Anda di halaman 1dari 10

Tiga Penyebab Utama

Keruntuhan Uni Soviet


SEJARAH
DEC 22 2018
ALEXÉI TIMOFÉICHEV
Getty Images





Uni Soviet tampak perkasa pada pertengahan '80-


an. Lantas, mengapa negara itu runtuh hanya dalam
beberapa tahun? Karena ekonomi yang melemah
dan konflik etnis di dalam negeri? Jawabannya iya
dan tidak.
1. Harga minyak dan inefisiensi ekonomi
“Tanggal keruntuhan Uni Soviet sebetulnya sudah diketahui. Itu bukan pada
hari ditandatanganinya Piagam Belovezha atau pada kudeta Agustus (1991),
melainkan pada 13 September 1985 ketika Menteri Perminyakan Arab Saudi,
(Ahmed) Yamani, menyatakan bahwa negaranya keluar dari perjanjian
pembatasan produksi minyak dan mulai meningkatkan produksinya di pasar
minyak. Setelah itu, Arab Saudi meningkatkan produksi minyak sebesar 5,5
kali lipat dan harga minyak turun 6,1 kali lipat,” tulis Egor Gaidar, pakar
reformasi ekonomi di Rusia pasca-Soviet pada 1990-an dan sekaligus
pelaksana tugas perdana menteri Rusia pada 1992.
“Ketika harga minyak jatuh, seluruh kemungkinan untuk menghasilkan pendapatan (untuk
Uni Soviet) pun runtuh,” kata Pyotr Aven
Eduard Kobyak, Vyacheslav Undasin/TASS
Pyotr Aven, yang kala itu menjabat sebagai menteri hubungan ekonomi luar
negeri dalam kabinet Gaidar, dan kini merupakan seorang pengusaha
berpengaruh, mendukung interpretasi tersebut. “Itu adalah titik balik utama
pada 1986. Ketika harga minyak jatuh, seluruh kemungkinan untuk
menghasilkan pendapatan (untuk Uni Soviet) pun runtuh.” Aven
menyebutkan, pendapatan minyak mendanai kebutuhan biji-bijian (17 persen
biji-bijian Soviet diimpor). Uang itu juga digunakan untuk “menyuap para
elite” dalam bentuk barang jadi yang dibeli pemerintah dari Barat (Uni Soviet
tak mampu menghasilkan barang-barang dengan kualitas sebaik buatan
Barat) supaya barang-barang itu tersedia hingga ke lapisan atas. Di sisi lain,
turunnya harga minyak ternyata bertepatan dengan perlambatan ekonomi
yang, menurut Aven, dimulai pada 1960-an. Tren jangka panjang ini, yang
diperparah dengan penurunan pendapatan minyak, menyebabkan runtuhnya
model ekonomi Soviet.
Pada saat yang sama, beberapa ahli percaya bahwa, terlepas dari inefisiensi
ekonomi Soviet dan kelangkaan barang-barang pokok, situasi kala itu tidak
terlalu buruk. Vladimir Shlapentokh, sosiolog terkenal Soviet yang kemudian
menjadi warga negara Amerika, mengatakan, “Dalam dekade terakhir
(keberadaan Uni Soviet), tingkat pertumbuhan ekonomi terus menurun,
kualitas barang memburuk, dan kemajuan teknologi melambat …. Meski
demikian, kondisi kala itu sebetulnya lebih bersifat kronis daripada
fatal/mematikan. Layaknya orang yang sakit, masyarakat yang sakit pun
bisa berumur panjang ….” Memang, berdasarkan statistik resmi Soviet, PDB
negara baru mengalami penurunan untuk pertama kalinya pada 1990 (setahun
sebelum keruntuhan).

