A. DEFINISI STOMATITIS
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti
tembakau;defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus atau jamur;atau penggunaan obat
kemoterapi (Potter & Perry,2005).
Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan
labial (bibir), lidah, gusi,l angit-langit dan dasar mulut. (Donna L.Wong dkk).
Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum
(William dan wilkins, 2008).
Stomatitis ialah istilah umum yang mengacu pada reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal
yang terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring 7 samapai 14 hari setelah pemberian
agens kemoterpai tertentu dan setelah terapi radiasi pada kepala dan leher (Otto, 2003).
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut,
biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari
satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial,
lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring.
SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit
lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama sewaktu
makan, menelan dan berbicara. Penyakit ini ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan
tidak menular. Tetapi bagi orang -orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat
tinggi akan merasa sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan
penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis
dengan gejala klinis yang sama. SAR dapat membuat frustasi pasien dan perawat dalam
merawatnya, karena kadang-kadang sebelum ulser yang lama sembuh ulser baru dapat timbul
dalam jumlah yang lebih banyak.
B. EPIDEMIOLOGI STOMATITIS
Prevalensi SAR bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Angka prevalensi
SAR berkisar 15-25% dari populasi penduduk di seluruh dunia. Penelitian telah menemukan
terjadinya SAR pada dewasa sekitar 2% di Swedia (1985), 1,9% di Spanyol (2002) dan 0,5% di
Malaysia (2000). SAR tampaknya jarang terjadi di Bedouins Kuwaiti yaitu sekitar 5% dan
ditemukan 0,1% pada masyarakat India di Malaysia. Namun, SAR sangat sering terjadi di
Amerika Utara. Di Indonesia belum diketahui berapa prevalensi SAR di masyarakat, tetapi dari
data klinik penyakit mulut di rumah sakit Ciptomangun Kusumo tahun 1988 sampai dengan
1990 dijumpai kasus SAR sebanyak 26,6%, periode 2003-2004 didapatkan prevalensi SAR dari
101 pasien terdapat kasus SAR 17,3%.
SAR lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria, pada orang dibawah 40 tahun, orang
kulit putih, tidak merokok, dan pada anak-anak.9 Menurut Smith dan Wray (1999), SAR dapat
terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih sering ditemukan pada masa dewasa muda. SAR
paling sering dimulai selama dekade kedua dari kehidupan seseorang. Pada sebagian besar
keadaan, ulser akan makin jarang terjadi pada pasien yang memasuki dekade keempat dan tidak
pernah terjadi pada pasien yang memasuki dekade kelima dan keenam.
Epidemiologi stomatitis aftosa rekuren terjadi hampir pada 2%-6% pada populasi orang
dewasa yang terinfeksi HIV dan lebih sering terjadi pada anak-anak yang terinfeksi HIV,
khususnya disebabkan obat-obatan seperti didanosine (ddI) yang dapat menginduksi terjadinya
lesi. (Sufiawati: 2009).
C. KLASIFIKASI STOMATITIS
Ada beberapa klasifikasi stomatitis, yaitu:
a. Mycotic stomatitis
Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau rongga
mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans ,
yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal ini ditandai
dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis
biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang lama,
atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali pada jaringan terjadi
kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.
b. Gingivostomatitis
Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang
menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat banyak luka terbuka yang
berwarna putih atau kuning di dalam mulut.
d. Aphthous stomatitis
Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi. Sariawan
ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian
dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak menular. Stomatitis
aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:
1. Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada
sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.
2. Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan
jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas
saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab
dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal,
gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi
antihistamin atau sedatif.
Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe,
diantaranya:
1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)
Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang ditandai oleh
luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh
pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-
keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau
merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu
10-14 hari tanpa meninggal bekas.
Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis
stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara
klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan
dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin.
Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat
dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.
Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100
ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-
virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi
aphtosa.
D. ETIOLOGI STOMATITIS
Etiologi yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
a. Kebersihan mulut yang kurang
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien. Apabila higiene gigi pasien
buruk, sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
b. Makanan atau minuman yang panas dan pedas
Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh terhadap mukosa yang
ada didalam mulut yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infrksi. Selain itu,
juga bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada
“flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Daya tahan
mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka
kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau
menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.
c. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat
mengakibatkan stomatitis aphtosa.
d. Infeksi jamur
namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno).
Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
e. Infeksi virus
Stomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai utama atau infeksi
tambahan; infeksi tambahan ini adalah sering banyak terjadi. dua tipe HSV dapat
diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan penyebab lesi genital dan HSV tipe 1 dengan respon
dari lesi nongenital. awal terjadinya virus merupakan hasil utama dari infeksi HSV biasa
disebut stomatitis Herpes Akut. keseragaman ukuran gelembung frekuensinya lebih banyak
terjadi dilidah, palatum dan mukosa bucal dan labial. gelembung burut terjadi setelah nyeri
luka meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis tepi erythematous. lesi ditingkat
ini biasa terjadi di luka aphathous. area yang terkena luka 10 sampai 14 hari. Gelembung
mukosa umumnya disertai dengan inflamasi akut gingiva, saat dengan lesi herpes.
Karakteristik lidah dengan keputih-putihan dan klien mengatakan adanya bau busuk di
pernafasannya. infeksi HSV utama dikarakteristikkan dari gejala yang timbul dari infeksi
termasuk kelemasan, panas dan pembesaran dalam limpa.
f. Letak susunan gigi atau kawat gigi
Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt berpengaruh terhadap kebersihan gigi.
Dimana terjadi kesulitan dalam proses membersihkan kotoran yang tersangkut atau melekat
pada baian yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.
Etiologi yang berasal dari keadaan luar mulut seperti :
a. Rokok
Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang mengandung
zat-zat yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak terdapat mukosa
sebagai alat perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adaptif tersebut yang berasal dari
asap rokok menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa didalam mulut. Sehingga terjadi
penurunan imun terutama pada bagian mulut yang menyebabkan mulut rentan terhadap
penyakit.
b. Pada penggunaan obat kumur
Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misalnya alkohol, lemon/gliserin)
harus dihindari. Zat-zat seperti alkohol di atas dapat menyebabkan kerusakan yang pada sel-
sel mukosa dalam mulut yang bertugas dalam menghasilkan sekret sebagai bentuk
pertahanan tubuh.
c. Reaksi alergi
Sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu. Jenis
makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.
d. Alergi
bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan
timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan
tersebut
e. Faktor psikologis (stress)
Kortison merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi
terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan tubuh untuk
respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon ini juga
dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri berlebih (ada tidaknya
bakteri akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang sehat).
f. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis
aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.
g. Kekurangan vitamin C, mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung
antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.
h. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan..
i. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan
Seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya
stomatitis apthosa.
F. PATOFISIOLOGI
Tubuh manusia memiliki pertahanan tubuh alamiah yaitu sistem laktoperoksidase (LP-
system) yang mampu mempertahankan tubuh terhadap serangan infeksi mikroorganisme. Sistem
laktoperoksidase (LP-system) terdapat pada saliva atau ludah manusia. LP system
mempertahankan tubuh dengan cara berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan
bakteriosid terhadap bakteri (Rensburg:1995).
Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tidak terkontrol karena sistem
laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini
dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia (perasa,
pewarna, pengawet) bahkan yang memakai zat pembasmi hama/antiseptik dan makanan panas
atau pedas. Pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat merusakkan LP
system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri yang
berada di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan sekitar mukosa mulut menjadi rusak
kemudian menghasilkan ulserasi local.
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang
bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis
kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak. Rangsangan
perusak yang masuk dalam mulut akan ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik.
Kemudian secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Reaksi tubuh terhadap
rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan peradangan tersebut.
Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga
reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan
justru berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri terutama pada mukosa mulut.
Dalam keadaan psikologis yang terganngu (trauma/stres) terjadi ketidak seimbangan
immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek
kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada
jaringan. Dalam hal ini sistem imun (pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen,
makrofag, sel plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin )yang telah
dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut
merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya.
Stomatitis dapat terjadi akibat kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin C dapat
mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah
robek yang akhirnya mengakibatkan stomatitis.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:
a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai
b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama makanan
yang mengandung vitamin 12 dan zat besi
d. Hindari stress
e. Pemberian Atibiotik
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal,
seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang lebih berat
dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4
kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada responsif terhadap kortikosteroid atau
tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal juga maka di berikan talidomid.
f. Terapi
Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan
antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan menggunakan
antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan stomatitis
aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka panjang yang efektif adalah
menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan yaitu:
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg
per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100 pg/ml, pasien dengan
neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien berasal dari golongan
sosioekonomi bawah.
2) Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang diberikan
untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode follow-up mulai
dari 3 bulan sampai 4 tahun.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur
sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.
b. Pemeriksaan laboratorium :
1) WBC menurun pada stomatitis sekunder
2) Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis
3) Pemeriksaan cultur bakteri: eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis
K. PENCEGAHAN
Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui
penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya
dengan :
A. Pengkajian
a. Identitas (Data Biografi)
Stomatitis dapat menyerang semua umur, mayoritas antara 20-40 tahun lebih cenderung
pada wanita, kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau mempunyai riwayat
sariawan pada keluarga.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada klien stomatitis adalah nyeri Karen mukosaoral
mengalami peradangan, bibir pecah-pecah
2. Riwayat kesehatan sekarang
Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang buruk, intoleransi
dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya
faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak , kurang vitamin C,
vitamin B12 dan mineral.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga
lebih mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit yang sama
atau penyakit oral lainnya
4. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR
(Stomatitis Aftosa Rekuren) atau sariawan adalah keturunan. Dan berdasarkan hasil
beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR
lebih rentan untuk mengalami SAR juga.
5. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Kaji lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk
.
6. Riwayat nutrisi
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral,
dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat
dan protein saja.
7. Riwayat pertumbuhan perkembangan
a. Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan kondisi
fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang (energi/kalori yang
diperlukan tidak mencukupi dalam proses penyembuhan).
b. Penurunan berat badan, biasanya pasien yang menderita stomatitis mengalami
penurunan berat badan karena intake nutrisi yang kurang.
c. Pemeriksaan fisik
1) TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, skala nyeri)
2) Bibir
Dimulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembapan, hidrasi, warna,tekstur,
simetrisitas dan adanya ulserasi atau fisura
3) Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahanwarna.
4) Lidah
Dorsal (punggung) di inspeksi untuk tekstur, warna dan lesi.
5) Mulut
Inspeksi bagian mulut terhadap adanya lesi, bercak putih, luka terutama pada bagian
bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.
6) Kepala : kepala bulat dan simestris, keadaan rambut bersih
7) Mata : simetris,conjuntiva pucat
8) Hidung : pernafasan cuping hidung
9) Telinga : keadaan daun telinga baik, bersih dan simetris
10) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
11) Dada : ekspansi dada baik, gerakan dada kiri dan dada kanan seimbang
12) Perut : bising usus normal,tidak ada luka dan massa
13) Ekstremitas atas : dapat di gerakkan
14) Ekstremitas bawah : dapat di gerakkan
15) Kulit : warna pucat
16) Genetalia : bersih
B. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral
b. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan mucosa oral, penurunan keinginan untuk makan akibat rasa nyeri di mukosa
mulut
c. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan proses peradangan (inflamasi)
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa mulut
4.3 Intervensi Keperawatan
8. Beri penjelasan
keluarga terhadap
pentingnya
kebersihan oral
9. Menganjurkan
klien untuk
memperbanyak
mengkonsumsi
buah dan sayuran
terutama vitamin
B12, Vitamin C
dan zat Besi
2 Perubahan membran Tujuan: 1. Pantau aktivitas
1. Mencegah terjadinya stomatitis
mukosa oral Setelah dilakukan klien, cegah hal-hal atau membuat semakin parah
berhubungan dengan tindakan keperawatan yang bisa memicu
proses peradangan mukosa oral kembali terjadinya 2. Stomatitis bisa mengakibatkan
(inflamasi) normal dan lesi stomatitis komplikasi yang lebih parah jika
berangsur sembuh 2. Kaji adanya tidak segera ditangani
komplikasi akibat
3. Antibiotik digunakan untuk
Kriteria Hasil kerusakan mengobati infeksi dan obat kumur
1. Mukosa oral membran mukosa bisa menghilangkan kuman-
kembali normal (tidak oral kuman di mulut sehingga bisa
bengkak dan
3. Kolaborasi mencegah terjadinya infeksi lebih
hiperemi) pemberian lanjut
2. Lesi berkurang dan antibiotik dan obat
4. Reaksi alergi bisa menimbulkan
berangsur sembuh kumur infeksi
3. Membran mukosa
oral lembab
5. Oral hygine yang baik dapat
4. Menghindari mencegah timbulnya stomatitis
makanan dan obat-
obatan atau zat
yang dapat
menimbulkanreaksi
alergi pada rongga
mulut
5. Ajarkan oral
hygene yang baik
3 Ketidakseimbangan Tujuan: 1. Kaji status nutrisi
1. Untuk mengetahui status nutrisi
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan pasien pasien
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan 2. Makanan yang lunak
berhubungan dengan nafsu makan timbul
2. Beri nutrisi meminimalkan kerja mulut dalam
perubahan mucosa oral, kembali dan dalam keadaan mengunyah makanan
penurunan keinginan statusnutrisi terpenuhi lunak, porsi sedikit
3. Mengevaluasi berat badan yang
untuk makan akibat Kriteria Hasil: tapi sering menurun ataupun meningkat,
rasa nyeri di mukosa
1. Status nutrisi nutrisi meningkat akan
mulut terpenuhi 3. Pantau berat meningkatkan berat badan
2. Nafsu makan klien badan tiap hari 4. Adanya kalori (sumber energi)
timbul kembali akan mempercepat proses
3. Berat badan normal penyembuhan
5. Dengan memberikan informasi
4. Kolaborasi maka klien akan mengetahui
dengan ahli gizi bagaimana cara untuk tetap
dalam pemberian memenuhi kebutuhan gizi dan
nutrisi nutrisinya setiap hari agar proses
penyembuhan berjalan dengan
5. Berikan cepat
informasi tentang
zat-zat makanan
yang sangat
penting bagi
keseimbangan
metabolisme tubuh
8. Beri penjelasan
dan pengetahuan
mengenai
penyakitnya
9. Dorong klien
untuk ikut
berpartisipasi
dalam setiap
kegiatan
4.4 Implementasi
No Hari/Tanggal DX Jam Implementasi
1. 1 1. mengkaji tingkat nyeri
2. Berikan makanan yang tidak merangsang, seperti
makanan yang mengandung zat kimia
3. Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu
dingin
4. Menghindari pasta gigi yang merangsang
5. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau
saat menggigitmakanan
6. Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid
7. Beri penjelasan tentang faktor penyebab
8. Beri penjelasan keluarga terhadap pentingnya kebersihan
oral
9. Menganjurkan klien untuk memperbanyak
mengkonsumsi buah dan sayuran terutama vitamin B12,
Vitamin C dan zat Besi
2. 2 1. Pantau aktivitas klien, cegah hal-hal yang bisa memicu
terjadinya stomatitis
2. Kaji adanya komplikasi akibat kerusakan membran
mukosa oral
3. Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat kumur
4. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang
dapat menimbulkanreaksi alergi pada rongga mulut
5. Ajarkan oral hygene yang baik
3. 3 1. Kaji status nutrisi pasien
2. Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi
sering
3. Pantau berat badan tiap hari
4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
5. Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat
penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh
4. 4 1. Kaji warna, ukuran, bau, tekstur luka pada rongga oral
pasien.
2. Kaji kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
3. Ajak pasien ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
4. Libatkan keluarga dalam setiap kegiatan pasien.
5. Diskusikan dengan tim kesehatan lain mengenai tindakan
selanjutnya
6. Berikan kondisi lingkungan yang nyaman untuk klien
7. Pemberian analgesic dan kortikosteroid
8. Beri penjelasan dan pengetahuan mengenai penyakitnya
9. Dorong klien untuk ikut berpartisipasi dalam setiap
kegiatan
4.5 Evaluasi
No Hari/Tanggal DX Jam Evaluasi
1. 1 S: Pasien berkata, “Sus, sariawan di mulut saya sudah mulai
mengecil dan nyeri pada mulut saya sudah berkurang.”
O: Bengkak pada mukosa oral pasien sudah mengecil dengan
diameter kurang dari ½ cm
A: Masalah pasien teratasi sebagian.
P : Pertahankan dan lanjutkan intervensi.