Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

“INTRANATAL CARE”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

Departemen Maternitas di Puskesmas Singosari, Kabupaten Malang

Oleh:

DENNIS ERISTYA NATASYA

NIM. 180070300111052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
INTRANATAL CARE (INC)

1. Definisi
Intranatal adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu. Ibu dan keluarganya selama persalinan membutuhkan perawatan yang
khusus, karena proses kelahiran bukan hanya kejadian fisik semata, tetapi juga meliputi
hubungan dengan keluarga. perawat harus mendukung proses fisik yang alami,
meningkatkan pengalaman yang berarti untuk keluarga, dan waspada terhadap
komplikasi (Mitayani, 2009).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya
selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya.
Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya
komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada
ibu bersalin (Saifuddin, 2006 : 100).

2. Klasifikasi
a. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan Bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar, ekstraksi
dengan forcep atau dengan dilakukan sectio sesario.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban.

3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan


Faktor yang mempengaruhi proses persalinan menurut Prawiroharjo (1996) adalah:
1. Paritas
Serviks yang mengalami pembukaan yang lengkap memberikan tahanan yang lebih
baik.
2. Serviks yang kaku
Serviks yang memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang
persalinan.
3. Usia ibu
Pada primigravida muda yaitu 12-16 tahun sering didapatkan toxemia, sedangkan
umur yang lanjut biasanya membawa hipertensi obesitas & myoma uteri.
4. Interval antara persalinan
Jika interval melebihi 10 tahun maka kehamilan & persalinan menyerupai kehamilan
& persalinan pada primigravida.
5. Besarnya anak
Hal ini akan cenderung pada partus yang lebih lama baik dalam kala I maupun kala II

4. Tanda dan Gejala


1. Permulaan Terjadi Persalinan
Dengan menurunnya progesterone menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi2
otot rahim menyebabkan:
 Turunnya kepala, masuk PAP, pada primigravida minggu ke-36 dapat
menimbulkan sesak di bagian bawah, diatas simfisis pubis, sering ingin BAK atau
susah BAk karena kandung kemih tertekan kepala.
 Perut lebih lebar karena fundus uteri turun
 Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim &
tertekannya flexusfrankenhouse yang terletak sekitar serviks
 Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim
 Terjadi pengeluaran lender dimana lender penutup serviks dilepaskan
2. Gejala Persalinan
 Kekuatan his (kontraksi otot rahim) makin sering terjadi & teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek
 Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda2 yaitu pengeluaran lender yang
bercampur darah
 Dapat disertai ketuban pecah
 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu perlunakan,
pendataran & terjadi pembukaan serviks
3. Tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-35 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan:
 Pinggang terasa sakit yag menjalar ke depan
 Sifatnya teratur, interval makin pendek & kekuatannya makin besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Dibawa aktivitas makin bertambah
b. Pengeluaran lender & darah
Dengan his terjadi perubahan serviks yang menimbulkan:
 Pendataran & pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada servikalis lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran cairan
Sebagian besar ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap, dengan pecah
ketuban diharapkan persalinan berlangsung selama 24 jam.

5. Faktor Penting dalam Persalinan


a. Power (tenaga)
Power utama pada proses persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang
dihasilkan oleh kontraksi & retraksi otot2 rahim. Power/kontraksi & retraksi otot2
rahim plus kerja otot2 volunter dari ibu, yaitu kontraksi otot perut & diafragma
sewaktu ibu mengejan.
b. Passage (lintasan)
Janin harus berjalan lewat rongga panggul, serviks dan vagina sebelum
melahirkan untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan atau
resistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan sekitarnya.
c. Passenger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang paling
besar (karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin. Ukuran kepala leboh
besar daripada bahu & kurang lebih ¼ dari panjang bayi. 96% dari bayi dilahirkan
dengan bagian kepala lahir pertama.
d. Posisi
Merupakan indicator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin, apakah
sebelah kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu.
e. Psikolog
Pengalaman persalinan sebelumnya membawa trauma psikis atau
menyenangkan. Kesiapan emosi pasien menerima juga tergantung dari persiapan
financial, support system dari keluarga, teman dekat & lingkungan.

6. Tahap Persalinan
1. Kala I
Sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur (his sejati) sampai dilatasi serviks lengkap.
Primigravida : 6-18 jam
Multipara : 2-10 jam
a. Tanda dan gejala :
 His sudah Adekuat
 Penipisan dan pembukaan serviks sekurang – kurangnya 3 cm
 Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
b. His dianggap Adekuat bila :
 His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40
detik
 Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan
lagi bila dilakukan penekanan diujung jari
 Serviks membuka.
c. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembut
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan brlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( 10 cm )
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih pendek.
d. Pemeriksaan dalam
1) perabaan serviks
a. lunak dan pendataran serviks
b. masih tebal atau tipis
c. pembukaan dan arah serviks
2) ketuban
a. sudah pecah atau belum
b. pembukaan hampit lengkap : pecahkan ketuban
3) bagian terendah dan posisinya
a. leopold 3 dan 4
b. kepala : keras, bulat teraba sutura
c. letak kepala : penurunan kadar bidang hodge, ada caput succadeneum
atau tidak, berapa besarnya
d. bokong dikenal : lunak, deminatornya tulang sacrum
4) sifat flour albus
5) keadaan patologis : tumor, kekakuan serviks, halangan penurunan bagian
terendah
e. Pemeriksaan dalam idealnya dilakukan minimal 4 jam sekali
Bidang Hodge : untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin
turun dalam panggul
HI : bidang hodge yang sudah dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simfisis dan promontorium
H II : sejajar dengan hodge I, setinggi bagian bawah simfisis
H III : sejajar hodge I, II, setinggi spina ischiadica kiri dan kanan
H IV : sejajar bidang hodge I,II,III setinggi os coccigeus
f. Penanganan
1. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan
2. Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll.
3. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalina
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
5. Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah
buang air besar/kecil.
6. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup
minum
7. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
g. Kemajuan Persalinan dalam Kala I
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan Kala I
:
1. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi
2. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
3. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala
I:
1. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
2. Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif
3. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
h. Kemajuan pada kondisi janin
1. Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari 100 atau lebih
dari 180 denyut permenit ) curigai adanya gawat janin
2. Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna
digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi
3. Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama
tangani penyebab tersebut.
i. Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
1. Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau
kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V. dan berikan
anlgesia secukupnya.
2. Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
3. Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang
segera berikan dektrose IV.

Asuhan Persalinan Kala I


 Pengkajian awal
1. Melihat tanda perdarahan, mekonium atau bagian organ lain, tanda bekas operasi
& warna kulit ibu (kuning/kepucatan)
2. Tanya kapan tanggal perkiraan kelahiran
3. Periksa TTV untuk hipertensi & detak jantung untuk bradikardi
 Penilaian persalinan
1. Kemajuan persalinan
a. Riwayat persalinan
Permulaan timbul kontraksi uterus, selaput ketuban utuh/robek, perdarahan,
masalah dalam kehamilan terdahulu, terakhir makan minum, lama istirahat
b. Pemeriksaan abdomen
TFU, tanda bekas operasi, kontraksi uterus & penurunan kepala
c. Pemeriksaan vagina
Pembukaan serviks, penipisan serviks, ketuban, anggota tubuh bayi yang
sudah tampak
2. Kondisi ibu
 Pengklajian kartu ANC
 Pemeriksaan umum  TTV, BB, oedem, kondisi putting susu, kandung kemih,
pemberian makan minum
 Pemeriksaan laboratorium  urine (warna, kejernihan, bau, protein), darah (Hb)
 Pemeriksaan psikososial  perubahan perilaku, tingkat energy, dukungan
3. Kondisi janin
Gerakan, DJJ, letak janin, besar janin, tunggal/kembar, posisi janin (penurunan
bagian terendah, molase), jika selaput ketuban pecah (periksa warna, kepekatan,
jumlah cairan)
 Pemantauan
Pemantauan saat persalinan kondisi ibu & bayi dicatat dalam partograf yang dicatat:
Kemajuan persalinan:
1. His (frekuensi, lama, kekuatan) dikontrol ½ jam sekali pada fase akut
2. Fase penurunan bagian terendah (dikontrol tiap 4 jam)
3. Pemeriksaan abdomen/luar: penurunan kepala dikontrol 2 jam 1x pada fase akut
 Masalah keperawatan
1. Ansietas
2. Kurang pengetahuan/informasi
3. Defisit volume cairan
4. Nyeri
 Asuhan yang diberikan selama persalinan normal
a. Menghadirkan orang yang dianggap penting bagi ibu, seperti suami, keluarga
b. Mengatur aktivitas & posisi sesuai keinginan ibu
c. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara menarik nafas panjang
tahan sebentar lalu dilepaskan sewaktua da his
d. Menjaga privasi ibu
e. Penjelasan tentang kemajuan persalinan
f. Menjaga kebersihan diri
g. Mengatasi rasa panas
h. Masase pada punggung, mengusap perut dengan lembut
i. Pertahankan kandung kemih tetap kosong
j. Sentuhan pada salah satu bagian tubuh

