Metode
a. Manajemen Unit
1) Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
Kepala Instalasi Rawat Inap
TIM KAMAR I TIM KAMAR II TIM KAMAR III TIM KAMAR IV DAN
V
PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER
Novi Trian. P, AMK Emi Muharami, AMK Saima Yulianti, Amd.Kep Euis Vevi. S. Kep., Ners
Tugas Ya Tidak
I. KEPALA RUANGAN
1. Melaksanakan fungsi perencanaan,
meliputi:
√
a. Merencanakan jumlah dan kategori
tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuaikebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis √
peralatan perawatan yang
diperlukan sesuai kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan √
jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai
kebutuhan pasien
2. Melaksanakan fungsi penggerakan √
dan pelaksanaan, meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasikan
seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar √
dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan dan
ketentuan atau peraturan yang
berlaku.
c. Melaksanakan program orientasi
kepada tenaga perawatan baru atau √
tenaga lain yang akan bekerja
diruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi √
kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai ketentuan/standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh √
kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam
pelayanan di ruang rawat.
f. Mengadakan pertemuan berkala √
dengan pelaksana perawatan dan
tenaga lain yang berada diwilayah
tanggung jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan √
keterampilan di bidang perawatan
antara lain melalui pertemuan
ilmiah.
h. Mengenal jenis dan kegunaan √
barang/peralatan serta
mengusahakan pengadaannya
sesuai kebutuhan pasien agar
tercapai pelayanan yang optimal.
i. Menyusun permintaan rutin √
meliputi kebutuhan alat, obat dan
bahan lain yang diperlukan diruang
rawat.
j. Mengatur dan mengkoordinasikan √
pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
k. Mempertangungjawabkan √
pelaksanan inventarisasi peralatan.
l. Melaksanakan program orientasi √
kepada pasien dan keluarganya,
meliputi penjelasan tentang
peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan.
Kamar 2 Kamar 3
Kamar 1
BBLR dan BBL BBL sakit dengan
BBL Sehat
Sakit tanpa CPAP CPAP
Kamar 5 (Isolasi)
BBL Infeksi
Kamar 4
Bayi Rujukan
2) Pengelolaan Pasien
a) Pengetahuan Perawat
Menurut Franly, dkk (2013) menyebutkan bahwa ranah kognitif
meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah
dipelajari dan kemampuan intelektual. Kognitif atau pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian banyak yang
menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
berlangsung lebih lama dan menjadi kebiasaan daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Notoatmodjo (2014), pengukuran pengetahuan dapat
melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek peneliti atau responden kedalam pengetahuan
yang ingin atau diukur dapat disesuaikan dengan kualitas pengetahuan
pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukandengan kriteria,
yaitu:
(1) Tingkat pengetahuanbaikjikajawabanrespondendarikuesioner yang
benar 76 – 100%.
(2) Tingkat pengetahuancukupjikajawabanrespondendarikuesioner yang
benar 56 – 75%.
(3) Tingkat pengetahuankurangjikajawabanrespondendarikuesioner yang
benar<56%.
Kategori Persentase
No PengetahuanPerawat Baik Cukup Kurang (%)
1 Manajemen Asuhan
Keperawatan
95,5% 4,5% 100%
a. Model Asuhan
Keperawatan 31,8% 59,1% 9,1% 100%
b. Efektifitas dan
90,1% 9,1% 100%
Efisiensi
90,1% 9,1% 100%
c. Pelaksanaan
d. Tanggungjawab dan
Pembagian Tugas
2 TimbangTerima 100% - - 100%
3 Ronde Keperawatan 36,4% 13,6% 50% 100%
4 Pre dan Post Conference 100% - - 100%
5 SentralisasiObat
a. Pengadaan 40,9% 45,5% 13,6% 100%
Sentralisasi obat
40,9% 59,1% - 100%
b. Alur Penerimaan Obat
63,6% 22,7% 13,6% 100%
c. Cara Penyimpanan
77,3% 22,7% - 100%
d. Cara Penyiapan obat
6 Suvervisi 50% 31,8% 18,2% 100%
7 Dokep 36,4% 59,1% 4,5% 100%
8 Metode pasien Rumah
Sakit
72,7% 18,2% - 100%
a. Penerimaan
Pasien Baru 81,8% 18,2% - 100%
b. Discharge
Planning
b) Metode Penugasan
(1) Metode asuhan keperawatan
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil wawancara kepada Karu Ruang Bougenville pada
tanggal 27 Maret 2019 didapatkan bahwa untuk MAKP yang
digunakan adalah metode Modifikasi Tim-Primer. Terdapat 4 Perawat
Primer (PP) dibawah pengawasan dari Kepala Ruangan dengan
kualifikasi Ners (1 orang) dan D3 (3 orang).Setiap Perawat Primer
(PP) membawahi 3-9 Perawat Asosiet (PA) dengan kualifikasi Ners (6
orang) D3 (11 orang) dan SPK (1 orang) . Menurut Kepala Ruangan
dipilihnya Metode Modifikasi Tim-Primer karena dinilai lebih efektif.
