Anda di halaman 1dari 85

MODUL

TOT KETRAMPILAN PEMBERDAYAAN


ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2017

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 0
TIM PENYUSUN

1. dr. Satya Joewana, SpKJ


2. dr. Ratna Mardiati, SpKJ
3. drg. Luki Hartanti, MPH
4. dr. Prasetyawan, SpKJ
5. dr. Herni Taruli, SpKJ
6. dr. Widayanti Dewi Wulandari, SpKJ
7. dr. Herbet Sidabutar, SpKJ
8. Ira Oktora S.Psi, M.Psi
9. dr. Lusy Levina
10. dr. Lucia Maya Savitri, MARS
11. drg. Antony Azarsyah, MKM
12. dr. Hans Christian Dharma, SpKJ
13. Adinda Prawityasari
14. Yushadi Muklis
15. Endang Suharjanti, S.Sos, M.Si

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 1
DAFTAR ISI

MD 1 KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYALAHGUNAAN


NAPZA ………………………………………………………………………...........3

MD 2 TINJAUAN SINGKAT PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA ANAK DAN


REMAJA ..........................................................................................................13

MI 1 KONSEP KELUARGA SEHAT……………………………………………….. ..28

MI 2 PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN


NAPZA PADA ANAK DAN REMAJA………………….......................................41

MI 3 PERAN SERTA ORANG TUA PADA ANAK DENGAN PENYALAHGUNAAN


NAPZA ……….................................................................................................48

MI 4 POLA ASUH POSITIF DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA


…………………………………...........................................................................57

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 2
MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

I. Deskripsi Singkat
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya (napza) merupakan suatu kajian yang perlu mendapatkan
perhatian serius dalam lingkup nasional maupun secara internasional.Pada
kenyataanya, kejahatan narkotika memang telah menjadi sebuah kejahatan
transnasional yang dilakukan oleh kelompok kejahatan terorganisir (organized
crime).
Penanggulangan dan pemberantasan penyalahgunaan napza bukanlah
sebuah pekerjaan yang mudah.Banyak negara yang cukup kesulitan bahkan
nyaris kewalahan dalam menangani tindak kejahatan peredaran gelap napza
ini. Dalam lingkup Asia Tenggara, negara-negara yang tergabung dalam
ASEAN telah menunjukkan sikap yang sama dalam pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap napza, dengan
merumuskan kesepakatan untuk mempercepat menjadikan ASEAN bebas
penyalahgunaan napza.
Berbagai upaya baik pencegahan, pemberantasan, maupun
penanggulangan permasalahan peredaran gelap narkotika dan obat-obatan
terlarang lainnya telah dilakukan oleh segenap elemen bangsa ini.Upaya ini
termasuk pembaharuan peraturan perundangan terkait Pencegahan dan
Pengendalian masalah penyalahgunaan napza.Usaha-usaha ini diharapkan
dapat memberikan harapan bagi pengguna dan penyalahguna untuk
mendapatkan akses perawatan dan rehabilitasi sehingga diharapkan semakin
berkurangnya jumlah penyalahgunaan napza dengan berkurangnya
permintaan terhadap napza.

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta memahami kebijakan
pemerintah terkait pencegahan dan penyalahgunaan napza

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 3
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan kondisi terkini masalah penyalahgunaan napza di
Indonesia
2. Menjelaskan kebijakan yang telah diambil pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan masalah penyalahgunaan napza.

III. Pokok Bahasan


Dalam modul ini, dibahas pokok bahasan sebagai berikut:
 Pokok Bahasan 1: Masalah Penyalahgunaan napza di Indonesia
 Pokok Bahasan 2: Kebijakan pencegahan dan Pengendalian Masalah
Penyalahgunaan napza

IV. Bahan Belajar


 Handout Pelatihan
 Materi presentasi

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran


 Materi akan diuraikan secara runtut berdasar pada Pokok Bahasan oleh
fasilitator kepada peserta latih. Peserta latih menyimak, membuat catatan,
dan mengikuti arahan dan petunjuk fasilitator.
 Proses pembelajaran akan diuraikan dalam langkah-langkah sebagai
berikut:
A. Langkah pertama
Kegiatan fasilitator
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri dan meminta semua peserta latih untuk
memperkenalkan diri
3. Menjajaki pengetahuan peserta latih yang berhubungan dengan
kebijakan pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan
napza.
Kegiatan peserta latih
1. Memperkenalkan diri

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 4
2. Merespons fasilitator
3. Mempersiapkan diri dengan perlengkapan belajar
4. Menyimak dan membuat catatan seperlunya

B. Langkah kedua
Kegiatan fasilitator
1. Ceramah tentang kondisi masalah penyalahgunaan napzadi
Indonesia dan kebijakan apa saja yang telah diambil pemerintah
untuk mencegah dan mengendalikan masalah penyalahgunaan
napza.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta latih untuk mengklarifikasi,
bertanya, dan berbagi pengetahuan.
3. Menjawab atau mengajak berdiskusi atas pertanyaan yang diajukan
oleh peserta latih.

Kegiatan peserta latih


1. Menyimak dan membuat catatan seperlunya
2. Mengklarifikasi hal yang tidak jelas, bertanya tentang hal-hal yang
relevan dengan materi, berbagi pengetahuan atau pengalaman
terkait materi

VI. Uraian Materi


Pokok Bahasan 1
Masalah Penyalahgunaan napza di Indonesia
Masalah penyalahgunaan napza merupakan masalah global yang
kompleks yang melibatkan berbagai aspek bio-psiko-sosial dan mengakibatkan
berbagai dampak buruk, bahkan kematian. Di Indonesia, penyalahgunaan
napza sangat meluas, tidak hanya di kota besar tetapi juga di kota-kota kecil
dan terjadi pada berbagai strata masyarakat.
Letak geografis Indonesia yang strategis selain memberikan kontribusi
yang positif juga memberikan dampak lainnya.Akibat dari letak posisi geografis
Indonesia sehingga memudahkan masuknya peredaran gelap napza ke
Indonesia.Kontrol atas masuknya berbagai jenis napza ke Indonesia menjadi

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 5
lebih sulit.Pengaruh sosial budaya juga sulit dibendung mengingat tamu asing
dapat masuk dari berbagai negara.
Di Indonesia masalah penyalahgunaan napza tidak pernah mereda,
sekalipun jenis zat yang digunakan menunjukkan perbedaan dari waktu ke
waktu.Masalah penyalahgunaan napza berkembang mengikuti tren yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya ketersediaan zat, kebutuhan dan
faktor penegakan hukum.Selain itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan lokal
setempat yang sering kali tanpa disadari juga memberikan dampak yang
kurang baik bagi kesehatan.
Dampak buruk lain dari masalah penyalahgunaan napza adalah tingginya
angka kematian. Berdasarkan survey BNN diperkirakan pada tahun 2014
mencapai 33 orang korban meninggal perhari karena penyalahgunaan
napza.Angka ini belum menggambarkan keadaan sesungguhnya, sebab
penyebab kematian sebenarnya seringkali tidak diungkap, banyak kasus napza
dilaporkan meninggal karena sebab lain, seperti penyakit gastrointestinal,
perdarahan otak, penyakit jantung, asma, atau kecelakaan, yang penyebab
awalnya penyalahgunaan napza.
Dari sisi global, berdasarkan World Drug Report tahun 2016, diperkirakan
Estimasi jumlah pengguna zat psikoaktif didunia pada tahun 2014 adalah 247
juta.

Gambar 1.Estimasi jumlah pengguna zat psikoaktif di dunia tahun 2006-2014.


Sumber: World Drug Report, 2016

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 6
Data survei BNN dan PPKUI pada kelompok rumah tangga di 20 provinsi
tahun 2015, didapatkan prevalensi orang yang pernah pakai napza setahun
terakhir (current user) di tahun 2015 menyentuh angka 0,6%. Hal ini
menunjukkan dari seribu orang, ada enam orang yang pakai napza dalam
setahun terakhir di tingkat rumah tangga umum. Mereka yang pakai napza
setahun terakhir kebanyakan berada di kelompok umur 20-29 tahun, terutama
di kota. Jenis napza yang pernah dipakai (ever used) paling banyak adalah
ganja (57%), diikuti oleh shabu (23%) dan ekstasi (15%). Di rumah tangga
khusus, saat ini diperkirakan ada 38 dari 1000 orang yang masih pakai napza
dalam setahun terakhir (3,8%). Mereka yang pakai napza kebanyakan berada
pada kelompok umur 20-29 tahun (4,6%).
Hasil survei BNN dan PPKUI di kalangan pelajar/mahasiswa pada tahun
2016 didapatkan kecenderungan penurunan angka prevalensi penyalahgunaan
napza (grafik 2.2). Prevalensi pelajar/mahasiswa yang pernah menggunakan
napza adalah 3,8% sedangkan prevalensi yang menggunakan napza dalam
setahun terakhir adalah 1,9%. Jenis napza yang paling banyak dipakai adalah
ganja dan lem.

Grafik 2.2 Prevalensi penggunaan napza di kalangan


pelajar/mahasiswa.Sumber: BNN, 2017

napza adalah akronim Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Zat
adiktif lainnya ini juga mencakup zat-zat yang tidak terlampir dalam Undang-
Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, seperti alkohol, kecubung dan
zat lainnya. Upaya penanggulangan masalah napza ditujukan sesuai tahap

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 7
kontinum pemakaian zat itu sendiri.Dimulai dari konsep promotif - preventif–
kuratif - rehabilitatif.Dalam upaya promotif perlu mengedepankan sosialisasi
pencegahan penyalahgunaan napza melalui penyuluhan, Media Elektronik,
sosialdan Media KIE lainnya.Konsep preventif adalah mencegah seseorang
yang sebelumnya tidak memakai zat adiktif untuk tidak mencoba/memakai
teratur dan mencegah seseorang yang sudah menggunakan agar tidak masuk
ke dalam kelompok berisiko dan tidak menjadi tergantung atau adiksi.
Banyak pasien yang datang ke suatu layanan kesehatan terkait
permasalahan medis seperti gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan
sistem gastrointestinal, kecelakaan lalu lintas dan penyakit lainnya tanpa
menyadari penyakit yang diderita merupakan akibat dari penggunaan napza
yang telah lama mereka konsumsi. Di beberapa wilayah Indonesia angka yang
meminum alkohol cukup tinggi, karena ada pengaruh dari kebudayaan
setempat dan perilaku individu tersebut.Untuk memperluas cakupan dan
meningkatkan layanan rehabilitasi medis maka perlu dipandang adanya
skrining atau deteksi dini terhadap penyalahgunaan napza.Ada berbagai
macam instrumen skrining yang digunakan diberbagai negara, salah satunya
adalah ASSIST (alcohol, smoking and substances involvement screening test).
Kementerian Kesehatan melakukan upaya pencegahan penyalah-gunaan
napza salah satunya melalui skrining atau deteksi dini dengan menggunakan
Instrumen ASSIST yang ditujukan kepada petugas kesehatan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di FKTP diharapkan dapat
mengidentifikasi perilaku penggunaan napza pada pasien-pasien umum yang
datang ke FKTP dengan menyampaikan keluhan fisik seperti pusing, batuk,
demam, dan lain-lain, dengan demikian pasien dapat memperoleh informasi
yang tepat mengenai risiko-risiko yang mungkin dialaminya terkait dengan
perilaku penggunaan napzanya. Pada upaya kuratif dan rehabilitatif,
Kementerian Kesehatan melalui RS Ketergantungan Obat telah berjalan sejak
tahun 1972 dan diikuti dengan penyediaan layanan rehabilitasi di beberapa RS
Jiwa lainnya. Seiring dengan perubahan regulasi yang ada di Indonesia, mulai
tahun 2011 Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah
menetapkan beberapa RS, RSJ/RSKO, Puskesmas, Klinik dan Lembaga
rehabilitasi lainnya sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL).IPWL tidak
hanya berfungsi untuk rehabilitasi tetapi juga harus melakukan sosialisasi atau
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 8
penyuluhan dalam rangka pencegahan penyalahgunaan napza.Jumlah IPWL
yang masih terbatas tentunya membuat cakupan masih terbatas, oleh sebab itu
dipandang perlu untuk pengembangan layanan lainnya melalui sistem rujukan
dari pelaksanaan deteksi dini atas penyalahgunaan napza termasuk faktor
risikonya.
Upaya menanggulangi permasalahan pemakaian napza ditujukan sesuai
dengan tahapan kontinum pemakaian zat itu sendiri. Terdapat konsep
pencegahan, mulai dari primer, sekunder dan tersier yang dapat diterapkan
pada penyakit ini (Hamilton, King dan Ritter, 2004). Pencegahan primer adalah
mencegah seseorang yang sebelumnya tidak memakai zat adiktif untuk tidak
mencoba atau memakai teratur.Pencegahan sekunder adalah mencegah
seseorang yang sudah menggunakan agar tidak masuk ke dalam kelompok
berisiko dan tidak menjadi tergantung atau adiksi.Pencegahan tersier adalah
upaya mereduksi bahaya yang timbul dari masalah-masalah penyalah guna
napza dan adiksi, termasuk tindakan terapi dan rehabilitasi, sampai seminimal
mungkin menggunakannya atau bahkan tidak mengguna-kan sama sekali.
Pengendalian dan pengawasan terhadap peredaran obat-obat golongan
narkotika dan psikotropika juga perlu dilakukan.Karena bila disalahgunakan
(tidak dibawah pengawasan dokter) dapat menimbulkan ketergantungan dan
dapat mengakibatkan gangguan fisik, mental, kejiwaan sosial, keamanan dan
ketertiban Nasional (Kamtibnas) dan akibat lebih jauh dapat mengganggu
ketahanan nasional.Oleh karenanya penggunaan obat-obat golongan narkotika
dan psikotropikauntuk pengobatan, diperlukan upaya pengendalian dan
pengawasan.Pengawasan yang ditujukan untuk menjamin jenis dan jumlah
kebutuhan narkotika dan psikotropika cukup tersedia sesuai dengan
kebutuhan.Jalur resmi upaya-upaya pengendalian dan pengawasan sudah
tentu dilakukan oleh aparat terkait yang berwenang, agar benar-benar dapat
diawasi pertimbangan permintaan dan persediaan dan jenis-jenis obat yang
dibutuhkan.

Pokok Bahasan 2
Kebijakan Pencegahan dan Penyalahgunaan napza
Terkait pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan napza,
beberapa peraturan perundangan dibawah ini dapat menjadi dasar, yaitu:
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 9
1. UU No. 5/1997 ttg Psikotropika
2. UU No. 35/2009 ttg Narkotika
3. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. UU No. 18/2014 ttg Kesehatan Jiwa
5. PP No. 25/2011 ttg Wajib Lapor Pecandu Narkotika
6. SDG’s 2015-2030: memperkuat pencegahan dan perawatan penyalah-gunaan
zat, termasuk penyalahgunaan narkotika dan alkohol yang merugikan
7. RPJMN 2015 – 2019 :salah satu sasarannya adalah meningkatnya mutu dan
akses pelayanan kesehatan jiwa dan napza
8. Perpres No. 74 tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan minuman
beralkohol
9. Permenkes No.64/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemenkes
10. Kepmenkes No. 420/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman layanan terapi dan
rehabilitasi komprehensif pada gangguan penyalahgunaan napza berbasis
rumah sakit
11. Kepmenkes No. 421/Menkes/SK/III/2010 tentang standar pelayanan terapi
dan rehabilitasi gangguan penggunaan napza
12. Kepmenkes No. 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penata-
laksanaan Medik Gangguan Penggunaan napza
13. Keputusan Menkes No. 350/SK/Menkes/IV/2008 tentang Penetapan Rumah
Sakit Pengampu dan Satelit PTRM
14. Peraturan Menkes No. 57 tahun 2013 tentang Program Penyelenggaraan
Terapi Rumatan Metadon (PTRM)
15. Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
16. Permenkes Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS
17. Kepmenkes No. 501 tahun 2015 tentang penetapan Institusi Penerima Wajib
Lapor
18. Peraturan MENKES No. 50 tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis pelaksanaan
wajib lapor dan rehabilitasi medis bagi pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan narkotika
19. Inpres No. 12 tahun 2011 tentang kebijakan dan strategi Nasional P4GN
20. Perber Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia,
Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian dan
Kepala Badan Narkotika Nasional Republik No.01/Pb/Ma/III/2014 No.03/2014,
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 10
No.11/2014, No.03/2014 No. Per-005/A/Ja/03/2014 No.1/2014
No.Perber/01/III/2014/BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika Dan
Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi

Kementerian Kesehatan menyelenggarakan sebagian urusan


pemerintahan di bidang kesehatan dengan fungsi Perumusan kebijakan
nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang
kesehatan.Untuk melaksanakan fungsi ini, Kementerian Kesehatan mempunyai
wewenang penyusunan rencana aksi nasional secara makro di bidang
kesehatan.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagai unit
Esselon 1 dari Kementerian Kesehatan mempunyai fungsi perumusan
kebijakan di bidang upaya kesehatan jiwa dan napza.
Sejak tahun 80-an, Kementerian Kesehatan telah menetapkan kebijakan
bahwa 10% kapasitas tempat tidur rumah sakit jiwa (RSJ) dialokasikan untuk
klien gangguan penggunaan napza.
Peningkatan Koordinasi dan Kerjasama Antar Direktorat di Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) dan antara
Ditjen P2P dengan Ditjen lain di lingkungan Kementerian Kesehatan dan antara
Ditjen P2P dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan antara Pemangku
kepentingan di bidang Pencegahan dan Pengendalian penyalahgunaan napza
merupakan hal mutlak yang harus dijalankan dalam penanganan
penyalahgunaan napza.
Menyediakan layanan program yang bermutu dengan cara meningkat-kan
kegiatan promosi, prevensi, terapi, rehabilitasi, serta pelayanan sosial yang
berkesinambungan.
Beberapa hal dibawah ini menjadi stategi untuk menjalankan pencegahan
dan pengendalian masalah penyalahgunaan napza.Strategi ini dibagi menjadi
strategi pencegahan primer, sekunder dan tersier.
 Pencegahan Primer
1. Meningkatkan Pemberdayaan Orang Tua dalam pencegahan
penyalahgunaan napza
2. Meningkatkan Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar dan Guru
Sekolah menengah dalam pencegahan penyalahgunaan napza
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 11
3. Meningkatkan jumlah provinsi yang melakukan kampanye publik
napzayang melibatkan masyarakat
4. Meningkatkan jumlah Kader Komunitas yang terlatih napza

 Pencegahan Sekunder dan Tersier


1. Meningkatkan jumlah Institusi Penerima Wajib Lapor yang aktif bagi
penyalahguna napza
2. Meningkatkan jumlah propinsi yang memiliki Institusi Rehabilitasi
napza diluar sektor kesehatan yang bekerjasama dengan
fasyankes
3. Meningkatkan kerja sama dan sinergitas antara stake holder terkait.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 12
MATERI DASAR 2
TINJAUAN SINGKAT PENYALAHGUNAAN NAPZA

I. Deskripsi Singkat
napza merupakan ancaman bagi semua remaja. Tahap perkembangan
psikososial dan kognitif yang terjadi pada usia 12 – 18 tahun membuat mereka
menjadi rentan terhadap penyalahgunaan napza. Tuntutan orang tua yang
kurang empatik kepada mereka juga dapat menjadi faktor pencetus
penyalahgunaan napza di kalangan remaja.Diperkirakan sekitar empat belas
ribu dari tujuh puluh juta remaja di Indonesia menyalah guna napza. Jumlah
penyalah guna napza di Ibukota Indonesia yang berada pada kelompok usia
remaja cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir. Layanan rehabilitasi
penyalahgunaan napza yang secara spesifik memperhatikan kebutuhan anak
dan remaja menjadi hal yang penting.Layanan tersebut harus memastikan
tumbuh kembang anak dan remaja terus berlanjut dan mereka memasuki masa
dewasa secara matur, bebas dari penyalahgunaan napza.

II. Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Pembelajaran Umum
Pada akhir sesi, peserta mampu memahami isu penyalahgunaan napza
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Pada akhir sesi, peserta mampu:
1. Menjelaskan epidemiologi penyalahgunaan napza
2. Menjelaskan etiologi, gambaran klinis, dan jenis terapi rehabilitasi
penyalahgunaan napza

III. Pokok Bahasan


1.Epidemiologi Penyalahgunaan Napza
2. Etiologi, Gambaran Klinis, dan Jenis Terapi Rehabilitasi Penyalahgunaan
Napza

IV. Bahan Belajar


a. Handout Pelatihan
b. Materi presentasi
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 13
V. Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pokok bahasan masing-masing akan diuraikan secara runtut oleh fasilitator


kepada peserta pelatihan. Di lain pihak peserta latih mendengar, mencatat dan
mengikuti arahan dan petunjuk fasilitator. Proses pembelajaran ini akan
dikemukakan sesuai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Bina situasi kelas
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
2) Mempersilakan peserta latih mengenalkan diri
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya dengan materi
yang akan disajikan
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat

2. Langkah Kedua
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah
tentang epidemiologi penyalahgunaan Napza
2) Memberikan kesemapatan bertanya kepada peserta untuk
menanyalan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak pertanyaan yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
penting

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 14
3. Langkah Ketiga
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah tentang
pokok bahasan kedua , tentang Etiologi, Gambaran Klinis, dan Jenis
Terapi Rehabilitasi Penyalahgunaan Napza
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan oleh fasilitator
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting

4. Langkah Keempat
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator meminta membentuk 3 kelompok yaitu: kelompok opioid
2) Meminta kepada masing-masing kelompok untuk mengerjakan
lembar penugasan materi inti 1
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membentuk kelompok diskusi serta melakukan diskusi sesuai
dengan bimbingan fasilitator
2) Mendengar, mencatat, dan bertanya

5. Langkah Kelima
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator menyimpulkan tentang tinjauan singkat penyalahgunaan
Napza
2) Fasilitator mengakhiri sesi dengan menanyakan tujuan khusus
pembelajaran serta merta bertanya pada peserta latih tentang
jawaban tujuan khusus
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 15
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menjawab pertanyaan fasilitator
2) Peserta mencatat hal-hal yang perlu

VI. Uraian Materi


Pokok Bahasan 1. Epidemiologi Penyalahgunaan Napza
Untuk menyajikan informasi dan data yang akurat tentang besaran
perkembangan masalah gangguan penggunaan napza di Indonesia bukanlah
perkara yang mudah.Hal ini terjadi karena di Indonesia pengumpulan data atau
penelitian mengenai masalah ini tidak dilakukan secara kontinyu dan
sistematis.Selama berpuluh-puluh tahun data tentang pasien gangguan
penggunaan napza hanya diperoleh dari laporan Rumah Sakit Ketergantungan
Obat Jakarta (RSKO) dan panti-panti rehabilitasi sosial yang berada dibawah
tanggung jawab Kementerian Sosial. Kondisi ini tentu tidak dapat secara tepat
menggambarkan besaran masalah di komunitas, karena karakteristik pengguna
yang berada dalam perawatan belum tentu sama dengan karakteristik yang
ada di komunitas. Baru sekitar 7 tahun belakangan ini diperoleh data
epidemiologis melalui penelitian yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Badan Narkotika Nasional (BNN).
Penggunaan napza di Indonesia sudah tercatat pada abad ke-17, ketika
orang mulai mencampurtembakau dengan opium. Masuknya opium di
Indonesia tidak lepas dari perdagangan dengan bangsa Cina yang kemudian
digunakan pemerintah Hindia Belanda untuk “melemahkan” perlawanan
bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan Belanda. Diperkirakan pada
awal abad ke-20, tercatat 100,000 pengguna opium, terutama yang ditemukan
pada orang Jawa dan keturunan Cina (Reid, 1999).Selain untuk dikonsumsi,
pada perang kemerdekaan opium digunakan untuk membiayai pembelian
senjata bagi pejuang kemerdekaan Indonesia.Setelah perang kemerdekaan
hingga akhir tahun 1960 an, tidak ditemukan catatan mengenai
penyalahgunaan napza di Indonesia.Hanya saja pada tahun itu tercatat adanya
penggunaan ganja dan sejak itu ganja menjadi zat yang paling banyak
disalahgunakan oleh kaum muda di seluruh Indonesia (CIA, 2005).
Sekalipun data klinis yang diperoleh dari RSKO tidak memberikan
gambaran yang akurat mengenai kondisi yang ada di lapangan, namun dari
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 16
data itu menunjukkan adanya trend peningkatan penggunaan napza dari waktu
ke waktu. Sejak awal hingga akhir tahun 1970-an, zat utama yang paling
banyak disalahgunakan dan menimbulkan banyak masalah hingga
memerlukan perawatan adalah morfin atau heroin, cara penggunaan dengan
disuntikkan. Mulai akhir 1970-an hingga awal 1990-an, terjadi perubahan
penggunaan, pasien pada umumnya memiliki pola penggunaan campuran,
dengan jenis zat utama adalah ganja, benzodiazepin dan alkohol. Penggunaan
campuran ketiga jenis zat ini sangat populer saat itu dengan sebutan “tiga
dimensi”.Pasien pada umumnya masuk perawatan dengan kondisi gaduh
gelisah terkait dengan efek zatnya.Di awal tahun 1990 marak diberitakan
tentang jenis zat baru yang dibawa masuk ke Indonesia dari Belanda, yaitu
ecstasy.Zat baru ini dengan sangat cepat menjadi primadona kaum muda,
terutama mereka yang biasa datang ke diskotik atau klub malam. Namun
demikian, maraknya pemberitaan penggunaan zat ini di media massa tidak
diikuti dengan peningkatan kebutuhan perawatan. Hanya sedikit pasien yang
dirawat di RSKO terkait dengan penggunaan ecstasy, itupun pada umumnya
hanya dirawat di unit gawat darurat dan tidak memerlukan perawatan lanjutan
di rawat inap.Pada tahun 1994, RSKO mencatat adanya pasien pertama yang
kembali menggunakan heroin.Perubahan ini begitu cepatnya, sehingga mulai
tahun 1995, heroin menjadi zat utama bagi sebagian besar pasien yang dirawat
di RSKO. Sekalipun bertahan cukup lama, namun delapan tahun belakangan
ini terdapat peringkat kedua dari zat utama, yaitu metamfetamin (yang populer
dengan nama shabu).
Data epidemiologi diperoleh dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat
Penelitian Kesehatan UI (Puslitkes UI). Pada penelitian tahun 2008
menunjukkan data estimasi 3,6 juta penduduk Indonesia berusia 15 – 64 tahun
(atau 1,99% dari total penduduk Indonesia) menggunakan napza secara
teratur, di mana 31% dari kelompok ini atau sekitar 900.000 mengalami
ketergantungan terhadap heroin dan lebih dari setengahnya adalah pengguna
heroin suntik. Dalam penelitian ini juga ditunjukkan bahwa jenis zat utama yang
disalahgunakan di seluruh Indonesia adalah ganja, diikuti dengan penggunaan
amfetamin, benzodiazepin dan heroin.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 17
Pengguna napza suntik (penasun) merupakan populasi utama pecandu
yang mencari pertolongan medis.Hal ini tidak saja terkait dengan gejala putus
zat yang membuat penderitaan fisik yang tidak ringan, namun juga terkait
dengan komplikasi yang ditimbulkannya, khususnya penularan HIV dan
hepatitis.Masalah HIV di kalangan penasun mulai marak sejak tahun 1999 dan
mencapai puncaknya pada tahun 2004, di mana prevalensi mencapai hingga
58%.Setelah itu tidak terjadi lagi peningkatan tajam, karena berbagai intervensi
yang telah dilakukan.Namun demikian penularan HIV dari penasun kepada
pasangan seksnya justru menjadi perhatian utama pada saat sekarang
ini.Penelitian terakhir pada 2009 yang dilakkukan oleh HCPIdan laporan klinis
menunjukkan adanya fenomena baru di mana zat yang pertama disuntikkan
oleh pecandu tidak lagi heroin melainkan buprenorfin.Zat yang seharusnya
ditujukan untuk menanggulangi penyebaran HIV melalui jarum suntik saat ini
justru menjadi obyek penyalahgunaan.Menurut data yang ada sekitar 40%
(sumber BNN, 2009) dari peserta program terapi rumatan buprenorfin
menyuntikkan zatnya tersebut.Hal ini tentu menjadi keprihatinan tersendiri dan
memerlukan penatalaksanaan yang lebih serius untuk menanggulanginya.
Sekarang ini dunia,termasuk Indonesia, menghadapi masalah Zat
Psikoaktif Baru atau “New Psychoactive Substance” yang mengkhawatirkan -
dan banyak dari zat ini yang legal. Dipromosikan sebagai ”Legal High",
”Research Chemicals", ”Plant Food” dan ”Bath Salt”, NPS berkembang dan
memberikan
tantangan yang signifikan bagi kesehatan masyarakat.
Perkembangan jumlah zat-zat tersebut sudah diperkirakan ratusan dan terus
berkembang.NPS dikonsumsi sepengetahuan maupun tanpa sepengetahuan
dan telah mengakibatkan efek yang tak terduga dan sering kali merusak
kesehatan. Untuk mempromosikan terminologi yang jelas tentang masalah ini,
UNODC menggunakan istilah “Zat Psikoaktif Baru (NPS)" yang didefinisikan
sebagai “Penyalahgunaan zat, baik dalam bentuk murni atau diolah, yang tidak
dikendalikan oleh Single Convention on Narcotic Drugs tahun 1961 atau
Convention on Pyschotropic Substances tahun 1971, tetapi dapat menimbulkan
ancaman bagi kesehatan masyarakat".

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 18
Pokok Bahasan 2. Etiologi, Gambaran Klinis, dan Jenis Terapi
Rehabilitasi Penyalahgunaan Napza
Saat ini terdapat beberapa Istilah yang di pergunakan dalam konteks
Gangguan Penggunaan Zat.Narkoba adalah singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan obat/bahan berbahaya. Selain "Narkoba", istilah lain yang
dikenal di kalangan kesehatan sebagai napza. Napza merupakan singkatan
dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif. Semua istilah ini, baik "narkoba"
ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki
risiko kecanduan bagi penggunanya. napza merupakan bahan/zat yang masuk
ke dalam tubuh dan akan mempengaruhi susunan syaraf otak yang jika
disalahgunakan akan menyebabkan ganguan fisik, psikis/jiwa, dan fungsi
sosial. Napza dikenal juga sebagai mood altering drugs. Napza mampu
merubah tingkat kesadaran dan kondisi emosi orang yang menggunakannya;
efeknya seperti apa, tergantung dari jenis narkoba yang digunakan.
Banyak sekali istilah (terminologi) yang berkaitan dengan gangguan zat,
yang berubah-ubah dalam hampir tiap dekade yang berbeda pula setiap
institusi atau Negara. Istilah Gangguan yang berhubungan dengan Zat diambil
dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)IV-
TR,sedangkan di Indonesia dalam PPDGJ III (ICD-10) digunakan istilah
Gangguan Mental dan Perilaku akibat penggunaan Zat Psikoaktif.

ETIOLOGI
Untuk mengetahui masalah penggunaan dan penyalahgunaan zat
penting bagi kita untuk mengenal beberapa istilah yang akan dijelaskan
dibawah ini umumnya mengacu kepada buku DSM-IV-TR dan PPDGJ III.

OBAT (DRUG)
Definisi: suatu zat yang masuk ke dalam tubuh dan dapat mengubah fungsi
dan struktur dari organ tubuh.
Ada 4 golongan obat:
1. Obat Bebas.Ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam.Merupakan
obat yang paling “aman”, bisa dibeli bebas (tanpa resep dokter),digunakan
untuk mengobati gejala penyakit yang ringan. Contoh: vitamin/multivitamin
(Livron B Plex dsb.)
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 19
2. Obat Bebas Terbatas.Dulu disebut daftar W,merupakan obat yang dalam
jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek tanpa resep dokter, memakai
tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk
(Antimo), anti flu (Noza). Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera
peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih
bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut: P.No. 1: Awas! Obat
keras. Bacalah aturan pemakaiannya. P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya
untuk bagian luar dari badan. P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh
ditelan. P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. P.No. 5: Awas!
Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
3. Obat Psikotropika. Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan
aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan
kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi,
gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan
ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para
pemakainya. Contoh: Nipam, valium, Ecstasy dll
4. Obat Narkotika.Merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan
pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan
memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau
timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi
pemakainya. Contoh: Morfin, Heroin, codein dll
Golongan obat no. 3 dan 4 termasuk Psychoactive Drugs(zat psikoaktif).

ZAT PSIKOAKTIF
Definisi: suatu zat yang masuk ke dalam tubuh dan tidak hanya merubah fungsi
dan struktur organ tubuh tapi juga berpengaruh pada otak sehingga dapat
menimbulkan perubahan kesadaran,polapikir,perasaan, dan persepsi panca
indra.
Zat psikoaktif digolongkan menjadi:
1. Alkohol
2. Opioida
3. Kanabis
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 20
4. Kokaina
5. Stimulansia lainnya (termasuk kafein)
6. Produk tembakau
7. Sedatifa dan hipnotika
8. Halusinogen
9. Inhalansia dan pelarut yang mudah menguap
Selain sembilan golongan di atas, terdapat satu golongan untuk menampung
zat-zat psikoaktif yang tidak dapat digolongkan ke salah satunya, termasuk zat
psikoaktif baru.

