Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI

SEDATIV-HIPNOTIK

Disusun Oleh :
Selvia Rahmi 14334026
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun Catatan Perkuliahan ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Obat
Sedativ-Hipnotik”.
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah
wawasan pemikiran para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun makalah ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Jakarta, May 2016

Penyusun

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

I.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1

TUJUAN ................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 PENGERTIAN ................................................................................................................. 3

2.2 PENGGOLONGAN OBAT SEDATIF-HIPNOTIK ....................................................... 3

2.2.1 BENZODIAZEPIN ............................................................................................ 4

2.2.2 BARBITURAT .................................................................................................... 9

2.2.3 LAIN - LAIN ..................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 15

3.2 Saran .............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Obat-obat yang berkerja pada sistem saraf pusat (SSP) merupakan salah satu obat yang
pertama ditemukan manusia primitif dan masih digunakan secara luas sebagai zat farmakologi
sampai sekarang. Disamping penggunaannya dalam terapi, obat-obat SSP dipakai walaupun
tanpa resep untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang.
Cara kerja berbagai obat pada SSP tidak selalu dapat dijelaskan. Walaupun
demikian,dalam 30 tahun terakhir, banyak kemajuaan yang diperoleh dalam bidang metodologi
farmakologi SSP. Saat ini telah dapat diteliti cara kerja suatu obat pada sel-sel tertentu atau
bahkan pada kanal ion tunggal didalam sinaps. Informasi yang diperoleh dalam studi studi
semacam ini merupakan dasar dari sejumlah perkembangan yang utama dalam penelitian SSP.
Pertama, telah jelas bahwa hampir semua obat SSP, bekerja pada reseptor khusus yang
mengatur transmisi sinaps. Sejumlah kecil obat seperti anastesi umum dan alkohol dapat
bekerja secara non spesifik pada membran (meskipun perkecualian ini tidak sepenuhnya
diterima), tetapi bahkan kerja yang tidak diperantarai oleh reseptor inipun akan menghasilkan
perubahan dalam transmisi sinaps yang dapat dibuktikan.
Kedua, obat-obatan merupakan salah satu alat terpenting untuk mempelajari seluruh
aspek fisiologi SSP, mulai dari terjadinya bangkitan sampai penyimpanan memori jangka
panjang.
Ketiga, penguraian kerja obat-obat yang efikasi klinisnya diketahui telah menghasilkan
beberapa hipotesis yang sangat berguna berkaitan dengan berbagai mekanisme penyakit.
Misalnya, informasi tentang kerja obat antipsikotik pada reseptor dopamin memberikan dasar
hipotesis yang penting mengenai patofisiologi skizoprenia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian sedatif dan hipnotik?
2. Apa saja obat – obat yang termasuk golongan sedatif dan hipnotik?
3. Bagaimana mekanisme kerja, farmakokinetik, dan farmakodinamik obat sedatif dan
hipnotik?

1|Page
I.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain
1. Untuk memahami pengertian sedatif dan hipnotik.
2. Untuk mengetahui obat – obat yang termasuk golongan sedatif dan hipnotik.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja, farmakokinetik, dan farmakodinamik obat sedatif
dan hipnotik.
4. Untuk menambah pengetahuan penulis.
5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas
mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.
Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan
untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan syaraf pusat (SSP).
Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau
kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesia, koma
dan mati.
Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap
rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan
mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
Efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan obat lain yang tidak
termasuk obat golongan depresab SSP. Walaupun obat tersebut memperkuat penekanan SSP,
secara tersendiri obat tersebut memperlihatkan efek yang lebih spesifik pada dosis yang jauh
lebih kecil daripada dosis yang dibutuhkan untuk mendepresi SSP secara umum.
Beberapa obat dalam golongan hipnotik dan sedatif, khususnya golongan benzodiazepin
diindikasikan juga sebagai pelemas otot, antiepilepsi, antiansietas (anticemas), dan sebagai
penginduksi anestesia.

2.2 PENGGOLONGAN OBAT SEDATIF-HIPNOTIK


1. Benzodiazepin: alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam, flurazepam,
lorazepam
2. Barbiturat: amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital, thiopental.
3. Lain-lain: Propofol, Ketamin, Dekstromethorpan

3|Page
2.2.1 BENZODIAZEPIN
Pengertian dan Sejarah
Benzodiazepin adalah sekelompok obat golongan psikotropika yang mempunyai efek
antiansietas atau dikenal sebagai minor tranquilizer, dan psikoleptika. Benzodiazepin memiliki
lima efek farmakologi sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui
medula spinalis, dan amnesia retrograde.
Benzodiazepin dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1940-an dengan derivat
pertama kali yang dipasarkan adalah klordiazepoksid (semula dinamakan
methaminodiazepokside) pada tahun 1960, kemudian dilakukan biotransformasi menjadi
diazepam (1963), nitrazepam (1965), oksazepam (1966), medazepam (1971), lorazepam
(1972), klorazepat (1973), flurazepam (1974), temazepam (1977), triazolam dan clobazam
(1979), ketazolam (1980), lormetazepam (1981), flunirazepam, bromazepam, prazepam
(1982), dan alprazolam (1983).
Golongan Benzodiazepin menggantikan penggunaan golongan Barbiturat yang mulai
ditinggalkan, Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi
obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan tidak
menginduksi enzim mikrosom di hati.Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai
pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam
monitorng anestesi.

Penggolongan Benzodiazepin
Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu short
acting, long acting, ultra short acting.
1) Long acting.
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif
(sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi oksazepam
yang dikonjugasi menjadi glukoronida tak aktif.
2) Short acting
Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak
diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada
penggunaan berulang.
3) Ultra short acting
Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek abstinensia
lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini. Selain sisa metabolit aktif menentukan untuk

4|Page
perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap reseptor juga sangant menentukan lamanya efek
yang terjadi saat penggunaan

Rumus Kimia Benzodiazepin


Benzodiazepin adalah obat hipnotik-sedatif terpenting. Semua struktur yang ada pada
benzodiazepine menunjukkan 1,4-benzodiazepin. Kebanyakan mengandung gugusan
karboksamid dalam struktur cincin heterosiklik beranggota 7. Substituen pada posisi 7 ini
sangat penting dalam aktivitas hipnotik-sedatif.

Mekanisme Kerja Golongan Benzodiazepin


Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA)
sebagai neurotransmitter penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor
GABA A melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABA A terhadap neurotransmitter
penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran sel
dan mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan
GABA, yang mengikat pada alpha sub-unit, tetapi meningkatkan frekuensi pembukaan saluran
yang mengarah ke peningkatan konduktansi ion klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal
ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi
dan relaksasi otot skeletal.

Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek
utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot, dan
anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer :
vasodilatasi koroner (setelah pemberian dosis terapi golongan benzodiazepine tertentu secara
iv), dan blokade neuromuskular (yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi).

Farmakokinetik
Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi penggunaannya
dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepine dalam bentuk nonionic
memiliki koefesien distribusi lemak : air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya daoat bervariasi
lebih dari 50 kali, bergantung kepada polaritas dan elektronegativitas berbagai senyawa
benzodiazepine.

5|Page
Semua benzodiazepin pada dasarnya diabsorpsi sempurna, kecuali klorazepat; obat ini cepat
mengalami dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil-diazepam (nordazepam),
yang kemudian diabsorpsi sempurna. Setelah pemberian per oral, kadar puncak benzodiazepin
plasma dapat dicapai dalam waktu 0,5-8 jam. Kecuali lorazepam, absorbsi benzodiazepin
melalui suntikan IM tidak tratur.

Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu paruhnya, dan
tidak selalu sesuia dengan indikasi yang dipasarkan. Benzodiazepin yang bermanfaat sebagai
antikonvulsi harus memiliki waktu paruh yang panjang, dan dibutuhkan cepat masuk ke dalam
otak agar dapat mengatasi status epilepsi secara cepat. Benzodiazepin dengan waktu paruh
yang pendek diperlukan sebagai hipnotik, walaupun memiliki kelemahan yaitu peningkatan
penyalahgunaan dan dan berat gejala putus obat setelah penggunaannya secara
kronik. Sebagai ansietas, benzodiazepine harus memiliki waktu paruh yang panjang, meskipun
disertai risiko neuropsikologik disebabkan akumulasi obat.

Contoh obat
a. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur cincin yang stabil dalam
larutan dan metabolisme yang cepat. Selain itu afinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih
kuat disbanding diazepam. Efek amnesia pada obat ini ebih kuat dibandingkan efek sedasi
sehingga pasien dapat terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi
selama beberapa jam.

b. Diazepam
Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut dalam lemak dan memiliki durasi kerja
yang lebih panjang dibandingkan midazolam. Diazepam dilarutkan dengan pelarut organic
(propilen glikol, sodium benzoat) karena tidak larut dalam air. Larutannya pekat dengan pH
6,6-6,9.

c. Lorazepam
Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda pada adanya klorida
ekstra pada posisi orto 5-pheynil moiety. Lorazepam lebih kuat dalam sedasi dan amnesia
disbanding midazolam dan diazepam sedangkan efek sampingnya sama.

6|Page
d. Flurazepam
Flurazepam diindikasikan sebagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari uji klinik
terkontrol telah menunjukkan bahwa Flurazepam menguarangi secara bermakna waktu induksi
tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur , maupun lamanya tidur. Mula efek hipnotik
rata-rata 17 menit setelah pemberian obat secara oral dan berakhir hingga 8 jam.
Efek residu sedasi di siang hari terjadi pada sebagian besar penderita,oleh metabolit aktifnya
yang masa kerjanya panjang, karena itu obat Fluarazepam cocok untuk pengobatan insomia
jangka panjang dan insomnia jangka pendek yang disertai gejala ansietas di siang hari.
e. Nitrazepam
Nitrazepam juga termasuk golongan Benzodiazepine. Nitrazepam bekerja pada reseptor di otak
(reseptor GABA) yang menyebabkan pelepasan senyawa kimia GABA (gamma amino butyric
acid). GABA adalah suatu senyawa kimia penghambat utama di otak yang menyebabkan rasa
kantuk dan mengontrol kecemasan.
Nitrazepam bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA, sehingga mengurangi fungsi otak
pada area tertentu. Dimana menimbulkan rasa kantuk, menghilangka rasa cemas, dan membuat
otot relaksasi.
Nitrazepam biasanya digunakan untuk mengobati insomnia. Nitrazepam mengurangi waktu
terjaga sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga meningkatkan panjangnnya waktu
tidur. Seperti Nitrazepam ada dalam tubuh beberapa jam, rasa kantuk bisa tetap terjadi sehari
kemudian.

f. Estazolam
Estazolam digunakan jangka pendek untuk membantu agar mudah tidur dan tetap tidur
sepanjang malam. Estazolam tersedia dalam bentuk tablet digunakan secara oral diminum
sebelum atau sesudah makan. Estazolam biasanya digunakan sebelum tidur bila diperlukan.
Penggunaannya harus sesuai dengan resep yang dibuat oleh dokter anda.
Estazolam dapat menyebabkan kecanduan. Jangan minum lebih dari dosis yang diberikan,
lebih sering, atau untuk waktu yang lebih lama daripada petunjuk resep. Toleransi bisa terjad
pada pemakaian jangka panjang dan berlebihan.
Jangan digunakan lebih dari 12 minggu atau berhenti menggunakannnya tanpa konsultasi
dengan dokter. Dokter akan mengurangi dosis secara bertahap. Pengguna akan mengalami sulit
tidur satu atau dua hari setelah berhenti menggunakan obat ini

7|Page
g. Zolpidem Tartrate
Zolpidem Tartrate bukan Hipnotika dari golongan Benzodiazepin tetapi merupakan turunan
dari Imidazopyridine. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 10 mg. Zolpidem disetujui untuk
penggunaan jangka pendek (biasanya dua minggu) untuk mengobati insomnia. Pengurangan
waktu jaga dan peningkatan waktu tidur hingga 5 minggu telah dilakukan melalui uji klinik
yang terkontrol. Insomnia yang bertahan setelah 7 hingga 10 hari pengobatan menandakan
adanya gangguan jiwa atau penyakit. Insomnia bertambah buruk atau tingkah laku dan pikiran
yang tidak normal secara tiba-tiba merupakan konsekwensi pada penderita dengan gangguan
kejiwaan yang tidak diketahui atau gangguan fisik.

NAMA OBAT, CARA PEMBERIAN & DOSIS BEBERAPA BENZODIAZEPIN


Nama Obat
Cara Pemberian Dosis
(Nama Dagang)
Alprazolam (XANAX) Oral -
Klordiazepoksid (LIBRIUM, Oral, intramuscular,
5,0 – 100,0 ; 1-3x/hari
DLL) intravena
Klonazepam (KLONOPIN) Oral -
Korazepat (TRANXENE,
Oral 3,75 – 20,00 ; 2-4x/hari
dll)
Oral, intramuscular,
Diazepam (VALIUM, dll) 5 – 10 ; 3-4x/hari
intravena, rectal
Estazoyam (PROZOM) Oral 1,0 – 2,0
Flurazepam (DALMANE) Oral 15,0 – 30,0
Halazepam (PAXIPAM) Oral -
Oral, intramuscular,
Lorazepam (ATIVAN) 2,0 – 4,0
intravena,
Midazolam (VERSED) intramuscular, intravena -
Oksazepam (SERAX) oral 15,0 – 30,0 ; 3- 4x/hari
Quazepam (DORAL) Oral 7,5 – 15,0
Temazepam (RESTORIL) Oral 0,75 – 30,0
Triazolam (HALCION) Oral 0,125 – 0,25

8|Page
2.2.2 BARBITURAT
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan
sedative. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturate telah
banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital yang
memiliki anti konvulsi yang masih sama banyak digunakan.
Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Asam barbiturate
(2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum dengan
asam malonat.
Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai
dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antisietas barbiturate berhubungan
dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu
20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi
yang mengganggu. Efek anastesi umumnya diperlihatkan oleh golongan tiobarbital dan
beberapa oksibarbital untuk anastesi umum. Untuk efek antikonvulsi umumnya diberikan oleh
barbiturate yang mengandung substitusi 5- fenil misalnya fenobarbital. Fase tidur REM
dipersingkat. Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar.
Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian
obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan 20% ambang nyeri,
sedangkan ambang rasa lainnya (raba, vibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. Pada
beberapa individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak
menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal
ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan.

Farmakokinetik
Barbiturat secarra oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus ke
dalam darah. Secra IV barbiturate digunakan untuk mengatasi status epilepsy dan menginduksi
serta mempertahankan anestesi umum. Barbiturate didistribusi secra luas dan dapat melewati
plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kalarutan dalam lemak.
Barbiturat yang mudah larut dalam lemak, misalnya thiopental dan metoheksital,
setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan
menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturate yang kurang
lipofilik misalnya aprobarbital dan fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna di dalam hati
sebelum diekskresi di ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak

9|Page
mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital diekskresikan ke dalam urin dalam bentuk tidak
berubah sampai jumlah tertentu (20-30%) pada manusia.
Faktor yang mempengatuhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh
berbagai hal terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yang
mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang terjadi
hampir pada semua obat golongan barbiturat.

Kontraindikasi
Barbiturate tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturate, penyakit hati atau
ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan pada penderita
psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari yang terjadi pada
penderita usia lanjut.

