Anda di halaman 1dari 11

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 4 19

Desember 2013
ISSN : 2338 - 4336

PENGARUH APLIKASI Bacillus sp. DAN Pseudomonas sp. TERHADAP


PERKEMBANGAN PENYAKIT BULAI YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR
PATOGEN Peronosclerospora maydis PADA TANAMAN JAGUNG

Wiwik Jatnika, Abdul Latief Abadi dan Luqman Qurata Aini


Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRACT
Downy mildew is a major disease of maize caused by pathogenic fungi
Peronosclerospora maydis. Bacillus sp. and Pseudomonas sp. were known to be antagonistic
microorganisms and can produce antibiosis as chitinase enzymes that can hydrolyze the cell
walls of fungi, siderophores, antibiotics enzymes that can inhibit the growth of pathogens.
This research aimed to know potential isolates of Bacillus sp. and Pseudomonas sp to
inhibition of sporulation and germination test fungal and to control Downy mildew disease
caused by P. maydis. Bacillus sp. and Pseudomonas sp. could suppress sporulation of P.
maydis. On germination test, the treatment given had no effect on germination P. maydis
spores. Bacillus sp. and Pseudomonas sp. could reduce Downy mildew disease incidence with
highest on Pseudomonas sp. UB-PF5 by 50%. On corn the aplication of Bacillus sp. and
Pseudomonas sp. showed better results when compared to the control treatment without
pathogen inoculation treatments (POB), particularly on the isolate of Pseudomonas sp. UB-
PF5 and Bacillus sp. UB-ABS1.

Keywords: Downy mildew, Bacillus sp., and Pseudomonas sp.

ABSTRAK
Bulai merupakan penyakit penting pada tanaman jagung yang disebabkan oleh jamur
patogen Peronosclerospora maydis, dengan tingkat serangan mencapai 95%. Bacillus sp. dan
Pseudomonas sp. diketahui merupakan mikroorganisme antagonis. Bakteri ini mampu
menghasilkan senyawa antibiosis seperti enzim kitinase yang dapat menghidrolisis dinding
sel jamur, sideropore, dan antibiotik lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan patogen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensial isolat Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
dalam menekan sporulasi, perkecambahan Peronosclerospora maydis dan perkembangan
penyakit bulai. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. mampu menekan sporulasi jamur. Tetapi,
tidak dapat menekan perkecambahan jamur Peronosclerospora maydis. Bacillus sp. dan
Pseudomonas sp. mampu menekan penyakit bulai. Tingkat penekanan tertinggi pada isolat
Pseudomonas sp. UB-PF5 sebesar 50%. Bakteri terbaik yang dapat menstimulasi
pertumbuhan tanaman jagung adalah isolat Pseudomonas sp. UB-PF5 dan isolat Bacillus sp.
UB-ABS1.

Kata kunci: Penyakit Bulai, Bacillus sp., dan Pseudomonas sp.

PENDAHULUAN pangan karbohidrat kedua setelah beras,


jagung juga dikonsumsi sebagai bahan pakan
Jagung (Zea mays) merupakan salah hewan ternak (Sejahti, 2011). Penyakit bulai
satu komoditas hortikultura yang bernilai merupakan penyakit penting tanaman jagung
ekonomis tinggi, tidak hanya sebagai sumber yang dapat menurunkan hasil produksi
Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. 20

