M
DENGAN STROKE
DI RUANG MELATI
RSUD AMBARAWA
Disusun Oleh :
P13374242115018
JURUSAN KEBIDANAN
2. Penyebab Stroke
Penyebab terjadinya stroke adalah :
2). Embolus
b. Stroke Haemoragik
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah
di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus gangguan
pembuluh darah otak dan merupakan persepuluh dari semua kasus penyakit ini.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria serebri.
- Migran
- Kondisi hyperkoagulasi
Faktor Resiko : - Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat
keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan
heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria. - Yang dapat diubah : hypertensi,
diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan obat dan alcohol, hematokrit
meningkat, bruit karotis asimtomatis, hyperurisemia dan dislidemia.
-Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralysis satu mata), Muka terasa
baal.
-Terasa baal pada ekstremitas atas dan juga mungkin menyerang wajah.
-Gejala paling primer adalah kebingungan, Rasa kontralateral lebih besar pada tungkai,
Lengan bagian proksimal mungkin ikut terserang, Timbul gerakan volunter pada
tungkai terganggu, Gangguan sensorik kontra lateral, Dimensi reflek mencengkeram
dan refleks patologis
Mono paresis atau hemiparesis kontra lateral (biasanya mengenai lengan), Kadang-
kadang heminopsia kontralateral (kebutaan), Afasia global (kalau hemisfer dominan
yang terkena), Gangguan semua fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan dan
komunikasi
4. Mekanisme Penyakit
Diagram Mekanisme terjadinya Stroke :
Aliran darah di setiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka terjadi
kekurangan oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin
akibat iskemia imun (karena henti jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses
kesukaran bernafas suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area
infark (kematian jaringan). (Sumber : Hudak dan Gallo). Perdarahan intraksional
biasanya disebabkan oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi darah terjadi di daerah otak
atau subarachnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tertekan. Darah ini
sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri di
sekitar pendarahan, spasme ini dapat menyebaar ke seluruh hemisfer otak, bekuan
darah yang semua lunak akhirnya akan larut dan mengecil, otak yang terletak di sekitar
tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Infark regional kortikal,
sub kortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi karena daerah perdarahan
suatu arteri tidak/ kurang mendapat aliran darah. Aliran/ suplai darah tidak disampaikan
ke daerah tersebut oleh karena arteri yang bersangkutan tersumbat atau pecah. Sebagai
akibat keadaan tersebut bias terjadinya anoksia atau hypoksia. Bila aliran darah ke otak
berkurang sampai 24-30 ml/100 gr jaringan akan terjadi ischemia untuk jangka waktu
yang lama dan bila otak hanya mendapat suplai darah kurang dari 16 ml/100 gr jaringan
otak, maka akan terjadi infark jaringan otak yang permanen.(Sumber : DepKes 1993)
5. Diagnosa
Untuk membuat diagnosis keperawatan yang akurat, perawat harus mampu
melakukan hal berikut yaitu mengumpulkan data yang valid dan berkaitan,
mengelompokkan data, membedakan diagnosis keperawatan dari masalah kolaboratif,
merumuskan diagnosis keperawatan dengan tepat, dan memilih diagnosis prioritas
(Carpenito & Moyet, 2007) meliputi :
3) Vasospasme serebral
4) Edema serebral
1) Kerusakan neuromuskuler
2) Kelemahan, parestesia
3) Paralisis spastis
4) Kelemahan/ kelelahan
3) Nyeri/ ketidaknyamanan
4) Depresi
6. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
a.Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
a) Pengobatan Konservatif
b)Pengobatan Pembedahan
c)Pencegahan Stroke
4.Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan
lainnya).
5.Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
3.Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh
yang lemah atau lumpuh.
8. Segera bawa klien/pasien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala
stroke.
B. Tinjauan Teori Prioritas Kebutuhan Dasar Klien
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu
pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Perry dan Potter,
1994)
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan
bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)
Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
§ Kelainan postur
§ Kekakuan otot
1) Fall
2) Fracture
3) Stroke
6) Instability
7) Hipnotic medicine
8) Impairment of vision
9) Polipharmacy
c. Kebutuhan Mobilisai
Jenis Mobilitas :
Manfaat Mobilisasi
1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation
2. Mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat
3. Membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula
4. Mobilisasi memungkinkan kita mengajarkan segera untuk pasien agar dapat
merawat dirinya
5. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli
6. Memelihara fleksibilitas dari tulang dan sendi juga meningkatkan kekuatan otot
1.Gaya
Gaya hidup seseorang tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat
misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang
pramugari atau seorang pemabuk.
3.Kebudayaan
4.Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi
dengan seorang pelari.
Dalam sistem musculoskeletal dikenal 2 macam persendian yaitu sendi yang dapat
digerakkan (diartrosis) dan sendi yang tidak dapat digerakkan (sinartrosis).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
Jenis Imobilitas :
1) Imobilisasi fisik,
2) Imobilisasi intelektual,
3) Imobilitas emosional,
4) Imobilitas sosial,
2. Distrofi otot
TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
PERSENTASE
SKALA KEKUATAN NORMAL KARAKTERISTIK
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi
otot dapat di palpasi atau
dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan
penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang; <2 = Ganggaun fungsi berat; 0 =
Rendah (Sangat tergantung)
g. Intake dan Output
Intake Output
Memberikan mobilisasi untuk Membantu Pasien merasa lebih nyaman dan lebih
pasien dalam mengatasi masalahnya mengerti tentang masalahnya
berkaitan dengan lemahnya anggota gerak
kiri
Tujuan :
a. Mempertahankan kenyamanan
c. Mempertahankan kenyamanan
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri
Tujuan :
2) Memberikan kenyamanan
3) Melakukan huknah
Tujuan :
2) Pemeriksaan genetalia
e. Posisi litotomi adalah posisi pasien yang ditempatkan pada posisi terlentang
dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen
Tujuan :
1) Pemeriksaan genetalia
2) Proses persalinan
f. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada bagian atas tempat tidur.
Tujuan :
Tujuan :
1) Toleransi aktifitas
Artiani, Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan,
Jakarta, EGC
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Hadib, Muhammad. 2009 Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi Jantung
Dan Stroke : Yogyakarta.
Misbach, Jusuf. 2011. STROKE ASPEK DIAGNOSTIK, PATOFISIOLOGI, MANAJEMEN.
Jakarta : Badan Penerbit FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika