Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH BERBAGAI MACAM PERLAKUAN TERHADAP PEMECAHAN


DORMANSI PADA BIJI KELENGKENG (Dimocarpus longan)

Disusun Oleh :
Gilang Noval Abdillah
Pendidikan Biologi Unggulan
13030204041

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2015

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Biji sebagai salah satu komponen tanaman melakukan dormansi untuk


mengadaptasi siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya,
baik musim maupun variasi-variasi yang terjadi. Dormansi pada biji dapat
berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun
tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Dormansi pada biji
dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji keadaan fisiologis dari embrio
atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Seringkali tumbuhan mengalami
dormansi. Dormansi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan pertumbuhan dan
metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Jaringan yang
dorman gagal tumbuh meskipun berada kondisi yang ideal, aktivitasnya akan
berubah, misalkan kadar air menurun, transport antar sel akan terhambat, organel
tertentu mereduksi dan metabolisme lambat.
Pertumbuhan tidak akan terjadi selama biji belum melalui masa
dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap biji
tersebut. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh biji
menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi
olehpetani atau pemakai biji adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Dormansi terjadi dalam berbagai bentuk (biji, daun, buah, dan kuncup).
Untuk dormansi biji pada umumnya mengalami proses dorman pada suatu
periode waktu setelah keluar dari buah. Mekanisme utama yang menyebabkan
suatu biji dormansi adalah faktor lingkungan, faktor internal dan faktor waktu.
Dalam praktikum ini akan dilakukan berbagai cara untuk mematahkan dormansi
yaitu dengan cara mekanik dengan menggosok kulit biji. Dapat pula dilakukan
dengan cara kmia yaitu dengan memberikan larutan kimia saat perendaman.
Berbagai cara tersebut dapat diaplikasikan dalam praktikum ini untuk mengetahui
bagaimana pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan dormansi
biji jarak pagar (Jatropha curcas).

2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah
‘Bagaimana pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan dormansi
biji kelengkeng (Dimocarpus longan)?”

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari percobaan ini
adalah
Untuk mengetahui pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap pemecahan
dormansi biji kelengkeng (Dimocarpus longan).

3
BAB II
KAJIAN TEORI

Dormansi biji berhubungan dengan usaha biji untuk menunda


perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada
embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embrio.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan
faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.

a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi


 Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
 Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau
kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri

b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji

Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh
organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:
- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
-

Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses
fisiologis; terbagi menjadi:
- photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
- immature embrio: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio
yang tidak/belum matang

4
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu

c. Berdasarkan bentuk dormansi

Kulit biji impermeabel terhadap air/O2


 Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp,
endocarp
 Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi
(misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
 Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun
lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan
skarifikasi mekanik.
 Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji,
raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh
hilum.
 Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji.
Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat
dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.

Embrio belum masak (immature embrio)

 Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih


belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon
(melinjo)
 Embrio belum terdiferensiasi
 Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu
untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embrio ini dapat dipatahkan dengan perlakuan
temperatur rendah dan zat kimia.

Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan


kering

5
Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.

Biji membutuhkan suhu rendah


Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae.
Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur,
melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya.
Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan
perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
- jika kulit dikupas, embrio tumbuh.
- embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu
rendah.
- embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji
masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi.
- perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh
kerdil.
- akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi
berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin).

Biji bersifat light sensitive


Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan
intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan
fotoperiodisitas (panjang hari).

Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada
biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika
penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini
tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya
dihambat oleh cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap
untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan
hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic

6
menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan
dengan temperatur rendah.

Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari
spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat
perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic
(sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi
kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji
mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
c. P650 : mengabsorbir di daerah merah
d. P730 : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi
P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan
terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730
nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses
perkecambahan.

Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
- Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
- Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
- Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau
terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur
yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat
digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan randu giberelin.

Dormansi karena zat penghambat


Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-
proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap
substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya
seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang
telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi

7
penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat
di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio,
endosperm, kulit biji maupun daging buah.

Teknik Pematahan Dormansi Biji


Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embrio.
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada
biji, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya
perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat berupa pemberian
perlakuan secara fisis, mekanis, maupun kimia. Hartmann (1997) mengklasifikasikan
dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian ekperimental, karena
menggunakan variabel manipulasi, variabel kontrol, dan variabel respon.

B. VARIABEL PENELITIAN
 Variabel Manipulasi : macam-macam perlakuan (diamplas, direndam dalam
asam sulfat dan dibilas dengan air).
 Variabel Kontrol : jenis biji (biji kelengkeng), jenis tanah, ukuran pot.
 Variabel Respon : perkecambahan biji kelengkeng

C. ALAT DAN BAHAN


- Biji berkulit keras (biji kelengkeng) 30 biji
- H2SO4 pekat 20 ml
- Kertas amplas secukupnya
- Pot 3 pot
- Media tanam berupa tanah humus dan pasir secukupnya
- Air secukupnya
- Gelas kimia 1 buah

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menyediakan 30 biji berkulit keras (biji kelengkeng).
3. 10 biji direndam dalam asam sulfat pekat sebanyak 20 ml selama 5 menit,
kemudian dibilas dengan air.
4. 10 biji yang lain diamplas dengan menggunakan kertas amplas hingga terlihat
endospermanya.
5. 10 biji yang lain dibilas dengan air.
6. Menanam ketiga kelompok biji tersebut pada pot yang bermedia tanam tanah
humus dan pasir dengan perbandingan 1 : 1.
7. Mengamati perkecambahan untuk ketiga pot tersebut setiap hari selama 10
hari. Bila tanah kering dilakukan penyiraman.

9
8. Membuat tabel pengamatan kecepatan perkecambahan dari hasil pengamatan.

E. DESAIN PERCOBAAN

Menyediakan 30 biji berkulit keras (biji jarak


pagar)

10 biji direndam 10 biji diamplas dengan 10 biji di cuci dengan


dalam larutan asam menggunakan kertas
air.
sulfat pekat sebanyak amplas hingga terlihat
20 ml selama 5 menit endospermanya.

Tanam biji tersebut pada media tanah humus


dan pasir dengan perbandingan 1 : 1.

Amati dan catat waktu perkecambahan biji

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel
Tabel Pengamatan Pengaruh Berbagai Macam Perlakuan terhadap Pemecahan
Dormansi Biji Kelengkeng (Dimocarpus longan)
Banyak Biji Kelengkeng yang Berkecambah Pada Perlakuan
Hari ke- Direndam dalam
Di amplas Dicuci dengan air
H2SO4
1 - - -
2 - - -
3 1 - -
4 2 - 1
5 4 - 3
6 - - -
7 - - 4
8 - - -
9 - - -
10 - - -
Σ biji 4 0 4

11
2. Histogram

Histogram Beberapa Perlakuan terhadap Kecepatan Pemecahan Dormansi Biji


Kelengkeng (Dimocarpus longan)

B. ANALISIS DATA
Berdasarkan tabel dan histogram hasil percobaan pengaruh berbagai jenis
perlakuan secara kimia (direndam dalam H2SO4), secara fisika (di amplas) maupun
dibilas dengan air tidak semua berpengaruh terhadap pemecahan dormansi pada
biji kelengkeng. Perlakuan-perlakuan tersebut berpengaruh pada kecepatan
pemecahan dormansi pada biji jarak pagar. Hal tersebut dapat diketahui bahwa
biji yang diberi perlakuan secara fisika dan dibilas dengan air berpengaruh
terhadap kecepatan pemecahan dormansi dibandingkan dengan biji dengan
perlakuan yang direndam dengan asam sulfat.
Biji yang diberi perlakuan secara fisika (diamplas) perkecambahannya
dimulai pada hari ke-3 dan berakhir pada hari ke-5 dengan total biji yang
berkecambah sebanyak 4 biji kelengkeng. Biji yang diberi perlakuan kimia
(direndam dalam H2SO4) tidak mengalami perkecambahan dan biji yang diberi
perlakuan dibilas dengann air perkecambahannya dimulai pada hari ke- 4, 5 dan 7
dengan total biji yang berkecambah sebanyak 4 biji. Dari data yang didapatkan
diketahui bahwa perlakuan fisika, yaitu diamplas, pemecahan dormansinya lebih
cepat dan efektif dibandingkan dengan perlakuan secara kimia maupun dibilas
air, Hal tersebut dapat diketahui dari mulai berkecambahnya biji dan dari total biji
yang berkecambah dengan beberapa perlakuan tersebut.

