Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

“HIPOTIROIDISME”

DISUSUN OLEH:

KELAS 6B

1. ALIFFIA YULANDA PRABAWATI (1611020068)


2. FINI ALFIANI CANTIGI RAM (1611020088)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipertiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini
terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai optimal (Smeltzer, 2002).
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensihormone
tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotirod merupakankeadaan kurang aktifnya
kelenjar tiroid yang menyebabakan sekresi hormontiroid tidak terjadi atau mengalami
penurunan. Hipotiroid adalah suatupenyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang
dikikuti tanda dangejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor
penyebabnyaakibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital
atauseiring perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanyapenurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatankadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon).
Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan
paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Dibedakan hipotiroidisme
klinis dan hipotiroidisme subklinik. Hipotiroidisme klinik ditandai dengan kadar TSH
tinggi dan kadar fT4 rendah, sedangkan pada hipotiroidisme subklinis ditandai dengan
TSH tinggi dan kadar fT4 normal, tanpa gejala atau ada gejala sangat minimal.
Hipotiroidisme merupakan kumpulan tanda dan gejala yang manifestasinya tergantung
pada: usia pasien, cepat tidaknya hipotiroidisme terjadi, dan ada tidaknya kelainan lain
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
B. Etiologi
1. Hipotiroidisme pada dewasa
a. Produksi hormone tiroid yang tidak adekuat, biasanya sesudah tiroidektomi atau
terapi radiasi atau akibat inflamasi, tiroiditis autoimun yang kronis (penyakit
Hashimoto) atau keadaan seperti amyloidosis serta sarkoidosis (jarang).
b. Kegagalan hipofisis memproduksi TSH, kegagalan hipotalamus memproduksi
TRH (Thyrotropin-Releasing Hormone), kelainan bawaan sintetis hormone tiroid,
defisiensi yodium (biasanya dari makanan), atau pemakaian obat-obat antitiroid,
seperti propiltiourasil.
2. Hipotiroidisme pada anak
a. Perkembangan embrionik mengalami defek (penyebab paling sering) sehingga
timbul kelainan konginital, yakni kelenjar tiroid tidak terdapat atau tidak
berkembang (kretinisme pada bayi)
b. Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin (penyebab paling
sering berikiutnya).
c. Obat-obat anti tiroid yang digunakan selama kehamilan dan menyebabkan
kretinisme pada bayi (penyebab yang jarang dijumpai).
d. Tiroiditis autoimun yang kronik (kretinisme trjadi sesudah usia 2 tahun)
e. Defisiensi yodium selama kehamilan
(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011)

C. Patofisiologis
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid danpada
pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kroniskelenjar tiroid dan
atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensipenderita hipotiroidisme
meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipatangka kejadiannya pada wanita
dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenitaldijumpai satu orang pada empat ribu
kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akanberkompensasi
untuk meningkatkan kompensesi untuk meningkatkansekresinya sebagai sebagai
respons terhadap rangsangan hormone TSH.Penurunan sekresi hormon kelenjar
tiroid akan menurunkan lajumetabolisme basal yang akan mempengaruhi semua system
tubuh. Prosesmetabolik yang dipengaruhi antara lain:
1. Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)
2. Penurunan motolitas usus
3. Penurunan detak jantung
4. Gangguan fungsi neurologic
5. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemakdimana akan
terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehinggaklien berpotensi mengalami
atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidropilik di rongga pleura, cardiak dan
abdominal sebagai tanda darimixedema. Pembentukan erosit yang tidak optimal
sebagai dampak darimenurunnya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami
anemia.
D. Pathway

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. T3 dan T4 serum menurun
2. TSH meningkat pada hipotiroid primer
3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap TRH
mendatar- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat
4. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus
F. Penatalaksanaan
Penanganan meliputi:
1. Terapi sulih hormone tiroid secara bertahap dengan preparat sintetik T4 dan kadang-
kadang dengan T3.
2. Pembedahan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar tiroid.
Penatalaksanaan keperawatan
1. Modifikasi Aktivitas
Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga dan letargi sedang
hingga berat. Sebagai akibatnya, risiko komplikasi akibat imobilitas akan meningkat.
Kemampuan pasien untuk melakukan latihan dan berperan dalam berbagai aktivitas
menjadi.
2. Pemantauan yang berkelanjutan
Pemantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama penegakan
diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi: kemunduran status fisik serta mental,
tanda-tanda serta gejala yang menunjukan peningkatan laju metabolik akibat terapi
yang melampaui kemapuan reaksi sistem kardiovaskuler dan pernafasan, dan
ketarbatasan atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan.
3. Pengaturan suhu
Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoeransi yang ekstrim
terhadap hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan nersuhu nyaman atau panas.
4. Dukungan emosional
Setelah kondisi hopotiroidisme berhasil diobati dan semua gejalanya sudah berkurang,
pasien dapat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat dari progresifitas serta
intensitas gejala yang timbul. Pasien dan keluarganya harus diberitahu bahwa semua
gejala tersebut.
5. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter meskipun
gejala sudah membaik.
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta: EGC
Corwin J. Elisabet. 2004. Patofisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Mayer., Welsh dan Kowalak, 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai