D2/Skenario F
ABSTRAK
Setiap Ibu ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, salah satunya dengan
memberikan ASI. Tapi, apa jadinya jika seorang ibu yang menyusui tidak kunjung
Mengeluarkan ASI. Mewajibkan dia untuk segera menggantinya dengan susu formula,
sehingga terjadi kasus seperti bayi terserang diare yang disebabkan karna Lactose Intolerance.
Intoleransi laktosa terjadi pada saat bayi kekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna
gula susu yaitu laktosa. Lactose intolerance menyebabkan ketidak mampuan pada seseorang
dalam mencerna dan menyerap laktosa sehingga dapat menimbulkan asam dan sejumlah gas
di dalam usus besar yang dapat menyebabkan diare. Tentu saja hal ini harus diperhatikan oleh
setiap orang terutama seorang ibu dan calon ibu kedepannya.
ABSTRACT
Every mother wants to give the best for the baby, one of them with ASI. But, what happens if
a nursing mother does not go Eject ASI. Requiring him to immediately replace it with milk
formula, so that cases such as infant diarrhea is caused because Lactose Intolerance. Lactose
intolerance occurs when infants lack the enzyme needed to digest milk sugar is lactose.
Lactose intolerance causes the inability to someone in the digest and absorb lactose that can
lead to a number of acids and gas in the large intestine that can cause diarrhea. Of course this
PENDAHULUAN
ASI mengandung gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi. Badan Kesehatan
Dunia, WHO, merekomendasikan bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan. Namun,
tidak semua perempuan mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI ekslkusif kepada
bayi mereka. Pidato Menteri Kesehatan RI yang dibacakan oleh Direktur Bina Kesehatan
Anak dr. Elizabeth Jane Soepardi, M.Epid saat membuka acara peringatan Pekan ASI
Sedunia (PAS) 2015 di Jakarta (14/9) menyatakan capaian ASI eksklusif di Indonesia belum
mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012
pencapaian ASI eksklusif adalah 42%. Sedangkan, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
provinsi tahun 2013, cakupan pemberian ASI 0-6 bulan hanyalah 54,3% (Pusdatin, 2015).1
Terkait dengan kasus skenario F yang dimana seorang ibu tidak bisa lagi mengeluarkan ASI,
sehingga harus memberikan susu formula pada bayinya yang berusia 4 bulan dan ternyata
menyebabkan diare setiap kali mengkonsumsi susu tersebut. Dokter menyarankan kepada ibu
bayi tersebut untuk mengganti susu dengan susu bebas laktosa karena bayinya mengalami
Lactose Intolerance). Intoleransi laktosa terjadi pada saat bayi kekurangan enzim yang
diperlukan untuk mencerna gula susu yaitu laktosa. Intoleransi laktosa jarang terjadi pada
bayi dan gejala-gejalanya dapat diamati sejak dini karena bayi sejak lahir mengalami masalah
mencerna susu dan akan mengalami masalah dalam berat badan. Enzim laktase berperan
penting dalam hidrolisis laktosa. Enzim merupakan protein spesifik yang dapat dimanfaatkan
kembali karena enzim akan selalu muncul kemabli dalam keadaan utuh setelah substrat
diubah menjadi produk.2,3
Masih banyak masyarakat yang minim tentang apa itu penyakit Intoleransi Laktosa.
Penyakit ini harus diperhatikan oleh setiap orang terutama ibu yang menyusui. Oleh karna itu,
makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang Lactosa Intolerance, mengenai akibat yang
ditumbulkan, laktase dan enzim laktase.
PEMBAHASAN
Laktosa
Disakarida
Susu merupakan sumber nutrient yang penting untuk pertumbuhan bayi mamalia, termasuk
manusia, yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Laktosa
merupakan satu-satunya karbohidrat dalam susu mammalia, merupakan disakarida yang
terdiri dari gabungan monosakarida: glukosa dan galaktosa.4,5,10 Disakarida (C12H22O11)n
adalah sebuah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula yang disatukan oleh suatu ikatan
glikosidik dari satu satuan monosakarida ke suatu OH satuan monosakarida lain.11,12
Disakarida yang mempunyai gugus hidroksil laktol pada atom karbon anomerik masih
mempunyai sifat-sifat yang dimiliki monosakarida. Sifat-sifat tersebut antara lain adalah
dapat mereduksi, membentuk osazon dan juga menunjukkan peristiwa mutarotasi. Disakarida
Pada bahan makanan terdapat 3 jenis disakarida yaitu sukrosa, maltosa, dan laktosa.10
Sukrosa
Adalah gula yang kita pergunakan sehari-hari, sehingga lebih sering disebut gula meja
(table sugar) atau gula pasir dan disebut juga gula invert. Mempunyai 2 (dua)
molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul
fruktosa. Sumber: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), jam, jelly.