12
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dan analisis data dapat diketahui bahwa berbagai jenis
perlakuan baik secara fisika, kimia maupun dibilas dengan air tidak semua dapat
berpengaruh terhadap kecepatan pemecahan dormansi, dimana pada perlakuan
secara kimia direndam larutan H2SO4 biji kelengkeng tidak mengalami pemecahan
dormansi, padahal jika dikaji berdasarkan teori urutan pemecahan dormansi
tercepat secara berurutan yaitu perlakuan secara fisika (diamplas), perlakuan
secara kimia (kimia) dan perlakuan dengan dibilas air.
Hal ini mungkin terjadi dikarenakan pada biji yang direndam dengan asam
sulfat bersifat asam sehingga kondisi lingkungan tidak optimal bagi biji untuk
melakukan proses perkecambahan, atau bisa dikarenakan biji mengalami
penjamuran yang disebabkan bakteri yang menyukai pH asam sehingga biji tidak
mengalami pemecahan dormansi.
Dormansi dapat terjadi akibat terbentuknya senyawa-senyawa kimia
inhibitor pada permukaan biji, kurangnya zat-zat perangsang penting dalam
proses pemecahan dormansi disebabkan oleh adanya kulit biji yang keras
sehingga air dan oksigen sebagai pemacu perkecambahan tidak dapat masuk.
Dormansi dapat dipatahkan dengan berbagai jenis cara, diantaranya adalah
dengan melakukan pembekuan, memperpanjang periode pendinginan,
perpanjangan pendedahan pada keadaan dingin, memberi kelembaban tinggi
dengan tersedianya oksigen, melakukan pembakaran, atau melalui beberapa
proses pada usus burung atau mamalia atau dibiarkan ditumbuhi oleh jamur.
Pemecahan dormansi pada biji kelengkeng yang paling efektif adalah
dengan memperlakukan secara fisika, yaitu dengan diamplas. Pengamplasan
dilakukan hingga permukaan kulit biji yang keras terkikis dan endosperma biji
terlihat, namun tidak boleh sampai mengenai mikropil sebagai jalan bagi radikula
dalam melakukan perkecambahan. Bila endosperm telah terbuka, maka imbisi
akan terjadi dan O2 masuk sehingga biji menjadi aktif dan melakukan respirasi
untuk menghasilkan energi (ATP) yang digunakan untuk mengakftifkan enzim
selulase dan pektinase yang terdapat pada kulit biji yang keras sehingga
pemecahan dormansi dapat berlangsing dan akhirnya biji dapat berkecambah.
Tetapi hasil dari biji yang diamplas, direndam air maupun direndam
dengan H2SO4 tidak 100% tumbuh semuanya, hal ini dikarenakan pada saat
percobaan kami menggunakan biji kelengkeng yang masih belum benar-benar
kering. Sehingga biji yang kami tanam tidak tumbuh semuanya yaitu yang

13
diamplas tumbuh 4 biji, dibilas dengan air tumbuh 4 biji dan direndam asam sulfat
tidak tumbuh.

14
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pada perlakuan secara fisika dengan diamplas dan dibilas dengan air
ada pengaruh pada pemecahan dormansi biji kelengkeng (Dimocarpus longan)
yang berkulit keras dan tidak ada pengaruh perendaman asam sulfat terhadap
proses pemecahan dormansi biji kulit keras pada biji kelengkeng (Dimocarpus
longan).

B. Saran
Sebaiknya lakukan kegiatan praktikum dengan teliti dengan mengikuti
prosedur percobaan. Bekerjalah dengan koordinasi yang baik dalam
kelompok. Pilih kuliatas biji yang bagus, kondisi yang sama dan benar-benar
dalam keadaan kering serta lebih teliti dalam melakukan perhitingan agar data
yang diperoleh baik, valid dan benar.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. R. Loveles. 1998. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta:


Gramedia.
Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I. K. Reksowardojo, M. Rivai,
M. Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T. H. Soerawidjaja, T. Prawitasari,
T. Prakoso dan W. Purnama. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisel.
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Rahayu, Sri Yuni dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
UNIPRESS
Soerodikosoemo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sastamihardja, Drajat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :
Depdikbud Dirjen PT Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

16
LAMPIRAN

Perlakuan secara fisika (diamplas) Perlakuan dibilas dengaan air

17

Anda mungkin juga menyukai