2. Kala II
a) Waktu
- 30 menit – 3 jam (primigravida)
- menit – 30 meit (multipara)
b) Tanda dan gejala :
 Ibu ingin meneran
 Perineum menonjol
 Vulva dan anus membuka
 Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
 Kepala telah turun didasar panggul
 Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa meneran.
c) Penanganan
1. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu
agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
2. Menjaga kebersihan diri
3. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
4. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan
ibu
5. Mengatur posisi ibu
6. Menjaga kandung kemih tetap kosong
7. Memberikan cukup minum
d) Posisi saat meneran
1. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
2. Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas
3. Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 )
e) Kemajuan persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala
II:
1. Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
2. Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan tahap
kedua
1. Tidak turunnya janin dijalan lahir
2. Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
f) Kelahiran kepala Bayi
1. Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi
lahir
2. Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
3. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
4. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah
Periksa tali pusat:
1. Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali pusat
melalui kepala bayi
2. Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat kemudian
digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi leher bayi.
g) Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya
1. Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
2. Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
3. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
4. Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
5. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil
menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
6. Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
7. Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernafasan
bayi , Jika bayi menangis atau bernafas ( dada bayi terlihat naik turun paling
sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
8. Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan segera
mulai resusitasi bayi
9. Klem dan pototng tali pusat
10. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dada
siibu.
11. Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan
pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya
panas tubuh.

Asuhan Persalinan Kala II


 Pengkajian
a. Hasil pemeriksaan dalam
b. Tanda2 kala II, TTV
c. Respon klien
d. Koping klien selama kontraksi
 Pemantauan
a. Usaha mengejan & palpasi kontraksi uterus selama 10 menit
b. Periksa nadi & TD: 30 menit, keadaan dehidrasi, perubahan sikap, tenaga ibu
c. Periksa DJJ setiap 15 menit, penurunan presentasi & perubahan posisi,
warna cairan bila sudah keluar
 Masalah keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Ansietas
c. Nyeri
d. Koping individu tidak efektif

3. Kala III
a. Berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir
b. Hanya beberapa menit setelah bayi lahir, plasenta baru lahir 45-60 menit
c. Manajemen Aktif Kala III
1. Pemberian oksitosin dengan segera
2. Pengendalian tarikan tali pusat
3. Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
d. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
1. Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
2. Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi
guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg.
IM.
3. Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
 Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis.
Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso
kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
 Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan
vulva.
 Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (
2-3 menit )
 Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-
menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
4. PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
5. Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan ke
bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat
memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk
mengeluarkan selaput ketuban.
6. Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase fundus
agar menimbulkan kontraksi.
7. Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam
waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak waktu
15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.
8. Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks
atau vagina atau perbaiki episotomi.
e. Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a) Perdarahan
b) Kelengkapan plasenta
c) Ada tidaknya plasenta suksenturiata
d) Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri
e) Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri
f) Pemberian uterotunika bila perlu
g) Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting
f. Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta
a) Perdarahan peurperium berkepanjangan
b) Bahaya infeksi
c) Polip plasenta
d) Degenerasi gana >> kuriokarsinoma

