MANAJEMEN KOPERASI
PERANGKAT ORGANISASI KOPERASI
NAMA KELOMPOK 4 :
1. Putu Sania Puspa Darma Yanti 1607532049
2. Ni Ketut Ayu Mirah Pusparani 1607532054
3. Anak Agung Ngurah Krisnadeva 1607532055
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI REGULER DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. Asas, Prinsip dan Tujuan Koperasi
1.1 Asas Koperasi
Koperasi memiliki 2 asas utama, yaitu :
1. Asas Kekeluargaan
Artinya setiap anggota koperasi memiliki kesadaran untuk melakukan yang terbaik di
setiap kegiatan koperasi dan dalam segala hal yang dianggap berguna untuk semua
anggota koperasi.
2. Asas Gotong Royong
Artinya setiap anggota koperasi memiliki toleransi, tidak egois (tidak mementingkan
kepentingan individu), dan bersedia menjalin kerjasama dengan anggota lainnya.
Pada kenyataannya, kesadaran anggota untuk memajukan koperasi demi kepentingan
bersama sangat rendah.
Daya saing dan hasil dari koperasi cenderung memiliki kualitas yang lebih rendah
dibandingkan pihak swasta yang murni menjalankan kegiatan ekonomi untuk mencari
laba.
1.2 Tujuan Koperasi
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia yang tercantum dalam Pasal 3
Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1992, tujuan koperasi adalah :
Meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi dan masyarakat
Turut serta dalam membangun tatanan perekonomiannasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat makmur, adil, dan maju dengan tetap berlandaskan pada
pancasila dan UUD 1945.
1.3 Fungsi Koperasi
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasar 4, fungsi koperasi antar lain
adalah :
Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota (pada
khususnya) dan masyarakat (pada umumnya) dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
Aktif dalam upaya menigkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai gurunya.
Berusaha mewujudkan dan melakukan pengembangan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama yang berdasar pada azas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi
1.4 Prinsip Koperasi
Prinsip Koperasi menurut Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 adalah
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil dan sesuai dengan
jasa usaha setiap anggotanya
4. Pemberian balas jasa yang sesuai dengan modal
5. Kemandirian
6. Pendidikan perkoperasian
7. Kerjasama antar koperasi
Prinsip koperasi sesuai dengan International Cooperative Aliance (Federasi Koperasi non-
Pemerintah Internasional) adalah :
Keanggotan yang sifatnya terbuka dan sukarela
Pengelolaan yang demokratis
Kebebasan dan otonomi
Partisipasi anggota dalam ekonomi
Pengembangan pendidikan, pelatihan dan informasi
2. Kriteria-Kriteria Koperasi
Menurut tokoh koperasi Ibnoe Soedjono, untuk memahami apa yang disebut kemampuan
koperasi, kita perlu menggunakan tolak ukur keberhasilan koperasi secara mikro.
Keberhasilan koperasi dapat didekati dari dua sudut, yaitu sudut perusahaan dan sudut efek
koperasi.
2. Peningkatan modal
terutama yang berasal dari koperasi sendiri. Jumlah modal dari dalam dapat digunakan
sebagai salah satu indikator utama dari kemandirian koperasi. Semakin besar modal dari
dalam berarti kemandirian koperasi tersebut semakin tinggi. Indikator kemandirian yang lain
adalah keberanian manajemen untuk mengambil keputusan sendiri.
1. Produktivitas
artinya koperasi dengan seluruh hasil kegiatannya dapat memenuhi seluruh kewajiban
yang harus dibayarnya, seperti: biaya perusahaan, kewajiban kepada anggota, dan
sebagainya.
2. Efektivitas
dalam arti mampu memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap anggota-anggotanya.
3. Adil
dalam melayani anggota-anggota, tanpa melakukan diskriminasi.
4. Mantap
dalam arti bahwa koperasi begitu efektif sehingga anggota-anggota tidak ada alasan untuk
meninggalkan koperasi guna mencari alternatif pelayanan di tempat lain yang dianggap
lebih baik.
Ibnoe Soedjono juga menambahkan bahwa di Indonesia ada ukuran keberhasilan lain
yang perlu digunakan secara makro, sebagai akibat dari peranan koperasi dalam melayani
masyarakat dan sebagai alat kebijaksanaan pembangunan pemerintah. Ukuran keberhasilan
ini seringkali didasarkan pada penilaian pemerintah terhadap pencapaian target yang sudah
ditetapkan. Dalam hal dimana koperasi melaksanakan program-program pemerintah, maka
seharusnya pemerintah menetapkan target-target yang ingin dicapai yang seharusnya sama
atau tidak bertentangan dengan target yang diinginkan koperasi, sehingga keduanya dapat
dipadukan. Dengan demikian kepuasan anggota sebagai tolok ukur keberhasilan koperasi
tetap bisa digunakan sebab apa pun yang telah dicapai koperasi, keberhasilan koperasi harus
diukur dari pendapat anggota-anggotanya, apakah mereka puas atau tidak atas kinerja
koperasinya. Dengan berpedoman pada manajemen koperasi dimana rapat anggota
mempunyai kekuasaan tertinggi, maka pengurus koperasi harus berhasil dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya sehingga anggota bisa merasa puas atas kinerja koperasinya.
Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dihasilkan koperasi sebagai sistem terbuka pada
hakikatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor ekstern sebagai berikut:
Iklim yang baik di bidang ekonomi, politik, dan hukum yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan koperasi, seperti: kebijakan ekonomi yang membantu dan melindungi
kegiatan rakyat kecil, kemampuan politik untuk membantu dan mengembangkan
koperasi, dan peraturan perundang-undangan yang melindungi dan memantapkan
peranan koperasi.
Kebijakan pemerintah yang jelas dan efektif untuk mendukung koperasi, seperti:
kebijakan di bidang produksi, perdagangan, perkreditan, perpajakan, dan sebagainya.
Sistem prasarana yang dapat melancarkan perkembangan koperasi, seperti: pelayanan
birokrasi, pendidikan, penyuluhan, sarana perhubungan dan pengangkutan,
perkreditan, dan sebagainya.
Kondisi lingkungan setempat yang memungkinkan untuk perkembangan koperasi,
seperti: semangat gotong-royong, tidak ada kekuatan monopolis, dan tidak ada
persaingan yang tidak seimbang.
Menurut M.G. Suwarni Dosen FE Universitas Janabadra Yogyakarta, keberhasilan koperasi
dalam melaksanakan perannya sebagai tiang perekonomian bangsa , dengan hirarki
kedudukan koperasi sebagai badan usaha, sebagai gerakan ekonomi, maupun sebagai sistem
ekonomi memerlukan tolok ukur minimal (Nugroho SBM, 1996).
Selanjutnya M.G. Suwarni menyatakan bahwa koperasi bisa berkembang apabila koperasi
tersebut baik dan sehat. Koperasi dikatakan baik apabila di dalam koperasi tersebut tidak
terjadi penyimpangan yang fatal, tidak ada monopoli kekuasaan lain selain rapat anggota, dan
semua unsur organisasi koperasi memberi dukungan terhadap pelaksanaan program
kerja/keputusan yang telah disepakati. Sedangkan tingkat kesehatan koperasi diukur dari
kesehatan organisasinya, kesehatan mentalnya, dan kesehatan usahanya.
Organisasi koperasi dikatakan sehat apabila kesadaran anggota koperasi tinggi, AD/ART
dilaksanakan, rapat anggota/pengurus/badan pengawas dapat berfungsi secara optimal.
Kesehatan mental koperasi dapat dilihat dari besarnya tanggung jawab rapat
anggota/pengurus/badan pengawas, pengelolaan koperasi berdasarkan
kemanusiaan/kekeluargaan, keterbukaan, kejujuran, dan keadilan, program-program
pendidikan koperasi dilaksanakan secara rutin, konflik-konflik disfungsional dapat diatasi,
serta koperasi dapat hidup mandiri. Usaha koperasi sehat apabila pengelolaanya didasarkan
atas azas dan sendi dasar koperasi, berjalan secara rutin, RAT dilaksanakan secara rutin,
setiap RAT dibagikan SHU secara adil, memberikan pelayan yang baik, dan usaha yang
semakin meningkat.
Manajemen operasi adalah salah satu aspek dari manajemen koperasi yang memusatkan
perhatiannya terhadap pengelolaan variable-variabel kunci yang menentukan tercapainya
efisiensi dan efektifitas kegiatan utama koperasi secara optimal. Manajemen operasi dapat di
bagi atas beberapa manajemen lain yang mencakup manajemen operasi, yaitu:
Manajemen masukan
Yang dimaksud dengan masukan dalam hal ini adalah bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi tersebut. Sehubungan dengan bahan baku ini, maka pertama-
tama pengurus koperasi harus bisa menentukan sumber pengadaan bahan baku yang
paling murah dengan kualitas yang memadai.
Manajemen Keluaran
Pengurus koperasi harus dapat menentukan secara tepat baik jumlah satuan yang
akan dihasilkan yang dapat diserap oleh pasar, maupun standar kualitas tertentu
sesuai dengan sasaran pasar yang ingin diraih. Selain itu, agar proses produksi ini
dapat dijalankan dengan biaya serendah-rendahnya, dengan keluaran yang memenuhi
standar kualitas tertentu, maka standar penyusunan produksi dam biaya merupakan
kebutuhan yang mutlak sifatnya pada tahap produksi ini.
Manajemen Kas
Pusat perhatian manajemen kas adalah pada tercapainya keseimbangan antara kas
yang dikeluarkan (cash outflow) dengan kas yang diterima (cash inflow).
Manajemen Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak-pihak diluar Koperasi yang timbul karena
adanya penjualan atau penyerahan jasa-jasa koperasi.. Permasalahan manajemen
piutang biasanya terletak pada segi kolektibilitas atau penagihannya.
Manajemen Persediaan
Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki oleh kopersai , dengan maksud untuk
dijual kembali atau diproses lebih lanjut menjadi produk baru yang mempunyai nilai
ekonomis lebih tinggi. Sesuai dengan jenisnya, maka pesediaan dapat dibedakan
menjadi persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi.
1. Analisis pasar,
2. Identifikasi kebutuhan konsumen,
3. Menyusun rencana pemenuhan kebutuhan konsumen,
4. Menguji rencana pemasaran dengan menempatkan produk ke pasar,
5. Evaluasi hasil-hasil pengujian rencana pemasaran.
Masalah utama pemasaran adalah mengupayakan terpenuhinya kepuasan konsumen melalui
perencanaan yang cermat terhadap elemen-elemen kunci pemasaran. Elemen-elemen kunci
pemasaran antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut: perencanaan produk, distribusi
produk, penetapan harga jual, metode promosi, dan pelayanan purna jual.
4. Beberapa Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi
4.1. Karakteristik Unsur Pokok dan Tatanan Manajemen Koperasi
1) Anggota-anggota perseorangan.
2) Kegiatan-kegiatan ekonomi para anggota.
3) Kelompok koperasi.
4) Perusahaan koperasi.
5) Hubungan-hubungan usaha yang tercermin oleh keterkaitan antara kegiatan-
kegiatan ekonomi para anggota dan kegiatan perusahan koperasi, ataukah.
6) Organisasi koperasi, sebagai suatu sistem sosial-ekonomi secara keseluruhan.
Dalam keanggotaan koperasi bersifat terbuka untuk semua pemakai. Modal awal yang
dimasukkan minimal, karenanya yidak merupakan rintangan bagi keanggotaan. Para
anggota dapat memasukkan dana tambahan sesuai dengan pemanfaatannya terhadap
pelayanan koperasi.
Jenis Koperasi Produksi dan Koperasi Pemberi Peningkatan Pelayanan, yaitu:
Koperasi Produksi: para anggotanya memperoleh lapangan kerja padanya.
Koperasi Pengadaan (Koperasi Pembelian): yang menyediakan barang dan jasa
bagi para anggotanya.
Koperasi Penjualan (Koperasi Pemasaran): menjual/memasarkan barang dan jasa
para anggotanya.
Tipe-tipe Koperasi berdasarkan Struktur Kombinasi Bisnis pada Koperasi Primer
Koperasi yang beroperasi secara eksekutif/koperasi tradisional (Tradisional co-
operative).
Koperasi mata rantai tata niaga (market-linkage co-operative).
Koperasi yang terpadu (integrated co-operative).
Kriteria lain yang diterapkan dalam membedakan Organisasi-Organisasi Koperasi
Menurut sektor ekonomi atau bidang usaha ekonomi para anggotanya (misal:
koperasi pertanian, koperasi industri, koperasi kerajinan).
Menurut profesi para anggotanya (misal: koperasi petani, koperasi nelayan,
koperasi penjahit, koperasi pandai besi, koperasi tukang daging).
Menurut pusat geografis dari kegiatan para anggotanya (misal: koperasi
perkotaan, koperasi pedesaan).
Menurut daerah kerja perusahaan-perusahaan koperasi (koperasi lokal, regional,
nasional, dan internasional).
Koperasi Tunggal-Usaha (Single Purpose Cooperative).
Koperasi Serba Usaha (Multipurpose Cooperative).
Koperasi Aneka Jasa (Full Service Cooperative) Organisasi Koperasi Primer,
Sekunder, dan Tersier
Adapun Nilai-Nilai Dasar Gerakan Koperasi
a) Nilai Fundamental
1. Menolong diri sendiri (self-help)
2. Tanggung jawab sendiri (self-responsibility)
3. Demokrasi (democracy)
4. Persamaan (equality)
5. Keadilan (equity)
6. Kesetiakawanan (solidarity)
b) Nilai Etis
1. Kejujuran (honesty)
2. Keterbukaan (openess)
3. Tanggung jawab sosial (social resposibility)
4. Kepedulian terhadap orang lain (care for others)
Koperasi sebagai organisasi berbasis orang dan keanggotaan (membership based
association) menjadi kekuatan substantif perekonomian negara maju (Denmark, AS,
Singapura, Korea, Jepang, Taiwan, Swedia
Bentuk Koperasi (Pp No. 60 Tahun 1959)
a) Koperasi Primer
b) Koperasi Pusat
c) Koperasi Gabungan
d) Koperasi Induk
Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder
• Koperasi Primer merupakan meningkatkan kepentingan usaha ekonomi para
anggota perseorangan.
• Koperasi Sekunder merupakan memberikan pelayanan kepada para
anggotanya di tingkat primer (organisasi koperasi primer) dan koperasi yang
anggota-anggotanya adalah organisasi koperasi .
• Organisasi Koperasi Tersier: memberikan pelayanan kepada para
anggotanya di tingkat primer (organisasi koperasi sekunder).
Keterangan:
Kekayaan Bersih: hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dg total
nilai kewajiban tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha.
Hasil penjualan tahunan: hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari
penjualan barang dan atau jasa usahanya dalam 1 tahun buku.
Kriteria usaha kecil dan menengah diatur dalam Undang-Undang UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah) No. 20 Tahun 2008 pada pasal 6. Kriteria Usaha Mikro
adalah yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Kriteria Usaha Kecil adalah yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500. 000.000,00
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau yang
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Sedangkan Kriteria Usaha Menengah adalah yang memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
8. Aspek Non Financial Pendukung Kemajuan UMKM di Indonesia
Menurut survey BPS tahun 2004, di Indonesia ada 141,36 juta UMKM (99,9% dari
total unit usaha). Dengan jumlahnya yang begitu banyak, serta kemampuannya dalam
menyerap tenaga kerja (76,55 juta atau 99,5% dari total angkatan kerja yang bekerja), dengan
total kontribusi yang sangat signifikan yaitu sebesar 55,3% dari total PDB, maka potensi
yang dimiliki oleh UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sangatlah
besar. Itulah alasan mengapa pemerintah begitu gencar dalam usahanya mengembangkan
UMKM, selain dengan pembuktian empiris dimana saat periode krisis ekonomi kemarin,
ketika begitu banyak perusahaan-perusahaan besar yang tumbang dan melakukan PHK
dalam jumlah besar, UMKM dengan fleksibilitasnya mampu survive dari kondisi tersebut
Secara teoritis Hoselitz (1959) sebagai orang pertama yang membahas relasi antara
tingkat pendapatan dan tingkat dominasi UKM, mengemukakan bahwa dari hasil studinya
dengan menggunakann data dari sejumlah negara-negara di Eropa, menyimpulkan bahwa
dalam proses pembangunan di suatu wilayah tercerminkan dalam laju pertumbuhan PDB
atau peningkatan pendapatan perkapita, kontribusi UKM di wilayah tersebut mengalami
perubahan.
dan kelemahan yang kemudian harus diminimalisir dalam menjawab tantangan internal
maupun eksternal. Aspek-aspek yang menjadi kekuatan dan kelemahan tersebut adalah:
Prospek Kekuatan
a. Aspek SDM : Motivasi yang kuat untuk mempertahankan usahanya serta supply
tenaga kerja yang melimpah dan dengan upah yang relatif murah.
b. Aspek Ekonomi : Kekuatan UKM apabila dilihar dari faktor ekonomi (bisnis)
adalah :Mengandalkan sumber keuangan informal yang mudah diperoleh,
mengandalkan bahan-bahan baku lokal (tergantung pada jenis produk yang
dibuat) dan melayani segmen pasar bawah yang tinggi permintaan (proposi dari
populasi paling besar).
c. UKM biasanya memenuhi permintaan (aggregate demand) yang terjadi di
wilayah regionalnya sehinggi UKM menyebar di seluruh pelosok dengan ragam
bidang usaha.
d. Sebagian besar UKM adalah padat karya (Labour intensive) megingat teknologi
yang digunakan UKM relatif sederhana. Persentase distribusi nilai tambah sangat
besar sehingga distribusi pendapatan bisa lebih tercapai.
