Anda di halaman 1dari 25

SAP 4

MANAJEMEN KOPERASI
PERANGKAT ORGANISASI KOPERASI

NAMA KELOMPOK 4 :
1. Putu Sania Puspa Darma Yanti 1607532049
2. Ni Ketut Ayu Mirah Pusparani 1607532054
3. Anak Agung Ngurah Krisnadeva 1607532055

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI REGULER DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. Asas, Prinsip dan Tujuan Koperasi
1.1 Asas Koperasi
Koperasi memiliki 2 asas utama, yaitu :
1. Asas Kekeluargaan
Artinya setiap anggota koperasi memiliki kesadaran untuk melakukan yang terbaik di
setiap kegiatan koperasi dan dalam segala hal yang dianggap berguna untuk semua
anggota koperasi.
2. Asas Gotong Royong
Artinya setiap anggota koperasi memiliki toleransi, tidak egois (tidak mementingkan
kepentingan individu), dan bersedia menjalin kerjasama dengan anggota lainnya.
 Pada kenyataannya, kesadaran anggota untuk memajukan koperasi demi kepentingan
bersama sangat rendah.
 Daya saing dan hasil dari koperasi cenderung memiliki kualitas yang lebih rendah
dibandingkan pihak swasta yang murni menjalankan kegiatan ekonomi untuk mencari
laba.
1.2 Tujuan Koperasi
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia yang tercantum dalam Pasal 3
Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1992, tujuan koperasi adalah :
 Meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi dan masyarakat
 Turut serta dalam membangun tatanan perekonomiannasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat makmur, adil, dan maju dengan tetap berlandaskan pada
pancasila dan UUD 1945.
1.3 Fungsi Koperasi
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasar 4, fungsi koperasi antar lain
adalah :
 Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi anggota (pada
khususnya) dan masyarakat (pada umumnya) dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
 Aktif dalam upaya menigkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
 Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai gurunya.
 Berusaha mewujudkan dan melakukan pengembangan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama yang berdasar pada azas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi
1.4 Prinsip Koperasi
Prinsip Koperasi menurut Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 adalah
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil dan sesuai dengan
jasa usaha setiap anggotanya
4. Pemberian balas jasa yang sesuai dengan modal
5. Kemandirian
6. Pendidikan perkoperasian
7. Kerjasama antar koperasi
Prinsip koperasi sesuai dengan International Cooperative Aliance (Federasi Koperasi non-
Pemerintah Internasional) adalah :
 Keanggotan yang sifatnya terbuka dan sukarela
 Pengelolaan yang demokratis
 Kebebasan dan otonomi
 Partisipasi anggota dalam ekonomi
 Pengembangan pendidikan, pelatihan dan informasi

2. Kriteria-Kriteria Koperasi
Menurut tokoh koperasi Ibnoe Soedjono, untuk memahami apa yang disebut kemampuan
koperasi, kita perlu menggunakan tolak ukur keberhasilan koperasi secara mikro.
Keberhasilan koperasi dapat didekati dari dua sudut, yaitu sudut perusahaan dan sudut efek
koperasi.

2.1 Pendekatan dari sudut perusahaan:

1. Peningkatan anggota perorangan.


Pada dasarnya lebih penting jumlah anggota perorangan daripada jumlah koperasi, karena
sebagai kumpulan orang kekuatan ekonomi bersumber dari anggota perorangan. Ada dua
faktor keanggotaan yang perlu diperhatikan, yaitu kemampuan ekonomi dan tingkat
kecerdasan anggota. Kemampuan ekonomi anggota penting karena dapat digerakkan untuk
menyusun investasi, sedangkan kecerdasan anggota sangat menentukan mutu manajemen
yang sifatnya partisipatori dalam rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi dengan satu
anggota satu suara.

2. Peningkatan modal
terutama yang berasal dari koperasi sendiri. Jumlah modal dari dalam dapat digunakan
sebagai salah satu indikator utama dari kemandirian koperasi. Semakin besar modal dari
dalam berarti kemandirian koperasi tersebut semakin tinggi. Indikator kemandirian yang lain
adalah keberanian manajemen untuk mengambil keputusan sendiri.

3. Peningkatan volume usaha


Volume usaha berkaitan dengan skala ekonomi, semakin besar volume usaha suatu koperasi
berarti semakin besar potensinya sebagai perusahaan, sehingga dapat memberikan pelayanan
dan jasa yang lebih baik kepada para anggota. Sejalan dengan identitas koperasi yang
menyatakan bahwa anggota dan pelanggan adalah orang yang sama, maka volume usaha
terutama harus berasal dari jasa anggota. Loyalitas dan partisipasi aktif anggota sangat
menentukan besarnya volume usaha koperasi khususnya yang berasal dari anggota
4. Peningkatan pelayanan kepada anggota dan masyarakat
Berbeda dengan unsur yang lain, pelayanan ini sukar dihitung secara kuantitatif. Anggota
dapat merasakan efeknya dengan membandingkan sebelum dan sesudah ada koperasi. Bentuk
pelayanan dapat bermacam-macam, misalnya: pendidikan, kesehatan, beasiswa, sumbangan,
pelayanan usaha yang cepat dan efisien, dan sebagainya.

2.2 Pendekatan dari sudut efek koperasi

1. Produktivitas
artinya koperasi dengan seluruh hasil kegiatannya dapat memenuhi seluruh kewajiban
yang harus dibayarnya, seperti: biaya perusahaan, kewajiban kepada anggota, dan
sebagainya.

2. Efektivitas
dalam arti mampu memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap anggota-anggotanya.

3. Adil
dalam melayani anggota-anggota, tanpa melakukan diskriminasi.

4. Mantap
dalam arti bahwa koperasi begitu efektif sehingga anggota-anggota tidak ada alasan untuk
meninggalkan koperasi guna mencari alternatif pelayanan di tempat lain yang dianggap
lebih baik.

Ibnoe Soedjono juga menambahkan bahwa di Indonesia ada ukuran keberhasilan lain
yang perlu digunakan secara makro, sebagai akibat dari peranan koperasi dalam melayani
masyarakat dan sebagai alat kebijaksanaan pembangunan pemerintah. Ukuran keberhasilan
ini seringkali didasarkan pada penilaian pemerintah terhadap pencapaian target yang sudah
ditetapkan. Dalam hal dimana koperasi melaksanakan program-program pemerintah, maka
seharusnya pemerintah menetapkan target-target yang ingin dicapai yang seharusnya sama
atau tidak bertentangan dengan target yang diinginkan koperasi, sehingga keduanya dapat
dipadukan. Dengan demikian kepuasan anggota sebagai tolok ukur keberhasilan koperasi
tetap bisa digunakan sebab apa pun yang telah dicapai koperasi, keberhasilan koperasi harus
diukur dari pendapat anggota-anggotanya, apakah mereka puas atau tidak atas kinerja
koperasinya. Dengan berpedoman pada manajemen koperasi dimana rapat anggota
mempunyai kekuasaan tertinggi, maka pengurus koperasi harus berhasil dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya sehingga anggota bisa merasa puas atas kinerja koperasinya.

Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dihasilkan koperasi sebagai sistem terbuka pada
hakikatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor ekstern sebagai berikut:

 Iklim yang baik di bidang ekonomi, politik, dan hukum yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan koperasi, seperti: kebijakan ekonomi yang membantu dan melindungi
kegiatan rakyat kecil, kemampuan politik untuk membantu dan mengembangkan
koperasi, dan peraturan perundang-undangan yang melindungi dan memantapkan
peranan koperasi.
 Kebijakan pemerintah yang jelas dan efektif untuk mendukung koperasi, seperti:
kebijakan di bidang produksi, perdagangan, perkreditan, perpajakan, dan sebagainya.
 Sistem prasarana yang dapat melancarkan perkembangan koperasi, seperti: pelayanan
birokrasi, pendidikan, penyuluhan, sarana perhubungan dan pengangkutan,
perkreditan, dan sebagainya.
 Kondisi lingkungan setempat yang memungkinkan untuk perkembangan koperasi,
seperti: semangat gotong-royong, tidak ada kekuatan monopolis, dan tidak ada
persaingan yang tidak seimbang.
Menurut M.G. Suwarni Dosen FE Universitas Janabadra Yogyakarta, keberhasilan koperasi
dalam melaksanakan perannya sebagai tiang perekonomian bangsa , dengan hirarki
kedudukan koperasi sebagai badan usaha, sebagai gerakan ekonomi, maupun sebagai sistem
ekonomi memerlukan tolok ukur minimal (Nugroho SBM, 1996).

Tolok ukur keberhasilan koperasi sebagai badan usaha


1. Jenis anggota, jumlah anggota, dan jumlah anggota yang aktif serta benar-benar ikut
memiliki koperasi (jumlah anggota yang berkualitas.
2. Jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela, serta kesadaran
anggota untuk membayarnya. Simpanan-simpanan tersebut merupakan komponen
modal sendiri bagi koperasi.
3. Besarnya SHU dan distribusi SHU kepada anggota. Semakin adil pendistribusian
SHU kepada anggota berarti koperasi tersebut semakin berhasil.
4. Besarnya modal, asal modal, dan jenis pemilik modal. Koperasi yang memiliki
modal besar tetapi jumlah anggotanya sedikit bisa dibilang bukan koperasi.

Tolok ukur keberhasilan koperasi sebagai gerakan ekonomi


1. Jasa pelayanan yang diberikan koperasi, sehingga usaha koperasi lebih maju.
2. Peningkatan kondisi sosial ekonomi anggota koperasi.
Tolok ukur keberhasilan koperasi sebagai sistem ekonomi
1. Kerja sama yang baik dengan organisasi-organisasi lain, tanpa persaingan dalam
melaksanakan usahanya.
2. Koperasi semakin dapat dipercaya, tanpa harus dikendalikan secara ketat oleh
pemerintah.
3. Peningkatan peran serta koperasi sejajar dengan BUMN dan perusahaan-perusahaan
swasta dalam kebijakan-kebijakan, termasuk kepemilikan saham BUMN dan
perusahaan swasta oleh koperasi.

Selanjutnya M.G. Suwarni menyatakan bahwa koperasi bisa berkembang apabila koperasi
tersebut baik dan sehat. Koperasi dikatakan baik apabila di dalam koperasi tersebut tidak
terjadi penyimpangan yang fatal, tidak ada monopoli kekuasaan lain selain rapat anggota, dan
semua unsur organisasi koperasi memberi dukungan terhadap pelaksanaan program
kerja/keputusan yang telah disepakati. Sedangkan tingkat kesehatan koperasi diukur dari
kesehatan organisasinya, kesehatan mentalnya, dan kesehatan usahanya.

Organisasi koperasi dikatakan sehat apabila kesadaran anggota koperasi tinggi, AD/ART
dilaksanakan, rapat anggota/pengurus/badan pengawas dapat berfungsi secara optimal.
Kesehatan mental koperasi dapat dilihat dari besarnya tanggung jawab rapat
anggota/pengurus/badan pengawas, pengelolaan koperasi berdasarkan
kemanusiaan/kekeluargaan, keterbukaan, kejujuran, dan keadilan, program-program
pendidikan koperasi dilaksanakan secara rutin, konflik-konflik disfungsional dapat diatasi,
serta koperasi dapat hidup mandiri. Usaha koperasi sehat apabila pengelolaanya didasarkan
atas azas dan sendi dasar koperasi, berjalan secara rutin, RAT dilaksanakan secara rutin,
setiap RAT dibagikan SHU secara adil, memberikan pelayan yang baik, dan usaha yang
semakin meningkat.

3. Aspek- Aspek Koperasi


Sesuai dengan fungsi-fungsi yang terdapat dalam setiap perusahaan termasuk Koperasai,
maka penerapan masing-masing fungsi manajemen itu memerlukan penjabaran lebih lanjut.
Dalam garis besarny, fungsi-fungsi yang terdapat dalam setiap Koperasi dapat dibedakan atas
dasar fungsi operasi, fungsi keuangan, fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan umum.

3.1 Manajemen Operasi

Manajemen operasi adalah salah satu aspek dari manajemen koperasi yang memusatkan
perhatiannya terhadap pengelolaan variable-variabel kunci yang menentukan tercapainya
efisiensi dan efektifitas kegiatan utama koperasi secara optimal. Manajemen operasi dapat di
bagi atas beberapa manajemen lain yang mencakup manajemen operasi, yaitu:

 Manajemen masukan
Yang dimaksud dengan masukan dalam hal ini adalah bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi tersebut. Sehubungan dengan bahan baku ini, maka pertama-
tama pengurus koperasi harus bisa menentukan sumber pengadaan bahan baku yang
paling murah dengan kualitas yang memadai.

 Manajemen Peralatan dan SDA


Pengurus koperasi harus menentukan secara cermat jenis alat produksi yang hendak
digunakan, serta jumlah dan kualitas sumber daya manusia yang akan melaksanakan
proses produksi tersebut.

 Manajemen Keluaran
Pengurus koperasi harus dapat menentukan secara tepat baik jumlah satuan yang
akan dihasilkan yang dapat diserap oleh pasar, maupun standar kualitas tertentu
sesuai dengan sasaran pasar yang ingin diraih. Selain itu, agar proses produksi ini
dapat dijalankan dengan biaya serendah-rendahnya, dengan keluaran yang memenuhi
standar kualitas tertentu, maka standar penyusunan produksi dam biaya merupakan
kebutuhan yang mutlak sifatnya pada tahap produksi ini.

3.2 Manajemen Keuangan


Pusat perhatian manajemen keuangan adalah terhadap pengelolaan berbagai aspek keuangan
suatu usah. Masalah utama yang biasanya dihadapi dalam kaitannya dengan pengelolaan
keuanagan ini adalah masalah menentukan berbagai kemungkianan perolehan sumber dana,
yaitu yang bisa diperoleh dengan biaya relative murah, serta masalah penggunaannya untuk
membiayai berbagai kegiatan sesuai dengan prioritas yang telah ditentukan.

 Manajemen Modal Kerja


Modal kerja diperlukan dalam menunjang kelancaran kegiatan seperti membeli
bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar utang, membayar bunga, dan
kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan rutin koperasi. Yang menjadi elemen
modal kerja adalah semua aktiva lancar.

 Manajemen Kas
Pusat perhatian manajemen kas adalah pada tercapainya keseimbangan antara kas
yang dikeluarkan (cash outflow) dengan kas yang diterima (cash inflow).

 Manajemen Piutang
Piutang adalah tagihan kepada pihak-pihak diluar Koperasi yang timbul karena
adanya penjualan atau penyerahan jasa-jasa koperasi.. Permasalahan manajemen
piutang biasanya terletak pada segi kolektibilitas atau penagihannya.

 Manajemen Persediaan
Persediaan adalah barang-barang yang dimiliki oleh kopersai , dengan maksud untuk
dijual kembali atau diproses lebih lanjut menjadi produk baru yang mempunyai nilai
ekonomis lebih tinggi. Sesuai dengan jenisnya, maka pesediaan dapat dibedakan
menjadi persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi.

 Manajemen Infestasi Jangka Pendek


Yang dimaksud dengan infestasi jangka pendek adalah infestasi berupa pembelian
surat-surat berharga jangka pendek dengan tujuan untuk segera dijual kembali.
Tindakan infestasi jangka pendek ini biasanya dilakukan untuk mendayagunakan
kelebihan sementara koperasi, yaitu untuk memperoleh pendapatan tambahan. Hasil
yang diperoleh dari infestasi jangka pendek ini dapat berupa pendapatan bunga,
dividen, atau keuntungan selisih kurs, transaksi jual beli mata uang asing.

3.3 Manajemen Pemasaran


Sebagai suatu proses, maka kegiatan pemasaran dapat dibagi atas beberapa tahap kegiatan
sebagai berikut:

1. Analisis pasar,
2. Identifikasi kebutuhan konsumen,
3. Menyusun rencana pemenuhan kebutuhan konsumen,
4. Menguji rencana pemasaran dengan menempatkan produk ke pasar,
5. Evaluasi hasil-hasil pengujian rencana pemasaran.
Masalah utama pemasaran adalah mengupayakan terpenuhinya kepuasan konsumen melalui
perencanaan yang cermat terhadap elemen-elemen kunci pemasaran. Elemen-elemen kunci
pemasaran antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut: perencanaan produk, distribusi
produk, penetapan harga jual, metode promosi, dan pelayanan purna jual.
4. Beberapa Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi
4.1. Karakteristik Unsur Pokok dan Tatanan Manajemen Koperasi
1) Anggota-anggota perseorangan.
2) Kegiatan-kegiatan ekonomi para anggota.
3) Kelompok koperasi.
4) Perusahaan koperasi.
5) Hubungan-hubungan usaha yang tercermin oleh keterkaitan antara kegiatan-
kegiatan ekonomi para anggota dan kegiatan perusahan koperasi, ataukah.
6) Organisasi koperasi, sebagai suatu sistem sosial-ekonomi secara keseluruhan.
Dalam keanggotaan koperasi bersifat terbuka untuk semua pemakai. Modal awal yang
dimasukkan minimal, karenanya yidak merupakan rintangan bagi keanggotaan. Para
anggota dapat memasukkan dana tambahan sesuai dengan pemanfaatannya terhadap
pelayanan koperasi.
Jenis Koperasi Produksi dan Koperasi Pemberi Peningkatan Pelayanan, yaitu:
 Koperasi Produksi: para anggotanya memperoleh lapangan kerja padanya.
 Koperasi Pengadaan (Koperasi Pembelian): yang menyediakan barang dan jasa
bagi para anggotanya.
 Koperasi Penjualan (Koperasi Pemasaran): menjual/memasarkan barang dan jasa
para anggotanya.
Tipe-tipe Koperasi berdasarkan Struktur Kombinasi Bisnis pada Koperasi Primer
 Koperasi yang beroperasi secara eksekutif/koperasi tradisional (Tradisional co-
operative).
 Koperasi mata rantai tata niaga (market-linkage co-operative).
 Koperasi yang terpadu (integrated co-operative).
Kriteria lain yang diterapkan dalam membedakan Organisasi-Organisasi Koperasi
 Menurut sektor ekonomi atau bidang usaha ekonomi para anggotanya (misal:
koperasi pertanian, koperasi industri, koperasi kerajinan).
 Menurut profesi para anggotanya (misal: koperasi petani, koperasi nelayan,
koperasi penjahit, koperasi pandai besi, koperasi tukang daging).
 Menurut pusat geografis dari kegiatan para anggotanya (misal: koperasi
perkotaan, koperasi pedesaan).
 Menurut daerah kerja perusahaan-perusahaan koperasi (koperasi lokal, regional,
nasional, dan internasional).
 Koperasi Tunggal-Usaha (Single Purpose Cooperative).
 Koperasi Serba Usaha (Multipurpose Cooperative).
 Koperasi Aneka Jasa (Full Service Cooperative) Organisasi Koperasi Primer,
Sekunder, dan Tersier
Adapun Nilai-Nilai Dasar Gerakan Koperasi
a) Nilai Fundamental
1. Menolong diri sendiri (self-help)
2. Tanggung jawab sendiri (self-responsibility)
3. Demokrasi (democracy)
4. Persamaan (equality)
5. Keadilan (equity)
6. Kesetiakawanan (solidarity)
b) Nilai Etis
1. Kejujuran (honesty)
2. Keterbukaan (openess)
3. Tanggung jawab sosial (social resposibility)
4. Kepedulian terhadap orang lain (care for others)
Koperasi sebagai organisasi berbasis orang dan keanggotaan (membership based
association) menjadi kekuatan substantif perekonomian negara maju (Denmark, AS,
Singapura, Korea, Jepang, Taiwan, Swedia
Bentuk Koperasi (Pp No. 60 Tahun 1959)
a) Koperasi Primer
b) Koperasi Pusat
c) Koperasi Gabungan
d) Koperasi Induk
Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder
• Koperasi Primer merupakan meningkatkan kepentingan usaha ekonomi para
anggota perseorangan.
• Koperasi Sekunder merupakan memberikan pelayanan kepada para
anggotanya di tingkat primer (organisasi koperasi primer) dan koperasi yang
anggota-anggotanya adalah organisasi koperasi .
• Organisasi Koperasi Tersier: memberikan pelayanan kepada para
anggotanya di tingkat primer (organisasi koperasi sekunder).

4.2. Permodalan Koperasi


Koperasi harus mempunyai rencana pembelanjaan yang konsisten dengan azas-
azas Koperasi dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku dan
ketentuan administrasi. Sumber-sumber modal koperasi (UU No. 12 Tahun 1967),
yaitu:
• Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk
diserahkan kepada Koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota
Koperasi tersebut dan jumlahnya sama untuk semua anggota
• Simpanan Wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota
yang membayarnya kepada Koperasi pada waktu-waktu tertentu.
• Simpanan Sukarela adalah simpanan anggota atas dasar sukarela atau
berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan –peraturan khusus.
Sumber-Sumber Modal Koperasi (Uu No. 25/1992)
• Modal sendiri (equity capital), bersumber dari simpanan pokok anggota,
simpanan wajib, dana cadangan, dan donasi/hibah.
• Modal pinjaman(debt capital), bersumber dari anggota, koperasi lainnya, bank
atau lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya,
serta sumber lain yang sah.

4.3. Distribusi Cadangan Koperasi


Pengertian dana cadangan menurut UU No. 25/1992, adalah sejumlah uang yang
diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang dimasukkan untuk memupuk modal
sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Sesuai Anggaran Dasar
yang menunjuk pada UU No. 12/1967 menentukan bahwa 25 % dari SHU yang
diperoleh dari usaha anggota disisihkan untuk Cadangan , sedangkan SHU yang
berasal bukan dari usaha anggota sebesar 60 % disisihkan untuk Cadangan. Menurut
UU No. 25/1992, SHU yang diusahakan oleh anggota dan yang diusahakan oleh
bukan anggota, ditentukan 30 % dari SHU tersebut disisihkan untuk Cadangan.
Distribusi cadangan Koperasi antara lain dipergunakan untuk:
 Memenuhi kewajiban tertentu
 Meningkatkan jumlah operating capital koperasi
 Sebagai jaminan untuk kemungkinan – kemungkinan rugi di kemudian hari
 Perluasan usaha.