GAMBARAN KLINIS
Perilaku pengguna napza perlu diketahui oleh orangtua maupun anak,
remaja, dan komunitas (masyarakat) agar menghindari penyalahgunaan secara
berlebihan atau sekadar coba-coba.Untuk dapat mengenal kecanduan dan
memberikan perawatan yang tepat, perlu diketahui seorang anak berada dalam
tingkat penyalahgunaan (progresi penyalahgunaan) napza anak. Berikut
penjabaran dari progresi adiksi:
1. Penggunaan Rekreasional / Eksperimental
Penggunaan rekreasional adalah tingkatan penggunaan zat yang paling
rendah tingkat keparahannya.Biasanya terjadi dalam tatanan sosial diantara
teman-teman, jarang terjadi, dan biasanya melibatkan penggunaan zat
psikoaktif dalam jumlah kecil sampai sedang.Biasanya juga didorong oleh
rasa ingin tahu atau tekanan teman sebaya (teman sepermainan). Orang
yang menggunakan secara rekreasional biasanya belum memiliki masalah
terkait penggunaan zatnya, kecuali jika terkait penggunaan zat
ilegal.Contoh umum misalnya Anak SMP yang mencoba ganja karena
penasaran atau diajak teman-temannya
2. Penggunaan Sirkumstansial / Situasional
Penggunaan sirkumstansial sering terjadi ketika seseorang termotivasi
mengejar efek yang diinginkan sebagai cara mengatasi (coping) kondisi
atau situasi tertentu. Sebagai contoh, orang yang memiliki sifat sangat
pemalu akan merasa bahwa dengan mengkonsumsi ganja membuatnya
menjadi lebih santai, mampu berbicara dengan orang lain, berdansa, dan
merasa lebih gaul. Dalam contoh lain, orang yang mengalami depresi
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 21
cenderung mencoba mengkonsumsi zat untuk merasa lebih hidup dan lebih
baik. Contoh lain yang lebih ekstrim adalah serdadu yang menggunakan
ganja, heroin, atau zat lainnya dalam peperangan untuk santai dan terlepas
dari stres yang menderanya saat peperangan. Pada tingkat ini, orang
secara situasional dapat menggunakan untuk mencari kesenangan atau
bersosialisasi.Seseorang pada tingkat ini dapat saja memiliki masalah atau
tidak memiliki masalah terkait penggunaannya.
3. Penggunaan Intensif / Reguler
Beberapa orang memulai penggunaan zat dari penggunaan rekreasional
atau sirkumstansial, namun kemudian mulai menggunakan secara terus-
menerus. Ketika penggunaan zat menjadi setiap hari dan terus-menerus,
dari dosis rendah sampai sedang, efek yang dirasakan akan meningkat.
Pada tingkatan ini, biasanya seseorang termotivasi untuk menggunakan
agar terbebas dari masalah yang dialami, seperti anxietas atau depresi,
atau untuk memper-tahankan kemampuan yang dikehendaki. Pada
tingkatan ini, seseorang biasanya mulai mengalami masalah terkait
penggunaannya (misal: terlambat masuk kerja pada hari Senin karena
malamnya habis mabuk tinggi; membuat orang lain prihatin akan
penggunaannya). Pada tingkatan penggunaan ini sering juga disebut
sebagai tingkat penyalahgunaan.
4. Penggunaan Kompulsif / Adiktif
Penggunaan kompulsif merupakan penggunaan paling parah dan paling
berbahaya.Pada tingkat ini, dosis tinggi secara rutin atau setiap hari (bisa
beberapa kali dalam sehari) diperlukan untuk mencapai efek fisik atau
psikologis yang diinginkan, atau sekedar untuk menghindari gejala putus zat
(seperti sakaw). Pada tingkat ini, zat (narkoba) menjadi sesuatu yang paling
penting dalam kehidupan seseorang, melebihi aktivitas lainnya.Pada tingkat
ini, orang mengalami masalah terkait penggunaan berkelanjutan, namun
tetap menggunakan walaupun tahu itu bermasalah untuk dirinya, yang
sering disebut sebagai adiksi.Adiksi zat (narkoba) bukan hanya sekedar
menggunakan zat dalam jumlah yang banyak. NIDA (National Institute on
Drug Abuse) memberikan definisi tentang adiksi sebagai Suatu penyakit
otak kronismudah kambuh yang ditandai dengan dorongan kompulsif untuk
mencari dan menggunakan zat, walaupun memiliki konsekuensi
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 22
berbahaya.Definisi umum penyakit yang dimaksud adalah setiap perubahan
struktur atau fungsi normal sebagai bagian tubuh, organ, atau sistim yang
dapat dari seperangkat gejala-gejala dan tanda-tanda yang khas. Adiksi
memenuhi kriteria sebagai suatu penyakit karena, seperti layaknya penyakit
jantung,adiksi mengubah fungsi normal suatu organ (dalam hal ini otak) dan
mempunyai seperangkat gejala-gejala dan tanda-tanda yang khas. Gejala
bersifat subjektif, yaitu sesuatu yang secara langsung dialami dan tidak bisa
dilihat atau diukur oleh orang lain. Contoh gejala seperti sakit perut,
kelelahan, atau pening.Gejala untuk adiksi adalah drug craving atau sugesti
(keinginan yang kuat untuk menggunakan). Tanda adalah suatu indikasi
fisik objektif dari suatu penyakit yang dapat dilihat atau diukur oleh orang
lain. Contohnya seperti: ruam kulit, demam, atau tekanan darah tinggi.
Tanda dari adiksi dapat berupa abses pada bagian tubuh bekas tempat
menyuntik, atau adanya perbedaan aktivitas pada otak yang diukur melalui
teknologi pencitraan.Pola khas progresi dari penggunaan menjadi
penyalahgunaan hingga ketergantungan, dimulai pada saat pertama kali zat
psikoaktif membuat rasa nyaman; selanjutnya seseorang biasanya mencari
rasa nyaman berikutnya.Jika pengalaman yang dialami tidak
menyenangkan, maka biasanya penggunaan dihentikan.

Proses Ketergantungan napza


Banyak alasan orang menggunakan napza, yang dapat terangkum dalam 3 hal
dibawah ini:
1. Fun (pleasure), misalnya untuk berkumpul bersama teman sebaya,
merayakan suatu peristiwa/pesta.
2. Forget (pain amelioration), misalnya untuk melupakan kesedihan akibat
perceraian orangtuanya, rasa duka akibat kehilangan orang yang
dicintainya.
3. Functional (purposeful), misalnya untuk masuk kalangan sosial tertentu,
untuk melakukan suatu bisnis.

Pada setiap individu dengan konteks sosiokultural masing-masing,


terdapat ragam penyebab penggunaan napza yang terbagi atas faktor
predisposisi, faktor presipitasi, dan faktor pendukung.Faktor predisposisi (faktor
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 23
internal) dapat mencakup adanya tekanan ekonomi (dan napza dapat menjadi
sumber keuangan), atau karena trauma pribadi (kematian orang yang dikasihi,
pelecehan seksual pada masa kecil).Faktor presipitasi (faktor eksternal) dapat
mencakup syarat atau keinginan agar dapat diterima dalam suatu grup atau
kelompok yang sering menggunakan napza. Sedangkan faktor pendukung
termasuk suatu kondisi yang memperkuat penggunaan napza (misalnya
kualitas tembakau, alkohol atau napza lain yang mendukung). Pandangan dan
aspek sosial yang mendukung penggunaan napza juga penting
dipertimbangkan.Dengan adanya faktor-faktor di atas, orang mulai mengenal
dan mungkin masuk dalam penggunaan napza.
Ketergantungan adalah kondisi fisiologis dari proses neuroadaptasi yang
diakibatkan dari penggunaan berulang dari suatu napza, keharusan
melanjutkan penggunaan untuk menghindari timbulnya gejala putus zat
(withdrawal, sakaw). Berbagai mekanisme neuroadaptasi muncul karena
adanya transmisi kimia dari neurotransmiter yang spesifik.Proses
neuroadaptasi membuat toleransi neuron reseptor meningkat karena
menurunnya densitas reseptor sebab terjadinya internalisasi reseptor neuron
(Stahl MS).Terdapat bukti bahwa struktur morfologi reseptor berubah sebagai
akibat stimulasi yang terus menerus.Jadi ketergantungan menyebabkan
kerusakan otak kronis dan menurunnya kemampuan otak.
Kriteria ketergantungan napza ditegakkan berdasarkan DSM IV (tiga atau lebih
dari butir-butir berikut terjadi disetiap saat dalam periode waktu 12 bulan), yaitu:
1. Toleransi
2. Withdrawal/Putus zat
3. Napza yang dikonsumsi jumlahnya semakin banyak
4. Keinginan yang kuat untuk terus-menerus memakai napzadan usaha
yang sia-sia untuk berhenti
5. Banyak membuang waktu dan melakukan aktivitas untuk mendapatkan
napza
6. Mengalami masalah dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau fungsi
rekreasi.
7. Tetap menggunakan napzawalaupun mengetahui kerugian yang
diakibatkan obat tersebut terhadap dirinya.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 24
Toleransi adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak lagi merespon obat-
obatan seperti waktu yang sebelumnya dan dosis yang lebih tinggi dibutuhkan
untuk mendapatkan efek yang sama. Berhubungan dengan hal ini adalah
cross-tolerance dan cross-dependence, yang adalah kemampuan suatu
napzauntuk mensupresi manifestasi dari ketergantungan fisik yang dihasilkan
oleh napzalain yang mempertahankan kondisi ketergantungan fisik.Sedangkan
withdrawal atau gejala putus zat adalah suatu periode waktu dimana seseorang
yang ketergantungan terhadap obat atau zat adiktif lainnya berhenti untuk
mengkonsumsi obat-obatan, menyebabkan orang tersebut mengalami sindrom
yang tidak nyaman (craving, nyeri, disforia, dan tanda-tanda aktivitas
berlebihan dari sistem saraf simpatis).
Gejala putus zat pada seseorang bergantung pada jenis zat psikoaktif atau
narkoba yang digunakan.Selain akibat gejala putus zat, kembali menggunakan
napzajuga dapat diakibatkan adanya craving.Pengertian craving di sini adalah
keinginan psikologis atau suatu hasrat yang sangat kuat atau dikenal dengan
istilah nagih. Hasrat yang kuat akan terlihat selama penggunaan
napzadihentikan. Terminologi lain yang juga berkaitan dengan kondisi di atas
adalah kecanduan, yang mempunyai pengertian suatu penyakit yang sifatnya
kompleks, bersifat kompulsif dan pada saat yang bersamaan muncul keinginan
yang kuat untuk mencari, dan menggunakan obat yang tidak terkontrol lagi,
yang menjurus pada dampak negatif. Jadi kecanduan pada dasarnya tidak
hanya menyebabkan kerusakan otak kronis dan kemampuan otak yang
menurun, namun juga terjadi perubahan perilaku.

JENIS TERAPI REHABILITASI PENYALAHGUNAAN NAPZA


Terdapat 3 jenis layanan yang dapat disesuaikan/dikombinasikan sesuai
kebutuhan anak/remaja pengguna napza:
1. Rawat Jalan, anak/remaja melakukan proses pemulihan dengan datang ke
panti rehabilitasi untuk mendapatkan sesi, observasi, konsultasi, dan
kegiatan program rehabilitas termasuk kegiatan sosial.
2. Half way House, program yang tidak sepenuhnya berada di tempat panti
rehabilitas. Misal: 4 hari di panti rehabilitas dan 3 hari menjalankan
pemulihan (dengan pengawasan) di rumah.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 25
3. Rawat Inap, dijalankan sesuai hasil observasi dan assesmen awal, proses
pemulihan, dan terbaru. Anak/remaja bisa menjalankan hanya 1 bulan.
Mereka pun bisa menjalankan pendidikannya sehari-hari dengan
pengawasan dan berada di tempat rehabilitasi.
Perlu diperhatikan bagaimana mereka dapat memulihkan gangguan adiksi
napza tanpa meninggalkan pendidikan (sekolah).

Pelaksanaan rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan napza


pada anak mengacu pada prinsip pelaksanaan rehabilitasi yang efektif dari
NIDA(National Institute on Drug Abuse), yaitu:
1. Tidak ada satu terapi tunggal yang sesuai bagi semua individu,
2. Terapi harus selalu tersedia,
3. Terapi yang efektif tidak hanya memperhatikan masalah penggunaan
narkotikanya tetapi juga berbagai kebutuhan individu dan permasalahan
lain terkait masalah penggunaan narkotika,
4. Rencana terapi individu harus dinilai terus menerus dan dimodifikasi
sesuai kebutuhan,
5. Menjalankan terapi memerlukan waktu yang cukup dalam mendukung
keberhasilan terapi,
6. Konseling individu dan/atau kelompok serta terapi perilaku lain adalah
komponen penting bagi keberhasilan terapi adiksi,
7. Pemberian obat-obatan adalah unsur yang penting dalam terapi, dengan
tetap mengkombinasikan konseling dan terapi perilaku lainnya,
8. Individu yang mempunyai gangguan penggunaan napza dan gangguan
mental harus mendapat terapi untuk keduanya secara bersamaan,
9. Detoksifikasi medis merupakan langkah awal terapi penyalahgunaan
narkotika,
10. Terapi tidak perlu harus dilakukan secara sukarela untuk bisa efektif,
11. Kemungkinan penggunaan napza selama menjalani terapi harus
dimonitor secara terus menerus,
12. Program-program terapi haruslah menyediakan assesmen untuk HIV
dan AIDS, hepatitis B dan C, dan penyakit infeksi lainnya, dan
13. Pemulihan penyalahgunaan napza dapat merupakan proses jangka
panjang dan seringkali membutuhkan beberapa episode terapi.
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 26
Pelaksanaan rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan napza
pada anak selain mengacu pada prinsip-prinsip rehabilitasi, juga
memperhatikan hak dasar anak, yaitu:
1. Non diskriminasi
Semua bentuk pelayanan berkaitan dengan pengasuhan baik di dalam
keluarga, keluarga pengganti maupun melalui lembaga rehabilitasi,
dilaksanakan tanpa diskriminasi, dari sisi usia, jenis kelamin, ras, agama
sosial budaya, lingkungan, ekonomi dan bentuk diskriminasi lainnya.
2. Kepentingan terbaik anak
Kepentingan terbaik anak menjadi prioritas dalam pelayanan yang
dilakukan oleh semua pihak yang bekerja dalam pengasuhan anak.
3. Keberlangsungan hidup dan perkembangan
Upaya untuk mencari solusi pelaksanaan rehabilitasi dilakukan dengan
memperhatikan perkembangan anak.
4. Partisipasi
Keputusan tentang rehabilitasi bagi anak dilakukan semaksimal mungkin
dengan melibatkan partisipasi anak, sesuai dengan kapasitas mereka
dan kapan pun anak mau.

VII. Referensi
VIII. Lampiran
Lembar Penugasan

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 27
MATERI INTI 1
KONSEP KELUARGA SEHAT TERKAIT PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

I. Deskripsi Singkat
Fungsi keluarga sehat didefinisikan sebagai bentuk unit keluarga yang
secara efektif dapat mengatasi tekanan budaya, lingkungan, psikososial, dan
sosial ekonomi diseluruh siklus hidup keluarga tersebut (WHO, 1978).Keluarga
memiliki potensi yang paling kuat sebagai faktor pelindung kehidupan anak dan
remaja. Hubungan keluarga yang sehat, stabil, dan saling mendukung dapat
mencegah anak dan remaja terlibat dalam penggunaan narkoba, kejahatan dan
perilaku berisiko.Keluarga yang kohesif ditandai dengan keterikatan yang sehat
dan aman antara orangtua dan anak, ditemukannya pengawasan orangtua
yang disiplin dan efektif akan melindungi anak dan remajadari penggunaan
narkoba dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengatasi kesulitan serta
mencapai hasil positif dalam hidup. Ketersediaan lingkungan yang sehat dapat
mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja.

II. Tujuan Pembelajaran


1. Tujuan Pembelajaran Umum: peserta mampumemahami konsep keluarga
sehatterkait pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus:
a. Peserta mampu menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga.
b. Peserta mampu menjelaskanpengaruh lingkungan pada perkembangan
anak.
c. Peserta mampu menjelaskan perkembangan psikologis dalam konteks
sosial anak.

III. Pokok Bahasan


1. Peran AnggotaKeluarga
2. Pengaruh Lingkungan pada Perkembangan Anak
3. Peran Orang Tua dalam Perkembangan Psikososial Anak

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 28
IV. Bahan Belajar
1. Modul Konsep Keluarga Sehat Terkait Pencegahan Penyalahgunaan
NAPZA
2. Laptop
3. LCD Projector
4. Flipchart
5. Spidol
6. Lembar penugasan

V. Langkah Pembelajaran
Pokok bahasan masing-masing akan diuraikan secara runtut oleh
fasilitator kepada peserta pelatihan disertai dengan penugasan. Di lain pihak
peserta latih mendengar, mencatat dan mengikuti arahan dan petunjuk
fasilitator. Proses pembelajaran ini akan dikemukakan sesuai langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Langkah Pertama
a. Kegiatan Fasilitator
1) Bina situasi kelas
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
2) Mempersilakan peserta latih mengenalkan diri
3) Menjajaki pengetahuan peserta tentang hubungannya dengan materi
yang akan disajikan
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membalas salam
2) Peserta memperkenalkan diri
3) Menjawab pertanyaan dari fasilitator
4) Mempersiapkan diri dan alat tulis untuk perlengkapan belajar
5) Mendengar dan mencatat hal-hal yang perlu dicatat

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 29
2. Langkah Kedua
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator mengawali kegiatan pembelajaran dengan ceramah
tentang peran masing-masing anggota keluarga
2) Fasilitator memberikan kesemapatan bertanya kepada peserta untuk
menanyalan hal-hal yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih menyimak pertanyaan yang disampaikan
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
penting

3. Langkah Ketiga
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator meminta peserta latih berkumpul membentuk lingkaran
besar.
2) Fasilitator mengarahkan peserta latih melakukan penugasan latihan
1 dari materi inti 1
3) Mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih membentuk lingkaran besar.
2) Mengerjakan penugasan latihan 1 dari materi inti 1 sesuai arahan
fasilitator.
4) Peserta latih saling mendengar dan memberikan tanggapan.

4. Langkah Keempat
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah tentang
pokok bahasan kedua, yakni tentang pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan anak.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 30
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan oleh fasilitator.
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator.
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting.

5. Langkah Kelima
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok.
2) Fasilitator membagi lembaran contoh kasus.
3) Meminta kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi
mengerjakan penugasan latihan 2 dari materi inti 1.
4) Mengarahkan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi dan saling menanggapi.
5) Mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Membentuk kelompok diskusi sesuai arahan fasilitator.
2) Mengerjakan penugasan latihan 2 dari materi inti 1 sesuai arahan
fasilitator.
3) Menyiapkan hasil diskusi untuk dipresentasikan.
4) Peserta latih saling mendengar dan memberi tanggapan.

6. Langkah Keenam
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator melanjutkan pembelajaran dengan ceramah tentang pokok
bahasan ketiga, yakni tentang peran orangtua pada perkembangan
psikososial anak.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
3) Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih memperhatikan dan menelaah ceramah yang
disampaikan oleh fasilitator.
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 31
2) Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator.
3) Peserta mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang
dianggap penting.

7. Langkah Ketujuh
a. Kegiatan Fasilitator
1) Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok.
2) Meminta kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi
mengerjakan penugasan latihan 3 dari materi inti 1.
3) Mengarahkan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi dalam bentuk bermain peran dan saling menanggapi.
4) Mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi.
c. Kegiatan Peserta Latih
1) Membentuk kelompok diskusi sesuai arahan fasilitator.
2) Mengerjakan penugasan latihan 3 dari materi inti 1 sesuai arahan
fasilitator.
3) Menyiapkan hasil diskusi untuk ditampilkan dalam kelompok besar.
4) Peserta latih saling mendengar dan memberi tanggapan.

8. Langkah Kedelapan
a. Kegiatan Fasilitator
1) Membagi peserta menjadi 5 kelompok.
2) Fasilitator meminta peserta latih untuk melakukan latihan 4 dari
materi inti 1.
3) Fasilitator menyimpulkan keseluruhan materi inti 1.
4) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
b. Kegiatan Peserta Latih
1) Peserta latih melakukan latihan 4 dari materi inti 1.
2) Peserta latih mencatat hal-hal yang perlu.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 32
VI. Uraian Materi
Pokok Bahasan 1: PeranAnggotaKeluarga
Perkembangan seseorang merupakan hasil interaksi faktor bawaan dan
lingkungan.Setiap individu lahir dengan struktur-struktur mental tertentu yang
membantu dalam menginterpretasi stimulus lingkungan melalui penginderaan
dengan cara-cara tertentu.Interaksi dengan lingkungan membentuk suatu
pengalaman yang kemudian dapat mempengaruhi kerja struktur mental dalam
mengatur, mengorganisasikan dan menginterpretasikan interaksi antara
rangsangan dari dalam diri individu dengan respon dari lingkungan yang
datang kemudian.Hal ini bermanifestasi dalam bentuk fenomena
perilaku.Meskipun perkembangan seseorang terjadi sepanjang kehidupan,
namun sebahagian besar perubahan pesat diyakini terjadi pada masa anak
dan remaja. Ada banyak teori perkembangan yang dapat diangkat sebagai
pembelajaran yang saling melengkapi namun modul ini akan membahas dua
teori yang relevan dengan konsep perkembangan individu yang merupakan
hasil interaksi antara faktor bawaan dan lingkungan, yaitu:
 Teori Ekologi dari Urie Bronfenbrenner yang mengamati bahwa manusia
merupakan spesies tunggal yang menciptakan lingkungan untuk
membantu membentuk perkembangan mereka sendiri.
 Teori perkembangan psikososial dari Erik Erikson yang menitikberatkan
pada aspek-aspek sosial dan budaya, dimana setiap tahap dibangun
atas dasar keberhasilan dan penuntasan tahap-tahap sebelumnya.
Peran memainkan bagian yang sangat penting dalam fungsi keluarga yang
sehat. Kebanyakan peneliti setuju bahwa pembentukan peran yang jelas dalam
keluarga langsung terhubung dengan kemampuan keluarga untuk menghadapi
kehidupan sehari-hari, krisis tak terduga, dan perubahan normal yang terjadi
dalam keluarga dari waktu ke waktu.Peran keluarga adalah pola berulang dari
perilaku dimana individu memenuhi fungsi keluarga dan kebutuhan (Epstein,
NB Bishop, D., Ryan, C., Miller, & Keitner, G. (1993). Setiap keluarga memiliki
cara sendiri untuk memutuskan siapa yang memiliki kekuasaan dan otoritas
dalam keluarga, mana yang menjadi hak/kewajiban, memiliki hak istimewa,
atau peran yang ditugaskan untuk setiap anggota keluarga. Dalam kebanyakan
keluarga, orang tua diharapkan menjadi pemimpin dari keluarga; anak-anak

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 33
diharapkan untuk mengikuti kepemimpinan orang tua mereka. Saat remaja,
mereka akan meminta, dan tentu harus diberikan otonomi yang lebih serta
dipertimbangkan pendapatnya ketika membuat keputusan; namunorang tua
tetap menjadi otoritas final. Setiap anggota keluarga menempati peran tertentu
seperti anak, saudara, atau cucu. Seiring dengan peran, tentu datang harapan
sosial dan keluarga untuk bagaimana peran-peran yang harus dipenuhi.
Misalnya, orang tua diharapkan untuk mengajar, disiplin dan memenuhi
kebutuhan anak-anak mereka. Anak-anak diharapkan untuk bekerja sama dan
menghormati orang tua mereka. Seiring bertambahnya usia keluarga, mereka
mengambil peran tambahan, seperti menjadi pasangan, orang tua, atau kakek-
nenek. Peran seseorang selalu berkembang atau berubah, tergantung pada
tahap usia dan keluarganya.

Pokok Bahasan 2: Pengaruh Lingkungan pada Perkembangan Anak


Perkembangan terjadi dalam konteks sosial tertentu yang dapat selalu
berubah.Teori Ekologi Bronfenbrenner menyatakan bahwa perkembangan
mencerminkan pengaruh dari sejumlah sistem lingkungan, yaitu mikrosistem,
mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem.

K
R
O
N
1.Mikrosistem O
m S
I
2.Mesosistem S
m T
E
3.Ekosistem
M

4.Makrosistem

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 34
Sistem lingkungan yang pertama adalah
mikrosistem.Mikrosistemmerupakansistem yang terdekat dengan individu
dimana individu tersebut tinggal. Sistem inimencakup keluarga, tetangga,
pengasuh, saudara yang tinggal serumah, kawan-kawan sebaya, sekolah,
taman bermain, dan lingkungan sekitar. Dalam mikrosistem, inidividu tidak
dipandang sebagai penerima yang pasif, namun sebagai seseorang yang
membantu membangun lingkungan.Perilaku yang ditampilkan individu dalam
sistem ini sangatlah penting karena sistem ini menggambarkan pengalaman
pertama yang dialami individu.Sistem lingkungan yang kedua adalah
mesosistem, dimana sistem ini menggambarkan bagaimana mikrosistem saling
mempengaruhi.Contohnya adalah hubungan antara pengalaman keluarga
dengan pengalaman sekolah, hubungan orangtua dengan teman anak atau
guru,bagaimana pengalaman keagamaan mempengaruhi gaya orangtua dalam
membesarkan anak-anaknya, dan sebagainya. Misalnya, anak-anak yang
memiliki hubungan kurang baik dengan orangtuanya, kemungkinan
akanmengalami kesulitan untuk mengembangkan relasi positif dengan guru
disekolah. Sistem lingkungan berikutnya adalah ekosistem. Ekosistem
mengacu pada konteks yang lebih besar dimana individu tidak secara langsung
terlibat namun masih terkena dampaknya atau dengan kata lainmencakup
interaksi dengan lingkungan yang tidak langsung mempengaruhi individu.
Contohnya, pengalaman suami atau anak di rumah mungkin dipengaruhi oleh
pengalaman istri/ ibu di tempat kerjanya.Istri/ ibu tersebut mungkin memperoleh
kenaikan jabatan yang menuntutnya untuk lebih banyak bepergian, sehingga
mungkin meningkatkan konflik dengan suaminya dan mengubah pola interaksi
dengan anaknya.Makrosistem merupakan sistem lingkungan yang
keempat.Makrosistemmenggambarkan budaya dimana individu tinggal.
Makrosistem penting karena membentuk nilai-nilai, keyakinan, peran sosial,
dan gaya hidup seseorang. Dapat dikatakan juga sebagai keseluruhan sistem
yang diturunkan dari generasi ke generasi seperti norma, adat, kebiasaan,
lingkungan sosial, ekonomi nasional dan kebijakan politik pemerintahan.Sistem
terluar adalah kronosistem.Kronosistemadalah pola peristiwa-peristiwa
lingkungan dan transisi dari rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan
sosiohistoris. Kronosistem mengacu pada dimensi waktu dalam kaitannya
dengan lingkungan-lingkungan yang terlibat interaksi dengan individu.
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 35
Kronosistem merupakan perubahan yang terjadi seiring pertambahan usia
ataupun dalam konteks sejarah kehidupan individu. Perceraian adalah salah
satu contoh transisi.Dengan memahami teori sistem ekologis ini, diharapkan
dapat membantu orangtua untuk memahami tentang:
1. Adanya pengaruh besar yang berasal dari luar lingkup keluarga contohnya
kejadian-kejadian bersejarah, faktor ekonomi di lingkungan, dan institusi sosial.
Contohnya tempat kerja orangtua yang akan berdampak padacara orangtua
mengasuh anaknya.
2. Pentingnya regularitas dan stabilitas pada kehidupan anak.
3. Pemahaman bahwa pengasuhan tidak hanya datang dari perubahan yang
terjadi dalam rumah tangga tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, orangtua diharapkan dapat memahami bahwa kehidupan seorang
anak sangatlah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu dari dalam diri anak sendiri
maupun lingkungan sekitarnya dan lingkup yang lebih luas.

Pokok Bahasan 3: Peran Orangtua dalam Perkembangan Psikososial Anak


Menurut teori Erikson, setiap tahap perkembangan akan terlihat seiring
pengalaman masa hidup kita. Di setiap tahap, individu akan dihadapkan pada sebuah
krisis yang merupakan suatu tugas perkembangan unik yang harus diselesaikan.
Menurut Erikson, krisis ini bukanlah sebuah bencana namun merupakan sebuah titik
balik yang ditandai oleh meningkatnya kerentanan dan potensi seseorang. Semakin
individu berhasil menyelesaikan krisis yang dihadapinya, semakin sehat
perkembangan individu tersebut (Santrock, 2012). Berikut adalah tahap
perkembangan sejak bayi hingga remaja:
Peristiwa
Tahap Konflik Dasar Hasil
Penting
Bayi (lahir-18 Trust versus Makan Rasa nyaman dan percaya
bulan) mistrust (percaya terhadap pengasuh yang baik
vs tidak percaya) atau rasa tidak nyaman karena
ketiadaan pengasuhan yang
adekuat.
Masa kanak- Autonomy Toilet Mengembangkan pengendalian
kanak awal versusshame and training(latihan terhadap stimulus dalam diri

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 36
(2-3 tahun) doubt(autonomi memakai sendiri memberikan rasa
vs rasa malu dan toilet) kemandirian atau kegagalan
keragu-raguan) yang mendorong rasa ragu dan
malu.
Prasekolah Initiative versus Eksplorasi Menunjukkan rasa penguasaan
(3-5 tahun) guilt(Inisiatif vs terhadap lingkungan. Ini akan
Rasa bersalah) mendorong aktivitas yang
bertujuan,mengalami
penolakkan dan dapat
membentuk rasa bersalah.
Usia sekolah Industry versus Sekolah Kemampuan untuk
(6-11 tahun) inferiority(Industri mengembangkan diri
vs inferioritas) memunculkan perasaan
kompeten atau kegagalan akan
memunculkan perasaan
inferior.
Masa remaja Identity versus Hubungan Mengembangkan identitas
(12-18 tahun) identity sosial pribadi atau kegagalan akan
confusion(Identita menimbulkan kebingungan
s vs kebingungan peran.
peran)

Dalam tahap trust versus mistrust (percaya vs tidak percaya), interaksi orangtua
dengan anak yang ditandai dengan perhatian dan kasih sayang yang tulus akan
mengembangkan rasa percaya pada anak dan menjadi landasan kepercayaan bahwa
dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. Tahap berikutnya
adalah autonomy versus shame and doubt(autonomi vs rasa malu dan keragu-
raguan), dimana setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuhnya, seorang anak
mulai menemukan bahwa perilaku yang mereka tampilkan merupakan keputusan
mereka sendiri. Di masa ini, anak mulai mengembangkan kemampuan mental dan
motorik yang memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri.Rasa kemandirian mulai
berkembang, sehingga saat seorang anak terlalu banyak dibatasi dan dihukum terlalu
keras, maka mereka cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu dalam

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 37
bertindak. Tahap yang ketiga adalah initiative versus guilt(inisiatif vs rasa bersalah).
Dalam tahap ini, seorang anak mulai mulai memasuki lingkungan yang lebih luas,
dimana mereka dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang menuntut mereka
untuk mengembangkan perilaku yang aktif dan bertujuan.Anak juga diharapkan
mampu bertanggung jawab.Perasaan bersalah dapat muncul jika anak dianggap tidak
bertanggung jawab hingga dapat memunculkan rasa cemas. Sebaliknya, jika orangtua
memberikan dukungan akan memunculkan perilaku yang bertujuan dan inisiatif.
Tahapan perkembangan berikutnya adalah industry versus inferiority(Industri vs
inferioritas) yang berlangsung di masa sekolah dasar, dimana anak banyak
mengarahkan energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual.
Tahap ini dicirikan dengan adanya keinginan anak untuk memanipulasi objek dan
mempelajari bagaimana sesuatu bekerja. Jika pada masa ini anak merasa sulit
melakukan hal tersebut, maka terdapat kemungkinan bahwa anak
akanmengembangkan rasa rendah diri – merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
Selanjutnya adalah tahap identity versus identity confusion(identitas vs kebingungan
peran) yang dihadapi pada masa remaja. Pada tahap ini, remaja dihadapkan dengan
tantangan untuk menemukan siapakah dirinya, bagaimana mereka nantinya, dan arah
mana yang hendak mereka tempuh dalam hidupnya.Remaja dihadapkan pada peran-
peran baru dan status orang dewasa – contohnya pekerjaan dan romantisme. Jika
mereka menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan sampai
pada jalur yang positif untuk diikuti dalam kehidupan, maka identitas yang positif akan
dicapai; jika tidak, maka mereka akan mengalami kebingungan identitas.

Orangtua tidak hanya berperan sebagai contoh bagi seorang anak dan sekedar
memberikan konsekuensi dari perilaku anak, namun lebih dari itu.Orangtua harus
memiliki tilikan diri dan menjadi pemandu yang memahami tekanan yang dialami anak
saat mereka bertumbuh.Orangtua juga memberikan dukungan dan arahan bagi
anak.Orangtua dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya, namun harus tetap dapat
menjadi sumber yang tetap dapat menstabilkan dan mengarahkan terhadap aspek
apapun yang terjadi dalam kehidupan anak.Orangtua sebagai caregiver bagi anak,
diharapkan dapat menjalankan peran yang sesuai atau sejalan dengan tahapan
perkembangan anak. Dalam Brooks (2008) disebutkan perubahan perkembangan
yang dihadapi oleh anak dan caregiver mulai dari bayi hingga remaja adalah sebagai
berikut:
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 38
Topik yang ditemui
Tahapan Perkembangan PeranCaregiver
(children’s issues)
Bayi  Kebutuhan fisiologis  Sensitif
 Kelekatan  Responsif
 Sinkronisasi interaksi  Selalu ada
dengan lingkungan
sekitar
Masa kanak-kanak awal  Mengeksplorasi  Merasa aman
lingkungan  Memberikan arahan
 Merasa kompeten yang jelas dan
 Rasa individual realistis
 Rasa mandiri  Disiplin yang
 Mengetahui benar konsisten
dan salah  Pengendalian emosi
 Menggunakan bahasa
yang mudah
dimengerti
Prasekolah  Mampu  Peran dan nilai-nilai
mengendalikan diri yang jelas
 Mampu bekerja sama  Pengaturan yang
 Identifikasi peran jenis fleksibel
kelamin  Mengatur/mendukung
 Hubungan dengan hubungan teman
teman sebaya sebaya
Usia sekolah  Rasa percaya diri  Komunikasi terbuka
 Menjadi bagian dari  Penerimaan
kelompok teman  Pengawasan secara
sebaya tidak langsung
 Berteman dekat
 Adaptasi dengan
kehidupan sekolah
Masa remaja  Hubungan dengan  Menghargai

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 39
lawan jenis kebebasan psikologis
 Pacaran  Pengawasan secara
 Rasa mandiri tidak langsung
 Perencanaan terutama dukungan
pekerjaan dan keterlibatan dini
 Pembentukan
identitas diri
 Hubungan asmara

Daftar Pustaka

Brooks. The Process of Parenting. 2008. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.

Epstein, N. B. Bishop, D., Ryan, C., Miller, & Keitner, G., (1993). The McMaster Model
View of Healthy Family Functioning. In Froma Walsh (Eds.), Normal Family
Processes (pp. 138-160). The Guilford Press: New York/London.

Healthy Youth UNODC

Minuchin, S. 1974. Families & Family Therapy. Cambridge.

Turner, Jeffrey S., Helms, Donald, B. Life span development.5th ed. (1995). USA: Holt,
Rinehart and Winston, Inc.

Santrock, John W. Life-Span Development – Perkembangan Masa Hidup. Edisi


Ketigabelas. Jilid I. 2012. Penerbit Erlangga.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 40
MATERI INTI 2
PERAN SERTA ORANGTUA DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN
NAPZA PADA ANAK DAN REMAJA

I. DeskripsiSingkat

Pencegahan penyalahgunaan napza adalah melalui penyuluhan, pendidikan


afektif, pendidikan ketrampilan sosial, menyediakan kegiatan positif bagi anak dan
remaja sebagai pilihan kegiatan, dan pengenalan dini atau deteksi dini serta
intervensi sedini mungkin.
Orangtua mempunyai peran penting dalam pengenalan dini karena anak
dan remaja tinggal bersama dengan orangtua mereka.Komunikasi yang efektif
antara orangtua dan anak / remaja sangat diperlukan untuk deteksi dini.Orangtua
perlu mengenali adanya perubahan emosi dan perilaku pada anak / remaja sejak
dini.Perubahan emosi dan perilaku sangat berhubungan dengan penggunaan
napza.Dalam rangka pencegahan penyalahgunaan napza, orangtua juga perlu
mengenali faktor risiko dan faktor pelindung (protektif) terhadappenyalahgunaan
napza.

II. TujuanPembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Pada akhir sesi 3, peserta mampu memahami peran serta orangtua dalam
pencegahan penyalahgunaan napza pada anak / remaja.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Pada akhir sesi ini, peserta mampu:
1. Mengenal faktor risiko dan faktor protektif penyalahgunaan napza pada
anak / remaja.
2. Melaksanakan deteksi dini perubahan emosi dan perilaku pada anak /
remaja akibat penggunaan napza
III. Pokok Bahasan
Pokok Bahasan dalam modul ini adalah:
1. Faktor risiko dan faktor protektif pada penyalahgunaan napza pada anak/
remaja.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 41
2. Deteksi dini perubahan emosi dan perilaku anak/ remaja akibat
penggunaan napza

IV. Bahan Belajar


Bahan belajar pada modul ini meliputi
1. Faktor risiko
2. Faktor protektif
3. Perubahan emosi dan perilaku

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran.


Langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian bahan belajar oleh fasilitator.
2. Penugasan I: membahas faktor risiko dan faktor protektif.
3. Penugasan II: membahas deteksi dini

VI. Uraian Materi


Pokok Bahasan 1: Faktor Risiko dan Faktor Protektif pada
Penyalahgunaan Napza pada Anak/Remaja
Terdapat banyak faktor risiko yang menyebablkan seorang anak / remaja
menjadi penyalahguna napza.Faktor risiko itu dapat berasal dari diri sendiri
atau dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman-temannya.Makin banyak
faktor risiko, makin besar kemungkinan anak / remaja menyalahgunakan
napza.Sebaliknya makin banyak faktor protektif, makin sedikit kemungkinan
anak/ remaja menyalahgunakan napza. Faktor – faktor tersebut dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut:

Tabel 1. Faktor risiko pada tingkat individu

Faktor risiko Uraian


Faktor genetik Peran faktor genetik hanya sebesar 40-60%, selebihnya
ditentukan oleh faktor lain seperti pola asuh dan lingkungan
pergaulan.
Jenis kelamin Anak lali-laki mempunyai risiko lebih besar daripada anak
perempuan. Tetapi bila anak perempuan sudah menggunakan

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 42
napza, progresivitasnya lebih cepat
Perilaku Anak yang sering berbohong,mencuri, melanggar tata tertib,
impulsif, merokok pada usia dini, makan berlebihan, sadis
terhadap saudara dan hewan piaraannya
Emosi Cepat bosan terhadap suatu kegiatan atau permainan, pemurung,
mudah kecewa, agresif dan destruktif, merassa kesepian.
Kecerdasan Kecerdasan pada taraf perbatasan. Kerena keterbatasannya
ringan, maka tak disadari oleh dirinya, orangtua atau gurunya,
sehingga ia didorong untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi
padahal tidak mampu sehingga frestrasi
Gangguan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivif, kecemasan,
mental depresi, Gangguan Stres Pasca Trauma
Ciri kejiwaan Rendah diri, kurang percaya diri, citra diri negatif.
Kegiatan Kurang atau tidak terlibat dalam kegiatan kerohanian
kerohanian
Kegiatan olah Kurang berolah raga
raga
Kegiatan Kurang suka atau tidak mau ikut kegiatan ekstra kurikuler
ekstrakurikuler
Motivasi belajar Motivasi belajar yang rendah

Tabel 2. Faktor risiko pada tingkat keluarga


Faktor risiko Uraian
Komunikasi Orangtua yang tidak mampu berkomuniasi efektif dengan anak
Keharmonisan Tidak ada keharmonisan dalam keluarga, ayah dan ibu sering
bertengkar di depan anak, orangtua bertengkar dengan anak,
pertengkaran antar saudara
Perhatian(atensi Orangtua terlalu sibuk, kurang memberi perhatian pada anak
)
Pola asuh Pola asuh yang tidak mendukung perkembangan normal anak:
menelantarkan, memanjakan, terlalu banyak mengatur, terlalu
banyak menuntut, sikap terlalu liberal
Identifikasi Ada anggota keluarga terutama orangtua yang merokok atau
minum minuman keras.

Tabel 3.Faktor risiko pada tingat teman sebaya / teman bermain/ bergaul.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 43
Faktor risiko Uraian
Teman sebaya Berkawan dengan pengguna napza

Tabel 4. Faktor risiko pada tingkat sekolah


Faktor risiko Uraian
Kedisiplinan Tidak menerapkan disiplin dengan baik
Pelajaran Sering jam pelajaran kosong
Kegiatan ekstrakurikuler Tidak ada atau sangat terbatas
Masalah di sekolah Pemalakan, perundungan
Rasa terancam Terancam dikeluarkan dari sekolah

Tabel 5. Faktor risiko pada tingkat masyarakat


Faktor risiko Uraian
Ketersediaan napza napza mudah diperoleh
Lingkungan sosial Perubahan sosial yang cepat
Ekonomi Kemiskinan, penghasilan kurang
Pengawasan Pengawasan yang lemah

2.. Berikut adalah faktor protektif pada berbagai tingkatan:


Tabel 6.Faktor protektif pada tingkat individu.
Faktor protektif Uraian
Kesehatan Anak/remaja yang sehat
Pengendalian Anak/ remaja yang mempunyai pengendalian diri yang baik
diri
Rasa bahagia Merasa bahagia dan bangga atas dirinya, keluarganya,
sekolahnya
.
Tabel 7. Faktor protektif pada tingkat keluarga
Faktor protektif Uraian
Komunikasi Terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dan anak/
remaja
Dukungan Ada dukungan orangtua terhadap anak/remaja dan bukannya

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 44
menggurui
Keharmonisan Hubungan ayah dan ibu yang harmonis
Kegiatan di Keikutsertaan anak/ remaja pada kegiatan di rumah
rumah
Suasana emosi Penuh kehangatan
Agama Kehidupan yang religius
Monitor Tetap diperlukan pengawasan atau monitor orangtua terhadap
orangtua anak/remaja
Ikatan Terdapat ikatan keluarga yang kuat
kekeluargaan
Humor Ada suasana humor di rumah
Keteraturan Kegiatan di rumah yang terstruktur dan teratur
Tata tertib Terdapat peraturan tata tertib di rumah yang ditaati oleh semua
anggota keluarga

Tabel 8. Faktor protektif pada tingkat teman sebaya / bergaul.


Faktor Uraian
protektif
Teman Berkawan dengan teman-teman yang prestasi akademiknya baik
sebaya Berkawan dengan teman-teman yang mengikuti kegatan ekstrakurikuler
yang baik

Tabel 9. Faktor protektif pada tingkat sekolah


Faktor Uraian
protektif
Komunikasi Komunikasi yang baik antara sesama siswa, dengan guru, kepala
sekolah dan karyawan lain
Emosi Terdapat kehangatan emosi
Tata tertib Terdapat peraturan tata tertib yang dilaksanakan secara konsekuen
Kegiatan Tak ada jam pelajaran yang kosong
Humor Terdapat humor yang sehat
Kegiatan Tersedia berbagai kegiatan alternatifyang sehat / baik
alternatif
Prevensi Terdapat program prevensi seperti penyuluhan dan konseling

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 45
Tabel 10. Faktor protektif pada tingkat masyarakat
Faktor protektif Uraian
Lingkugan tempat Hubungan yang baik antar tetangga
tinggal
Tata tertib Ada keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat
Kegiatan alternatif Tersedia berbagai kegiatan alternatif yang sehat
Prevensi Ada program pencegahan
Kesehatan Ada layanan kesehatan
Rekrasi Ada tempat rekreasi yang sehat
Pengembangan Ada latihan pekerjaan bagi yang membutuhkan
ketrampilan
Pendidikan Ada fasilitas pendidikan sesuai dengan kebutuhan
Perumahan Ada perumahan yang baik

Pokok Bahasan 2: Deteksi dini terhadap perubahan perilaku dan emosi


Perlu diingat bahwa anak / remaja dengan adiksi napza tidak terjadi secara
tiba-tiba, melainkan melalui proses yang membutuhkan waktu untuk sampai
terjadinya adiksi.Pada umnya anak / remaja mulai menggunakan napza karena ingin
tahu atau ingin coba-coba, biasanya berawal karena tawaran teman. Tidak semua
anak/ remaja yang pernah mencoba napza menjadi adiksi.Sebagian besar berhenti
sampai pada taraf coba-coba.Sebagian lagi sekali-kali menggunakannya pada saat
berkumpul dengan teman-temannya. Hanya sebagian kecil lanjut menjadi terbiasa
mengonsumsi napza dan akhirnya akan mengalami adiksi.
Pada tahap coba-coba atau sekali-kali pakai, maka akan terjadi perubahan
emosi dan perilaku. Perubahan itu bergantung pada jenis dan jumlah napza yang
dikonsumsi dan sifat anak / remaja itu sendiri.
Pada tabel 10 dapat dibaca berbagai perubahan emosi dan perilaku.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 46
Tabel 10. Perubahan emosi dan perilaku akibat mengonsumsi napza
Jenis Penjelasan
perubahan
Emosi Gembira berlebih, mudah marah. mudah tersinggung
Kesadaran Tampak mengantuk tertidur tidak pada waktunya, tidak bisa tidur,
kewaspadaan meningkat
Proses Lambat atau cepat
pikir
Isi pikir Merasa diri hebat, kuiat. Kecurigaan tidak pada tempatnya / berlebihan
Perilaku Lamban atau bertambah banyak dan cepat, perilaku aneh seperti
mengulang gerakan tanpa tujuan

VII. Referensi
 United Nations of Drug Control and Crime Prevention, Vienna, 2002, A
Participatory Handbook for Youth Drug Abuse Prevention Programme, A
Guide for development and imnprovement, New York.

 The Colombo Plan International Center for Certification and Education


(ICCE) for Addiction Professionals, 2012, Psychoeducation for Clients and
Families, Colombo
VIII Lampiran
Lembar penugasan

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 47
MATERI INTI 3
PERAN SERTA ORANG TUA PADA ANAK DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

I. Deskripsi Singkat
Orang tidak mudah menggunakan napza dalam beberapa waktu (seketika) untuk
menjadi pengguna napza, namun untuk menjadi pengguna napza melalui
beberapa tahapan, yaitu mulai mencoba menggunakan napza (eksprimental),
penggunaan sedang (rekreasional) dan gangguan penggunaan napza berat
(abuse - dependen).

II. Tujuan Pembelajaran


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Pada akhir sesi, peserta mengetahui peran serta orang tua pada anak
dengan pencegahan dan pengendalian masalah napza.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Pada akhir sesi ini, peserta mampu:
1. Mengetahui peran serta orangtua pada anak yang mulai mencoba
menggunakan napza (eksprimental)
2. Mengetahui peran serta orangtua pada anak dengan gangguan
penggunaan sedang (rekreasional)
3. Mengetahui peran serta orangtua pada anak dengan gangguan
penggunaan napza berat (abuse - dependen).

III. Pokok Bahasan


1. Peran serta orangtua pada anak yang mulai mencoba menggunakan napza
(eksprimental)
2. Peran serta orangtua pada anak dengan gangguan penggunaan sedang
(rekreasional)
3. Peran serta orangtua pada anak dengan gangguan penggunaan napza berat
(abuse - dependen)

III. Bahan Belajar


a. Handout Pelatihan
b. Materi presentasi
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 48
IV. Langkah Pembelajaran
 Materi akan diuraikan secara runtut berdasar pada Pokok Bahasan oleh
fasilitator kepada peserta latih. Peserta latih menyimak, membuat catatan,
dan mengikuti arahan dan petunjuk fasilitator.
 Proses pembelajaran akan diuraikan dalam langkah-langkah sebagai
berikut:
A. Langkah pertama
Kegiatan fasilitator
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri dan meminta semua peserta latih untuk
memperkenalkan diri
3. Menjajaki pengetahuan peserta latih yang berhubungan dengan
kebijakan pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan
napza.
Kegiatan peserta latih
1. Memperkenalkan diri
2. Merespons fasilitator
3. Mempersiapkan diri dengan perlengkapan belajar
4. Menyimak dan membuat catatan seperlunya

B. Langkah kedua
Kegiatan fasilitator
1. Ceramah tentangperan serta orangtua pada anak yang mulai
mencoba menggunakan napza (eksprimental), gangguan
penggunaan Napza sedang (rekreasional) dan gangguan
penggunaan Napza berat (abuse-dependence).
2. Memberikan kesempatan kepada peserta latih untuk mengklarifikasi,
bertanya, dan berbagi pengetahuan.
3. Menjawab atau mengajak berdiskusi atas pertanyaan yang diajukan
oleh peserta latih.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 49
Kegiatan peserta latih
1. Menyimak dan membuat catatan seperlunya
2. Mengklarifikasi hal yang tidak jelas, bertanya tentang hal-hal yang
relevan dengan materi, berbagi pengetahuan atau pengalaman
terkait materi

V. Uraian Materi
Peran serta orangtua pada anak yang mulai mencoba menggunakan napza
(eksprimental)
Pada materi inti 1 kita sudah mempelajari materi konsep keluarga sehat, maka
orang tua mengetahui perannya dalam rangka melindungi anak dari
penyalahgunaan napza dengan mengajarkan tips kepada anak bagaimana
menolak tawaran menggunakan napza
Berikut adalah cara praktis untuk memberikan tips kepada anak
1. Ajarkan anak untuk menolak tawaran temannya menggunakan napza.
Kadang-kadang mereka akan menjuluki anak yang menolak tawaran napza
dengan istilah banci, ayam sayur, lembek, nggak macho, nggak gaul,
norak dan lain-lain. Abaikan saja bila tetap ada yang mengejek dan
tetaplah pada pendirian.
2. Berkata tidak bila ada yang menawarkan
3. Berikan alasan yang tegas dan tepat misalnya "saya ada tugas dari
sekolah", "sudahlah saya sudah tahu kok", "maaf saya tidak tertarik", "untuk
yang satu ini ... sori saya nggak bisa",
4. Mengalihkan topik pembicaraan.
5. Tawarkan teman untuk mengerjakan kegiatan lain seperti nonton, olah
raga, diskusi, main musik dan lainnya.
6. Bersikap tenang dan cepat meninggalkan teman yang membujuk
menggunakan napza.
Katakan alasan, misalnya "ada urusan lain", "maaf saya ditunggu bapak/ibu",
"maaf ngantuk sekali dan kepala saya pusing".
7. Hindari dari kelompok teman pengguna.

