Kemajuan zaman di bidang ilmu teknologi pada abad ke 21 ini semakin berkembang pesat. Perkembangan teknologi ini mempermudah manusia berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan orang yang berada ditempat jauh. Salah satu bentuk perkembangan teknologi adalah smartphone.1 Hampir setiap individu mulai dari anak-anak hingga orang tua kini memiliki telepon genggam atau smartphone. Tentu saja hal ini bukan hanya terjadi tanpa alasan karena daya konsumsi dan kebutuhan masyarakat saat ini sudah sangat jauh berbeda dibandingkan beberapa dekade ke belakang. Kini kebutuhan akan komunikasi dan informasi menjadi hal yang paling penting bagi semua kalangan masyarakat, ditambah dengan mudahnya mengakses berbagai macam fitur yang ditawarkan dari penyedia jasa layanan dari produsen smartphone itu sendiri dan berbagai provider pendukung.1,2 Pengunaan smartphone tidak hanya digunakan oleh orang dewasa (22 tahun keatas), atau lanjut usia, remaja (12-21 tahun), tapi pada anak-anak (7-11 tahun), dan lebih ironisnya lagi smartphone sudah digunakan untuk anak usia (3-6 tahun), yang seharusnya belum layak untuk menggunakan gadget. Studi-studi pada populasi muda, menyebutkan angka adiksi smartphone antara 15% hingga 31%. Kemudahan yang diberikan teknologi ini membuat penggunanya menjadi ketergantungan atau adiksi.3,4,5 Berbagai penelitian sebelumnya menyatakan adanya perubahan fungsi kognitif pada anak-anak dengan adiksi smartphone. Survei Entertainment Software Association (ESA) menemukan bahwa setiap orang mempunyai minimal satu smartphone yang dapat difungsikan untuk bermain game, sementara 32% dari pemain game adalah anak berusia dibawah 18 tahun dan sekitar 10% dari remaja berusia 10-18 tahun bermain video game dengan durasi satu jam atau lebih per harinya. Studi terakhir melaporkan bahwa remaja yang bermain video game berinternet selama lebih dari satu jam memiliki kemungkinan gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) yang lebih intens atau inatensi daripada mereka yang tidak bermain game.6 Smartphone mampu mengalihkan fokus atensi bahkan ketika pengguna mencoba untuk mengabaikannya. Paparan terhadap spesifikasi smartphone secara signifikan menurunkan kinerja pada suatu pekerjaan, bahkan ketika seseorang tidak melihat notifikasi, hanya dengan mendengar suara atau perasaan getaran yang memberi tanda peringatan sudah cukup untuk mengalihkan perhatian seseorang dan mengurangi kemampuan untuk memusatkan perhatian.7 Kebiasaan penggunaan smartphone mengurangi kemampuan atensi terarah. Terjadi penurunan kemampuan pada pekerjaan tertentu dihubungkan dengan adanya tingkat kecanduan seseorang dengan smartphone. Kondisi ini berkaitan ketika seseorang mampu menyerap suatu pekerjaan maka dibutuhkan suatu perhatian yang terarah. Lee et al. (2015) menyelidiki apakah pola spesifik penggunaan smartphone dapat memiliki efek jangka panjang pada fungsi atensi seseorang.8 Suatu penelitian mengelola tiga kuesioner dengan sampel besar pada mahasiswa, dengan mengukur tingkat kecanduan smartphone, kecenderungan belajar mandiri, dan kapasitas belajar. Penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang tertinggi pada skala kecanduan smartphone secara signifikan menurunkan skor belajar dan pembelajaran. Kecanduan smartphone menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mencapai konsentrasi pada suatu tugas mandiri. Tentu saja, peserta didik tersebut lebih sulit mengendalikan dorongan mereka sehubungan dengan penggunaan smartphone, dan dengan demikian memberi skor lebih tinggi pada kuesioner kecanduan smartphone. Penggunaan smartphone yang berlebihan ini dapat memberi dampak negatif pada kemampuan untuk mempertahankan bentuk perhatian terarah.7 Studi pencitraan otak yang mengeksplorasi korelasi potensial saraf dan perilaku multitasking media menunjukkan bahwa defisit atensi berhubungan langsung dengan timbulnya suatu kontrol fungsi atensi di sirkuit otak. Misalnya, adanya defisit perilaku pada suatu pekerjaan yang menuntut perhatian penuh, menunjukkan bahwa individu dengan nilai MMI (media multitasking index) yang lebih tinggi menunjukkan aktivitas yang relatif meningkat di daerah prefrontal kanan. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan MMI menyebabkan individu mengalami kesulitan dalam mengontrol fungsi kognitif. Terkait dengan itu, Loh dan Kanai (2015) menemukan bahwa seseorang yang memiliki kebiasaan multitasker media, menunjukkan bahwa kebiasaan ini mungkin telah mengarahkan secara langsung terjadinya kerusakan lingkungan yang penting diotak yang mengontrol atensi (walaupun perlu dicatat bahwa ada beberapa fungsi lain yang dapat dipertimbangkan dalam situasi ini).7 Tercatat hampir 150 juta penduduk Indonesia telah menggunakan smartphone. Sebanyak 62% pengguna internet di Indonesia mengaku bahwa mereka hanya menggunakan smartphone dalam mengakses internet. Sekitar 80% anak-anak dan remaja di Indonesia sudah mengakses internet secara teratur dan seperti dibanyak negara lain, sejumlah besar anak-anak di Indonesia telah menjadi korban cyberbullying. Melihat tingginya penggunaan smartphone pada anak yang dapat menimbulkan suatu adiksi smartphone yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada anak sehingga penulis tertarik untuk meneliti hal ini. 9 I.2. Rumusan Masalah Pada anak-anak sekolah dasar, apakah tingkat adiksi smartphone berhubungan dengan fungsi kognitif mereka? I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara adiksi smartphone dan fungsi kognitif pada anak. I.3.2. Tujuan Khusus 1. Prevalensi adiksi smartphone pada anak-anak 2. Distribusi dan karakteristik adiksi smartphone pada anak-anak 3. Karakteristik hasil Mini Mental State Examination (MMSE) anak-anak dengan adiksi smartphone 4. Karakteristik hasil uji Stroop anak-anak dengan adiksi smartphone 5. Karakteristik latensi P300 anak-anak dengan adiksi smartphone I.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh adiksi smartphone terhadap fungsi kognitif pada anak. 2. Diharapkan menjadi bahan rujukan untuk penelitian lanjut mengenai anak dengan adiksi smartphone. 3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar pertimbangan orang tua terhadap pemakaian smartphone pada anak sekolah dasar (SD). I.5. Hipotesis penelitian • Ada hubungan antara adiksi smartphone dengan fungsi kognitif pada anak