Kelebihan dari metode tersebut perawat penanggung jawab setiap
ruangan dapat mengetahui mengenai keadaan pasien disetiap
ruangannya sedetail mungkin dan melakukan tindakan perawatan
lebih maksimal tetapi kekurangan dalam metode tersebut adalah
belum sesuainya antara tanggung jawab Perawat Primer (PP) dan
jumlah pasien yang dikelola, PP kamar 1 bertanggung jawab terhadap
22 pasien, PP kamar 2 bertanggung jawab terhadap 5 pasien, PP kamar
3 bertanggung jawab terhadap 4 pasien, dan PP kamar 4 dan 5
bertanggung jawab terhadap 6 pasien.
Kajian teori:
Menurut Nursalam (2015) menyebutkanModel MAKP Tim-Primer
digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Sitorus
(2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa
alasan berikut:
(a)Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1
Keperawatan atau setara.
(b)Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim. Setiap
Perawat Primer memberikan asuhan keperawatan pada 7-8 pasien.
Hasil analisis:
Berdasarkan teori MAKP Modifikasi Tim-Primer yang digunakan
oleh ruangan sudah sesuai, di Ruang Bougenville terdapat 7 perawat
yang memiliki latar belakang S-1 Keperawatan akan tetapi terdapat
Perawat Primer (PP) yang berkualifikasi D3 dengan alasan
pengalaman bekerja dan terdapat ketidakseimbangan antara pemberian
asuhan keperawatan khususnya kamar 1 dimana PP memberikan
asuhan keperawatan kepada 22 pasien.
(2) Ronde Keperawatan
Hasil kajian situasi:
Hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019 ronde
keperawatan di Ruang Bougenville sudah ada dan berjalan, tetapi
jarang dilakukan karena berdasarkan kasus tertentu.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 27 Maret – 01 April
2019 pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang Bougenvillebelum
pernah dilakukan.
Kajian teori:
Menurut Nursalam (2012), ronde keperawatan adalah kegiatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer, perawat pelaksana atau
kepala ruangan dan juga perlu melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan. Ronde keperawatan sangat penting dilakukan, melalui
kegiatan ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan
yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui ronde
keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang dihadapi oleh perawat
atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai
28 29 30 31 01
P S P S M P S P S M P S
Persiapan Persiapan Personal: √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1. Timbang terima
dilaksanakan setiap
pergantian shift/operan
2. Prinsip timbang terima, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
semua pasien baru masuk
dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut
3. PA/PP menyampaikan
timbang terima kepada PP
(yang menerima
pendelegasian) berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima:
a. Aspek umum yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
meliputi: M1 s/d M5
b. Jumlah pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kajian teori:
Pre Conference adalah komunikasi kepala primer dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh perawat primer atau penanggung jawab
tim. Jika yang dinas pada shift tersebut hanya 1 (satu) orang, maka
pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari perawat primer
atau penanggung jawab tim(Modul MPKP, 2006).
Post Conferenceadalah komunikasi perawatprimer dan
perawat asosiet tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut).Post conference dipimpin oleh perawat primer atau
penanggung jawab tim (Modul MPKP, 2006).