Setelah orang tua mengetahui perannya dalam rangka melindungi anak dari
penyalahgunaan napza, mengajarkan tips kepada anak bagaimana menolak
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 50
tawaran menggunakan napza, maka perlu juga diketahui bagaimana orang tua
bisa mendeteksi dini jika anak sudah mulai menyalahgunakan napza. Berikut
ini tanda-tanda yang merupakan indikasi anak mulai terlibat napza: Comment [HS1]: Digabungkan dengan bab
sebelumnya atau dipisahkan
1. Nilai sekolah menurun.
Pada setiap anak pengguna napza hampir dapat dipastikan akan terganggu
prestasi belajarnya. Ukuran yang mudah untuk melihat gangguan prestasi
belajar adalah dengan mengamati nilai pelajaran yang didapat di
sekolah.Waspadai jika nilai sekolah anak memperlihatkan kecenderungan
menurun.
2. Motivasi sekolah menurun.
Sekolah atau belajar bukan lagi menjadi tempat menarik bagi anak pengguna
napza.Anak menjadi malas berangkat sekolah dan malas membuat
pekerjaan rumah.
3. Sering keluar kelas dan tidak kembali sekolah.
4. Mengantuk di kelas.
Anak pengguna napza merasa bosan berada di kelas dan sering tidak
konsentrasi dan malas memperhatikan guru.Anak mengantuk di kelas
bisa juga karena pengaruh napza yang dipakainya.
5. Sering dipanggil guru karena tidak disiplin.
Sangat sulit bagi pengguna napza untuk bersikap disiplin.Mereka cenderung
mengabaikan tata tertib dan peraturan sekolah.
6. Sering membolos.
Hal ini menjadi kebiasaan bagi anak pengguna napza.Meski dari rumah sudah
minta ijin berangkat ke sekolah, namun seringkali tidak sampai ke
sekolah, melainkan berkumpul dengan sesama pengguna napza.
7. Meninggalkan hobi atau hal yang disukai
Kegiatan hobi atau hal yang disukai yang biasa dilakukan mulai ditinggalkan.
Mereka malas melakukan aktivitas lain karena kesukaannya sudah beralih
ke napza.
8. Mulai sering berkumpul dengan anak-anak yang tidak beres di sekolah.
Anak pengguna napza selalu berkeinginan untuk bisa bergaul dengan teman
yang berperilaku serupa.Teman-teman yang berperilaku menyimpang
merupakan teman yang sering diajak berkumpul.
9. Semakin jarang ikut kegiatan keluarga.
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 51
Rumah dan semua kegiatan keluarga tidak lagi menarik minat pengguna
napza. Mereka akan berupaya menghindari lingkungan keluarga.
10. Mengeluh karena menganggap orang tua tidak memberikan kebebasan.
Pengguna napza pada dasarnya tidak bisa diajak disiplin.Mereka
beranggapan orang-orang di rumah terlalu menegakkan disiplin dan
mengekang segala kemauannya.
11. Sering meminjam uang kepada teman.
Banyaknya kebutuhan uang untuk membeli napza membuat mereka
senantiasa kekurangan uang.Meminjam uang kepada teman menjadi
salah satu kebiasaan mereka.
12. Sering pergi hingga larut malam atau menginap di rumah teman.
Para pengguna napza tidak lagi kerasan dan cocok terhadap lingkungan
rumah, mereka lebih suka tinggal bersama teman senasib.
13. Berubahnya gaya pakaian dan gaya musik yang disukainya.
14. Tidak peduli pada kebersihan dirinya. Pengguna napza biasanya malas
untuk mandi mengabaikan kebersihan dirinya lagi.
15. Menunjukkan sikap tidak peduli.
16. Teman lama mulai ditinggalkan dan mencari teman baru yang juga
pemakai napza.
17. Anak pengguna napza biasanya bersikap tidak menyenangkan dan
penuh kebencian bila ditanya oleh seseorang mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan napza.
18. Mudah tersinggung.
Para pengguna napza biasanya emosional dan mudah tersinggung.

Apabila orang tua menjumpai beberapa indikasi anak sudah mulai terlibat
napza, maka perlu dilakukan tindakan persuasif, diantaranya:
1. Berusahalah tetap tenang, jangan panik, kendalikan emosi, marah,
tersinggung atau rasa bersalah lainnya. Ucapkan terima kasih kepada orang
yang memberi tahu.
2. Jangan mengabaikan masalah.
Hadapi kenyataan dan adakan dialog terbuka dengan anak, kemukakan yang
anda ketahui, jangan menuduh pada saat anak dalam pengaruh napza.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 52
Carilah waktu yang tepat untuk menanyakan kebenarannya bahwa anak
menggunakan napza.
3. Dengarkan anak.
Beri dorongan nonverbal, jangan memberi ceramah atau nasehat.Jangan
rendahkan harga diri anak, buat agar anak merasa aman dan nyaman
berbicara dengan orang tua.
4. Hargai kejujuran anak.
Bila anak sudah mengakui menggunakan napza, jangan menampilkan reaksi
marah.Orang tua perlu bersyukur bahwa anak mau bersikap jujur.
5. Jujur terhadap diri sendiri.
Beri contoh sikap jujur dan terbuka dengan mengakui kelemahan dan kesalahan
orang tua, jangan merasa selalu benar.Saling memaafkan untuk sikap, kata-
kata dan perbuatan di masa lalu.
6. Tingkatkan hubungan dalam keluarga.
Selesaikan konflik yang ada dalam keluarga, rencanakan membuat kegiatan
bersama-sama dengan keluarga, seperti rekreasi.
7. Mencari pertolongan tenaga profesional.
Jika sulit mengendalikan emosi dan menghadapi masalah minta bantuan tenaga
profesional, seperti psikiater, psikolog dan perawat.
8. Pendekatan kepada orang tua teman anak pengguna napza.
Kunjungi orang tua teman anak yang menggunakan napza ungkapan dengan
hati-hati dan bijaksana apa yang anda ketahui, ajak kerjasama menghadapi
masalah.
9. Apabila tes urine positif, bawa anak ke Rumah sakit atau klinik yang bisa
menangani dan mengobati korban penyalahgunaan napza untuk dilakukan
detoksifikasi dan perawatan lanjutan, baik fisik, psikis dan sosial.

MELAKSANAKAN PERANSERTA ORANGTUA PADA ANAK DENGAN


GANGGUAN PENYALAHGUNAAN NAPZA (RINGAN-SEDANG)

 Apa yang anda lakukan bila anak atau keluarga anda ternyata mempunyai
kebiasaan menggunakan napza? Terkejut , membayangkan anak atau keluarga
anda akan berurusan dengan polisi? Atau panik karena tak menyangka “kok bisa
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 53
ya” orang yang anda kenal dekat terkena napza? Nah setelah panik, tindakan
selanjutnya yang anda lakukan apa?
 Fase panik melihat orang terdekat sebagai pecandu napza, hal itu sudah
merupakan reaksi terbaik anda daripada membiarkannya terus-menerus jatuh ke
kubangan candu. Sebagian besar masyarakat jelas memilih sikap berdasarkan
“siapa yang mau orang terdekatnya menderita?”
 Pilihannya sekarang, anda bertindak melapor ke dokter, polisi atau membawanya
ke rumah sakit ? Sebagai suatu tindakan pilihan, pasti anda dapat bertindak
secara emosi atau rasional. Tindakan rasional adalah mengumpulkan anggota
keluarga untuk bermusyawarah, . Sumbang saran dari masing-masing anggota
keluarga sangat diperlukan barangkali akan ada opsi terbaik. Pilihan kedua, anda
sendiri bisa mencari tahu segala informasi mengenai penanganan pecandu napza
melalui media-media informasi , misal media internet.

MELAKSANAKAN PERAN SERTA ORANGTUA PADA ANAK DENGAN


KETERGANTUNGAN NAPZA

Saat berhadapan dengan anak telah menjadi ketergantungan napza, tentu akan
muncul dalam diri orang tua keingingan untuk menolongnya.
Bagaimana cara yang tepat untuk menolongnya?

1. Berusaha memahami masalah yang dihadapi ketergantungan napza


Sebelum kita memutuskan untuk menolong orang, sebaiknya kita perlu
memahami masalah yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, dalam hal ini kita
perlu mengetahui segala sesuatu yang melatarbelakangi sampai ia akhirnya
menjadi pecandu, apa penyebabnya, bagaimana dan sejauh apa tingkat
keparahannya. Dengan berusaha memahami masalah yang melatar-
belakanginya, penyalahguna napza tidak akan menganggap Anda sebagai musuh
atau penghalang baginya. Ia justru perlahan-lahan akan membuka dirinya dan
membiarkan Anda untuk menolongnya.

2. Mengontrol diri saat berhadapan dengan penyalahguna napza


Ada perasaan kecewa yang muncul bila kita melihat orang-orang terdekat ternyata
terjebak masuk kedalam jerat napza.Pada saat itulah Anda tetap harus bisa
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 54
mengontrol diri dan emosi agar tidak terbawa suasana.Orang yang
ketergantungan napza tak jarang melakukan tindakan yang impulsif dan
merugikan orang di sekitarnya.Bersikaplah lebih tenang jangan sampai
ketidakstablian emosi Anda justru membuatnya marah dan menolak
Anda.Seorang pecandu yang ingin berhenti butuh berjuang keras melawan
keinginannya untuk mengkonsumsi napza.Saat-saat tersebut merupakan saat
yang berat bagi mereka dan tak jarang mereka bisa sampai berteriak histeris
bahkan melukai diri mereka sendiri.Anda harus tetap sabar dan kuat
menghadapinya.

3. Bersikap Bijaksana
Jangan memaksakan kehendak Anda terlalu keras terhadap mereka.Ketika kita
ingin membantu seseorang, hal yang salah adalah kita terlalu memaksa untuk
masuk ke dalam masalah orang tersebut.Begitu pun dengan para pecandu
napza.Mereka tidak peduli jika kita ingin menolongnya bahkan mereka merasa
terganggu.Lebih baik kita memberikan batasan dan jarak terlebih dahulu.Lalu
secara perlahan menolongnya keluar dari masalah tersebut.

4. Bersikap sabar namun tetap tegas


Bila para pecandu malah mendekati kita untuk mempengaruhi agar turut menjadi
penyalahguna napza, sebaiknya kita lebih berhati-hati dan secara tegas berkata
TIDAK! Anda juga harus bersikap tegas dan mengatakan tidak pada mereka bila
dalam proses penyembuhan (rehabilitasi) penyalahguna napza tergoda untuk
kembali lagi ke napza. Memang untuk menolong para penyalahguna napza
bukanlah pekerjaan yang mudah terlebih bila mereka melakukan penolakan
secara terus-menerus.Namun Anda harus tetap bersabar.Berikanlah dukungan
(support) yang besar untuk mereka dan jangan pernah membiarkan mereka
memecahkan masalahnya sendiri serta selalu mendampingi mereka dalam
menyelasikan masalahnya.

5. Bekerja sama dengan orang lain


Kita tidak bisa menolong seorang penyalahguna napza sendirian. Kita
membutuhkan orang lain, terutama orang-orang yang memiliki keahlian khusus
dalam menghadapi pecandu. Ajaklah pecandu agar ia mau menyembuhkan
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 55
dirinya dari ketergantungan napza lewat bantuan pusat-pusat terapi dan
rehabilitasi napza. Selalu berikan dukungan moril dan spiritual kepadanya selama
ia menjalani terapi dan rehabilitasi. Jangan pernah membiarkan ia merasa
ditinggalkan sendiri.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 56
MATERI INTI 4
POLA ASUH POSITIF DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

I. Deskripsi Singkat

Setiap keluarga senantiasa mencari jalan yang terbaik untuk mengasuh


dan membesarkan anak-anaknya dengan bahagia, sehat, dan produktif.Orang
tua berpikir untuk mulai berkomunikasi dengan anaknya baik yang sudah
merokok, menggunakan alkohol, ganja, dan lainnya, termasuk obat-obat yang
diresepkan.Penelitian dari NIDA menunjukkan pentingnya peran orang tua dalam
melakukan pencegahan terhadap anak-anaknya untuk tidak menggunakan zat.
Terdapat 5 pertanyaan yang dikembangkan oleh the Child and Family
Center at the University of Oregon, menekankan pada keterampilan pengasuhan
guna mencegah penggunaan napza dan penggunaan selanjutnya.Setiap
pertanyaan menunjukkan keterampilan positif dan negatif serta infomasi yang
diperlukan tercakup dalam contoh percakapan dalam video.

II. Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Pembelajaran Umum
Melaksanakan konsep pola asuh positif dalam pencegahan
penyalahgunaan napza.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
i. Memahami pola asuh positif
ii. Memahami dan menerapkan pola asuh positif dalam pencegahan
penyalahgunaan napza

III. Pokok Bahasan


1. Komunikasi
2. Dukungan
3. Negosiasi
4. Menetapkan batas
5. Pengawasan

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 57
IV. Bahan Belajar
a. Handout TOT
b. Materi presentasi
V. Langkah Pembelajaran
VI. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1: Komunikasi

Komunikasi adalah penyampaian informasi antara beberapa


pihak.Keterampilan komunikasi adalah keahlian, kepandaian, dan kemampuan dalam
komunikasi. Komunikasi merupakan modal dan kunci keberhasilan dalam menjalin
hubungan baik sehingga penyampai dan penerima pesan memiliki pengertian yang
sama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peran sebagai orang tua :
 Pertanyaan 1: Komunikasi

Apakah Anda dapat berkomunikasi dengan tenang dan jelas dengan anak Anda
tentang masalah hubungan, seperti iri hati atau kebutuhan akan perhatian?
Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak-anak adalah dasar dari hubungan
keluarga yang kuat. Mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik membantu
orang tua menangkap masalah awal, mendukung perilaku positif, dan tetap menyadari
apa yang terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka.
Masalah Hubungan dan Komunikasi yang Jelas
contoh negatif: Ibu menjadi defensif
contoh positif: Ibu memiliki pemahaman
Sebelum memulai:
1. Pastikan itu adalah waktu yang baik untuk berbicara dan Anda bisa fokus
seratus persen pada berkomunikasi dengan anak Anda.
2. Miliki sebuah rencana.
3. Kumpulkan pemikiran Anda sebelum Anda mendekati anak Anda.
4. Tetap tenang dan sabar.
5. Batasi gangguan.

Keterampilan komunikasi utama meliputi:


1. Membuat pertanyaan
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 58
Jenis informasi yang akan Anda terima tergantung pada seberapa banyak Anda
mengajukan pertanyaan.
 Menunjukkan minat / perhatian. Hindari menyalahkan / menuduh. Misalnya,
daripadamengatakan "Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam situasi ini?"
katakan, "Kedengarannya seperti situasi yang sulit. Apakah kamu bingung saat
menghadapinya?"
 Mendorong pemecahan masalah / berpikir. Misalnya: "Apa yang akan terjadi
ketika kamu tidak berpikir?" Tapi katakanlah, "Jadi, apa yang menurut kamu
akan menjadi cara yang lebih baik untuk menangani itu?"

2. Mendengarkan dan mengamati

Anak-anak merasa lebih nyaman membawa isu-isu dan menceritakan masalah ke


orang tua mereka ketika mereka tahu akan didengarkan dan tidak dituduh.
Tips tambahan
 Hadir dan fokus.
 Tunjukan pengertian.
 Mendengarkan dengan rasa hormat.
 Tertarik.
 Hindari emosi negatif.
 Memberikan dorongan.

3. Mengurangi Emosi

Kadang-kadang, berbicara dengan anak-anak membawa perasaan yang kuat yang


mengganggu pemikiran yang jernih. Berikut langkah-langkah CALM yang dapat
membantu orang tua menjaga pembicaraan bergerak ke arah yang benar:
1) Control:Mengontrol pikiran dan tindakan Anda.
2) Assess:Menilai dan memutuskan apakah Anda terlalu marah untuk
melanjutkan.
3) Leave:Meninggalkan situasi jika Anda merasa terlalu marah atau kesal.
4) Make a Plan:Membuat rencana untuk menghadapi situasi dalam waktu 24 jam.

Ketika mendengarkan anak Anda, ingatlah:


 Tunjukan pengertian.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 59
 Ulangi kembali atau meringkas apa yang dikatakan anak Anda.
 Praktek kesabaran.
 Tekankan perilaku positif dan pilihan

Praktek Keterampilan
Video: Mendengar Aktif
https://youtu.be/kCgZ-6JrwlI

Pokok Bahasan 2: Dukungan


Terdapat tiga kategori dukungan sosial:
1. Emosional, adalah bantuan dari orangtua yang membuat anak merasa berharga

2. Informasional, menyediakan informasi yang berguna bagi anak

3. Instrumental, membantu anak melakukan aktifitas yang diperlukannya

 Pertanyaan 2: Dukungan

Apakah Anda mendukung kebiasaan perilaku positif dalam anak remaja Anda setiap
hari?
Dukungan adalah kunci untuk membangun kepercayaan diri dan rasa diri yang kuat.
Dukungan yang konsisten membantu anak merasa baik tentang diri mereka sendiri
dan memberi mereka kepercayaan diri untuk: mencoba kegiatan baru,
mengembangkan persahabatan baru, mengeksplorasi kreativitas mereka, dan
menangani tugas-tugas sulit. Hal ini juga membantu orang tua meningkatkan
kerjasama dan mengurangi konflik.
Dukungan atas prestasi di sekolah dan dukungan keseharian anak
contoh negatif: Ayah tidak berempati terhadap kegagalan anak
contoh positif: Ayah mendukung keberhasilan anak
Dukungan mendorong kesadaran diri yang kuat karena mengirimkan tiga pesan
utama untuk anak:
 Kamu pasti bisa! Anak percaya bahwa mereka dapat melakukan berbagai hal
jika orang tua:
 Membantu mereka memecahkan masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 60
 Mengingatkan mereka tentang kekuatan mereka dalam keberhasilan
masa lalu
 Mendorong mereka dengan menceritakan pengalaman orangtua dalam
mengatasi tantangan
 Ide kamu bagus! Anak percaya bahwa mereka memiliki ide-ide yang baik jika
orang tua:
 meminta mereka untuk diskusi tentang pendapat dan perasaan mereka
 mendengarkan yang mereka katakan
 meminta mereka untuk memberi masukan tentang rencana dan acara
keluarga
 meminta ide mereka ikut serta memecahkan masalah keluarga
 Kamu penting! Anak tahu mereka penting jika orang tua:
 mengingat perkataan yang pernah disampaikan anak
 memberikan waktu untuk mereka setiap hari
 menghadiri acara sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler
 biarkan anak tahu bahwa mereka berpikir tentang anak mereka ketika
tidak bisa bersama
 Memajang hal yang mereka telah buat dan pengakuan yang mereka
terima dari sekolah atau masyarakat

Contoh Kata Mendukung:


"Mama/Papa tahu itu tidak mudah."
"Kamu melakukan pekerjaan yang mengagumkan."
"Tetap mencoba ya.."
"Kamu sangat baik pada saat itu."
"Kamu belajar banyak."
"Mama/Papa suka cara kamu melakukan itu."
"Mama/Papa dapat melihat bahwa kamu sudah berlatih."
"Ini bagus untuk melihat kamu bekerja begitu keras."
"Aku sangat bangga padamu."

