Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kemajuan zaman di bidang ilmu teknologi pada abad ke 21 ini semakin berkembang pesat.
Perkembangan teknologi ini mempermudah manusia berkomunikasi dengan orang lain bahkan
dengan orang yang berada ditempat jauh. Salah satu bentuk perkembangan teknologi adalah
smartphone.1
Hampir setiap individu mulai dari anak-anak hingga orang tua kini memiliki telepon
genggam atau smartphone. Tentu saja hal ini bukan hanya terjadi tanpa alasan karena daya
konsumsi dan kebutuhan masyarakat saat ini sudah sangat jauh berbeda dibandingkan beberapa
dekade ke belakang. Kini kebutuhan akan komunikasi dan informasi menjadi hal yang paling
penting bagi semua kalangan masyarakat, ditambah dengan mudahnya mengakses berbagai
macam fitur yang ditawarkan dari penyedia jasa layanan dari produsen smartphone itu sendiri dan
berbagai provider pendukung.1,2
Pengunaan smartphone tidak hanya digunakan oleh orang dewasa (22 tahun keatas), atau
lanjut usia, remaja (12-21 tahun), tapi pada anak-anak (7-11 tahun), dan lebih ironisnya lagi
smartphone sudah digunakan untuk anak usia (3-6 tahun), yang seharusnya belum layak untuk
menggunakan gadget. Studi-studi pada populasi muda, menyebutkan angka adiksi smartphone
antara 15% hingga 31%. Kemudahan yang diberikan teknologi ini membuat penggunanya menjadi
ketergantungan atau adiksi.3,4,5
Berbagai penelitian sebelumnya menyatakan adanya perubahan fungsi kognitif pada anak-anak
dengan adiksi smartphone. Survei Entertainment Software Association (ESA) menemukan bahwa
setiap orang mempunyai minimal satu smartphone yang dapat difungsikan untuk bermain game,
sementara 32% dari pemain game adalah anak berusia dibawah 18 tahun dan sekitar 10% dari
remaja berusia 10-18 tahun bermain video game dengan durasi satu jam atau lebih per harinya.
Studi terakhir melaporkan bahwa remaja yang bermain video game berinternet selama lebih dari
satu jam memiliki kemungkinan gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
yang lebih intens atau inatensi daripada mereka yang tidak bermain game.6
Smartphone mampu mengalihkan fokus atensi bahkan ketika pengguna mencoba untuk
mengabaikannya. Paparan terhadap spesifikasi smartphone secara signifikan menurunkan kinerja
pada suatu pekerjaan, bahkan ketika seseorang tidak melihat notifikasi, hanya dengan mendengar
suara atau perasaan getaran yang memberi tanda peringatan sudah cukup untuk mengalihkan
perhatian seseorang dan mengurangi kemampuan untuk memusatkan perhatian.7
Kebiasaan penggunaan smartphone mengurangi kemampuan atensi terarah. Terjadi
penurunan kemampuan pada pekerjaan tertentu dihubungkan dengan adanya tingkat kecanduan
seseorang dengan smartphone. Kondisi ini berkaitan ketika seseorang mampu menyerap suatu
pekerjaan maka dibutuhkan suatu perhatian yang terarah. Lee et al. (2015) menyelidiki apakah
pola spesifik penggunaan smartphone dapat memiliki efek jangka panjang pada fungsi atensi
seseorang.8
Suatu penelitian mengelola tiga kuesioner dengan sampel besar pada mahasiswa, dengan
mengukur tingkat kecanduan smartphone, kecenderungan belajar mandiri, dan kapasitas belajar.
Penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang tertinggi pada skala kecanduan smartphone
secara signifikan menurunkan skor belajar dan pembelajaran. Kecanduan smartphone
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mencapai konsentrasi pada suatu tugas mandiri.
Tentu saja, peserta didik tersebut lebih sulit mengendalikan dorongan mereka sehubungan dengan
penggunaan smartphone, dan dengan demikian memberi skor lebih tinggi pada kuesioner
kecanduan smartphone. Penggunaan smartphone yang berlebihan ini dapat memberi dampak
negatif pada kemampuan untuk mempertahankan bentuk perhatian terarah.7
Studi pencitraan otak yang mengeksplorasi korelasi potensial saraf dan perilaku
multitasking media menunjukkan bahwa defisit atensi berhubungan langsung dengan timbulnya
suatu kontrol fungsi atensi di sirkuit otak. Misalnya, adanya defisit perilaku pada suatu pekerjaan
yang menuntut perhatian penuh, menunjukkan bahwa individu dengan nilai MMI (media
multitasking index) yang lebih tinggi menunjukkan aktivitas yang relatif meningkat di daerah
prefrontal kanan. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan MMI menyebabkan individu
mengalami kesulitan dalam mengontrol fungsi kognitif. Terkait dengan itu, Loh dan Kanai (2015)
menemukan bahwa seseorang yang memiliki kebiasaan multitasker media, menunjukkan bahwa
kebiasaan ini mungkin telah mengarahkan secara langsung terjadinya kerusakan lingkungan yang
penting diotak yang mengontrol atensi (walaupun perlu dicatat bahwa ada beberapa fungsi lain
yang dapat dipertimbangkan dalam situasi ini).7
Tercatat hampir 150 juta penduduk Indonesia telah menggunakan smartphone. Sebanyak
62% pengguna internet di Indonesia mengaku bahwa mereka hanya menggunakan smartphone
dalam mengakses internet. Sekitar 80% anak-anak dan remaja di Indonesia sudah mengakses
internet secara teratur dan seperti dibanyak negara lain, sejumlah besar anak-anak di Indonesia
telah menjadi korban cyberbullying. Melihat tingginya penggunaan smartphone pada anak yang
dapat menimbulkan suatu adiksi smartphone yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada anak
sehingga penulis tertarik untuk meneliti hal ini. 9
I.2. Rumusan Masalah
Pada anak-anak sekolah dasar, apakah tingkat adiksi smartphone berhubungan dengan fungsi
kognitif mereka?
I.3. Tujuan Penelitian
I.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara adiksi smartphone dan fungsi kognitif pada anak.
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Prevalensi adiksi smartphone pada anak-anak
2. Distribusi dan karakteristik adiksi smartphone pada anak-anak
3. Karakteristik hasil Mini Mental State Examination (MMSE) anak-anak dengan adiksi
smartphone
4. Karakteristik hasil uji Stroop anak-anak dengan adiksi smartphone
5. Karakteristik latensi P300 anak-anak dengan adiksi smartphone
I.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh adiksi
smartphone terhadap fungsi kognitif pada anak.
2. Diharapkan menjadi bahan rujukan untuk penelitian lanjut mengenai anak dengan adiksi
smartphone.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar pertimbangan orang tua terhadap pemakaian
smartphone pada anak sekolah dasar (SD).
I.5. Hipotesis penelitian
• Ada hubungan antara adiksi smartphone dengan fungsi kognitif pada anak

Anda mungkin juga menyukai