5. Konsep Koperasi sebagai Organisasi Bisnis


Pada beberapa literatur dijumpai definisi koperasi yang berbeda-beda. Perbedaan ini
disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda di antara para penulisnamun bila dikaji
secara mendalam terdapat persamaan yang prinsip, yakni koperasi adalah organisasi usaha
yang dimiliki dan dikelola secara bersama-sama oleh anggota dan untuk kepentingan
anggota pula. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian koperasi sebagai organisasi
usaha:
1. Menurut UU No.25 tahun 1992
Koperasi dijelaskan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang seorang
atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan. Beberapa hal yang tersirat dari definisi tersebut adalah:
a) Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan bukan kumpulan modal.
Konsekuensi dari pernyataan ini adalah nilai-nilai demokratis yang
dikembangkan dan didasarkan pada kepentingan orang sebagai anggota, yakni
satu orang, satu suara dan pembagian surplus koperasi harus didasarkan pada jasa
anggota. Koperasi berbeda dengan perusahaan lain yang mendasarkan hak suara
tergantung pada jumlah modal yang disetor, karena koperasi bukan organisasi
kumpulan modal tapi kumpulan orang-orang.
b) Koperasi juga merupakan kumpulan badan-badan hukum koperasi. Konsekuensi
dari pernyataan ini adalah koperasi dapat dikembangkan melalui strategi integrasi
vertikal. Para petani, para pengrajin, para pengusaha kecil, atau para pekerja dapat
membangun koperasi primer di lingkungannya. Beberapa koperasi primer yang
terbentuk dapat mendirikan koperasi di tingkat sekunder (Pusat Koperasi) yang
mampu menopang bisnis koperasi primer dan bisnis anggota koperasi primer.
Beberapa koperasi sekunder (pusat-pusat koperasi) dapat berintegrasi vertikal
dengan membentuk gabungan koperasi di tingkat nasional. Gabungan koperasi
didirikan untuk menopang bisnis di tingkat koperasi sekunder, koperasi primer
dan bisnis anggota koperasi primer.
c) Aktivitas koperasi harus berlandaskan pada prinsip koperasi yang ditentukan oleh
perkoperasian (UU No 25 Tahun 1992) yaitu:
 Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
 Pengelolaan dilakukan secara demokratis
 Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya
 Jasa usaha masing-masing anggota
 Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
 Kemandirian
 Pendidikan perkoperasian
 Kerjasama antar koperasi
d) Koperasi adalah organisasi ekonomi otonom yang berasal dari anggota , oleh
anggota dan untuk anggota. Artinya, agar dapat berkembang dengan baik koperasi
harus tumbuh dari bawah. Anggota harus memiliki kesadaran akan pentingnya
koperasi, memiliki pengetahuan yang luas tentang koperasi dan memiliki motivasi
yang tinggi untuk ikut serta mengembangkan koperasinya.
e) Dalam koperasi dikembangkan nilai-nilai kerjasama, saling tolong menolong,
solidaritas dan kekeluargaan dalam upaya meningkatkan taraf hidup.
2. Menurut International Cooperative Alliance (ICA)
Koperasi sebagai kumpulan orang-orang atau badan hukum, yang bertujuan
untuk memperbaiki sosial ekonomi anggotanya dan memenuhi kebutuhan ekonomi
anggota dengan saling membantu antar anggota, membatasi keuntungan, serta usaha
tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip koperasi. Definisi ini lebih jelas
menunjukkan bahwa tujuan didirikannya koperasi adalah untuk membantu
memperbaiki kehidupan sosial ekonomi anggotanya dengan saling bekerjasama dan
tolong menolong. Batasan keuntngan yang dimaksudkan dalam definisi ini adalah
perusahaan koperasi tidak boleh mengambil keuntungan yang besardari anggota,
sebab tugas koperasi membantu meningkatkan pendapatan anggotanya. Penetapan
harga jual yang relatif murah dianjurkan untuk menopang pertumbuhan bisnis
anggota.
Prinsip koperasi dikembangkan oleh ICA sedikit berbeda dengan prinsip
koperasi pada UU No.25 Tahun 1992. Perbedaan itu terletak pada adanya prinsip
partisipasi anggota dalam ekonomi dan bekerja untuk kepentingan komunitas,
sedangkan pada UU No. 25 Tahun 1992 prinsip tersebut tidak ada. Secara lengkap
prinsip ICA, yaitu:
1) Keanggotaannya bersifat terbuka dan sukarela
2) Dikelola secara demokratis
3) Partisipasi anggota dalam ekonomi
4) Kebebasan dan otonomi
5) Pengembangan pendidikan, pelatihan dan informasi
6) Kerja sama antara koperasi, dan
7) Bekerja untuk kepentingan komunitas
3. Menurut Ropke (1985, h.24)
“Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik/ anggotanya adalah juga
pelanggan utama perusahaan tersebut. Kriteria identitas suatu koperasi akan
merupakan dalil/prinsip identitas yang membedakan unit usaha koperasi dan unit
usaha lainnya.”
Berdasarkan pandangan Ropke tersebut, dikembangkan koperasi yang sesuai dengan
aktivitas angggotanya:
1. Koperasi Pemasaran (Marketing Cooperative): menjual produk dari bisnis
mereka sendiri.
2. Koperasi Konsumen (Consumer Cooperation): Jika produk yang dibeli dari
suatu perusahaan adalah barang konsumsi akhir.
3. Koperasi Produsen (Productive Cooperation): para produsen secara bersama-
sama memproduksi barang tertentu, kemudian produk dijual ke pasar umum/para
pelanggan.
4. Koperasi Pelayanan (Cooperative Service): menyediakan pelayanan pada para
anggotanya, seperti: asuransi, kredit, telpon, listrik, rumah sakit, fasilitas
pengolahan data dengan komputer, dll.
5. Koperasi Pembelian dan Penjualan (Selling and Buying Cooperative): koperasi
yang menjual dan menjual produk kepada angggotanya.
6. Koperasi Simpan Pinjam: koperasi menerima tabungan dari para angggotanya
(marketing) dan menyediakan pinjaman kepada anggotanya (purchasing).
7. Koperasi Serba Usaha: kelima koperasi tipe diatas dapat dikombinasikan).

6. Asas, Prinsip, dan Tujuan Pemberdayaan UMKM


6.1. Asas Usaha Mikro Kecil Menengah
Berdasarkan Bab II Pasal 2 beserta penjelasannya pada UU Nomor 20 Tahun 2008
tentang UMKM asas-asasnya, antara lain:
a) Asas Kekeluargaan
Asas yang melandasi upaya pemberdayaan UMKM sebagai bagian dari
perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas dasar demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan
ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
b) Asas Demokrasi Ekonomi
Pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan
perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.
c) Asas Kebersamaan
Asas yang mendorong peran seluruh UMKM dan dunia usaha secara bersama-
sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
d) Azas Efesiensi Berkeadilan
Asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan UMKM dengan
mengedepankan efesiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim
usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
e) Asas Berkelanjutan
Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan
melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara berkesinambungan
sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri.
f) Asas Berwawasan Lingkungan
Asas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan
mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
g) Asas Kemandirian
Asas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap menjaga dan
mengedepankan potensi,kemampuan,dan kemandirian UMKM.
h) Asas Keseimbangan Kemajuan
Asas pemberdayaan UMKM yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan
ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.
i) Asas Kesatuan Ekonomi Nasional
Asas pemberdayaan UMKM yang merupakan bagian dari pembangunan
kesatuan ekonomi nasional.

6.2. Prinsip Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah


Menurut Bab II Pasal 4 dan Pasal 5 UU No.20/2008 tentang UMKM, prinsip dan
tujuan pemberdayaan UMKM, antara lain:
1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan UMKM untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri;
2. Mewujudkan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi UMKM.
4. Peningkatan daya saing UMKM.
5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

6.3.Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah


1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan
berkeadilan.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri, dan
3. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan
kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat
dan kemiskinan.
7. Kriteria UMKM di Indonesia
Berdasarkan Pasal 6 UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, menyatakan bahwa
kriteria UMKM di Indonesia adalah sebagai berikut:

KRITERIA KEKAYAAN BERSIH HASIL PENJUALAN


TAHUNAN
Usaha Mikro Maksimal Rp. 300.000.000
Maksimal Rp. 50.000.000,-
Usaha Kecil Rp. 300.000.000,- s/d
Rp. 50.000.000,- s/d
Rp. 2.500.000.000
Rp. 500.000.000
Usaha Menengah Rp. 500.000.000,- s/d Rp. 2.500.000.000,- s/d
Rp. 10.000.000.000 Rp. 50.000.000.000
(10 Miliyar) (50 Miliyar)

Keterangan:

 Kekayaan Bersih: hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dg total
nilai kewajiban tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha.
 Hasil penjualan tahunan: hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari
penjualan barang dan atau jasa usahanya dalam 1 tahun buku.

Kriteria usaha kecil dan menengah diatur dalam Undang-Undang UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah) No. 20 Tahun 2008 pada pasal 6. Kriteria Usaha Mikro
adalah yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Kecil adalah yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500. 000.000,00
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau yang
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Sedangkan Kriteria Usaha Menengah adalah yang memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).
8. Aspek Non Financial Pendukung Kemajuan UMKM di Indonesia

a. Aspek Peningkatan SDM dalam UMKM


Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah selama ini menjadi permasalahan
yang menghambat dalam kemajuan UMKM. Adanya peningkatan kualitas SDM
menjadi salah satu faktor penting yang dapat mendukung UMKM di Indoensia
menjadi lebih maju dan produktif.
b. Aspek Perizinan UMKM
Di Indonesia birokrasi dalam pembukaan izin usaha dan hal lainnya masih tergolong
rumit. Hal tersebut dapat berimbas pada sulitnya pihak-pihak yang akan
membangun UMKM untuk mendapatkan izin sehingga usahanya akan terhambat
untuk berkembang karena dianggap tidak legal. Adanya perbaikan dalam birokrasi
perizinan serta edukasi dan penyuluhan dari pemerintah terhadap pihak-pihak yang
ingin mendirikan UMKM tentunya akan menjadi salah satu faktor pendorong
kemajuan UMKM di Indonesia.
c. Tersedianya Tenaga Pendamping di Lapangan
Kehadiran lembaga pengembangan bisnis sangat diperlukan dan bermanfaat bagi para
pelaku UMKM. Adanya lembaga pengembangan bisnis ini secara tidak langsung
akan mendukung kemajuan UMKM di Indonesia dengan pemberian layanan berupa
konsultasi dan pendampingan bagi para pelaku UMKM.
d. Adanya Perlindungan Bagi Usaha Tertentu
Perlindungan usaha jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang
merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari
pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang
bermuara kepada saling menguntungkan (win-win solution). Hal ini tentunya akan
mendukung kemajuan UMKM di Indonesia.
e. Adanya Pengembangan Kemitraan
Kemitraan yang saling membantu antara UMKM, atau antara UMKM dengan
pengusaha besar di dalam negeri maupun luar negeri, untuk menghindarkan
terjadinya monopoli dalam usaha. Di samping itu juga untuk memperluas pangsa
pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UMKM akan
mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam
maupun luar negeri.

9. Peran, Prospek Kekuatan dan Kelemahan UMKM


9.1. Peran
Usaha mikro mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi, karena
intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi yang lebih kecil, sehingga usaha
mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini
menyebabkan usaha mikro tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat
mengurangi impor dan memiliki kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena itu
pengembangan usaha mikro dapat memberikan kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan
perubahan struktur sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan
berkesinambungan. Disamping itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi pada usaha
mikro dari pada yang terjadi di perusahaan besar.