e. Hubungan erat antara pemilik dengan karyawan menyebabkan sulitnya terjadi
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Keadaaan ini menunjukan betapa usaha kecil
memiliki fungsi sosial ekonomi
Kelemahan:
a. Kualitas SDM rendah baik dilihat dari tingkat pendidikan formal maupun ditinjau
dari kemampuan untuk melihat peluang bisnis, tingkat produktivitas rendah,
penggunaan tenaga kerja cenderung eksploitatif dengan tujuan untuk mengejar
target, sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja tidak dibayar.
b. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah
administratif pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to date
sehingga sulit untuk menilai kinerjanya.
c. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi Serta
Keterbatasan Modal.
d. Pengalaman manajerial dan mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
e. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta difersifikasi pasar sangat terbatas
f. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat
keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar
modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus
tranparan.
10. Pola Pemberdayaan Koperasi
Sejak lama Pemerintah sudah melakukan pembinaan terhadap usaha kecil,
menengah dan koperasi. Pembinaan terhadap kelompok usaha ini semenjak
kemerdekaan telah mengalami perubahan. Dahulu pembinaan terhadap koperasi
dipisahkan dengan pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah. Yang satu dibina
oleh Departemen Koperasi sedangkan yang lain dibina oleh Departemen
Perindustrian dan Departemen Perdagangan. Setelah melalui perubahan beberapa
kali maka semenjak beberapa tahun terakhir pembinaan terhadap usaha kecil, m
eneng ah dan koperasi dilakukan satu atap di bawah Departemen Koperasi,
Pengusaha Kecil dan Menengah.
10.1. Pola Pembinaan UMKM dan Koperasi Dalam Rangka Otonomi Daerah
Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah maka pembinaan terhadap usaha kecil,
menengah dan koperasi perlu dirumuskan dalam suatu pola pembinaan yang dapat
memberdayakan dan mendorong peningkatan kapasitas usaha kecil, m eneng ah dan koperasi
tersebut. Pola pembinaan tersebut harus memperhatikan kondisi perkembangan lingkungan
strategis yang meliputi perkembangan global, regional dan nasional. Disamping itu juga pola
pembinaan tersebut hendaknya belajar kepada pengalaman pembinaan terhadap usaha kecil,
menengah dan koperasi yang telah dilaksanakan selama ini.
Pola pembinaan terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi yang ditawarkan untuk
meningkatkan kapasitas dan daya saingnya dalam rangka Otonomi Daerah antara lain adalah :
Sumantri, Bambang Agus dan Permana, Erwin Putera. 2017. Manajemen Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (Perkembangan, Teori dan Praktek). Kediri: Fakultas
Ekonomi Universitas Nusantara.
https://vhi3y4.wordpress.com/2009/12/03/pola-pembinaan-usaha-kecil-menengah-dan-
koperasi-dalam-rangka-otonomi-daerah/ (Diakses tanggal 23 Februari 2019).
http://adindaa08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/peran-umkm-dalam-meningkatkan-
pertumbuhan-ekonomi-indonesia/ . (Diakses tanggal 23 Februari 2019).
https://www.kompasiana.com/ussisa/565e27124623bdb70eba545b/problematika-apa-
saja-yang-dihadapi-umkm-di-indonesia (Diakses tanggal 23 Februari 2019).
Hamdani. 2015. Pemberdayaan Umkm Menurut UU No.20 Tahun 2008 Tentang Umkm
https://hamdani75.wordpress.com/arah-dan-strategi-pengembangan-umkm-di-
indonesia/pemberdayaan-umkm-menurut-uu-no-20-tahun-2008-tentang-umkm/ (Diakses
23Februari 2019)
Plendi. 2016. Makalah Manajemen Koperasi Dan Umkm “Memahami Koperasi Sebagai
Organisasi Bisnis” https://ekonomimahasiswa.blogspot.com/2016/11/makalah-kukm-
memahami-koperasi-sebagai.html (Diakses 23 Februari 2019)
Aha.2017. Koperasi : Pengertian, Fungsi, Prinsip, Asas, Jenis, Tujuan
https://www.ilmudasar.com/2017/08/Pengertian-Fungsi-Ciri-Kelebihan-dan-Kekurangan-
Koperasi-adalah.html
Ira suciati. 2013. Kriteria Koperasi
http://irasuciati.blogspot.com/p/kriteria-dan-100-koperasi-terbesar.html
Liaditya. 2019. Aspek-Aaspek Manajemen Koperasi
https://liasetianingsih.wordpress.com/2009/11/11/aspek-aspek-manajemen-koperasi/