebih aman
untuk bayi ibu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. Dukung ibu bekerja beri ASI ekslusif. (diakses 1 Januari
2017); (lembar 1). Diakses dari
http://www.depkes.go.id/article/view/15091400003/dukung-ibu-bekerja-beri-asi-
eksklusif.html.
2. Muaris H. Untuk ibu menyusui. Ed-. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2009. h.
10-1.
3. Prabantini D. A to z makanan pendamping asi. 1st ed. Yogyakarta: Penerbit ANDI;
2010. h. 91.
4. Alliet P, Kretchmer N, Lebenthal E. Lactase deficiency, lactose malabsorption, and
lactose intolerance. Dalam: Lebenthal E, penyunting. Textbook of Gastroenterology
and Nutrition in Infancy. Edisi ke-2. New York: Raven Press, 1989. h. 459-72.
5. George DE, DeFrancesca BA. Human milk in comparison to cow milk. Dalam:
Lebenthal E, penyunting. Textbook of Gastroenterology and Nutrition in Infancy.
Edisi ke-2. New York: Raven Press, 1989. h. 239-61.
6. Mayes PA. Gluconeogenesis and control of blood glucose. Dalam: Murray RK,
Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, penyunting. Harper’s Biochemestry. Edisi ke-
22. Connecticut: Prentice-Hall International Inc., 1990. h. 179-98.
7. Kamaludin A. Intisari kimia. Tip dan trik kilat menaklukkan kimia. 1st ed.
Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2010. h. 248.
8. Sears W, Sears M. The baby book. 2nd ed. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta; 2007.
h.162.
9. Weaver RF. Molecular biology. 2nd ed. New York: McGraw Hill; 2012
10. Hutagalung H. Karbohidrat. USU e-Journals 2004 (diakses 2 januari 2017); h.3-4
Diunduh dari repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3561/1/gizi-halomoan.pdf
11. Komarudin O. Solusi smart kimia. Jakarta: Penerbit Cmedia; 2014: h. 356

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 9


12. Aryulina D, Muslim C. Biologi SMA. Yogyakarta: Penerbit Erlangga; 2009: h. 154
13. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan
program strata I fakultas bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009:
h. 221
14. Sumardjo D. Pengantar kimia buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran. Jakarta:
EGC; 2010.h.207,410
15. Pangkalan ide. Healt secret of kefir. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2008.h.24
16. Suranto A. Terapi enzim. Jakarta: Penebar Plus; 2011.h.11,22,48,3,7-8.
17. Ide P. Health secret of kefir. Menguak keajaiban susu asam untuk penyembuhan
berbagai penyakit. Ed-. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2008. h.24-5.
18. Setiawati T, Furqonita D. Biologi interaktif. 3rd ed. Jakarta: Azka Pres; 2007. h.21-3.
19. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC;
2001.h.389,4,79-83,67-97
20. Asmadi. Teknik prosedural konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:
Salemba medika; 2008: h.69-71.
21. Elrod SL, Stansfield WD. Genetika. 4th ed. Jakarta: Erlangga; 2007. h.56-7
22. Andriyani R, Triana A, Julianti W. Buku ajar biologi reproduksi dan perkembangan.
1st ed. Yogyakarta: Deepublish; 2015. h.158
23. Tuti S. Makanan Sehat : Penggugah Selera Makan Balita.Jakarta: Penerbit
PT.Gramedia Pustaka Utama;2006

Fakultas Kedokteran - UKRIDA 10

Anda mungkin juga menyukai