Menurut survey BPS tahun 2004, di Indonesia ada 141,36 juta UMKM (99,9% dari
total unit usaha). Dengan jumlahnya yang begitu banyak, serta kemampuannya dalam
menyerap tenaga kerja (76,55 juta atau 99,5% dari total angkatan kerja yang bekerja), dengan
total kontribusi yang sangat signifikan yaitu sebesar 55,3% dari total PDB, maka potensi
yang dimiliki oleh UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sangatlah
besar. Itulah alasan mengapa pemerintah begitu gencar dalam usahanya mengembangkan
UMKM, selain dengan pembuktian empiris dimana saat periode krisis ekonomi kemarin,
ketika begitu banyak perusahaan-perusahaan besar yang tumbang dan melakukan PHK
dalam jumlah besar, UMKM dengan fleksibilitasnya mampu survive dari kondisi tersebut

Melihat peran UMKM dalam menciptakan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan


bahkan meningkatkan pendapatan nasional tersebut maka dukungan terhadap pertumbuhan
UMKM berarti mengatasi kemiskinan, dan menciptakan lapangan kerja.

9.2. Prospek Kekuatan dan Kelemahan UMKM

Secara teoritis Hoselitz (1959) sebagai orang pertama yang membahas relasi antara
tingkat pendapatan dan tingkat dominasi UKM, mengemukakan bahwa dari hasil studinya
dengan menggunakann data dari sejumlah negara-negara di Eropa, menyimpulkan bahwa
dalam proses pembangunan di suatu wilayah tercerminkan dalam laju pertumbuhan PDB
atau peningkatan pendapatan perkapita, kontribusi UKM di wilayah tersebut mengalami
perubahan.

Beberapa aspek yang sangat menentukan prospek perkembangan UKM adalah


kemampuan UKM itu sendiri untuk mendiagnosis keuatan yang kemudian dioptimalkan

dan kelemahan yang kemudian harus diminimalisir dalam menjawab tantangan internal
maupun eksternal. Aspek-aspek yang menjadi kekuatan dan kelemahan tersebut adalah:

 Prospek Kekuatan
a. Aspek SDM : Motivasi yang kuat untuk mempertahankan usahanya serta supply
tenaga kerja yang melimpah dan dengan upah yang relatif murah.
b. Aspek Ekonomi : Kekuatan UKM apabila dilihar dari faktor ekonomi (bisnis)
adalah :Mengandalkan sumber keuangan informal yang mudah diperoleh,
mengandalkan bahan-bahan baku lokal (tergantung pada jenis produk yang
dibuat) dan melayani segmen pasar bawah yang tinggi permintaan (proposi dari
populasi paling besar).
c. UKM biasanya memenuhi permintaan (aggregate demand) yang terjadi di
wilayah regionalnya sehinggi UKM menyebar di seluruh pelosok dengan ragam
bidang usaha.
d. Sebagian besar UKM adalah padat karya (Labour intensive) megingat teknologi
yang digunakan UKM relatif sederhana. Persentase distribusi nilai tambah sangat
besar sehingga distribusi pendapatan bisa lebih tercapai.
e. Hubungan erat antara pemilik dengan karyawan menyebabkan sulitnya terjadi
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Keadaaan ini menunjukan betapa usaha kecil
memiliki fungsi sosial ekonomi
 Kelemahan:
a. Kualitas SDM rendah baik dilihat dari tingkat pendidikan formal maupun ditinjau
dari kemampuan untuk melihat peluang bisnis, tingkat produktivitas rendah,
penggunaan tenaga kerja cenderung eksploitatif dengan tujuan untuk mengejar
target, sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja tidak dibayar.
b. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah
administratif pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to date
sehingga sulit untuk menilai kinerjanya.
c. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi Serta
Keterbatasan Modal.
d. Pengalaman manajerial dan mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
e. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta difersifikasi pasar sangat terbatas
f. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat
keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar
modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus
tranparan.
10. Pola Pemberdayaan Koperasi
Sejak lama Pemerintah sudah melakukan pembinaan terhadap usaha kecil,
menengah dan koperasi. Pembinaan terhadap kelompok usaha ini semenjak
kemerdekaan telah mengalami perubahan. Dahulu pembinaan terhadap koperasi
dipisahkan dengan pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah. Yang satu dibina
oleh Departemen Koperasi sedangkan yang lain dibina oleh Departemen
Perindustrian dan Departemen Perdagangan. Setelah melalui perubahan beberapa
kali maka semenjak beberapa tahun terakhir pembinaan terhadap usaha kecil, m
eneng ah dan koperasi dilakukan satu atap di bawah Departemen Koperasi,
Pengusaha Kecil dan Menengah.

Berdasarkan kepada PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) 2000-2004


ditetapkan program pokok pembinaan usaha kecil, m eneng ah dan koperasi sebagai
berikut:

1. Program penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif.

Program ini bertujuan untuk membukan kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta


menjamin kepastian usahan dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi sebagai
prasyarat untuk berkembangnya PKMK. Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah
menurunnya biaya transaksidan meningkatnya skala usaha PKMK dalam kegiatan
ekonomi.

2. Program Peningkatan Akses kepada Sumber Daya Produktif.

Tujuan program ini adalah meningkatkan kemampuan PKMK dalam memanfaatkan


kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang
tersedia. Sedangkan sasarannya adalah tersedianya lembaga pendukung untuk
meningkatkan akses PKMK terhadap sumber daya produktif, seperti SDM, modal, pasar,
teknologi dan informasi.