NAMA OBAT, BENTUK SEDIAAN & DOSIS BEBERAPA OBAT BARBITURAT


Nama Obat Bentuk Sediaan Dosis Dewasa (mg)
Amobarbital Kapsul,tablet,injeksi,bubuk 30-50; 3x
Aprobarbital Eliksir 40; 3x
Butabarbital Kapsul,tablet,eliksir 15-30 ; 3-4x
Pentobarbital Kapsul,eliksir,injeksi,supositoria 20 ; 3-4x
Sekobarbital Kapsul,tablet,injeksi 30-50 ; 3-4x
Fenobarbital Kapsul,tablet, eliksir,injeksi 15-40 ; 3x

2.2.3 LAIN - LAIN


1) Propofol
Propofol adalah substitusi isopropylphenol yang digunakan secara intravena sebagai
1% larutan pada zat aktif yang terlarut, serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25% gliserol
dan 1,2% purified egg phosphatide. Obat ini secara struktur kimia berbeda dari sedative-
hipnotik yang digunakan secara intravena lainnya. Penggunaan propofol 1,5-2,5 mg/kg BB
(atau setara dengan thiopental 4-5 mg/kg BB atau methohexital 1,5 mg/kgBB) dengan
penyuntikan cepat (<15 detik) menimbulkan turunnya kesadaran dalam waktu 30 detik.
Propofol lebih cepat dan sempurna mengembalikan kesadaran dibandingkan obat anesthesia
lain yang disuntikkan secra cepat. Selain cepat mengembalikan kesadaran, propofol
memberikan gejala sisa yang minimal pada SSP. Nyeri pada tempat suntikan lebih sering

10 | P a g e
apabila obat disuntikkan pada pembuluh darah vena yang kecil. Rasa nyeri ini dapat dikurangi
dengan pemilihan tempat masuk obat di daerah vena yang lebih besar dan penggunaan lidokain
1%.

Mekanisme Kerja
Propol relative selektif dalam mengatur reseptor GABA dan tampaknya tidak mengatur
ligand-gate ion channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui
interaksinya denghan reseptor GABA. GABA adalah salah satu neurotransmitter penghambat
di SSP. Ketika reseptor GABA diaktivasi, penghantar klorida transmembran meningkat dan
menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post sinaps dan menghambat fungsi neuron post
sinaps. Interaksi propofol (termasuk barbiturate dan etomidate) dengan reseptor komponen
spesifik reseptor GABA menurunkan neurotransmitter penghambat. Ikatan GABA
meningkatkan durasi pembukaan GABA yang teraktifasi melalui chloride channel sehingga
terjadi hiperpolarisasi dari membrane sel.

Farmakokinetik
Propofol didegradasi di hati melalui metabolism oksidatif hepatic oleh cytochrome P-
450. Namun, metabolismenya tidak hanya dipengaruhi hepatic tetapi juga ekstrahepatik.
Metabolism hepatic lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut air
sementara metabolism asam glukoronat diekskresikan melalui ginjal. Propofol membentuk 4-
hydroxypropofol oleh sitokrom P450. Propofol yang berkonjugasi dengan sulfat dan
glukoronide menjadi tidak aktif dan bentuk 4 hydroxypropofol yang memiliki 1/3 efek
hipnotik. Kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin. Waktu paruh propofol adalah
0,5-1,5 jam.

2) Ketamin
Ketamin adalah derivate phencyclidine yang meyebabkan disosiative anesthesia yang
ditandai dengan disosiasi EEG pada talamokortikal dan sistem limbik. Ketamin memiliki
keuntungan dimana tidak seperti propofol dan etomidate, ketamine larut dalam air dan dapat
menyebabkan analgesic pada dosis subanestetik. Namun ketamin sering hanya menyebabkan
delirium.

11 | P a g e
Mekanisme Kerja
Ketamin bersifat non-kompetitif phenycyclidine di reseptor N-Methyl D Aspartat
(NMDA). Ketamin juga memiliki efek pada reseptor lain termasuk reseptor opioid, reseptor
muskarinik, reseptor monoaminergik, kanal kalsium tipe L dan natrium sensitive voltase. Tidak
seperti propofol dan etomide, katamin memiliki efek lemah pada reseptor GABA. Mediasi
inflamasi juga dihasilkan local melalui penekanan pada ujung saraf yang dapat mengaktifasi
netrofil dan mempengaruhi aliran darah. Ketamin mensupresi produksi netrofil sebagai
mediator radang dan peningkatan aliran darah. Hambatan langsung sekresi sitokin inilah yang
menimbulkan efek analgesia.
Farmakokinetik
Farmakokinetik ketamin mirip seperti thiopental yang memiliki aksi kerja singkat,
memiliki aksi kerja yang relatif singkat, kelarutan lemak yang tinggi, pK ketamin adalah 7,5
pada pH fisiologik. Konsentrasi puncak ketamin terjadi pada 1 menit post injeksi ketamin
secara intravena dan 5 menit setelah injeksi intramuscular. Ketamin tidak terlalu berikatan kuat
dengan protein plasma namun secara cepat dilepaskan ke jaringan misalnya ke otak dimana
konsentrasinya 4-5 kali dari pada konsentrasi di plasma.

3) Dekstromethorpan
Dekstromethorphan adalah NMDA antagonis dengan afinitas ringan yang paling sering
digunakan sebagai penghambat respon batuk di sentral. Obat ini memiliki efek yang seimbang
dengan kodein sebagai antitusif tetapi tidak memiliki efek analgesic. Tidak seperti kodein, obat
ini tidak menimbulkan efek sedasi atau gangguan sistem gastrointestinal. DMP memiliki efek
euphoria sehingga sering disalahkan. Tanda dan gejala penggunaan berlebihan DMP adalah
hipertensi sistemik, takikardia, somnolen, agitasi, ataxia, diaphoresis, kaku otot, kejang, koma,
penurunan suhu tubuh. Hepatotoksisitas meningkat pada pasien yang mendapat DMP dan
asetaminofen.

4) Paraldelhyd
ParaldehYd merupakan polimer dari asetaldehid. Secara oral, paraldehid diabsorbsi
cepat dan didistribusi secara meluas; tidur dapat dicapai 10 – 15 menit setelah pemberian dosis
hipnotik. Cara pemberiannya oral dan rectal. Nama dagang Paral untuk pengobatan delirium
tremens pada pasien yang dirawat di rumah sakit; eliminasi lewat metabolisme di hati (75%)
dan lewat pernafasan (25%), gejala toksik meliputi asidosis, hepatitis, dan nefrosis.
5) Kloralhidrat
12 | P a g e
Kloralhidrat merupakan derivat monohidrat dari kloral. Trokloroetanol terutama
dikonjugasi oleh asam glukuronat dan konjugatnya(asam uroklorat) di ekskresikan sebagian
besar lewat urin. Cara pemberiannya oral, rectal. Cepat diubah jadi trikloroetanol oleh alcohol
dehidrogenase di hati. Penggunaan kronik menyebabkan kerusakan di hati, gejala putus
obatnya berat. Efek samping dan intoksikasi, kloralhidrat mengiritasi kulit dan mukosa
membrane. Efek iritasi ini menimbulkan rasa tidak enak, nyeri epigantrik, mual, dan kadang –
kadang muntah. Efek samping pada SSP meliputi pusing, lesu, ataksia, dan mimpi buruk. Hang
over juga dapat terjadi, keracunan akut obat ini dapat menyebabkan ikterus. Penghentian
mendadak dari penggunaan kronik dpat mengakibatkan delirium dan bangkitan, yang sering
fatal.