Asuhan Persalinan Kala III


 Pengkajian
a. Palpasi uterus untuk menentukan ada bayi kedua atau tidak
b. Menilai apakah BBL dalam keadaan stabil
 Manajemen aktif kala III
a. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin untuk memulai pelepasan
plasenta
b. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang
mempercepat pelepasan plasenta
c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
d. Masase fundus untuk menimbulkan kontraksi segera setelah placenta &
selaput lahir, hal ini dapat mengeluarkan darah & mencegah perdarahan PP
 Tanda pelepasan placenta
a. Tali pusat tambah panjang
b. Pancaran darah
c. Bentuk uterus

4. Kala IV
a. Masa pemulihan yang terjadi segera sehingga homeostatis berlangsung dengan
baik (2 jam PP)
b. Periode penting untuk memantau adanya komplikasi
c. Penanganan
1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah
untuk menghentikan perdarahan .
2. Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
3. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan
dan minuman yang disukainya.
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
5. Biarkan ibu beristirahat
6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
7. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena
masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
9. Ajari ibu atau keluarga tentang :
a) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
d. Hal – hal yang harus diperhatikan
a) Kontraksi uterus harus baik
b) Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain
c) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
d) Kandung kemih harus kosong
e) Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma
f) Bayi dalam keadaan baik
g) Ibu dalam keadaan baik
Asuhan Persalinan Kala IV
 Pemantauan
Selama kala IV, ibu sipantau setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran
plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.
a. Fundus  rasakan apakah kontraksi kuat
b. Placenta  periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada sisa
placenta
c. Selaput ketuban  periksa kelengkapannya
d. Perineum  periksa luka robekan pada perineum & vagina yang harus dijahit
e. Memperkirakan pengeluaran darah
f. Lokhea  jika uterus berkontraksi kuat, lokhea kemungkinan tidak lebih dari
menstruasi
g. Kandung kemih  periksa & pastikan tidak penuh, karena dapat
menghalangi uterus berkontraksi
h. Kondisi ibu  periksa setiap 15 menit pada jam pertama & 30 menit pada
jam kedua setelah persalinan
i. Kondisi BBL  apakah bayi bernafas baik, bayi kering & hangat, bayi
disusui/tidak

Langkah- Langkah Pertolongan Persalinan Normal


1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5 sampai
6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang kaku dapat
dilakukan episiotomi median, mediolateral atau lateral.
2. Episotomi dilakukan pada saat his dan, mengejan untuk mengurangi sakit, tujuan
episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan
melakukan adaptasi.
3. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak terjadi
robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan ekspulsi.
4. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung
dibersihkan dari lender, kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam guna
menyesuaikan os aksiput ke arah punggung. Periksa tali pusat, jika tali pusat melilit
leher, coba untuk melepaskan lilitan tesebut melalui kepala janin.
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam kebawah
untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang
setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.
6. Setelah bayi lahir seluruhnya, angkat kepala bayi dan punggungnya pada satu
tangan dan tangan lainnya mengangkat bokog. Rendahkan posisi kepala bayi agar
cairan / mukus dapat keluar. Jalan nafas dibersihkan dengan menghisap lendir
sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan nafas
bebas dari hambatan.
7. Keringkan bayi untuk mencegah hipotermi, letakkan bayi diatas perut ibunya, selimuti
bayi dan biarkan ibu memeluk bayinya.
8. Klem tali pusat dengan menggunakan dua buah klem steril, jepitkan klem yang satu
kurang lebih 3 cm dari ujung tali pusat pada bayi dan klem yang lain sekitar 2 cm
diatas klem yang pertama.
9. Gunting tali pusat dilokasi antara klem yang pertama dengan klem yang kedua.
Biarkan klem yang kedua tetap pada tempatnya. Ikat tali pusat dengan benang steril
dibawah klem yang pertama.
10. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
a. Setelah bayi menagis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah
berkembang dengan sempurna.
b. Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang
aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc.
c. Pada bayi premature pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga darah
yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengurangi
terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus.
11. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya
12. Tunggu hingga plasenta terlepas dan jangan menarik tali pusat. Anjurkan ibu untuk
meneran untuk melahirkan plasenta. Secara perlahan keluarkan membran plasenta
dengan menggunakan gerakan hingga plasenta terlepas. Letakkan plasenta pada
baki kemudian periksa keutuhan membran plasenta.
13. Ukur jumlah perdarahan di tahap II.
14. Periksa keadaan uterus, secara perlahan lakukan pemijatan uterus dan peragakan
pada ibu cara untuk melakukan pemijatan uterus sendiri.
15. Menjahit luka spontan atau luka episiotomy.
Bersihkan area perineum dan gunakan pembalut.
7. PATHWAY