jagung. Bulai disebabkan oleh jamur Metode penelitian meliputi uji


patogen Peronosclerospora maydis yang penghambatan sporulasi dan perkecambahan
menginfeksi tanaman jagung pada umur 2-3 jamur patogen Peronosclerospora maydis
minggu, dengan tingkat kerusakan mencapai serta penghambatan penyakit bulai dengan
95% (Semangun, 2004). Gejala khas Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. juga
penyakit bulai pada tanaman jagung berupa fungisida berbahan aktif Dimetomorf 50%.
klorotik memanjang sejajar tulang daun,
pertumbuhan tanaman yang terserang Uji Penghambatan Sporulasi dan
terhambat, dan pada pagi hari dapat terlihat Perkecambahan Jamur P. maydis dengan
lapisan tepung putih dibawah permukaan Bakteri Antagonis
daun.
Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Penelitian menggunakan Rancangan
diketahui merupakan mikroorganisme Acak Lengkap dengan 9 perlakuan (kontrol,
antagonis yang digunakan sebagai biokontrol 5 isolat Bacillus sp. UB-ABS1, UB-ABS2,
agens terhadap penyakit yang bersifat tular UB-ABS3, UB-ABS4, dan UB-ABS5, dan 2
tanah dan udara. Bakteri ini dapat isolat Pseudomonas sp. UB-PF2 dan UB-
menghasilkan senyawa-senyawa yang PF5, serta Fungisida berbahan aktif
bersifat antibiosis seperti enzim kitinase Dimetomorf 50%. Masing-masing perlakuan
yang dapat menghidrolisis dinding sel jamur diulang 3 kali. Rancangan perlakuan uji
(Wang dan Chang, 1997), siderofor, dan sporulasi dan perkecambahan jamur patogen
antibiotik lainnya yang dapat menghambat Peronosclerospora maydis dapat dilihat pada
perkembangan patogen (Habazar dan Tabel 1.
Yaherwandi, 2006). Berdasarkan latar Uji Penekanan Serangan penyakit Bulai
belakang, penelitian ini bertujuan untuk dengan Bakteri Antagonis
mengetahui potensi dari beberapa isolat
Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dalam Penelitian menggunakan Rancangan
menghambat sporulasi, perkecambahan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan
jamur, dan menekan perkembangan penyakit (kontrol, 5 isolat Bacillus sp. UB-ABS1, UB-
bulai yang disebabkan oleh jamur patogen ABS2, UB-ABS3, UB-ABS4, dan UB-
Peronosclerospora maydis. ABS5, 2 isolat Pseudomonas sp. UB-PF2
dan UB-PF5, serta Fungisida berbahan aktif
METODE Dimetomorf 50%. Masing-masing perlakuan
diulang 3 kali. Rancangan uji penekanan
Penelitian dilaksanakan bulan Januri serangan penyakit bulai dengan bakteri
hingga Juni 2013 di Laboratorium Penyakit antagonis dapat dilihat pada Tabel 2.
Tumbuhan dan screen house Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Tabel 1. Uji sporulasi dan perkecambahan jamur patogen Peronosclerospora maydis
Perlakuan Isolat Bacillus sp. (cfu/ml) Isolat Pseudomonas sp. (cfu/ml) Dimetomorf 50 %
(5gr/L (ml))
P1 109 (UB-ABS1) 0 0
P2 109 (UB-ABS2) 0 0
P3 109 (UB-ABS3) 0 0
P4 109 (UB-ABS4) 0 0
P5 109 (UB-ABS5) 0 0
9
P6 0 10 (UB-PF2) 0
P7 0 109 (UB-PF5) 0
P8 0 0 300
P9 0 0 0
(Kontrol)
Keterangan : Kontrol (P9) aplikasi menggunakan aquades steril.
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 4 ` Desember 2013 21

Tabel 2. Uji penekanan penyakit bulai dengan bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
Perlakuan P. maydis Isolat Bacillus sp. Isolat Pseudomonas sp. Dimetomorf 50 %
(Spora/ml) (cfu/ml) (cfu/ml) (5gr/L (ml))
POA 0 0 0 0
(Kontrol)
POB 103 0 0 0
(Kontrol)
P1 103 109 (UB-ABS1) 0 0
3
P2 10 109 (UB-ABS2) 0 0
3 9
P3 10 10 (UB-ABS3) 0 0
P4 103 109 (UB-ABS4) 0 0
P5 103 109 (UB-ABS5) 0 0
3
P6 10 0 109 (UB-PF2) 0
P7 103 0 109 (UB-PF5) 0
P8 103 0 0 300
Keterangan: Kontrol (POA) tanaman tidak diinokulasi patogen P. maydis dan tidak diberi perlakuan
bakteri antagonis; Kontrol (POB) tanaman diinokulasi patogen P. maydis tidak diberi
perlakuan bakteri antagonis.