6) Etklorvinol
Digunakan sebagai hipnotik jangka pendek, untuk mengatasi insomnia. Secara oral,
diabsorbsi cepat (bekerja dalam waktu 15 -30 menit), kadar puncak dalam darah dicapai dalam
1- 1,5 jam, dan didistribusi secra meluas. Waktu paruh eliminasi 10 -20 jm. Sekitar 90% obat
dirusak di hati. Etklorfvinol dapat memacu metabolism hati obat – obat seperti antikoagulan
oral. Efek samping yang paling umum adalah aftertaste sperti mint, pusing, mual, mntah,
hipotensi, dan rasa kebal (numbness) di daerah muka. Reaksi idiosinkrasi dpat merupakan
rangsangan ringan hingga sampai kuat, dan hysteria. Reaksi hipersensitifitas meliputi urikaria.
Intoksikasi akut menyerupai barbiturate.

7) Meprobamat
Obat ini pertama kali diperkenalkan sebagai antiansietas, namun saat ini juga dipakai
sebgai hipnotik sedative, dan digunakan pada pasien insomnia usia lanjut. Sifat farmakologi
obat ini dlam bebrapa hal menyerupai benzodiazepine. Tidak dpat menimbulkan anestesi
umum. Konsumsi obat ini secra tunggal dengan dosis yang sangat besar dapat menyebabkan
depresi nafas yang berat hingga fatal, hipetensi, syok, dan gagal jamtung.
Meprobamat tampaknya memiliki efek analgesic ringan pada pasien nyeri tulang otot,
dan meningkatkan efek obat analgetik yang lain. Absorbsi peroral baik. Kadar puncak dalam
plasma, tercapai 1 - 3 jam. Sedikit terikat protein plasma. Sebagian besar dimetabolisme di
hati, terutama secra hidroksilasi, kinetika eliminasi, dapat bergantung kepada dosis. Waktu
paro miprobamat dapat diperpanjang selama penggunaaan kronis, sebagian kecil obat
diekskreikan lewat urin. Pada dosis sedatif, efek samping utama ialah ngantuk dan ataksia.
Pada dosis yang lebih besar, sangat mengurangi kemampuan belajar dan koordinasi gerak, dan

13 | P a g e
memperlambat waktu reaksi. Miprobamat meningkatkan efek depresi depresan SSP lain.
Gejala efek samping lain yang mugkin timbul antara lain : hipotensi, alergi pada kulit, purpura
nontrombositopenik akut, angioedema, dan bronkospasme.
Penyalahgunaaan meprobamat tetap terjadi walaupun penggunaannya secara klinik
telah menurun. Carisoprodol (SOMA), suatu perelaksasi otot yang menghasilkan meprobamat
sebagai metabolit aktifnya, juga banyak disalahgunakan. Gejala putus obat terjadi bila obat
dihentikan secara mendadak setelah pemberian meprobamat jangka lama. Gejala yang timbul
meliputi : ansietas, insomnia, tremor, ganguan saluran cerna, dan sering kali timbul halusinasi.
Bangkitan umum sering terjadi pada kira – kira 10 % kasus.

14 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Obat-obatan jenis hipnotik-sedatif adalah berbagai macam jenis obat-obatan yang
diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk pengobatan.
Obat-obatan jenis hipnotik-sedatif dalam penggunaannya harus dengan pengawasan
dokter karena daya kerjanya obat-obatan jenis tersebut sangatlah keras dan menimbulkan
kematian apabila terdapat penyalahgunaan.

3.2 Saran
Karena daya kerjanya obat-obatan tersebu sangatlah keras, sehingga
penggunaannyapun harus melalui resep dokter dan harus dalam pengawasan dokter. Obat-
obatan yang dimaksud tersebut jika disalah gunakan akan berpengaruh dan merusak psikis
maupun fisik dari si pemakai dan mengakibatkan ketergantungan, jadi hindari penyalahgunaan
obat-obatan jenis hipnotik sedatif karena termasuk obat-obatan narkotik atau psikotropik.

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

 Harvey, Richard A., Pamela C. Champe. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar.


Jakarta: EGC.
 Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.
 Syarif, Amir, Ari Estuningtyas, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai