Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KDK

SEMESTER II

RSUD AMBARAWA SEMARANG

Disusun Oleh :

Fara Aqnes Sari

P13374242115018

DIII Kebidanan Semarang Semester II

PRODI DIII KEBIDANAN SEMARANG

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2015/2016


REKAPITULASI PENCAPAIAN TARGET PRAKTIK KLINIK KDK
SEMESTER II

Nama : Fara Aqnes Sari


NIM : P1337424115018
Kelas : DIII Kebidanan Semester II

No Target Kompetensi Target Tercapai Paraf


Pembimbing

1. Pencegahan Infeksi 20

2. Pengukuran tanda vital 20

3. Pemeriksaan fisik ibu, bayi dan balita dari 10


kepala hingga kaki (Head to toe)

4. Pemasangan NGT dan memberikan nutrisi 2


melalui NGT

5. Pemasangan dan perawatan Kateter 5

6. Memasang infus dan transfusi serta 10


merawatnya

7. Memandikan pasien 5

8. Vulva hygiene 5

9. Membantu klien ambulasi dini 10

10. Oksigen dengan berbagai metode 5

11. Perawatan jenazah 1

12. Persiapan dan pengambilan spesimen untuk 10


pemeriksaan laboratorium: darah, urine,
feces dan cairan vagina

13. Pemberian obat: oral, sublingual, inhalasi, 20


kulit, parenteral,vaginal, rectal

14. Melakukan injeksi :


a. Intracutan 3
b. Subcutan
c. Intramuscular 5
d. Intravena
10
10
15. Penjahitan luka dan pengangkatan jahitan 20

16. Perawatan Luka 20

17. Melaksanakan asuhan pre dan post operasi 5

18. Manajemen nyeri, kompres, relaksasi, 10


masase

Semarang, ………………………………

Mengetahui Bagian Praktik


Dosen Pembimbing

………………………………………. Farida Sukowati, SST, M. Kes


NIP. NIP. 198201082005012002
LAPORAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA TN. M DENGAN ASMA BRONCHIALE DI RUANG MELATI
RSUD AMBARAWA

Disusun Oleh :

Fara Aqnes Sari

P13374242115018

DIII Kebidanan Semarang Semester II

PRODI DIII KEBIDANAN SEMARANG

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2015/2016


LAPORAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA TN. M DENGAN ASMA BRONKHIALE DI RUANG MELATI
RSUD AMBARAWA

BAB I : TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori dari Penyakit Klien


1. Pengertian Asma Bronkhiale
Paru-paru merupakan organ yang penting yang merupakan salah satu organ
vital manusia. Paru-paru bertugas sebagai pertukaran oksigen yang sangat dibutuhkan
oleh manusia dan bertugas mengeluarkan karbondioksida sisa dari proses pernapasan
oleh tubuh. Paru-paru merupakan organ vital yang terletak dibawah tulang rusuk
yang dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru melalui berbagai faktor. Salah
satunya yitu penyakit Asma, yaitu terjadinya penyempitan sementara pada saluran
pernapasan sehingga membuat penderita kesulitan bernafas.
Asma bronkhiale adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam
rangsangan. Penyempitan saluran pernapasan ini bersifat sementara dan dapat kembali
seperti semula, baik tanpa obat maupun dengan obat (Admin, 2011).

2. Penyebab Asma Bronkhiale


Penyebab Asma Bronkhiale belum diketahui saat ini, tetapi ada beberapa hal
yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhiale:

1. Genetik atau disebut faktor predisposisi

Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.

2. Alergen (faktor presipitasi)

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:


a.Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.

b.Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan

c.Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan
jam tangan.

3. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan
debu.

4.Stress

Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma
yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah
pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.

5.Olah raga/aktivitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani
atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

3. Tanda dan Gejala

Gambaran klinis asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie
(wheezing) dan sebagian penderita disertai nyeri dada). Pada awal serangan sering
gejala tidak jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai
pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada
perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih
kadang-kadang purulent (Suyono, Slamet. 2002: 23).