2. Konflik etnis
Di akhir '80-an, pada masa Perestroika, terjadi peningkatan kekerasan yang
disebabkan persaingan nasionalisme etnis di republik-republik Soviet.
Contoh pertama kekerasan etnis terjadi pada akhir 1986 di ibu kota
Kazakhstan, Almaty. Saat itu, anak-anak muda Kazakh yang tak puas dengan
pengangkatan kepala republik mereka, yang merupakan seorang beretnis
Rusia, berdemonstasi hingga menyebabkan kerusuhan. Akhirnya, pemerintah
mengirim pasukan untuk meredakan kerusuhan. Kemudian, ada pogrom
(pembunuhan besar-besaran) di kota Sumgait, Azerbaijan, dan aksi kekerasan
di Tbilisi, Baku, dan tempat-tempat lain di seluruh negeri. Konflik paling
berdarah terjadi di Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia, yang kadang-
kadang disebut sebagai “salah satu pemicu politis utama yang
mengawali disintegrasi Uni Soviet”. Pada akhir 1980-an, konflik etnis
berubah menjadi mematikan, menewaskan ratusan orang dalam pertempuran.
Konflik di Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia kadang-kadang disebut sebagai salah
satu pemicu politis utama yang mengawali disintegrasi Uni Soviet.
Sergey Titov/Sputnik
Namun, bahkan pada 1990, mayoritas republik Soviet tak ingin
meninggalkan Uni Soviet. Menurut sejarawan Rusia Aleksandr Shubin,
situasi kala itu terbilang relatif tenang. Dari 15 republik Soviet, hanya negara-
negara Baltik (Latvia, Lituania, dan Estonia) dan Georgia yang dengan tegas
ingin melepaskan diri. “Terlepas dari semua bahaya yang ditimbulkan
gerakan separatis nasionalis terhadap keutuhan Uni Soviet, mereka tak
memiliki cukup kekuatan untuk menghancurkan negara,” ujar sang
sejarawan.

3. Reformasi Gorbachev
Kinerja ekonomi yang buruk dan berkembangnya gerakan nasionalis tentu
berpengaruh pada kejatuhan Soviet, tetapi faktor yang benar-benar dianggap
memicu keruntuhan Negeri Tirai Besi adalah tindakan pemimpin negara itu
sendiri, yang dimulai pada pertengahan 1980-an dengan kebijakan
Perestroika Gorbachev. Ada teori konspirasi yang populer di Rusia bahwa
Gorbachev sengaja berusaha menghancurkan sosialisme dan Uni Soviet.
Namun, itu tak ditanggapi secara serius karena tidak ada indikasi apa pun
yang menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin melemahkan
kepemimpinannya sendiri.
Boris Yeltsin (kanan) ingin menciptakan Rusia yang merdeka./Getty Images
Sebaliknya, Perestroika mencoba mereformasi sistem Soviet, yang pada saat
itu menunjukkan tanda-tanda penurunan. Reformasi pertamanya, yang
disebut “percepatan” ekonomi, seharusnya melepaskan potensi “sosialisme
modern”. Shlapentokh menyebut reformasi ini “neo-Stalinis” karena
dilakukan dalam paradigma yang sama dengan kebijakan pendahulu
Gorbachev yang kejam.

Meskipun Gorbachev berniat baik, ekonomi gagal untuk “mempercepat” dan,


sebaliknya, kebijakannya yang tidak efektif malah melemahkan negara.
Sistem Soviet sebelum Gorbachev memang buruk, tetapi karena reformasinya
itu semua langsung berhenti berfungsi. Shlapentokh mengatakan, “Demi
memodernisasi ekonomi, Gorbachev memulai proses demokratisasi radikal
yang membuat kematian sistem Soviet dan negara menjadi tak terelakkan.”
Sementara itu, muncul aktor-aktor baru, di antaranya Boris Yeltsin, yang
ingin menciptakan Rusia yang merdeka. Ini berarti “kematian Uni Soviet
yang tak terhindarkan”.
Selanjutnya, baca juga bagaimana proses kehancuran Uni Soviet,
tapi dengan pendekatan yang lebih sederhana, seperti skenario drama
pendek!

Anda mungkin juga menyukai