Anda di halaman 1dari 39

3.

Metode
a. Manajemen Unit
1) Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
Kepala Instalasi Rawat Inap

Sri Suhartini, AMK

Kepala Ruangan Administrasi

Listiany Pramanik, S.Kep, Ners Nurwendah, S.Sos

TIM KAMAR I TIM KAMAR II TIM KAMAR III TIM KAMAR IV DAN
V
PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER
Novi Trian. P, AMK Emi Muharami, AMK Saima Yulianti, Amd.Kep Euis Vevi. S. Kep., Ners

Perawat Asosiate Perawat Asosiate


Perawat Asosiate Perawat Asosiate
1. Sumi Lestari, Amd. Kep 1. Uum Mulyati, AMK
2. Isna. P, S.Kep, Ners 2. Neng Ima Rahmawati, AMK 1. Rini Nuraeni S.Kep 1. Eka Komalasari, S.Kep. Ners
3. Rani. K, S.Kep, Ners 3. Nursari Pujiati 2. Hera Ratnaningsih, AMK 2. Geget Dwi.N, AMK
4. Rani. D. A S.Kep, Ners 3. Ai Yuyun, AMK 3. Eni Rohaeni, AMK
5. Neng Riska. D, S.Kep, Ners
6. Yuli Y, Amd. Kep
7. Nina. M, Amd. Kep
8. Riantina. G. M, Amd. Kep Bagan 2.4Struktur Organisasi
9. Novita.A. A, Amd. Kep
Kajian Teori:
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta
posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi
menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu
dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam
struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewengan siapa
melapor kepada siapa. Berdasarkan kajian situasi di Ruang Bougenville sudah
terdapat struktur organisasi.
2) Uraian Tugas
Tabel 2.21 Uraian Tugas Perawat Ruang Bougenville

Tugas Ya Tidak

I. KEPALA RUANGAN
1. Melaksanakan fungsi perencanaan,
meliputi:

a. Merencanakan jumlah dan kategori
tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuaikebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis √
peralatan perawatan yang
diperlukan sesuai kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan √
jenis kegiatan/asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai
kebutuhan pasien
2. Melaksanakan fungsi penggerakan √
dan pelaksanaan, meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasikan
seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar √
dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan dan
ketentuan atau peraturan yang
berlaku.
c. Melaksanakan program orientasi
kepada tenaga perawatan baru atau √
tenaga lain yang akan bekerja
diruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi √
kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai ketentuan/standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh √
kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam
pelayanan di ruang rawat.
f. Mengadakan pertemuan berkala √
dengan pelaksana perawatan dan
tenaga lain yang berada diwilayah
tanggung jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan √
keterampilan di bidang perawatan
antara lain melalui pertemuan
ilmiah.
h. Mengenal jenis dan kegunaan √
barang/peralatan serta
mengusahakan pengadaannya
sesuai kebutuhan pasien agar
tercapai pelayanan yang optimal.
i. Menyusun permintaan rutin √
meliputi kebutuhan alat, obat dan
bahan lain yang diperlukan diruang
rawat.
j. Mengatur dan mengkoordinasikan √
pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
k. Mempertangungjawabkan √
pelaksanan inventarisasi peralatan.
l. Melaksanakan program orientasi √
kepada pasien dan keluarganya,
meliputi penjelasan tentang
peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan.

m. Mendampingi dokter selama


kunjungan keliling (visite dokter)
untuk pemeriksaan pasien dan
mencatat program pengobatan,
serta menyampikan kepada staf √
untuk melaksanakannya.
n. Mengelompokan pasien dan √
mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat
kegawatannya, infeksi dan non
infeksi untuk memudahkan
pemberian asuhan keperawatan.
o. Mengadakan pendekatan kepada √
setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaanya dan
menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah
yang dihadapinya.
p. Menjaga perasan pasien agar √
merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan
perawatan berlangsung.
q. Memberi penyuluhan kesehatan √
terhadap pasien atau keluarga
dalam batas kewenangan.
r. Menjaga perasaan petugas agar √
merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan
perawatan berlangsung.
s. Memelihara dan mengembangkan √
sistem pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan dan kegiatan
lain yang dilakukan secara tepat
dan benar untuk tindakan
perawatan selanjutnya.
t. Mengadakan kerjasama yang baik √
dengan kepala ruangan yang lain,
seluruh kepala bidang, kepala
bagian, kepala instalasi dan kepala
unit di RS.
u. Menciptakan dan memelihara √
suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya,
sehingga memberikan ketenangan.
v. Meneliti pengisian formulir sensus
harian pasien ruangan. √
w. Memeriksa dan meneliti pengisian √
daftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis
makanan pasien, kemudian
memeriksa dan meneliti ulang saat
penyajian sesuai dengan diitnya.
x. Memelihara buku register dan √
berkas catatan medik.
y. Membuat laporan harian dan √
bulanan mengenai pelaksanaan
kegiatan asuhan keperawatan, serta
kegiatan lain di ruang rawat.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, √
pengendalian dan penilaian meliputi:
a. Mengawasi dan menilai
pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap √
upaya peningkatan pengetahuan
dan keterampilan di bidang
perawatan.
c. Mengawasi dan mengendalaikan √
pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat-obatan secara
efektif dan efisien
d. Mengawasi pelaksanaan sistem √
pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat
kegiatan lain di ruang rawat.
Jumlah Total 100 %
II. PERAWAT PRIMER √
1. Menerima pasien dan mengkaji
kebutuhan pasien secara
komprehensif.
2. Membuat tujuan dan rencana √
keperawatan.
3. Melaksanakan rencana yang telah √
dibuat selama praktek bila diperlukan.
4. Mengkomunikasikan dan √
mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain
maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan asuhan √
keperawatan.
6. Membuat jadwal perjanjian klinik. √

7. Mengadakan kunjungan rumah bila √


perlu.
8. Bertanggung jawab penuh selama 24 √
jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
9. Mengikuti timbang terima √
10. Menerima pasien dan mengkaji √
kebutuhan pasien secara komperhensif
11. Membuat tujuan dan rencana √
keperawatan.
12. Melaksanakan rencana yang telah √
dibuat selama ia dinas.
13. Mengkomunikasikan dan √
mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin ilmu lain
maupun perawat lain.
14. Mengevaluasi keberhasilan yang √
dicapai.
15. Menerima dan menyesuaikan rencana. √
16. Menyiapkan penyuluhan untuk √
pulang.
17. Melaksanakan sentralisasi obat. √
18. Mendampingi visite. √
19. Melaksanakan ronde keperawatan √
bersama dengan kepala ruangan dan
perawat asosiet.
20. Melaporkan perkembangan pasien √
kepada kepala ruangan.
Jumlah Total 95% 5%
a) III. PERAWAT ASOSIET
Seorang perawat yang diberikan wewenang
dan ditugaskan untuk memberikan
pelayanan keperawatan langsung kepada
klien.
Tugas Pokok:
1. Memberikan perawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan
sentuhan kasih saying, meliputi:
a. Melaksanakan tindakan perawatan √
yang telah disusun.
b. Mengevaluasi tindakan √
keperawatan yang telah diberikan.

c. Mencatat dan melaporkan semua √


tindakan perawatan dan respons
pasien pada catatan perawatan.
2. Melaksanakan program medik dengan
penuh tanggung jawab, meliputi:
a. Pemberian obat. √
b. Pemeriksaan laboratorium. √
c. Persiapan pasien yang akan √
dioperasi.
3. Memperhatikan keseimbangan
kebutuhan fisik, mental, dan spiritual
dari pasien, meliputi:
a. Memelihaara kebersihanpasien dan √
lingkungan.
b. Mengurangi penderitaan pasien √
dengan memberi rasa aman,
nyaman dan ketenangan.
c. Pendekatan dengan komunkasi √
terapeutik.
4. Mempersiapkan pasien secara fisik dan √
mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan serta
diagnostik.
5. Melatih pasien untuk menolong dirinya √
sendiri sesuai kemampuannnya.
6. Memberi pertolongan segera pada √
pasien gawat atau sakaratul maut.
7. Membantu kepala ruangan dalam
petatalaksanaan ruangan secara
administrative, meliputi:
a. Menyiapkan data pasien baru, √
pulang atau meninggal.
b. Sensus harian dan formulir. √
c. Rujukan atau penyuluhan PKMRS. √
8. Mengatur dan menyiapkan alat-alat √
yang ada diruangan
9. Menciptkan dan memelihara √
kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
10. Melaksanakan tugas dinas √
pagi/sore/malam secara bergantian.
11. Memberi penyuluhan kesehatan kepada √
pasien sehubungan dengan penyakitnya.
12. Melaporkan segala sesuatu mengenai
keadaan pasien baik lisan maupun
tertulis. √
13. Membuat laporan harian. √
14. Mengikuti timbang terima. √
15. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan. √
16. Melaksanakan rencana keperawatan √
yang dibuat oleh perawat primer
17. Berkoordinasi dengan perawat asosiet √
yang lain dan perawat primer
18. Melakukan evaluasi formatif √
19. Pendokumentasian tindakan dan catatan √
perkembangan pasien.
20. Melaporkan segala perubahan yang √
terjadi atas pasien kepada perawat
primer.
Jumlah Total 96% 4%

Hasil kajian situasi:


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Ruang Bougenville pada tanggal
27Maret – 1 April 2019hasil tugas Kepala Ruangan seluruhnya (100 %) sudah
dilakukan, tugas Perawat Primer hampir seluruhnya (95%) telah dilakukan dan
tugas Perawat Asosiet hampir seluruhnya (96%) sudah melakukan tugas sesuai
dengan uraian tugasnya masing-masing.

3) Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit


a) Hak Pasien
(1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
(2) Memperoleh informasi mengenai Hak dan Kewajiban Pasien.
(3) Berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, jujur tanpa
diskriminasi.
(4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi (SPO).

(5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien


terhindar dari kerugian fisik dan materi.Mengajukan pengaduan atas
kualitas pelayanan yang didapatkan.
(6) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
(7) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lainyang mempunyai Surat Izin Praktik baik di luar maupun di
rumah sakit.
(8) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
(9) Mendapatkan informasi tentang kondisi penyakit yang dideritanya
serta perkiraan biaya pengobatan.
(10) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
(11) Didampingi keluarga di saat kritis.
(12) Menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaannya selama hal
tersebut tidak mengganggu pasien lainnya.
(13) Berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.
(14) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku rumah sakit
terhadap dirinya.
(15) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
(16) Menggugat rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar, baik secara perdata
maupun pidana.
(17) Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media sesuai dengan ketentuan peraturan
peruandang-undangan.
b) Kewajiban Pasien
(1) Mematuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit.
(2) Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab.
(3) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga
kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit.
(4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya.
(5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya.
(6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga
kesehatan di rumahsakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan
setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga
kesehatan dan/ atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya.
(8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Hasil kajian situasi:


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 27 Maret –
01 April 2019 kepada Karu Ruang Bougenville didapatkan hasil bahwa di
ruangan tersebut sudah menyediakan informasi mengenai hak dan
kewajiban pasien berupa tulisan yang digantung di dinding serta terdapat
pada status pasien. Hak-hak pasien diatur dalam pasal 52 UU No.29/2004
bahwa pasien harus mendapatkan penjelasan secaralengkap tentang
tindakan medis, menerimapendapat dokter, mendapatkanpelayanansesuai
dengan kebutuhan medis, menolak tindakan medis dan mendapatkan isi
rekam medis.Sedangkan kewajiban pasien tercantum dalam UU No. 29
tahun 2004 yaitu: memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya, mematuhi nasihat dan petunjuk dokter, memenuhi
ketentuan yang berlaku dan sarana pelayanan kesehatan serta memberikan
imbalan atas pelayanan yang diterima.
Pasien di Ruang Bougenville seluruhnya adalah Bayi Baru Lahir
sehingga untuk penyampaian hak dan kewajiban pasien disampaikan
kepada orang tua kandung pasien. Berdasarkan hasil observasi pada orang
tua 20 bayi baru lahir yang mendapatkan informasi mengenai hak dan
kewajian pasien mengatakan mengerti dan memahami informasi yang
diberikan perawat serta menandatangani perjanjian tersebut.

c) Tata Tertib Rawat Inap


Kewajiban Para Pengunjung
(1) Keterangan Pengunjung pasien rawat inap
Jam Besuk:
Pagi : 11.00 s/d 12.00 WIB
Sore : 16.00 s/d 17.00 WIB
(2) Sesudah jam berkunjung, harap segera meninggalkan ruangan.
(3) Pasien dapat ditunggu oleh satu orang anggota keluarga terdekat dan
mengurus kartu penunggu pasien ke petugas ruang perawatan
setempat.
(4) Apabila penunggu pasien dilebihkan lebih dari satu orang dan atas
pertimbangan petugas ruangan maka keluarga dapat mengurus surat
izin menunggu dan akan mendapatkan kartu tunggu dari petugas.
(5) Kartu penunggu pasien berlaku untuk satu orang.
(6) Khusus untuk Ruang Bougenville
(a) Penunggu pasien (bayi) menunggu di luar.
(b) Sebelum mengunjungi bayi harus mencuci tangan
(c) Hanya orang tua kandung bayi yang dapat mengunjungi.

Larangan Bagi Pengunjung:


(1) Tidak membawa senjata tajamdan senjata api.
(2) Tidak membawa anak kecil dibawah umur 10 tahun masuk keruang
perawatan.
(3) Tidak ramai, gaduh, ribut.
(4) Tidak membawa barang berharga dan uang dalam jumlah besar.
(5) Dilarang bermain diluar ruangan sesudah jam berkunjung selesai.
(6) Dilarang merokok diseluruh area rumah sakit.

Hasil kajian situasi:


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 Maret - 01
April 2019 kepada 20 pengunjung bayi seluruhnya (100%) sudah
melaksanakan tata tertib dengan baik. Pengunjung menunggu diluar dan
diperbolehkan keruangan pada saat jam besuk, sebelum mengunjungi bayi
pengunjung melakukan cuci tangan menggunakan hand wash di wastafel
yang disediakan di ruangan, serta yang mengunjungi bayi adalah orang tua
kandung bayi. Di ruangan juga terdapat petugas keamanan yang mengatur
pengunjung dan memelihara keamanan ruangan.
b. Metode/ Manajemen Asuhan Keperawatan
1) Penerimaan Pasien Baru
Terdapat dua alur masuk pasien di Ruang Bougenville
a) Bayi lahir di Rumah Sakit

Pasien lahir di Ruang


VK / OK
Ruang Bougenville

Kamar 2 Kamar 3
Kamar 1
BBLR dan BBL BBL sakit dengan
BBL Sehat
Sakit tanpa CPAP CPAP

Kamar 5 (Isolasi)

BBL Infeksi

Bagan 2.5 Alur PenerimaanPasien Baru Lahir di RS


b) Bayi lahir di Luar

Poli Anak IGD PONEK

Kamar 4

Bayi Rujukan

Kamar 3 Kamar 5 (Isolasi)

BBL sakit dengan CPAP BBL Infeksi

Bagan 2.6 Alur Penerimaan Pasien Baru Lahir di Luar RS

2) Pengelolaan Pasien
a) Pengetahuan Perawat
Menurut Franly, dkk (2013) menyebutkan bahwa ranah kognitif
meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah
dipelajari dan kemampuan intelektual. Kognitif atau pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian banyak yang
menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
berlangsung lebih lama dan menjadi kebiasaan daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Notoatmodjo (2014), pengukuran pengetahuan dapat
melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek peneliti atau responden kedalam pengetahuan
yang ingin atau diukur dapat disesuaikan dengan kualitas pengetahuan
pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukandengan kriteria,
yaitu:
(1) Tingkat pengetahuanbaikjikajawabanrespondendarikuesioner yang
benar 76 – 100%.
(2) Tingkat pengetahuancukupjikajawabanrespondendarikuesioner yang
benar 56 – 75%.
(3) Tingkat pengetahuankurangjikajawabanrespondendarikuesioner yang
benar<56%.

Hasil kajian situasi:


Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibagikan pada tanggal 27
Maret -01 April 2019 didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 2.22Rata-rata Hasil Pengetahuan Perawat


Ruang Bougenvile RSUD Soreang

Kategori Persentase
No PengetahuanPerawat Baik Cukup Kurang (%)
1 Manajemen Asuhan
Keperawatan
95,5% 4,5% 100%
a. Model Asuhan
Keperawatan 31,8% 59,1% 9,1% 100%
b. Efektifitas dan
90,1% 9,1% 100%
Efisiensi
90,1% 9,1% 100%
c. Pelaksanaan
d. Tanggungjawab dan
Pembagian Tugas
2 TimbangTerima 100% - - 100%
3 Ronde Keperawatan 36,4% 13,6% 50% 100%
4 Pre dan Post Conference 100% - - 100%
5 SentralisasiObat
a. Pengadaan 40,9% 45,5% 13,6% 100%
Sentralisasi obat
40,9% 59,1% - 100%
b. Alur Penerimaan Obat
63,6% 22,7% 13,6% 100%
c. Cara Penyimpanan
77,3% 22,7% - 100%
d. Cara Penyiapan obat
6 Suvervisi 50% 31,8% 18,2% 100%
7 Dokep 36,4% 59,1% 4,5% 100%
8 Metode pasien Rumah
Sakit
72,7% 18,2% - 100%
a. Penerimaan
Pasien Baru 81,8% 18,2% - 100%
b. Discharge
Planning

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil pengetahuan perawat di


Ruang Bougenvileyaitu sebagai berikut:
(1) Pengetahuan manajemen asuhan keperawatan
(a) Pengetahuan model asuhan keperawatan di Ruang Bougenville
hampir seluruhnya (95,5%) perawat Ruangan Bougenville dalam
katageori pengetahuan baik.
(b)Pengetahuan efektifitas dan efesiensi model asuhan keperawatan di
Ruang Bougenville sebagian besar (59,1%) perawat dalam
kategori pengetahuan cukup.
(c) Pengetahuan pelaksanaan model asuhan keperawatan di Ruang
Bougenville hampir seluruhnya (90,9%) perawat dalam kategori
pengetahuan baik.
(d)Tanggungjawab dan pembagian tugas di Ruang Bougenville hampir
seluruhnya (90,9%) perawat dalam kategori pengetahuan baik.
(e)Pengetahuan timbang terima di Ruang Bougenville hampir
seluruhnya (90,9%) perawat dalam kategori baik.
(2) Pengetahuan ronde keperawatan di Ruang Bougenville setengahnya
(50%) perawat dalam kategori kurang.
(3) Pengetahuan pre dan post conference di Ruang Bougenville
seluruhnya (100%) perawat dalam kategori pengetahuan baik.
(4) Pengetahuan sentralisasi obat:
(a) Pengetahuan pengadaan sentralisasi obat di Ruang Bougenville
hampir setengahnya (45,5%) perawat dalam kategori kurang.
(b) Pengetahuan cara penyimpanan obat di Ruang Bougenville
sebagian besar (63,6%) perawat dalam kategori baik
(c) Pengetahuan cara penyiapan obat di Ruang Bougenville sebagian
besar (77,3%) perawat dalam kategori baik
(5) Pengetahuan suvervisi di Ruang Bougenville setengahnya (50%)
perawat dalam kategori baik.
(6) Pengetahuan dokumentasi keperawatan sebagian besar (59,1%)
perawat dalam kategori cukup.
(7) Pengetahuan metode pasien rumah sakit:
(a)Pengetahuan penerimaan pasien baru di Ruang Bougenville
sebagian besar (72,7%) perawat dalam kategori baik.
(b) Pengetahuan discharge planning di Ruang Bougenville hampir
seluruhnya (81,8%) perawat dalam kategori baik.