Maltosa
Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa. Di
dalam tubuh maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum, lebih mudah dicema dan
rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan Jodium amilum akan berubah menjadi warna
biru. Amilum terdiri dari 2 fraksi (dapat dipisah kan dengan air panas):
1) Amilosa
-larut dengan air panas
-mempunyai struktur lantai lurus
2) Amilokpektin
-tidak larut dengan air panas
-mempunyai struktur rantai bercabang
Laktosa
Mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa
dan satu molekul galaktosa. Laktosa kurang larut di dalam air. Sumber : hanya
terdapat pada susu sehingga disebut juga gula susu.
- Susu sapi 4-5%
- Asi 4-7%
Hidrolisis Laktosa
Dalam saluran cerna, laktase merupakan enzim yang penting karna dapat mengubah gula
susu yang relatif sukar larut dalam air menjadi monosakarida yang mudah larut dan enzim
laktase adalah enzim yang mengatalisasi hidrolisis laktosa atau gula susu menjadi glukosa
dan galaktosa.14 Hidrolisis disakarida dengan cara merebus disakarida bersama-sama asam
Enzim Laktase
Orang-orang yang sakit perut setelah minum susu kemungkinan tidak memiliki atau
kekurangan enzim laktase. Enzim laktase adalah enzim dalam usus yang berguna untuk
menyerap dan mencerna laktosa (gula susu).15 Ada macam-macam jenis enzim, salah satunya
adalah enzim laktase. Enzim laktase adalah enzim dalam usus yang berguna untuk menyerap
dan mencerna laktosa (gula susu). Kekurangan enzim ini menyebabkan laktosa tidak tercerna
dan terakumulasi dalam usus besar.16,17 Enzim ini berguna juga memecah gula susu (laktosa)
menjadi galaktosa. Semakin bertambahnya usia seorang maka semakin berkurang pula jumlah
enzim dalam tubuhnya. Misalnya, enzim laktase pada anak-anak lebih banyak dibandingkan
orang tua sehingga anak yang mengonsumsi susu sapi kemungkinan mengalami diare lebih
kecil karena gula susu (laktosa) akan diubah menjadi galaktosa yang mudah diserap usus.
Adapun orang tua akan mempunyai kemungkinan diare lebih tinggi karena enzim laktase
yang sedikit sehingga laktosa yang diubah menjadi galaktosa pun sedikit. Kelebihan laktosa
tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk utuh atau berupa diare.18
laktase
Protein
a b c d
a) Struktur primer merujuk kepada struktur linear dan residu asam amino
sepanjang rantai polipeptida, melibatkan pembentukan ikatan kovalen dari
ikatan peptida dan ikatan disulfida antara rantai-rantai polipeptida, yang
(Sumber: http://obatin.net/beberapa-cara-mengatasi-diare.html)
Sakit perut
Kram
Kembung
Mual
Diare
Mengeluarkan gas
Terasa sakit
Suara menggemuruh di perut
Diare berbuih
Ruam gatal
Pertumbuhan dan perkembangan yang melambat
Kadang-kadang muntah
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI. Dukung ibu bekerja beri ASI ekslusif. (diakses 1 Januari
2017); (lembar 1). Diakses dari
http://www.depkes.go.id/article/view/15091400003/dukung-ibu-bekerja-beri-asi-
eksklusif.html.
2. Muaris H. Untuk ibu menyusui. Ed-. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2009. h.
10-1.
3. Prabantini D. A to z makanan pendamping asi. 1st ed. Yogyakarta: Penerbit ANDI;
2010. h. 91.
4. Alliet P, Kretchmer N, Lebenthal E. Lactase deficiency, lactose malabsorption, and
lactose intolerance. Dalam: Lebenthal E, penyunting. Textbook of Gastroenterology
and Nutrition in Infancy. Edisi ke-2. New York: Raven Press, 1989. h. 459-72.
5. George DE, DeFrancesca BA. Human milk in comparison to cow milk. Dalam:
Lebenthal E, penyunting. Textbook of Gastroenterology and Nutrition in Infancy.
Edisi ke-2. New York: Raven Press, 1989. h. 239-61.
6. Mayes PA. Gluconeogenesis and control of blood glucose. Dalam: Murray RK,
Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, penyunting. Harper’s Biochemestry. Edisi ke-
22. Connecticut: Prentice-Hall International Inc., 1990. h. 179-98.
7. Kamaludin A. Intisari kimia. Tip dan trik kilat menaklukkan kimia. 1st ed.
Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2010. h. 248.
8. Sears W, Sears M. The baby book. 2nd ed. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta; 2007.
h.162.
9. Weaver RF. Molecular biology. 2nd ed. New York: McGraw Hill; 2012
10. Hutagalung H. Karbohidrat. USU e-Journals 2004 (diakses 2 januari 2017); h.3-4
Diunduh dari repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3561/1/gizi-halomoan.pdf
11. Komarudin O. Solusi smart kimia. Jakarta: Penerbit Cmedia; 2014: h. 356