Tanda dan gejala yang ditemukan pada asma bronkhial adalah: Sesak
napas/dispnea, Batuk yang disertai lendir/batuk kering, Nyeri dada, Adanya suara
nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari
dan memburuk pada malam hari, Kemerahan pada jaringan.

Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain :Barrel chest, Sianosis,
Gangguan kesadaran, Takikardi, Peningkatan tekanan darah, Pernafasan yang cepat
dan dangkal, Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan, Dahak lengket dan
sulit untuk dikeluarkan, Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest).

4. Mekanisme Penyakit
Diagram Mekanisme terjadinya Asma bronkhiale

Gambar 1.1 Mekanisme terjadinya asma bronkhiale (Crockett, A. 2000. Penanganan


Asma dalam Penyakit Primer. Jakarta : Hipocrates)

Asma bronkhiale ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asthma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus
yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran men geluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

5. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul :
1. Kaji pola nafas dan Bersikan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret.
2. Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi atau tidak mengenal
informasi.
5. Awasi tanda-tanda vital pasien.
6. Penatalaksanaan

Pengobatan pada asma bronkhiale terbagi 2, yaitu:

1. Pengobatan non farmakologik:


o Penyuluhan: Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
o Menghindari faktor pencetus: Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus
serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari
dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi
klien.
o Fisioterapi: Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.
Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.

Terbagi dalam 2 golongan :

a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)


Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin) ->obat pencegah asma
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin
(Amilex), sabutamol 4 mg (3x1 tablet) oral , ambroxol (3x1 tablet) oral,
D5+aminofilin 1 amp 10 tetes, injeksi dexamathason (1 amp/12 jam)

3. Pengobatan selama serangan status asma


a) Infus RL 20 tpm
b) Pemberian oksigen 3 liter/menit melalui nasal kanul
c) Ambroxol 3x1 tablet, sabutamol 4 mg (3x1 tablet)
d) D5+aminofilin 1 amp 10 tetes secara intra vena.
e) Dexamatason 1 amp/6jam secara intra vena.
B. Tinjauan Teori Prioritas Kebutuhan Dasar Klien

1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi


Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel – sel tubuh. Secara normal
elemen tersebut diperoleh dngan cara menghirup oksigen setiap kali bernapas.

Oksigenasi adalah memberikan aliran gas O2 lebih dari 21% pada tekanan atmosfer
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas
berbagai organ atau sel.

2. Penyebab Kekurangan Oksigen


Penyebab kekurangan Oksigen secara umum berupa :
1) Saraf otonomik
Ketika simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom terjadi rangsagan, ujung
saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis dapat
mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk
parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkokontriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat aseptor adrenergic
dan reseptor kolinergik.
2) Hormon dan obat
Semua hormon dapat melebarkan saluran pernapasan, dan obat yang tergolong
parasimpatis dapat melebarkan saluran napas.
3) Alergi pada saluran pernapasan
Debu yang terdapat didalam hawa pernafasan, bulu binatang, kapas, makanan
dapat menganggu saluran pernapasan.
4) Faktor pengermbang
5) Faktor lingkungan
6) Faktor perilaku (pola makan)

3. Kebutuhan Oksigen
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
funsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan salah satu sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Seringkali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen.
Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak
kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi
ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

4. Macam-Macam pemberian oksigen


1) Nasal kanul
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan nasal
kanul. Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi relative rendah saat
kebutuhan oksigen minimal. Untuk memberikan oksigen yang tidak terputus
saat makan atau minum.

2) Masker Wajah
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan dengan masker
wajah. Untuk memberikan tambahan oksigen dengan kadar selang konsentrasi
dan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan canul.

3) Tenda wajah
Memberikan tambahan oksigen pada klien yang kebutuhan dengan tenda
wajah. Untuk memberikan kelembapan tinggi, memberikan oksigen bila
masker tidak ditoleransi, dan untuk memberikan oksigen aliran tinggi saat
dihubungkan dengan sistem venturi.