b) Metode Penugasan
(1) Metode asuhan keperawatan
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil wawancara kepada Karu Ruang Bougenville pada
tanggal 27 Maret 2019 didapatkan bahwa untuk MAKP yang
digunakan adalah metode Modifikasi Tim-Primer. Terdapat 4 Perawat
Primer (PP) dibawah pengawasan dari Kepala Ruangan dengan
kualifikasi Ners (1 orang) dan D3 (3 orang).Setiap Perawat Primer
(PP) membawahi 3-9 Perawat Asosiet (PA) dengan kualifikasi Ners (6
orang) D3 (11 orang) dan SPK (1 orang) . Menurut Kepala Ruangan
dipilihnya Metode Modifikasi Tim-Primer karena dinilai lebih efektif.
Kelebihan dari metode tersebut perawat penanggung jawab setiap
ruangan dapat mengetahui mengenai keadaan pasien disetiap
ruangannya sedetail mungkin dan melakukan tindakan perawatan
lebih maksimal tetapi kekurangan dalam metode tersebut adalah
belum sesuainya antara tanggung jawab Perawat Primer (PP) dan
jumlah pasien yang dikelola, PP kamar 1 bertanggung jawab terhadap
22 pasien, PP kamar 2 bertanggung jawab terhadap 5 pasien, PP kamar
3 bertanggung jawab terhadap 4 pasien, dan PP kamar 4 dan 5
bertanggung jawab terhadap 6 pasien.

Kajian teori:
Menurut Nursalam (2015) menyebutkanModel MAKP Tim-Primer
digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Sitorus
(2002) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa
alasan berikut:
(a)Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1
Keperawatan atau setara.
(b)Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim. Setiap
Perawat Primer memberikan asuhan keperawatan pada 7-8 pasien.

Hasil analisis:
Berdasarkan teori MAKP Modifikasi Tim-Primer yang digunakan
oleh ruangan sudah sesuai, di Ruang Bougenville terdapat 7 perawat
yang memiliki latar belakang S-1 Keperawatan akan tetapi terdapat
Perawat Primer (PP) yang berkualifikasi D3 dengan alasan
pengalaman bekerja dan terdapat ketidakseimbangan antara pemberian
asuhan keperawatan khususnya kamar 1 dimana PP memberikan
asuhan keperawatan kepada 22 pasien.
(2) Ronde Keperawatan
Hasil kajian situasi:
Hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019 ronde
keperawatan di Ruang Bougenville sudah ada dan berjalan, tetapi
jarang dilakukan karena berdasarkan kasus tertentu.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 27 Maret – 01 April
2019 pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang Bougenvillebelum
pernah dilakukan.

Kajian teori:
Menurut Nursalam (2012), ronde keperawatan adalah kegiatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer, perawat pelaksana atau
kepala ruangan dan juga perlu melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan. Ronde keperawatan sangat penting dilakukan, melalui
kegiatan ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan
yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui ronde
keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang dihadapi oleh perawat
atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai

(3) Timbang Terima


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 27 Maret 2019
timbang terima di Ruang Bougenville sudah berjalan 100% dengan
baik.
Berdasarkan hasil observasi dalam 12 shift dan selama 5 hari
didapatkan hasil perawat Ruang Bougenville telah melakukan timbang
terima 100% yang diawali dengan pembukaan oleh kepala ruangan,
setelah itu doa dan dimulai operan dari dinas sebelumnya ke dinas
selanjutnya yang isinya adalah menjelaskan kondisi pasien saat ini
seperti ttv, keluhan utama dan tindakan yang telah dilakukan kepada
perawat dinas selanjutnya, lalu diakhiri dengan penutup.

Tabel 2.23Prosedur Timbang Terima Pasien


Ruang Bougenville RSUD Soreang

28 29 30 31 01
P S P S M P S P S M P S
Persiapan Persiapan Personal: √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

1. Timbang terima
dilaksanakan setiap
pergantian shift/operan
2. Prinsip timbang terima, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
semua pasien baru masuk
dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut
3. PA/PP menyampaikan
timbang terima kepada PP
(yang menerima
pendelegasian) berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima:
a. Aspek umum yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
meliputi: M1 s/d M5
b. Jumlah pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

c. Identitas pasien dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


diagnosa medis
d. Data (keluhan/subjektif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan objektif)
e. Masalah keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang masih muncul
f. Intervensi keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
g. Intervensi kolaborasi dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dependen
h. Rencana umum dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan program
lainnya).
Pelaksanaan Nurse Station √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1. Kedua kelompok dinas
sudah siap (sif jaga)
2. Kelompok yang akan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
bertugas menyiapkan buku
catatan
3. Kepala ruangan/ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
PP/penanggung jawab shift
membuka acara operan
4. Penyampaian yang jelas, √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
singkat dan padat oleh
perawat jaga

5. Perawat yang akan berdinas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


melakukan klarifikasi di bed
pasien
6. Kepala ruangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
menyampaikan salam dan
PP menanyakan kebutuhan
dasar pasien
7. Perawat jaga selanjutnya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan
tindakan yang telah/belum
dilaksanakan, serta hal-hal
penting lainnya selama masa
perawatan
8. Hal-hal yang sifatnya khusus √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya
1. Diskusi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Post 2. Pelaporan untuk timbang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Timbang terima dituliskan secara
Terima langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan PP
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruangan
3. Ditutup oleh karu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Hasil kajian teori:


Menurut Nursalam (2008), timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau
transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke
perawat yang lain.Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu,
informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi,
kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

(4) Mengobservasi Pre dan Post Conference


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi selama 5 hari dari tanggal 27 Maret -01
April 2018, predan post conference yang dilakukan di Ruang
Bougenville sudah 100% dilakukan setiap hari. Yang memimpin pre
dan post conference adalah PP yang bertugas setiap hari.

Tabel 2.24Pre dan Post Conference


PRE-POST CONFERENCE

No Dokumentasi: No Revisi: Halaman

Standar Tanggal berlaku: Ditetapkan di:


Manajemen
Keperawatan

Pengertian Comference merupakan pertemuan tim yang dilakukan


setiap hari. Conferencedilakukan sebelum (pre) atau setelah
(post) melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan.

Tujuan Role Play dalam kelompok

Kebijakan 1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah


pasien
2. Merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
3. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
4. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang
keadaan pasien
Persiapan Menghubungi kepala ruangan dan perawat yang mungkin
akan terlibat dalam pelaksanaan

Prosedur Kerja 1. Perawat primer atau penanggung jawab tim membuka


acara
2. Berdoa
3. Perawat primer atau penanggung jawab tim
menanyakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh perawat dinas sebelumnya terutama pada
pasien/masalah yang perlu didiskusikan

4. Diskusi yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung


jawab
5. Perawat primer atau penanggung jawab tim
menanyakan rencana harian masing-masing perawat
asosiet
6. Perawat primer atau penanggung jawab tim
memberikan masukkan dan tindak lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu
7. Perawat primer atau penanggung jawab tim
memberikan reinforcement
8. Perawat primer atau penanggung jawab tim menutup
acara
Unit Terkait Kepala ruangan, perawat ruangan.

Kajian teori:
Pre Conference adalah komunikasi kepala primer dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh perawat primer atau penanggung jawab
tim. Jika yang dinas pada shift tersebut hanya 1 (satu) orang, maka
pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari perawat primer
atau penanggung jawab tim(Modul MPKP, 2006).
Post Conferenceadalah komunikasi perawatprimer dan
perawat asosiet tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut).Post conference dipimpin oleh perawat primer atau
penanggung jawab tim (Modul MPKP, 2006).

(5) Pelaksanaan Discharge Planing


Hasil kajiam situasi:
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Bougenville selama 5 hari
pada tanggal 27 Maret-01 April 2019 didapatkan hasil bahwa terdapat
27 pasien pulang, semua pasien pulang tersebut diberikan discharge
planning secara lisan dan tulisan secara lengkap mengenai perawatan
Bayi Baru Lahir, serta mengevaluasi kembali penjelasan yang telah
diberikan perawat kepada keluarga pasien. Di Ruang Bougenville
sendiri sudah terdapat SOP discharge planning dengan lembar ceklis
yang ada di status pasien dan lebih memudahkan perawat dalam
mengisi discharge planning.
Kajian teori:
Discharge planning merupakan suatu rencana yang disusun secara
sistematis untuk pasien, sebelum keluar dari rumah sakit yang dimulai
dari mengumpulkan data sampai dengan masuk area perawatan yaitu
meliputi pengkajian, rencana perawatan, implementasi dan evaluasi
(Nursalam, 2012).Ketika pasien meninggalkan rumah sakit, sekali lagi
menekankan informasi yang telah anda berikan sebelumnya dan
program dokter untuk medikasi, tindakan, atau peralatan
khusus.Menekankan perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang
hal-hal yang harus dilakukan.Meyakinkan pasien dan keluarga
memahami keterbatasan pasien,mendorong pasien dan keluarga untuk
datang kembali ke rumah sakit bila kondisinya tidak membaik atau
memburuk.Ketika pasien pulih, memberikan motivasi untuk kembali
ke kehidupan dan perannya yang normal seperti sebelum sakit (Ester,
2005).

(6) Meninjau Pelaksanaan Sentralisasi Obat


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi selama 5 hari pada tanggal 27 Maret -01
April2019 di Ruang Bougenville, pelaksanaan sentralisasi obat sudah
ada dan telah dilaksanakan.Terdapat ruangan sentralisasi obat tempat
perawat menyiapkan dan mengoplos obat sebelum diberikan kepada
pasien. Terdapat lemari penyimpanan obat untuk pasien yang
didalamnya terdiri dari loker obat untuk setiap pasien yang telah diberi
label nama dan nomor rekam medik pasien. Terdapat juga kulkas
tempat penyimpanan obat untuk menyimpan sisa obat yang masih bisa
terpakai untuk menjaga kualitas obat dan ditulis tanggal kadaluarsa
obat. Setiap terapi obat yang akan diberikan kepada pasien ditulis di
buku obat dan dilingkari setiap setelah memberikan obat.

Kajian teori:
Berdasarkan rujukan Nursalam (2017), teknik pengelolaan obat
adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang diberikan kepada
pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya
kepada perawat.Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf
yang ditunjuk (Nursalam, 2002).Pengeluaran dan pembagian obat
tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib
mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
tersebut.Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2011). Dalam melakukan
sentralisasi obat diperlukan loker penyimpanan obat pasien dan
diberi label berupa nama pasien dan nomor medrek, perawat
melakukan informed consent kepada keluarga pasien bahwa akan
dilakukan sentralisasi obat dan mengisi lembar serah terima obat,
untuk obat sisa dimasukan kedalam lemari pendingin.

(7) Dokumentasi Keperawatan


Seluruh perawat ruangan yang berdinas pada shift pagi, siang dan
malam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang
formatnya sudah tertulis di status pasien.Sistem pendokumentasian di
Ruang Bougenville sudah sesuai dengan pendokumentasian asuhan,
yang meliputi pendokumentasian dalam status pasien, dilakukan oleh
perawat primer dan jika tidak ada perawat primer pendokumentasian
dilakukan oleh perawat pelaksana. Format pengkajian diagnosa dan
intervensi sudah ada dan dalam bentuk format ceklis sehingga dapat
memudahkan perawat dalam mengkaji pasien.

(a) Pengkajian
Pengkajian tentang proses keperawatan dilakukan dengan cara
observasi dan studi dokumentasi serta wawancara. Format
pengkajian sudah ada dan dalam bentuk lembar ceklis sehingga
dapat memudahkan perawat dalam mengkaji pasien. Data yang
didapatkan adalah: identitas pasien; riwayat kesehatan;
pemeriksaan fisik; skrining gizi; kebutuhan dasar; dan status
fungsional pasien.
(b) Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Dari hasil studi dokumentasi status pasien dapat diketahui bahwa
status perawatan pasien sudah dituliskan mengenai diagnosis
keperawatan dan intervensi keperawatan. Lembar
pendokumentasian diagnosis keperawatan sudah langsung
tercantum diagnosanya, perawat menandai dengan cara menceklis
sesuai dengan kondisi pasien.
(c) Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat di lembar intervensi.
(d) Evaluasi dan Catatan Perkembangan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, evaluasi dokumentasi
dituliskan dalam bentuk SOAP dan terdapat tanda tangan dari
pengirim pesan dan penerima pesan. Format catatan
perkembangan berisi: nama, No. CM, ruang dengan kolom yang
berisi tanggal, giliran/ jam, perkembangan pasien, nama/ paraf.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, format catatan
perkembangan dituliskan setiap shift (hari).