3. Program Pengembangan Kewirausahaan dan PKMK Berkeunggulan Kompetitif.

Tujuannya untuk mengembangkan perilaku kewira-usahaan serta meningkatkan daya


saing UMKM. Sedangkan sasaran adalah meningkatnya pengetahuan serta sikap
wirausaha dan meningkatnya produk-tivitas PKMK.

10.1. Pola Pembinaan UMKM dan Koperasi Dalam Rangka Otonomi Daerah

Sejalan dengan kebijakan Otonomi Daerah yang memberikan kewenangan kepada


Daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya maka pembinaan usaha kecil,
menengah dan koperasi harus melibatkan seluruh komponen di Daerah. Peran Pemerintah
Daerah sebagai pelaksana kewenangan penyelenggaraan pemerintahan Daerah Otonom akan
sangat menentukan bagi pembinaan UMKM dan Koperasi.

Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah maka pembinaan terhadap usaha kecil,
menengah dan koperasi perlu dirumuskan dalam suatu pola pembinaan yang dapat
memberdayakan dan mendorong peningkatan kapasitas usaha kecil, m eneng ah dan koperasi
tersebut. Pola pembinaan tersebut harus memperhatikan kondisi perkembangan lingkungan
strategis yang meliputi perkembangan global, regional dan nasional. Disamping itu juga pola
pembinaan tersebut hendaknya belajar kepada pengalaman pembinaan terhadap usaha kecil,
menengah dan koperasi yang telah dilaksanakan selama ini.
Pola pembinaan terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi yang ditawarkan untuk
meningkatkan kapasitas dan daya saingnya dalam rangka Otonomi Daerah antara lain adalah :

 Pelaksana program-program pokok pengembangan UMKM yang telah diatur di dalam


Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-2004 yang meliputi ; Program
Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif, Program Peningkatan Akses kepada Sumber
Daya Produktif, dan Program Pengembangan Kewirausahaan dan PKMK Berkeunggulan
Kompetitif secara terpadu dan berkelanjutan.
 Pelaksanaan program-program pengembangan UMKM yang disusun dengan
memperhatikan dan disesuaikan kondisi masing-masing Daerah, tuntutan, aspirasi dan
kepentingan masyarakat, serta kemampuan Daerah.
 Keterpaduan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, masyarakat, lembaga keuangan,
lembaga akademik dan sebagainya dalam melakukan pembinaan dan pengembangan
usaha kecil, menengah dan koperasi.
 Pemberdayaan SDM aparatur Pemerintah Daerah agar mampu melaksanakan proses
pembinaan dan pengembangan terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi.
 Pengembangan pewilayahan produk unggulan sesuai potensi dan kemampuan yang
dimiliki dalam suatu wilayah bagi usaha kecil, m eneng ah dan koperasi dalama rangka
meningkatkan daya saing.
 Mensinergikan semua potensi yang ada di Daerah untuk meningkatkan pengembangan
usaha kecil, menengah dan koperasi sehingga mampu memberikan kontribusi bagi
pengembangan implentasi kebijakan Otonomi Daerah.
 Sosialisasi tentang kebijakan perekonomian nasional dalam rangka memasuki era pasar
bebas AFTA (ASEAN Free Trae Area), APEC ( Asia Pacific Cooperation) dan WTO
(World Trade Organization) kepada seluruh kelompok usaha kecil, menengah dan
koperasi.
DAFTAR PUSTAKA :

Sumantri, Bambang Agus dan Permana, Erwin Putera. 2017. Manajemen Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (Perkembangan, Teori dan Praktek). Kediri: Fakultas
Ekonomi Universitas Nusantara.

Vhieya.2009. Pola Pembinaan Usaha Kecil dan Menengah Serta Koperasi

https://vhi3y4.wordpress.com/2009/12/03/pola-pembinaan-usaha-kecil-menengah-dan-
koperasi-dalam-rangka-otonomi-daerah/ (Diakses tanggal 23 Februari 2019).

Adinda.2010. Peran UMKM Dalam Meningkatkan Perekonomian.

http://adindaa08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/peran-umkm-dalam-meningkatkan-
pertumbuhan-ekonomi-indonesia/ . (Diakses tanggal 23 Februari 2019).

Ussisa, Ussi. 2015. Problematika UMKM di Indonesia.

https://www.kompasiana.com/ussisa/565e27124623bdb70eba545b/problematika-apa-
saja-yang-dihadapi-umkm-di-indonesia (Diakses tanggal 23 Februari 2019).

Hamdani. 2015. Pemberdayaan Umkm Menurut UU No.20 Tahun 2008 Tentang Umkm
https://hamdani75.wordpress.com/arah-dan-strategi-pengembangan-umkm-di-
indonesia/pemberdayaan-umkm-menurut-uu-no-20-tahun-2008-tentang-umkm/ (Diakses
23Februari 2019)

Plendi. 2016. Makalah Manajemen Koperasi Dan Umkm “Memahami Koperasi Sebagai
Organisasi Bisnis” https://ekonomimahasiswa.blogspot.com/2016/11/makalah-kukm-
memahami-koperasi-sebagai.html (Diakses 23 Februari 2019)
Aha.2017. Koperasi : Pengertian, Fungsi, Prinsip, Asas, Jenis, Tujuan
https://www.ilmudasar.com/2017/08/Pengertian-Fungsi-Ciri-Kelebihan-dan-Kekurangan-
Koperasi-adalah.html
Ira suciati. 2013. Kriteria Koperasi
http://irasuciati.blogspot.com/p/kriteria-dan-100-koperasi-terbesar.html
Liaditya. 2019. Aspek-Aaspek Manajemen Koperasi
https://liasetianingsih.wordpress.com/2009/11/11/aspek-aspek-manajemen-koperasi/

Anda mungkin juga menyukai