PELAKSANAAN PENELITIAN % perkecambahan spora P. maydis


 
 

Uji Penghambatan Sporulasi dan =     x 100%
Perkecambahan Jamur P. maydis dengan
Bakteri Antagonis Bacillus sp. dan Uji Penekanan Serangan Penyakit Bulai
Pseudomonas sp. dengan Bakteri Antagonis
Daun yang terinfeksi bulai diisolasi Tanah yang digunakan sebagai media
dengan memotong pangkal daun pada sore tanam jagung disterilisasi menggunakan
hari. Kemudian daun di cuci dan di formalin 4% dan dikeringanginkan selama 3-
bersihkan dengan spon secara perlahan di 5 hari. Benih jagung varietas P21 dicuci
bawah air mengalir pada bagian permukaan bersih dan ditanam pada media yang sudah
dan bawah daun. Kemudian Isolat bakteri disterilisasi sebanyak 5 benih per polybag.
yang berasal dari koleksi Laboratorium Isolat bakteri yang berasal dari koleksi
penyakit tumbuhan, ditumbuhkan pada Laboratorium penyakit tumbuhan,
media NA dan diinkubasi selama 48 jam. ditumbuhkan pada media NA dan diinkubasi
Isolat bakteri kemudian dijadikan suspensi selama 48 jam. Isolat bakteri kemudian di
dan disesuaikan pada konsentrasi 109cfu/ml. jadikan suspensi.
Daun yang sudah dibersihkan di semprotkan Pada saat tanaman jagung berumur 9
suspensi bakteri antagonis secara merata hari setelah tanam (HST), tanaman jagung
pada seluruh permukaan daun dan diinkubasi disemprot dengan bakteri antagonis yang
6-12 jam dalam kondisi lembab dan gelap sudah disesuaikan pada konsentrasi 109
pada wadah yang sudah berisi larutan gula cfu/ml secara merata pada seluruh bagian
10%. daun sebanyak 10 ml per tanaman. Sehari
Setelah inkubasi, spora yang muncul setelah tanaman jagung disemprot dengan
pada bagian daun di isolasi menggunakan bakteri antagonis (10 HST), tanaman
cork borer diameter 1 cm, vortex 10 detik diinokulasikan dengan patogen P. maydis
kemudian teteskan 50µl pada preparat. secara merata sebanyak 5 ml per tanaman
Jumlah spora keseluruhan dan jumlah spora pada pukul 03.00 dini hari.
yang berkecambah diamati dibawah
mikroskop. Parameter pengamatan meliputi:
Persentase spora yang berkecambah a) Pertumbuhan jagung (Tinggi Tanaman,
dihitung dengan menggunakan rumus : Diameter Batang, dan Jumlah Daun).
Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. 22