5. Masalah Terhadap kebutuhan oksigenasi


1) Bradipnea
Frekuensi pernapasan teratur namun lambat secara tidak normal (kurang dari
12x/menit) jadi kebutuhan oksigen dalam tubh tidak tercukupi akibat
defisiensi oksigen, sehingga kulit menjadi kebiruan(sianosis).
2) Takipnea
Frekuensi pernapasan teratur namun cepat secara tidak normal (24 x/menit)
3) Hiperkapnea
Retensi CO2 adalam tubuh sehingga PCO2 meningkat ( akibat hipoventiasi)
sehingga akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
4) Hipokapnea
Berkurangnya CO2 tubuh dibaah batas normal, sehingga rangsangan terhadap
pusat pernapasan menurun.
5) Apnea
Pernapasan berhenti untuk beberapa detik. Penghentian persistem
mengakibatkaan henti nafas.
6) Hiperventilasi
Frekuensi dan kedalaman pernapsan meningkat.
7) Hipoventilasi
Frekuensi penapsan abnormal dalam kecepatan dan kedalaman.
8) Pernapsan cheyne-stokes
Frekuensi dan kedalaman pernapasan tidak tertur, ditandai dengan periode
apnea dan hiperventilasi yang berubah-ubah. Siklus pernapsan semula naik
kemudian menurun dan berhenti kemudian mulai dari siklus baru.
9) Pernapasan kusmaul
Pernapsan cepat secara tidak normal dan frekuensi meningkat, misal dalam
keadaan asidos metabolik.
10) Pernapasan biot
Pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua atau tiga napas diikuti
periode apnea yang tidak teratur.
11) Dispnea
Merupakan perasaan sesak dan berat saat pernapasan.
12) Orthopnea
Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan
pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
13) Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan dimana dinding paru bergerak berlawanan arah dari
keadaan normal.
14) Stidor
Erupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernapasan.

6. Menghitung pemberian oksigenasi


a) Sistem aliran rendah
-Kanul nasal : aliran 1-6 L/mnt, konsentrasi O2 24%-44%
-Masker sederhana : aliran 5-8 L/mnt, konsentrasi O2 40-60%
-Masker rebreaing : aliran 8-12 L/mnt, konsentrasi 02 60-80%
-Masker non rebreathing: aliran 8-12 L/mnt, konsentrasi O2 mencapai 99%
b) Sistem aliran tinggi contoh: masker ventury, aliran udara 4-14 L/mnt,
konsentrasi 30-55%
Rumus pemberian O2
MV = VTxRR
Keterangan:
MV =Minute ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit
VT = Volume tidal, 6-8 ml/kg bb
RR = Redpiration Rate
Misal : Berat badan 50 kg, RR 30x/menit
MV = VTxRR
=(50 kg x (6-8 ml)) x 30
=9000-1200 ml/mnt
=9-12 L/menit

7. Intake dan Output


Intake Output

Mengatur asupan nutrisi Pasien merasakan lebih segar dan


tidak lemas
Memberikan oksigenasi melalui Nasal Pasien dapat bernafas dengan baik
kanul dan sesak nafas berkurang
8. Tindakan Keperawatan untuk Pemenuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ dan kehidupan sel

Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian


oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara
penghisapan lendir (suction)

Tujuan :

1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan

2. Untuk menurunkan kerja paru-paru

3. Untuk menurunkan kerja jantung

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi,


kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.

Pemasangan oksigenasi dengan kanul nasal

Kanul Nasal : Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-


6lt/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%

Cara pemasangan:

 Terangkan prosedur pada klien


 Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
 Atur peralatan oksigen dan humidiflier
 Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran
oksigen yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
 Masukan ujung kanula ke lubang hidung
 Fiksasi selang oksigen
 Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan
 Tanyakan respon pasien terhadap pemasangan oksigen
 Rapikan alat dan berpamitan kepada pasien
 Pendokumentasian kegiatan
Daftar Pustaka :

Harahap, Ikhsanudin Ahmad. 2004. Terapi oksigen dalam Asuhan Keperawatan. Program
Studi ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Judith M.Wilkinson. 2007. Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan Kriteria hasil
NOC

Brunner & Suddart. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.

Crockett, A. 2000. Penanganan Asma dalam Penyakit Primer. Jakarta : Hipocrates.

Anda mungkin juga menyukai