Praktik yang tidak mendukung:


Menyindir atau berpikir negatif tentang kemampuan seorang anak untuk menjadi
sukses

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 61
Membandingkan anak dengan saudara-saudara lainnya
Mengambil alih ketika kemajuan anak lambat
Mengingatkan anak akan kegagalan masa lalu

Keterampilan praktek
Video: Pujian untuk Perilaku Positif
https://youtu.be/7VxOhBETO9I

Ketika memberikan pujian untuk kerjasama:


 Buat sederhana: "Terima kasih."
 Lakukan segera.
 Spesifik tentang apa yang Anda suka.
 Selalu beri kesempatan untuk mendorong perilaku atau tindakan yang ingin
orang tua lihat diulang.

Ketika meninjau rencana perubahan perilaku:


 Periksa setiap langkah dari rencana.
 Puji perilaku positif.
 Memberikan insentif secara langsung.
 Ingatlah untuk meninjau rencana dengan anak Anda setiap hari.

Video: Meninjau Rencana Perubahan Perilaku


https://youtu.be/O9shREpEHFo

Pokok Bahasan 3: Negosiasi


Negosiasi adalah dialog antara dua orang atau lebih guna mencapai kesepakatan
yang menguntungkan untuk semua pihak atau beberapa pihak. Keterampilan
bernegosiasi meliputi:
 komunikasi verbal efektif

 Mendengar aktif

 Mengurangi kesalahpahaman

 Membangun hubungan baik

 Pemecahan masalah

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 62
 Menetapkan keputusan

 Asertif

 Menghadapi situasi sulit

 Pertanyaan 3: Negosiasi

Apakah Anda dapat bernegosiasi tentang konflik emosional dengan anak remaja
Anda dan bekerja sama menuju solusi.
Negosiasi solusi menawarkan cara agar orangtua dapat bekerja sama untuk
memecahkan masalah; membuat perubahan; mempromosikan dan meningkatkan
kerja sama; serta mengajarkan remaja bagaimana untuk fokus pada solusi bukan
masalah, memikirkan hasil yang mungkin terjadi dari perilaku, dan mengembangkan
keterampilan komunikasi.
Perilaku destruktif dan Negosiasi
contoh negatif: Ayah marah
contoh positif: Ayah tetap tenang
https://youtu.be/FJVat4OYoN8

Persiapan untuk Sukses


Kapan:
 Pilih waktu yang tidak emosional atau jadwalkan secara teratur (tidak di tengah-
tengah masalah).

Dimana:
 Pilih tempat netral dengan sedikit gangguan.

Bagaimana:
 Pilih masalah yang kecil dan spesifik.
 Nyatakan masalah secara netral.
 Kenali perilaku positif orang lain.
 Terima bagian dari tanggung jawab untuk masalah.
 Nyatakan kembali apa yang Anda dengar, tunjukan pemahaman/pengertian,
dan berhenti jika Anda terlalu kesal.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 63
Langkah-langkah untuk Penyelesaian Masalah
 Brainstorm-membuka pikiran Anda untuk semua ide:
o Cobalah untuk masing-masing memberi 3 ide.
o Semua Ide adalah baik, bahkan yang kadang tampak konyol.
o Bergantian memberi ide-ide.
 Mengevaluasi daftar gagasan/ide:
o Pilih daftar ide serta plus dan minus masing-masing ide.
 Pilih solusi:
o Gabungkan ide-ide jika diperlukan.
o Semua harus setuju pada solusi yang dipilih.
 Tindak Lanjut :
o Saling memeriksa satu sama lain setelah mencoba solusi Anda
beberapa kali, untuk melihat bagaimana hal itu bekerja.
o Jika tidak bekerja, kembali ke daftar gagasan.
o Jika perlu, memulai dengan brainstorming lebih.

Keterampilan praktek
Video: Laporan Masalah Netral
https://youtu.be/ndqcIvHPWmU

Ketika membuat pernyataan masalah netral:


 Singkat.
 Spesifik.
 Gunakan nada suara netral.
 Memimpin dengan sesuatu yang positif.

Video: Negosiasi Solusi


https://youtu.be/4brhw2EouNA

Langkah-langkah Negosiasi:
 Membuat pernyataan masalah yang netral.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 64
 Menghasilkan solusi yang memungkinkan.
 Mengevaluasi solusi.
 Pilih solusi.
 Tindak lanjut untuk melihat apakah itu bekerja.

Perangkap dalam Pemecahan Masalah


 Mencoba untuk memecahkan masalah yang masih panas.
 Menyalahkan orang lain atau menempatkan orang lain ke bawah.
 Membela diri-coba untuk membiarkannya pergi.
 Membuat asumsi tentang niat orang lain.
 Membawa cerita masa lalu - hindari menggunakan kata-kata seperti "selalu"
dan "tidak pernah."
 Seperti memberi kuliah - pernyataan sederhana akan mendapatkan pendapat
Anda lebih baik.

Pokok Bahasan 4: Menetapkan Batas


Setiap hari orang tua harus mengambil keputusan berkenaan dengan aturan
dan batasan.Kedua hal ini merupakan konsep yang penting untuk dipahami oleh
orang tua yang mempunyai anak. Pertanyaannya adalah, “seberapa banyak?", saat
kita melihat anak-anak yang membangkang karena didera terus oleh ketatnya aturan
orang tua? Sebaliknya, sikap yang terlalu lunak cenderung mendatangkan hasil yang
sama. Orang tua yang memberikan kebebasan tanpa batas kepada anak-anak
mereka, akan berurusan dengan anak-anak yang liar baik di tempat-tempat umum
mau pun di rumah. Jika dibiarkan untuk jangka waktu yang lama, anak-anak mungkin
akan menampakkan perilaku yang sesuka hati tanpa mempertimbangkan risiko dan
akibat dari tindakannya bahkan hingga dewasa.
Aturan adalah pernyataan yang bertujuan mengendalikan untuk suatu aspek
perilaku, biasanya disertai dengan konsekuensi.Misalnya, Timmy harus gosok gigi
setiap malam, kalau tidak dia tidak menggosok giginya maka Timmy tidak
mendapatkan dongeng dari ayahnya.Aturan memberikan lingkup atau batasan antara
perilaku yang pantas dan yang tidak pantas.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 65
Bilamana orang tua tidak dapat menetapkan batasan atas perilaku anak secara
efektif tanpa terlalu mengekang dan mengontrol secara berlebihan maka perilakua
anak diluar batasan yang telah ditetapkan.
 Pertanyaan 4: Menetapkan Batasan

Apakah Anda dapat dengan tenang menetapkan batas ketika anak Anda adalah
memberontak atau berprilaku tidak sopan? Apakah Anda dapat menetapkan batas
perilaku masalah yang lebih serius seperti penggunaan narkoba, jika atau ketika itu
terjadi?
Menetapkan batas membantu orang tua mengajarkan pengendalian diri dan tanggung
jawab, menunjukan rasa peduli, dan memberikan batas-batas yang aman.Ini juga
membantu anak dengan tuntunan dan mengajarkan mereka bahwa mengikuti aturan
penting untuk keberhasilan mereka dalam kehidupan.
Pemberontakan / Tidak Hormat dan Pengaturan Batas
contoh negatif: Ibu bertentangan/berdebat
contoh positif: Ibu tetap dalam kontrol
Contoh video https://youtu.be/1ENI5ie2FnY

Penggunaan napza Remaja dan Pengaturan Batas


contoh negatif: Ibu bereaksi berlebihan
contoh positif: Ibu tetap dalam kontrol
Contoh video :https://youtu.be/o-minQacgYs

Proses Dua Langkah


 Langkah 1: Menetapkan Aturan
 Buat aturan yang jelas, sederhana, dan spesifik.
 Pastikan anak Anda mengerti aturan Anda.
 Miliki daftar konsekuensi.
 Siap untuk menindaklanjuti.
 Langkah 2: Tindak Lanjut
 Penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang paling efektif dalam
menetapkan batas ketika mereka menindaklanjuti segera, memberikan
konsekuensi ketika aturan dilanggar dan menawarkan dukungan bila
aturan diikuti. Anak lebih cenderung mengikuti aturan jika mereka tahu

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 66
orang tua mengecek pada mereka dan akan menegakkan konsekuensi
konsisten.

Batas pengujian
Menguji batas adalah bagian alami dari tumbuh dewasa, tetapi ini juga memberi
tantangan khusus untuk orang tua. Seringkali reaksi pertama kami mungkin muncul
dari rasa takut akan keselamatan anak kita, atau marah karena mereka tidak taat.
Pedoman SANE dapat membantu orang tua membangun konsekuensi yang tepat
ketika anak melanggar aturan.
 Small :Konsekuensi kecil lebih baik
 Avoid :Hindari konsekuensi yang menghukum Anda
 Nonabusive :Hindari Tanggapan Kasar/Menghina
 Effective :Konsekuensi yang efektif (berada di bawah kendali Anda dan
tidak menguntungkan untuk anak Anda)

Anak mungkin marah, bertindak, atau menjadi terisolasi ketika orang tua menegakkan
konsekuensi.Anak anda menguji Anda dan batas Anda.Tidak perlu bereaksi.Tetap
konsisten dengan aturan Anda.
Tips tambahan
Menyatakan batas dan konsekuensi jelas.
Menangkap masalah awal.
Hindari argumen dan ancaman.
Ingatlah untuk menggunakan nada suara tegas dan tenang.
Selalu tindak lanjuti bila batas waktu ditarik atau aturan dilanggar.
Tawarkan dukungan setiap kali aturan diikuti.

Keterampilan praktek
Video: Aturan Jelas
https://youtu.be/Lk_EDGkjCLE

Ketika menyatakan aturan:


 Tetap Tenang.
 Nyatakan dengan Spesifik.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 67
 Nyatakan satu aturan pada suatu waktu.
 Ingatlah untuk tetap terlibat dan perhatikan ketika anak Anda mengikuti
aturan.

Video: Privilege Removal


https://youtu.be/sRJ31ZYM_xg

Ketika memberikan konsekuensi, ingat:


 Tegaskan masalah prilaku dalam hal aturan Anda.
 Nyatakan konsekuensinya dengan jelas.
 Hindari berdebat.
 Abaikan hal-hal sepele.
 Ingat itu adalah normal untuk anak-anak dan remaja bereaksi negatif ketika
mereka menerima konsekuensinya.

Video: Membuat Permintaan jelas dan Efektif


https://youtu.be/NVwm7ec1diM

Untuk membuat permintaan efektif:


 Buatlah spesifik.
 Membuat hanya satu permintaan pada suatu waktu.
 Fokus pada apa yang Anda inginkan, bukan apa yang tidak anda inginkan.
 Ingat untuk selalu memastikan anak Anda melakukan apa yang diminta dan
memberikan pujian ketika dia sudah lakukan.

Pokok Bahasan 5: Supervisi/Pengawasan


Supervisi mempunyai arti pengawasan dan pengendalian terhadap sesuatu.
Dalam penerapan pola asuh positif, makna supervisi dapat berarti pemantauan
terhadap berbagai hal, diantaranya:
 Perilaku dan keberadaan anak di luar rumah

 Cara anak menggunakan waktunya

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 68
 Mengenal teman-teman dekat dari anak

 Komunikasi rutin dengan guru atau orang dewasa lainnya yang berinteraksi
dengan anak

 Penerapan nilai-nilai keluarga dalam pergaulan anak

 Pertanyaan 5: Pengawasan

Apakah Anda memantau anak Anda untuk memastikan bahwa ia tidak menghabiskan
terlalu banyak waktu tanpa pengawasan dengan teman sebaya?
Masa muda adalah periode pertumbuhan utama dan perubahan. Anak cenderung
merasa tidak pasti tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka "cocok",
bahkan terkadang mereka dapat merasa kewalahan oleh kebutuhan untuk
menyenangkan dan mengesankan teman-teman mereka. Perasaan ini dapat
membuat anak-anak terbuka atas tekanan teman sebaya.Mengetahui teman-teman
anak Anda dapat membantu orang tua meningkatkan komunikasi, mengurangi konflik,
dan mengajarkan tanggung jawab.
Waktu tanpa pengawasan dengan Peers dan Pemantauan
contoh negatif: Ayah tidak memperhatikan
contoh positif: Ayah menindaklanjuti
Video :https://youtu.be/OL1B_Wz3F6w

Anda dapat membantu anak Anda dan meningkatkan pengaruh Anda dengan:
 Mengetahui teman anak Anda di lingkungan dan di sekolah
 Tetap terlibat dalam kegiatan anak Anda
 Berbicara dengan anak Anda ketika kekhawatiran muncul

Pengaruh teman sebaya


Anak tidak selalu membuat pilihan yang bijak dalam memilih teman. Bantu mereka
melihat kualitas apa yang mereka harus hargai di teman-seperti kejujuran, keterlibatan
sekolah, dan rasa hormat.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 69
Ketika remaja mulai menghabiskan lebih banyak waktu jauh dari rumah, memantau
perilaku dan keberadaan mereka adalah sebuah tantangan.Pengawasan membantu
orang tua mengenali masalah yang mulai berkembang, mempromosikan keselamatan,
dan tetap terlibat.

Tips tambahan
 Jaga jalur komunikasi yang terbuka.
 Bersabar dan amati; tidak bereaksi-pikirkan bahwa ini akan terlewati.
 Tetap terlibat.
 Luangkan waktu untuk mendengarkan anak Anda.
 Ketahui siapa teman-teman dimana anak Anda berada dan perhatikan
bagaimana anak Anda berinteraksi dengan mereka atau lainnya.
 Berbicara dengan orang tua dari teman-teman anak Anda.

4 Cs pengawasan dapat membantu Anda dengan tugas yang sulit ini:


 Clear Rules: miliki aturan yang jelas dan tidak dapat dirundingkan tentang
beberapa tentang perilaku anak Anda dan nyatakan dengan jelas!
 Communication: komunikasi rutin antara orang tua dan guru-guru lain membuat
Anda terlibat dalam aktivitas anak Anda, menciptakan sumber daya untuk
menangani masalah dengan membangun jaringan keamanan yang kuat untuk
anak Anda, dan memberi informasi kepada Anda tentang tempat-tempat atau
orang-orang yang berbahaya.
 Checking Up: Memeriksa ini memungkinkan anak Anda tahu bahwa Anda
peduli tentang keselamatan-nya dan bahwa aturan penting. Ini sulit bagi
sebagian dari kita karena kita ingin mempercayai anak-anak kita dan mereka
mungkin menolak usaha kita.
 Consistency: Konsisten dalam Pengawasan paling efektif bila orang tua
menetapkan batas yang jelas dan menindaklanjuti dengan konsekuensi
perilaku. Juga, konsisten dengan memberikan pujian dan insentif ketika aturan
diikuti.

Bagaimana Anda mengawasi ketika Anda tidak di rumah?

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 70
 Ketahui jadwal anak Anda.
 Hubungi anak Anda di berbagai waktu.
 Mintalah anak Anda memberi kabar kepada Anda atau pengasuh lain ketika ia
tiba dirumah.
 Mintalah anak anda untuk memberi kabar ketika ia mencapai nya tujuan.
 Beri anak Anda dengan kunjungan atau panggilan kejutan.
 Tetap berkomunikasi dengan orang dewasa yang berinteraksi dengan anak
Anda.

Praktek Keterampilan
Video: Mempertanyakan
https://youtu.be/-f_akzK-oiM

Ketika mengajukan pertanyaan anak Anda:


 Pilih waktu yang baik.
 Gunakan nada netral atau positif.
 Tunjukkan minat dan pengertian.
 Mengutip kembali apa yang anak Anda katakan.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 71
Lampiran 1
Latihan 1
Materi Dasar2 : Tinjauan Singkat Penyalahgunaan Napza

Petunjuk :
1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok
2. Masing-masing kelompok menentukan ketua dan penyaji
3. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
 Membahas kasus penyalahgunaan Napza yang peserta ketahui yang pernah
terjadi atau ditangani di lingkungan masing-masing
 Mendiskusikan klasifikasi zat / tren Napza yang digunakan diwilayah masing-
masing
 Mendiskusikan progresi adiksi anak/remaja pada kasus yang pernah ditangani
 Mendiskusikan penanganan yang tepat bagi anak dan remaja yang sudah
pernah dilakukan
 Membuat bahan presentasi hasil diskusi
 Mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain menanggapi, dengan
ketentuan:
o Penyaji kelompok 1, moderator kelompok 2
o Penyaji kelompok 2, moderator kelompok 3
o Penyaji kelompok 3, moderator kelompok 1
4. Fasilitator mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 72
Latihan 2
Materi Dasar2 : Tinjauan Singkat Penyalahgunaan Napza

Petunjuk :
1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok
2. Masing-masing kelompok menentukan ketua dan penyaji
3. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
 Membahas Pelaksanaan Rehabilitasi bagi pecandu dan korban
penyalahgunaan Napza pada anak mengacu pada prinsip pelaksanaan
rehabilitasi yang efektif dari NIDA
 Mengklasifikasikan dari prinsip-prinsip tersebut yang sudah berhasil diterapkan
dan yang belum diterapkan
 Mengklasifikasikan dari prinsip-prinsip tersebut yang sudah berhasil diterapkan
dan yang belum diterapkan
 Membuat bahan presentasi hasil diskusi
 Mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain menanggapi, dengan
ketentuan:
o Penyaji kelompok 1, moderator kelompok 2
o Penyaji kelompok 2, moderator kelompok 3
o Penyaji kelompok 3, moderator kelompok 1
4. Fasilitator mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 73
Lampiran 2
Latihan 1
Materi Inti I: KONSEP KELUARGA SEHAT TERKAIT PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

Petunjuk:
2. Peserta berkumpul membentuk lingkaran besar.
3. Masing-masing peserta diminta untuk memperkenalkan diri dan menyebutkan
peran yang dimiliki saat ini serta menjelaskan bagaimana mereka menjalankan
peran tersebut.
4. Saat seorang peserta berbicara, peserta lain diminta untuk mendengarkan dan
membandingkan peran yang dijalankan oleh orang lain dengan peran yang
mereka jalankan serta memberikan pendapatnya.
5. Fasilitator mengklarifikasi dan menyimpulkan pendapat dari peserta.

Latihan 2
Materi Inti I: KONSEP KELUARGA SEHAT TERKAIT PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 6 kelompok.
2. Masing-masing kelompok menentukan ketua dan penyaji
3. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
 Mendiskusikan contoh kasus yang diberikan dan membahasnya sesuai dengan
teori sistem ekologis dengan pembagian kasus sebagai berikut:
a. Kelompok 1, 2 dan 3 : kasus 1
b. Kelompok 4, 5 dan 6 : kasus 2
 Membuat bahan presentasi hasil diskusi
 Mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain menanggapi, dengan
ketentuan:
o Penyaji kelompok 1, moderator kelompok 2
o Penyaji kelompok 2, moderator kelompok 3

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 74
o Penyaji kelompok 3, moderator kelompok 4
o Penyaji kelompok 4, moderator kelompok 6
o Penyaji kelompok 5, moderator kelompok 6
o Penyaji kelompok 6, moderator kelompok 1
4. Fasilitator mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi.

Lembar kasus:
a. Kasus 1
R adalah seorang anak berusia 5 tahun.Saat ini bersekolah di TK. Suatu hari,
seorang temannya, A, menyikut R tanpa sengaja dan tidak meminta maaf
kepadanya. R kemudian menghampiri A dan menanyakan alasan tidak
meminta maaf, karena R diajarkan untuk meminta maaf jika menyakiti orang
lain. Namun Ahanya diam. Saat pulang sekolah, R menghampiri ayah A dan
mengatakan bahwa dia telah disakiti oleh A. Namun ayah A pun tidak meminta
maaf. Di rumah, ayah A menceritakan kejadian ini kepada istrinya dan istrinya
pun menghubungi ibu dari R. Ibu R tidak mengetahui masalah ini karena R
seperti ingin menyelesaikan sendiri masalahnya. Kedua orangtua kemudian
menuliskan masalah ini dalam buku penghubung sehingga guru kelas
mengetahui.Pada akhirnya masalah diselesaikan oleh guru kelas dengan
meminta A untuk menulis di kertas bahwa ia meminta maaf, karena sulit bagi A
untuk mengucapkan maaf. Kejadian ini membuat ayah A juga belajar untuk
bersedia meminta maaf jika melakukan suatu kesalahan.
b. Kasus 2
Nn. S adalah seorang anak yang percaya diri. Semenjak kecil ia selalu
dibiasakan orangtuanya untuk memberdayakan dirinya dan bertanggung jawab
mulai dari hal-hal sederhana. Orangtuanya selalu memberikan apresiasi dan
pujian pada S. S tumbuh menjadi anak yang yakin dengan kemampuan yang
dimiliki.Di rumah, S didorong untuk mencintai daerah kelahirannya.Orangtua
telah mengenalkan budaya dan nilai-nilai daerahnya sejak kecil.Dirinya
berprestasi disekolah dan mendapat kepercayaan menjadi duta budaya dari
daerah asalnya untuk menampilkan kebolehannya dalam skala
nasional.Ditengah keberhasilannya, keluarga S mendapat ujian.Ayahnya di
PHK sehingga S dan keluarga harus kehilangan rumah dan tinggal di tempat
yang baru guna merintis usaha keluarga.S juga membantu usaha
Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 75
keluarganya.S belajar dari ayahnya untuk tidak putus asa.S melihat dengan
kondisi ini justru membuat dirinya semakin dekat dengan orangtua.S tidak
pernah berhenti atau puas dengan prestasinya. Dia selalu berusaha
mempelajari hal-hal yang baru dan meningkatkan pengetahuannya sehingga ia
kemudian menjadi salah satu kandidat untuk menerima beasiswa sekolah di
luar negeri.

Latihan 3
Materi Inti I: KONSEP KELUARGA SEHAT TERKAIT PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok.
2. Masing-masing kelompok ditugaskan:
 Mendiskusikan peran yang akan mereka mainkansesuai dengan tahapan
perkembangan anak dengan pembagian sebagai berikut:
o Kelompok 1 : tahap bayi
o Kelompok 2 : masa kanak-kanak awal
o Kelompok 3 : prasekolah
o Kelompok 4 : usia sekolah
o Kelompok 5 : masa remaja
 Membuat rangkaian cerita sesuai dengan tahapan perkembangan. Kelompok
dapat menggunakan kasus/ peristiwa yang pernah dialami/ ditemui
 Membuat drama singkat tentang interaksi antara anak dan orangtua
 Menanggapi drama yang ditampilkan oleh kelompok lain dikaitkan dengan
peran caregiver
2. Fasilitator mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 76
Latihan 4
Materi Inti I: KONSEP KELUARGA SEHAT TERKAIT PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok
2. Masing-masing kelompok menentukan ketua dan penyaji
3. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
 Menyebutkan kembali materi yang telah dipelajari dengan menutup moduldan
menuliskannya di kertas flipchart
 Membuat bahan presentasi hasil diskusi
 Mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain menanggapi, dengan
ketentuan:
o Penyaji kelompok 1, moderator kelompok 2
o Penyaji kelompok 2, moderator kelompok 3
o Penyaji kelompok 3, moderator kelompok 4
o Penyaji kelompok 4, moderator kelompok 6
o Penyaji kelompok 5, moderator kelompok 1
5. Fasilitator mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil diskusi.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 77
Lampiran 3.
Latihan 1
Materi Inti 2: Peran Serta Orangtua dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza
pada Anak-Remaja

Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok.
2. Masing-masing kelompok menentukan ketua dan penyaji.
3. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
 Mengidentifikasi faktor risiko penyalahgunaan Napza pada kasus 1 (kasus
terlampir)
 Mengidentifikasi dan faktor protektif penyalahgunaan Napza pada kasus 2
(kasus terlampir)
 Melakukan deteksi dini adanya perubahan emosi dan perilaku pada kasus 1
dan 2 tersebut.
 Membuat bahan presentasi hasil diskusi (waktu u/ butir pertama s/d ketiga 10’)
 Mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain menanggapi (waktu u/ masing-
masing kelompok 10’), dengan ketentuan:

o Penyaji kelompok 1, moderator kelompok 2


o Penyaji kelompok 2, moderator kelompok 3
o Penyaji kelompok 3, moderator kelompok 1
4. Fasilitator melakukan klarifikasi dan menyimpulkan hasil penugasan

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 78
Kasus 1. The Beast
Seorang anak laki-laki, berusia 12 tahun bernama Sondi bertempat tinggal di
kawasan padat di daerah perkotaan dimana merupakan pusat dagang dan hiburan
siang maupun malam hari.Ia bersekolah di “SD Jodokali” yang tidak terlalu jauh
dari rumah Sondi. Karena terletak di daerah padat “SD Jodokali” tidak mempunyai
lahan untuk berbagai kegiatan ekstrakurikuler.Untuk menunjang biaya hidup
keluarga, ayah dan ibu bekerja berangkat dari rumah pukul 6 pagi dan baru pulang
kerja pada sore pukul 18.00.prestasi akademik Sondi pas-pasan karena sepulang
sekolah ia jarang belajar melainkan bermain dengan teman-teman di sekitar
rumahnya yang kebanyakan merokok. Sondi sendiri sejauh ini tidak merokok.

Kasus 2. The Beauty


Seorang anak perempuan berumur 9 tahun bernama Luna, anak kedua dari tiga
bersaudara.Kakak perempuannya berusia 12 tahun dan adik laki-lakinya berumur
6 tahun.Mereka bertiga bersekolah di sekolah “SD Teladan” terletak di kawasan
perumahan yang agak jauh dari tempat tinggal mereka.Ayah Luna adalah seorang
pegawai negeri yang setiap pagi berangkat kerja bersama-sama Luna beserta
kakak dan adiknya.Ibu Luna membuka usaha katering makanan di rumah dan
selalu menyempatkan diri menjemput Luna beserta kakak dan adiknya. Hampir
setiap sore Luna mempunyai kegiatan lain selain belajar di rumah: hari Senin
berenang, hari Selasa ikut belajar bahasa Korea, hari Rabu membantu pekerjaan
ibu di rumah, hari Kamis belajar mengaji, hari Jumat belajar menari, sedangkan
hari Sabtu dan Minggu seluruh keluarga berkumpul santai di rumah atau ke taman
rekreasi. Luna juga rajin beribadah.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 79
Latihan 2
Materi Inti 2: Peran Serta Orangtua dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza
pada Anak-Remaja

Petunjuk:
1. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok .
2. Masing-masing kelompok menentukan ketua dan penyaji.
3. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk:
 Membuat kasus seperti contoh kasus pada penugasan latihan1
 Tiap kelompok saling bertukar kasus dengan ketentuan:

o Kasus kelompok 1 diberikan kepada kelompok 2


o Kasus kelompok 2 diberikan kepada kelompok 3
o Kasus kelompok 3 diberikan kepada kelompok 1
 Mengidentifikasi faktor risiko dan faktor protektif penyalahgunaan Napza pada
kasus tersebut
 Melakukan deteksi dini adanya perubahan emosi dan perilaku pada kasus
tersebut.
 Membuat bahan presentasi hasil diskusi (waktu u/ butir pertama s/d ketiga 10’)
 Mempresentasikan hasil diskusi, kelompok lain menanggapi (waktu u/ masing-
masing kelompok 10’), dengan ketentuan:

o Penyaji kelompok 1, moderator kelompok 2


o Penyaji kelompok 2, moderator kelompok 3
o Penyaji kelompok 3, moderator kelompok 1
4. Fasilitator melakukan klarifikasi dan menyimpulkan hasil penugasan

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 80
Latihan 1
Materi Inti 3. Peran Serta Orang Tua Pada Anak dengan Penyalahgunaan Napza

Petunjuk

1. Peserta berpasang-pasangan 2 (dua) orang


2. Tiap pasang ditugaskan untuk bermain peran, satu orang berperan sebagai
orang tua dan seorang lagi berperan sebagai anak dengan 3 skenario yaitu:
a. Situasi anak mulai mencoba menggunakan Napza (eksperimental)
b. Situasi anak dengangangguan penggunaan Napza sedang
(rekreasional)
c. Situasi anak dengan gangguan penggunaan Napza berat (abuse-
dependen)
3. Fasilitator mengklarifikasi dan menyimpulkan hasil penugasan

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 81
Lampiran 4

Latihan 1.
Materi Inti 4. Pola Asuh Positif dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza

Role Play 1 membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak

Kasus A, ibu yang defensif

Ibu sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga di saat anak datang.Anak


menceritakan mengenai suasana sekolahnya yang membuatnya tidak nyaman.Ibu
tetap melakukan pekerjaan, bersikap seolah mendengarkan namun tidak memandang
anak dan tidak mendengar aktif saat anak bercerita.Ibu menjawab dengan nada tinggi
bahwa anaknya tidak dapat menyesuaikan diri dengan temannya. Ibu tidak
menunjukan perhatian dan pengertian terhadap perasaan anaknya, bahkan ia merasa
terancam saat anaknya menceritakan bahwa dirinya terancam. Komunikasi tidak
fokus, dan perasaan anak diabaikan.

Kasus B, ibu yang memahami anak

Ibu sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga di saat anak datang.Anak


menceritakan mengenai suasana sekolahnya yang membuatnya tidak nyaman.Ibu
menghentikan pekerjaannya, memandang anak, dan fokus mendengarkan cerita
anak. Ibu menjawab dengan sikap tenang, tubuh sedikit membungkuk ke depan anak
menunjukan perhatian, sehingga anak merasa diterima. Selanjutnya anak dapat
secara terbuka dan merasa nyaman menceritakan masalah dengan temannya.

Latihan 1

Petunjuk :

1. Peserta dibagi berpasangan.


2. Masing-masing kelompok menentukan peran sebagai orang tua dan anak.
3. Setiap kelompok memainkan peran bentuk komunikasi positif dan negative,
skenario dapat diambil dari contoh-contoh nyata ataupun buatan.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 82
4. Fasilitator menunjuk kelompok yang dapat tampil di depan untuk peserta
lainnya.
5. Fasilitator menggali apa yang dirasakan oleh pemeran dan kesulitan yang
dihadapi dan menanyakan peran mana yang akan mendapat hasil lebib baik.

Latihan 2

Petunjuk :

1. Peserta dibagi berpasangan.


2. Masing-masing kelompok menentukan peran sebagai orang tua dan anak.
3. Setiap kelompok memainkan peran bentuk dukungan positif dan negatif,
skenario dapat diambil dari contoh-contoh nyata ataupun buatan.
4. Fasilitator menunjuk kelompok yang dapat tampil di depan untuk peserta
lainnya.
5. Fasilitator menggali apa yang dirasakan oleh pemeran dan kesulitan yang
dihadapi dan menanyakan peran mana yang akan mendapat hasil lebib baik.

Latihan 3

Petunjuk :

1. Peserta dibagi berpasangan.


2. Masing-masing kelompok menentukan peran sebagai orang tua dan anak.
3. Setiap kelompok berlatih ketrampilan negosiasi dengan skenario yang sudah
dibuat.
4. Fasilitator menunjuk kelompok yang dapat tampil di depan untuk peserta
lainnya.
5. Fasilitator menggali apa yang dirasakan oleh pemeran dan kesulitan yang
dihadapi untuk bernegosiasi dan langkah apa yang dapat diambil.

Latihan 4

Petunjuk :

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 83
1. Peserta dibagi berpasangan.
2. Masing-masing kelompok menentukan peran sebagai orang tua dan anak.
3. Setiap kelompok berlatih teknik penerapan batasan dengan skenario yang
sudah dibuat.
4. Fasilitator menunjuk kelompok yang dapat tampil di depan untuk peserta
lainnya.
5. Fasilitator menggali apa yang dirasakan oleh pemeran dan kesulitan yang
dihadapi saat menetapkan batasan dan langkah apa yang dapat diambil.

Latihan 5

Petunjuk :

1. Peserta dibagi berpasangan.


2. Masing-masing kelompok menentukan peran sebagai orang tua dan anak.
3. Setiap kelompok berlatih untuk memberi pengawasan kepada anak, skenario
dapat berdasarkan cerita nyata sehari-hari atau dibuat.
4. Fasilitator menunjuk kelompok yang dapat tampil di depan untuk peserta
lainnya.
5. Fasilitator menggali apa yang dirasakan oleh pemeran dan kesulitan yang
dihadapi saat menerapkan pengawasan kepada anak serta bagaimana langkah
tepat yang diambil.

Modul TOT Keterampilan Pemberdayaan Orang Tua Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza 84

Anda mungkin juga menyukai