Hasil kajian situasi:


Berdasarkan hasil observasi dari tanggal 27 Maret – 01 April 2019
dokumentasi keperawatan yang dilakukan oleh 22 orang perawat
sudah melakukan pendokumentasian yang telah sesuai dengan Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) yang ada di Ruang Bougenville. Mengisi
asesmen pengkajian, diagosa keperawatan, intervensi dan menuliskan
evaluasi di lembar CPPT perawat dengan format SOAP. Diagnosa
keperawatan yang paling banyak adalah ketidakseimbangan suhu,
risiko infeksi, ikterik neonatorus, ketidakefektifan pola nafas dan
ketidakseimbangan nutrisi.
Kajian teori:
Menurut Douglas, asuhan keperawatan yang sudah direncanakan
dengan baik akan menimbulkan motivasi dan rasa tanggung jawab
perawat yang tinggi sehingga akan membuat mutu asuhan
keperawatan meningkat, yang tentunya akan membuat pasien merasa
mendapatkan kepuasan. Tanggung jawab perawat harus dijalankan
dengan maksimal dan teliti, sehingga perlu adanya motivasi dari
atasan supaya pelaksanaan tanggung jawab perawat tersebut berjalan
dengan baik.
(8) Meninjau Pelaksanaan Supervisi
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan kepada kepala
ruangan selama 5 hari dari mulai tanggal tanggal 27 Maret – 01 April
2019, didapatkan data bahwa kepala ruangan selalu melakukan
supervisi kepada perawat di Ruang Bougenville dan semua tercatat
dalam buku ”Rekapitulasi Askep”, supervisi yang dimaksud berupa
pemantauan ketepatan tindakan sesuai dengan SOP yang ada di
ruangan, meninjau dan mengontrol pelaksanaan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien, meninjau pendokumentasian asuhan
keperawatan di status apakah sudah sesuai atau belum dengan standar,
memantau secara langsung pelaksanaan timbang terima antar perawat
dan pelaksanaan manajemen unit di ruangan.

Kajian teori:
Kegiatan yang dilakukan oleh kepala ruangan di Ruang Bougenville
saat diobservasi adalah pemantauan ketepatan tindakan sesuai SOP
yang ada diruangan, mengontrol dan meninjau pelaksanaan pemberian
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, meninjau
pendokumentasian asuhan keperawatan di status dan memantau
langsung pelaksanaan timbang terima antar perawat. Berdasarkan
hasil observasi tersebut kepala ruangan telah menjalankan tugas
supervisi.
(9) Proses Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Tabel 2.25 Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Ruang Bougenville RSUD Soreang

Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Askep Neonatus dengan Keterlambatan Tumbuh Kembang


Askep Neonatus dengan Konstipasi
Askep Neonatus dengan Kerusakan Integritas Kulit
Askep Neonatus dengan Diare
Askep Neonatus dengan Penyebab Infeksi
Askep Neonatus dengan Ketidakseimbangan Nutrisi
Askep Neonatus dengan Ketidakefektifan Pemberian ASI
Askep Neonatus dengan Ketidakseimbangan Suhu
Askep Neonatus dengan Kekurangan Volume Cairan
Askep Neonatus dengan Gangguan Pertukaran Gas
Askep Neonatus dengan Syok Hipovolemik
Askep Neonatus dengan Gangguan Pernafasan
Askep Neonatus dengan Ikterik Neonatorium
Askep Neonatus dengan Risiko Cidera

Hasil Analisis:
Dari hasil kajian situasi tanggal 27 Maret- 01 April 2019 terdapat SAK
di RuangBougenville berisikan asuhan keperawatan pada diagnosa
medis terbanyak. Menurut Kawonal (2000) SAK berfungsi untuk
memberdayakan proses keperawatan yang nantinya sebagai panduan
dalam perawatan pasien.

(10) Tindakan Keperawatan (SOP)


(a)Standar Operasional Prosedur (SOP) Neonatus
Tabel 2.26Daftar Standar Operasional Prosedur (SOP) Neonatus Ruang
BougenvilleRSUD Soreang

No. Standar Prosedur Operasional (SOP)

a. SOP yang diterbitkan pada tanggal 1 Maret 2017

1 Rawat gabung penuh/ total


2 Rawat gabung parsial/ penuh
3 Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada tindakan operasi caesar
4 Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di kamar bersalin
5 Perawatan BBLR dengan metode kangguru
6 Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
7 Kebutuhan cairan dan elektrolit pada neonatus
8 Pelayanan rujukan maternal dan neonatal ke rumah sakit rujukan tertinggi
9 Pelayanan perinal lanjutan
10 Seleksi dan perawatan neonatus risiko tinggi
11 Tingkat pelayanan perinatal
12 Penatalaksanaan bayi yang lahir normal dengan risiko tinggi
13 Penanganan bayi baru lahir normal menangis tonus otot baik
14 Langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara paripurna
15 Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui secara terpadu dan paripurna
(LMKM)
16 Kelompok pendukung ASI
17 Bimbingan pelekatan dan cara menyusui bayi yang baik dan benar
18 Cara pemberian ASI dalam kondisi khusus
19 Identifikasi bayi
20 Pemberian suntikan Vitamin K1 pada bayi baru lahir
21 Penilaian fisik
22 Penilaian maturitas bayi
23 Pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir
24 Penanganan bayi dengan hipotermia
25 Resusitasi bayi baru lahir
26 Resusitasi bayi baru lahir dengan penanganan asfiksia neonatorum
27 Gawat nafas pada neonatus
28 Gawat nafas pada neonatus dengan apnea
29 Gawat nafas pada neonatus dengan RDS (Respiratory Distress Syndrome)
30 Gawat nafas pada neonatus dengan TTN (Transient Tachypnea of Newborn)
31 Gawat nafas pada neonatus dengan aspirasi mekonium
32 Gawat nafas pada neonatus dengan sindrom kebocoran udara
33 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital: Hernia Diafragmatika
34 Penatalaksanaan kejang pada neonatus
35 Penanganan infeksi sepsis neonatorum
36 Penangan ikterus neonatorum (hiperbilirubinemia) pada neonatus
37 Perawatan bayi yang akan di pasang fototerapi
38 Penatalaksanaan jantung kongenital
39 Penatalaksanaan gagal jantung pada neonatus
40 Penatalaksanaan kelainan jantung PDA (Patent Ductus Arteriosus)
41 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir
42 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir kaput suksedanem
43 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir kaput sefalhematoma
44 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir trauma pleksus brakhialis
45 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir perdarahan intra kranial
46 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir perdarahan subgaleal
47 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir fraktur tengkorak
48 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir fraktur klavikula
49 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir brakhial palsi
50 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir kelumpuhan saraf fasial
51 Penatalaksanaan bayi dengan trauma lahir trauma pada sumsum tulang
belakang
52 Penatalaksanaan bayi dengan cedera intraabdomen
53 Penatalaksanaan hematologis yang sering ditemui pada neonatus
54 Penatalaksanaan bayi dengan DIC (Disemminated Intravascular
Coagulation)
55 Penatalaksanaan anemia pada neonatus
56 Penatalaksanaan trombositopenia pada neonatus
57 Penatalaksanaan bayi dengan HDN (Hemorraghic Desease on the Newborn)
58 Penatalaksanaan polisitemia neonatus
59 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital (bawaan)
60 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital omphalochele
61 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital atresia choana
62 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital atresia esofagus dan fistula
trakheoesofagus
63 Penatalaksanaan bayi dengan kelainan kongenital gastroschizis
64 Penatalaksanaan bayi dengan hipospadia
65 Penatalaksanaan bayi dengan mielomeningokel
66 Penatalaksanaan bayi dengan labiooschizis
67 Penatalaksanaan bayi dengan labiopalatooschizis
68 Pneumonia pada bayi
69 Penatalaksanaan hipoglikemia pada neonatus
70 Penanganan bayi baru lahir dengan ibu Hepatitis-B
71 Imunisasi Hepatitis-B pada bayi baru lahir
72 Pemberian susu formula pada bayi yang lahir dengan dari ibu HIV positif
73 Permohonan pemeriksaan cito pelayanan penunjang medik
74 Pelayanan pengambilan darah yang tidak terpakai yang berasal dari bank
darah
75 Pelayanan laboratorium pemberian identitas pasien
76 Pelayanan laboratorium penampung spesimen
77 Perawatan tali pusat
78 Memasang OGT pada bayi baru lahir
b. SOP lanjutan yang diterbitkan pada tanggal 18 Oktober 2017
79 Memberi minum pada bayi baru lahir melalui OGT
80 Pemasangan intubasi pada bayi
81 Stabilisasi pasca resusitasi
82 Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
83 Penyelenggaraan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK) 24 jam
84 RSSIB (Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi)

(b) Standar Operasional Untuk POKJA Lain


Tabel 2.27Daftar Standar Operasional Prosedur (SOP) POKJA lain
Ruang BougenvilleRSUD Soreang

No Standar Asuhan Keperawatan


1 Kriteria transfer pasien antar rumah sakit
2 Rujukan dari luar rumah sakit
3 Merujuk pasien ke rumah sakit lain untuk pemeriksaan penunjang
4 Penolakan/ penghentian pengobatan
5 Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP
6 Mengawasi tingkat kesadaran
7 Membantu pelaksanaan tindakan pembedahan secara langsung
8 Return sediaan farmasi dan alat kesehatan dan pasien umum
9 Menghitung nadi dan pernafasan
10 Menyiapkan pasien dan alat untuk tindakan D.C. Shock
11 Memberikan kompres dingin
12 Memberi obat melalui mulut
13 Melaksanakan ambulasi dini
14 Membantu pasien untuk istirahat/ tidur
15 Menyisir rambut
16 Menyiapkan pasien untuk tindakan pembedahan akut
17 Observasi gerakan janin
18 Memasang sarung tangan
19 Mengatur posisi pasien litotomi
20 Memasang bidai
21 Penanganan syok anafilaktik
22 Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan radio diagnostik
23 Melakukan fiksasi
24 Memasang jas operasi
25 Menyiapkan bayi untuk pemeriksaan asrtup
26 Mengukur tekanan darah
27 Menyiapkan bahan pemeriksaan
28 Membersihkan mulut
29 Perawatan luka episiotomi
30 Menyiapkan pasien dan alat pemasangan WSD
31 Memberi huknah rendah
32 Menyiapkan bayi dengan tindakan lumbal fungsi
33 Merawat luka bakar
34 Prosedur rawat bersama DPJP
35 Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
36 Asuhan Medis Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
37 Kewenangan Dokter Umum dan Dokter Spesialis (DPJP)
38 Hak dan kewajiban DPJP utama
39 Pembentukan tim transfer pasien eksternal rumah sakit
40 Transfer pasien elektif ke rawat inap
41 Transfer pasien dari rawat jalan ke rawat inap
42 Prosedur peralihan DPJP
43 Prosedur pemulangan atas permintaan sendiri dengan alasan medis maupun
non medis
44 Perencanaan pemulangan pasien (discharge planning)
45 Kriteria pasien keluar perawatan ICU
46 Pemulangan pasien
47 Skrining awal pasien
48 Menerima pasien sebelum pembedahan
49 Melaksanakan orientasi pasien di kamar operasi
50 Alur permintaan ambulan
51 Pemakaianambulan
52 Petugas pengemudi ambulan
53 Pemeliharaan ambulan
54 Rumah sakit penerima rujukan dapat menyediakan kebutuhan pasien yang
akan dipindahkan
55 Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
56 Asesmen pasien terminal
57 Pembetulan (koreksi) pencatatan rekam medis
58 Keamanan informasi rekam medis di ruang rawat inap
59 Pendidikan dan pelatihan pasien dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan bekelanjutan
60 Kompetensi petugas pemberi edukasi
61 Investigasi sederhana
62 Laporan insiden
63 Resusitasi jantung paru pada bayi baru lahir
64 Alur pelayanan instalasi pusat sterilisasi (CSSD)
65 Distribusi alat/ instrumen steril
66 Penerimaan barang/ alat kotor dari ruangan perawatan di unit sentral
sterilisasi
67 Distribusi alat/ BMHP steril
68 Penanganan pasien risiko tinggi di rumah sakit
69 Penggunaan alat bantu hidup (Ventilator)
70 SOPasuhan pasien usia lanjut/ geriatri
71 Pelayananpasien dengan restrain
72 Transfusi trombosit pada anak
73 Transfusi granulosit pada anak
74 SOPasuhan pasien dengan risiko kekerasan
75 Penatalaksanaan pasien dengan agresivitas (perilaku kekerasan)
76 Penatalaksanaan kejahatan seksual
77 Memberikan oksigen dengan kanul nasal
78 Memonitor perdarahan masa nifas
79 Memasang infus dewasa
80 Pengisian dokumentasi asuhan keperawatan
81 Menolong pasien B.A.B
82 Melakukan bilas lambung
83 Mengganti balutan luka
84 Penempatan pasien dengan immunosuppressed
85 Kewaspadaan berdasarkan penularan (isolasi)
86 Penempatan pasien dengan penyakit menular atau suspek
87 Tata cara pemakaian APD
88 Penatalaksanaan tertusuk jarum atau benda tajam
89 Praktik menyuntik aman
90 Pengelolaan limbah rumah sakit
91 Dekontaminasi
92 SOPpasien dengan penyakit menular
93 SOPasuhan untuk pasien imunosupressed
94 Penanganan pasien dengan airbone precaution
95 Pembersihan ruang dapur
96 Pembersihan ruang perawatan dan unit pelayanan pasien
97 Prosedur pencegahan phlebitis dan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
98 Pengangkutan sampah (basah/kering)
99 Penanganan sampah
100 Pewadahan/ penampungan sampah non infeksius
101 Pengangkutan sampah infeksius
102 Etika batuk dan bersin
103 Melepaskan Alat Pelindung Diri (APD)
104 Kebersihan tangan/ hand hygiene
105 Bongkar ruangan
106 Distribusi dan penyimpanan alat kesehatan yang telah di sterilkan
107 Mengepel
108 Membersihkan daun pintu, jendela, kaca, dinding, langit-langit
109 Membersihkan KM/ WC
110 Membersihkan gagang telepon
111 Sterilisasi alat bekas pakai dengan sterilisasi panas kering (oven)
112 Pembersihan alat kesehatan dan alat keperawatan
113 Pengenceran klorin
114 Pembersihan lantai
115 Penggunaan bahan dan alat pembersih
116 Pencucian tabung humidifier oksigen
117 Pengelolaan korentang dan tempatnya
118 Membersihkan ruangan rawat inap terinfeksi
119 Menyapu lantai
120 Membersihkan lantai ruangan
121 Sterilisasi selang oksigen dan selang suction
122 Penggunaan sarung tangan steril
123 Pembersihan ruang pelayanan dan unit pelayan pasien
124 Pencucian dan pembilasan alat bekas pakai
125 Membersihkan ruang rawat inap biasa (non infeksius)
126 Hand hygienefivemoment
127 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
128 Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)

