Anda di halaman 1dari 2

Does a one-size-fits-all approach to financial regulations alleviate default risk?

The case of
dual banking systems

Penelitian secara umum: Artikel ini membahas tentang perkembangan regulasi yang bias
digunakan untuk mengurangi biaya kerpauhan ekonomi dan keuangan tanpa harus mengurangi
kontribusi perbankan terhadap perkembangan perekonomian. Untuk itu digunakan probability of
default of banks sebagai proxy kegagalan bank (bank failure) yang tujuannya untuk memahami
pengaruh dari regulasi keuangan dalam mengurangi financial fragility. Data yang digunakan
adalah perbankan dengan dual banking system dari 15 Negara pada periode 2000-2015. dari hasil
temuan membuktikan bahwa tidak semua regulasi keuangan mampu memberi manfat dalam
mengurangi risiko keuangan bank dan risiko gagal bayar, pengaruh regulasi terhadap 2 hal ini
berbeda untuk bank konvensional dan bank Islam. Peraturan untuk mengurangi default risk lebih
besar pengaruhnya terhadap Islamic bank dibandingkan konvensional.

Spesifik: Ada apa dengan regulasi perbankan?, regulasi perbankan cukup sulit untuk ditentukan
karena risiko yang dihadapi cukup bersifat sistematik sehingga sulit untuk dikontrol. Selain itu
yang menjadi hal penting dalam perbankan adalah kestabilan keuangannya, sehingga perlu
regulasi yang efektif dan efisien agar perbankan tersebut bisa bertahan bahkan saat krisis. Untuk
menilai sejauhmana pengaruh regulasi terhadap risiko suatu bank maka digunakan 9 variabel
yaitu CRI (Capital Regulatory Index), Independence of Supervisory Authority Overall (ISA),
Limitation on Foreign Bank Entry or Ownership (FBE), Official Supervisory Power (OSP),
Overall Financial Conglomerate Restrictiveness, Overall Restrictions on Banking Activities
(RBA), Private Monitoring Index (PMI), External Governance Index (EGI), dan Fraction of
Entry Application Denied (FED). Dalam paper ini juga ditemukan bahwa peraturan modal yang
ketat, independensi lembaga pengawas, pembatasan masuk/kepemilikan bank asing, pembatasan
konglomerat keuangan dan mekanisme tata kelola eksternal yang baik secara signifikan
mengurangi risiko default bank. Justru wewenang berlebihan yang diberikan pada lembaga
pengawas dan private monitoring serta pembatasan new entry di industry perbankan
meningkatkan default risk.

Proxy kegagalan bank yang digunakan disini adalah probability of default yang
merupakan kemungkinan bahwa debitur tidak memenuhi komitmen keuangannya. Selain itu ada
2 hal yang mampu memengaruhi Probability of default diantaranya:

1. Financial regulation : World bank mengadakan survey terhadap regulasi keuangan


perbankan anggotanya setiap 4 tahun sekali. Salah satu masalah seputar survei ini adalah
konsistensi penskalaan karena perbedaan dalam jumlah pertanyaan dan skala untuk
tanggapan. Sehingga dalam penelitian menggunakan 9 pengukuran untuk penilaian
regulasi terhadap PD (Probability of Default)
2. Other Covariate: penelitian ini menggunakan sejumlah variabel control diantaranya Size,
Profitability, Credit Orientation of Banks, Ratio of Bank deposits untuk mengontrol
pengaruh likuiditas deposit, Ratio of loan loss provision to total loans untuk menagkap
pengaruh loan quality terhadap default risk.

Untuk mengontrol karakteristik ekonomi dan keuangan suatu Negara yang kira-kira akan
memengaruhi maka digunakan GDP (Gross Domestic Product), dan GDPC(Gross Domestic
Product per Capita) untuk menangkap pengaruh siklus bisnis. GDPC ini memiliki hubungan
negatif dengan default risk, ketikan GDPC naik maka default risk turun. Dari 2 model yang
dipakai dalam penelitian ini hanya perbankan islam yang positif signifikan, hal ini
menunjukkan bahwa Islamic bank lebih stabil dari pada konvensional karena memiliki model
bisnis yang unik. Bisa dikatakan bahwa regulasi keuangan itu punya peran penting dalam
menjaga kestabilan keuangan perbankan, namun harus diperhatikan juga sifat alamai dari
jenis perbankan tersebut agar peraturan fit dengan operasionalnya.

Anda mungkin juga menyukai