Kajian teori:
Berdasarkan rujukan Nursalam (2017), teknik pengelolaan obat
adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang diberikan kepada
pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya
kepada perawat.Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf
yang ditunjuk (Nursalam, 2002).Pengeluaran dan pembagian obat
tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib
mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
tersebut.Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2011). Dalam melakukan
sentralisasi obat diperlukan loker penyimpanan obat pasien dan
diberi label berupa nama pasien dan nomor medrek, perawat
melakukan informed consent kepada keluarga pasien bahwa akan
dilakukan sentralisasi obat dan mengisi lembar serah terima obat,
untuk obat sisa dimasukan kedalam lemari pendingin.
(a) Pengkajian
Pengkajian tentang proses keperawatan dilakukan dengan cara
observasi dan studi dokumentasi serta wawancara. Format
pengkajian sudah ada dan dalam bentuk lembar ceklis sehingga
dapat memudahkan perawat dalam mengkaji pasien. Data yang
didapatkan adalah: identitas pasien; riwayat kesehatan;
pemeriksaan fisik; skrining gizi; kebutuhan dasar; dan status
fungsional pasien.
(b) Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Dari hasil studi dokumentasi status pasien dapat diketahui bahwa
status perawatan pasien sudah dituliskan mengenai diagnosis
keperawatan dan intervensi keperawatan. Lembar
pendokumentasian diagnosis keperawatan sudah langsung
tercantum diagnosanya, perawat menandai dengan cara menceklis
sesuai dengan kondisi pasien.
(c) Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat di lembar intervensi.
(d) Evaluasi dan Catatan Perkembangan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, evaluasi dokumentasi
dituliskan dalam bentuk SOAP dan terdapat tanda tangan dari
pengirim pesan dan penerima pesan. Format catatan
perkembangan berisi: nama, No. CM, ruang dengan kolom yang
berisi tanggal, giliran/ jam, perkembangan pasien, nama/ paraf.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, format catatan
perkembangan dituliskan setiap shift (hari).
Kajian teori:
Kegiatan yang dilakukan oleh kepala ruangan di Ruang Bougenville
saat diobservasi adalah pemantauan ketepatan tindakan sesuai SOP
yang ada diruangan, mengontrol dan meninjau pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, meninjau
pendokumentasian asuhan keperawatan di status dan memantau
langsung pelaksanaan timbang terima antar perawat. Berdasarkan
hasil observasi tersebut kepala ruangan telah menjalankan tugas
supervisi.
(9) Proses Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Hasil Analisis:
Dari hasil kajian situasi tanggal 27 Maret- 01 April 2019 terdapat SAK
di RuangBougenville berisikan asuhan keperawatan pada diagnosa
medis terbanyak. Menurut Kawonal (2000) SAK berfungsi untuk
memberdayakan proses keperawatan yang nantinya sebagai panduan
dalam perawatan pasien.
Kajian teori:
Menurut Puspitasari, Rosmayawati & Melfrina (2012), Standar
Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu standar/ pedoman
tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
(11) Alur Keluar Pasien
Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Elemen Penilaan Sasaran I:
a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Standar
SKP III Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert).
Elemen Penilaian Sasaran III:
a) Perawat memperhatikan Standar Prosedur Operasional (SOP) saat
mengatur idnetifikasi, lokasi, pemberian label dan penyimpanan obat-obat
yang perlu diwaspadai.
b) Elektrolit konsentrat diletakan ditempat aman.
c) Melakukan tindakan pemberian obat dengan melakukan tindakan secara 6
benar.
d) Melakukan tindakan terapi injeksi perawat melingkari jam pemberian obat
disertai nama pemberian obat.
Kajian teori:
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan merupakan teknik dasar yang
paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Mencuci tangan
adalah teknik yang sangat mendasar dalam mencegah dan mengendalikan
infeksi, dengan mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme yang ada di kulit. Cuci tangan harus dilakukan dengan baik
dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun
memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari
infeksi.Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.Cuci
tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Standar
SKP V Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian Sasaran V:
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.l dari WHO
Guidelines on patient safety).
b) Rumah sakit menerapkan program hand hygieneyang efektif.
c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan mengenai risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1692/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Kesehatan Pasien Rumah Sakit.Standar
SKP VI Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko pasien dari cedera karena jatuh.