Hasil analisis kajian situasi:


Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 28 Maret
2019 dengan metode studi dokumentasi didapatklan bahwa jumlah
SOP yang berada di Ruang Bougenville RSUD Soreang adalah
sebanyak 84 SOP untuk Neonatus dan 128 SOP untuk Pokja lain.

Kajian teori:
Menurut Puspitasari, Rosmayawati & Melfrina (2012), Standar
Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu standar/ pedoman
tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
(11) Alur Keluar Pasien

Bayi Pulang sehat Bayi Pulang sehat


atas izin dokter atas izin dokter

Bayi Pulang sehat


atas izin dokter

Bagan 2.7 Alur Keluar Pasien


c. Kajian Manajemen Risiko (6 Sasaran Keselamatan Pasien)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes, 2011).
1) Identifikasi Pasien
Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal27 Maret-01 April
2019 kepada 22 orang perawat didapatkan hasil bahwa seluruh perawat
melakukan identifikasi pasien 100% dengan baik. Saat akan melakukan
tindakan keperawatan, perawat di Ruang Bougenville mengidentifikasi kembali
identitas pasien dengan melihat dan menyesuaikan nama dengan status pasien
yang terpasang dibed dan mengecek ulang nama dan identitas agar tidak terjadi
kesalahan.

Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Elemen Penilaan Sasaran I:
a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.

2) Komunikasi yang Efektif


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 27 Maret – 01
April 2019 didapatkan hasil bahwa dari 22 perawat melakukan peningkatan
komunikasi yang efektif (100%) dengan baik, dalam pelaksanaan komunikasi
antar perawat dalam bertukar informasi mengenai kondisi pasien pada saat
timbang terima sudah terlaksana dengan baik.
Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Standar
SKP II Rumah Sakit menggunakan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas
komunikasi antar para pemberi pelayanan.
Elemen Penilaian Sasaran II:
a) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima pemerintah.
b) Perintah lengkap secara lisan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah.
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
d) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

3) Obat yang harus diwaspadai


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 27 Maret – 01
April 2019 didapatkan hasil bahwa dari 22 perawat yang melakukan
peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (100%) melakukan
peningkatan keamanan obat dengan baik.

Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Standar
SKP III Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert).
Elemen Penilaian Sasaran III:
a) Perawat memperhatikan Standar Prosedur Operasional (SOP) saat
mengatur idnetifikasi, lokasi, pemberian label dan penyimpanan obat-obat
yang perlu diwaspadai.
b) Elektrolit konsentrat diletakan ditempat aman.
c) Melakukan tindakan pemberian obat dengan melakukan tindakan secara 6
benar.
d) Melakukan tindakan terapi injeksi perawat melingkari jam pemberian obat
disertai nama pemberian obat.

4) Pengurangan Risiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan


Hasil kajian situasi:
Tabel 2.28 Observasi Tindakan Five Moment Perawat
Ruang Bougenville RSUD Soreang

No Tindakan Five Moment Dilakukan Tidak


Dilakukan
1 Sebelum kontak dengan pasien 83% 17 %
2 Sebelum tindakan aseptic 86% 14%
3 Setelah terkena cairan tubuh pasien 83% 17%
4 Setelah kontak dengan pasien 83% 17%
5 Setelah kontak dengan lingkungan disekitar 77% 23 %
pasien

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 Maret-01 April


2019 bahwa kepatuhan perawat dalam melaksanakan five moment untuk cuci
tangan 82%. Sedangkan untuk 6 langkah cuci tangan sudah 100% dilakukan.

Kajian teori:
Menurut Hidayat (2005) mencuci tangan merupakan teknik dasar yang
paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Mencuci tangan
adalah teknik yang sangat mendasar dalam mencegah dan mengendalikan
infeksi, dengan mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme yang ada di kulit. Cuci tangan harus dilakukan dengan baik
dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun
memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari
infeksi.Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.Cuci
tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.Standar
SKP V Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian Sasaran V:
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.l dari WHO
Guidelines on patient safety).
b) Rumah sakit menerapkan program hand hygieneyang efektif.
c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan mengenai risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

5) Pengurangan Risiko Jatuh


Hasil kajian situasi:
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 Maret – 28 April
2019 didapatkan hasil bahwa seluruhnya (100%) perawat melakukan
pengurangan risiko jatuh.

Kajian teori:
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1692/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Kesehatan Pasien Rumah Sakit.Standar
SKP VI Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko pasien dari cedera karena jatuh.

Elemen penilaian sasaran VI:


a) Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lain.
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
c) Langkah-langkah di monitor hasilnya, baik keberhasilan, pengurangan
cedera akibat jatuhdan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan.
d) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengrahkan
pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah
sakit.

Anda mungkin juga menyukai