Kala I
Penurunan hormone Plasenta tua Iritasi mekanis

Estrogen menurun, Rangsangan estrogen Penekanan serviks oleh


progesterone menurun bagian terbawah janin
Peningkatan estrogen
Kontraksi otot polos Penekanan plexus tranken
Sintesa prostaglandin lause
Peningkatan kontraksi meningkat
uterus Peningkatan kontraksi
Konsentrasi actin myosin,
ATP meningkat

Kontraksi (his)

Kala I fase laten Kala I fase aktif


Pembukaan serviks Keadaan psikologis Penurunan bagian Pembukaan serviks
(1-3 cm) bawah janin (4-10 cm)
Krisis maternal
Dilatasi serviks Penekanan vesika Dilatasi jaringan
Ansietas urinaria serviks
Menekan saraf
sekitar Perubahan Perobekan
eliminasi urin pembuluh darah
Pelepasan kapiler
mediator nyeri Mekanisme tubuh
perdarahan
Persepsi nyeri Sekresi kelenjar
sebasea meningkat
Nyeri
Diaphoresis

Resiko deficit volume cairan

Resiko syok hipovolemik


Kala II
Kepala masuk PAP

His cepat dan lebih kuat

Tekanan pada otot2 panggul

Menekan vena cava Energy yang dibutuhkan Reflex meneran


inferior semakin banyak
Usaha meneran
Hambatan aliranbalik Intake oral tetap
vena Kelelahan
Kelemahan/keletihan
CO2 menurun
Kekuatan otot menurun
Curah jantung meningkat
Kemampuan meneran
Merangsang reseptor menurun
nyeri
Persalinan lama
Nyeri
Usaha memperlebar jalan
Merangsang adrenalin lahir

Kelenjar sebasea Episiotomy


meningkat
Nyeri, resiko infeksi,
Keringkat berlebih perdarahan

Diaphoresis

Ketidakseimbangan
elektrolit, deficit volume
cairan
Kala III
Janin keluar

Ibu kelelahan

Ibu tidak kuat Ibu kuat

Kontraksi jelek Mampu meneran

Plasenta tidak keluar Uterus kontraksi

Plasenta keluar
Pengeluaran Resiko HPP
plasenta secara
manual Hipovolemia Komplit Inkomplit
vaskuler
Kontraksi baik Kontraksi buruk
Resiko deficit
volume cairan

Perubahan CO

Sirkulasi
terganggu

Gangguan
perfusi jaringan

Kala IV
Proses persalinan plasenta

Kebutuhan Tempat Robekan Kontraksi


energy insersi jalan lahir uterus
meningkat plasenta kurang
Diskontinuitas Pertahanan
Intake Pelepasan jaringan primer Kontusio
kurang jaringan inadekuat uteri
nekrotik Pelepasan
Produksi mediator Terbukanya HPP
energy Lochea inflamasi port de entry
menurun kuman Deficit
Tempat Ambang nyeri vol.cairan
Kelelahan berkembang menurun Resiko
kuman infeksi CO
Nyeri menurun

Gangguan
perfusi
jaringan
perifer
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman Perencanaan
dan Dokumentasi Perawatan Klien, Ed.2. Jakarta : EGC
Gary dkk. 2005. Obstetri Williams, Ed.21. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta, 1998
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Rustam M, Lutan D, Sinopsis obstetri, Medan 1999: 91-118
Saifuddin AB, Adriansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo,
Jakarta, 2000: 3-5,145-150.
Saifuddin AB, Winknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta 2002. N6-22.
Sarwono Pawirohardjo Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
penerbit Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 2002.
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta :PT. Bina Pustaka
Wiknjosastro H. Fisiologi Dan Mekanisme Persalinan Normal. Edisi Ketiga.Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiharjo. Jakarta, 1999 : 180-191.

Anda mungkin juga menyukai