b) Persentase penyakit tanaman yang Dimetomorf 50% dalam menekan sporulasi


terserang bulai dihitung dengan rumus P. maydis. Isolat Pseudomonas sp. UB-PF2
seperti yang dikemukakan Wang (1998): dan isolat Bacillus sp. UB-ABS1
P = a/b x 100% menunjukan tingkat sporulasi yang tidak
Keterangan : berbeda dengan perlakuan kontrol (P9) yang
P: Persentase penyakit hanya diberi perlakuan aquades. Hal ini
a: Jumlah tanaman yang terinfeksi bulai sesuai dengan penelitian Alina et al., 2012
b: Jumlah tanaman yang diamati bahwa bakteri strain Bacillus mampu
Pengamatan dilakukan mulai 7, 14, 21 menghambat sporulasi dari jamur patogen
dan 28 hari setelah inokulasi P.maydis. misalnya Fusarium. Selain itu, senyawa-
Analisis data menggunakan ANOVA uji senyawa antibiosis dari Pseudomonas sp.
BNT (5%). Bila pengujian dihasilkan dapat menghambat perkecambahan spora
perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dari Altenaria alternata, Fusarium
dengan uji Duncan pada taraf 5%. moniliforme dan Colletotrichum acutatum
sebesar 82.7%, 67.6%, dan 67.3% (Kumar,
HASIL DAN PEMBAHSAN 2011). Rerata sporulasi P. maydis dapat
dilihat pada Tabel 3.
Morfologi Jamur
Terdapat konidiofor berbentuk Persentase Perkecambahan Spora
menyerupai batang, kemudian pada cabang Peronosclerospora maydis
di ujung-ujungnya terdapat spora atau Aplikasi bakteri antagonis isolat
konidia, hingga membentuk tangkai Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. tidak
konidium. Spora berbentuk bulat dan spora dapat menekan perkecambahan spora P.
yang berkecambah membentuk pembuluh maydis. Hal ini diduga karena faktor
kecambah Gambar 1. kelembaban yang tidak maksimal sehingga
berpengaruh terhadap fase penularan
Tingkat Sporulasi Jamur dan Persentase
selanjutnya. Perkecambahan diperlukan suhu
Perkecambahan Jamur Patogen P. maydis
yang sesuai dan kelembaban dalam bentuk
Perlakuan bakteri antagonis mampu lapisan air pada permukaan tanaman.
menghambat sporulasi jamur patogen P. Keadaan basah atau bentuk lapisan air ini
maydis. Isolat Bacillus sp. UB-ABS2, UB- harus berlangsung cukup lama hingga
ABS3, UB-ABS4, UB-ABS5, dan isolat patogen mampu masuk atau melakukan
Pseudomonas sp. UB-PF5 setara dengan penetrasi ke dalam sel atau jaringan.
perlakuan fungisida berbahan aktif

A
B

Gambar 1. Morfologi P. maydis; A. Konidiofor dengan konidium; B. Spora yang berkecambah


Jurnal HPT Volume 1 Nomor 4 ` Desember 2013 23

Tabel 3. Rerata tingkat sporulasi Peronosclerospora maydis


Perlakuan Rerata tingkat sporulasi P. maydis (spora/cm2)
P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1) 3990.00 ab
P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 3047.33 a
P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 3389.33 a
P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 3442.67 a
P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 2409.00 a
P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 3989.67ab
P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 2302.33 a
P8 (Dimetomorf 50% (5 gr/L) 3571.67 a
P9 (Kontrol) 5525.00 b
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata pada uji Duncan taraf 5%; Kontrol (P9): aplikasi menggunakan aquades steril.
Jika hanya berlangsung sebentar maka serangan penyakit bulai mencapai 87%.
patogen akan kekeringan dan mati, sehingga Sedangkan pada pengamatan 28 hsi, bakteri
gagal melakukan serangan (Purnomo, 2006). antagonis mampu menekan serangan
Data persentase perkecambahan spora P. penyakit bulai isolat Bacillus sp. 16% hingga
maydis dapat dilihat pada Tabel 4. 17% dan isolat Pseudomonas sp. 33% hingga
50%, serta fungisida berbahan aktif
Penekanan Serangan Penyakit Bulai Dimetomorf 50% mampu menekan serangan
Gejala penyakit bulai mulai terlihat penyakit bulai 87% dibanding kontrol
pada pengamatan 7 hari setelah inokulasi (POB). Hal ini sama dengan penelitian El-
Gambar 2. Isolat Bacillus sp. UB-ABS1, Mersawy, (2000) bahwa Bacillus sp. dapat
UB-ABS2, UB-ABS3, UB-ABS4, UB-ABS5 mengurangi persentase serangan Downy
dan isolat Pseudomonas sp. UB-PF2 serta mildew. Mekanisme pengendalian penyakit
UB-PF5 dapat menekan serangan penyakit oleh golongan bakteri bersifat langsung dan
bulai. Pada pengamatan 14 hsi perlakuan tidak langsung. Perlakuan bakteri antagonis
bakteri mampu menekan serangan penyakit seperti Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
14% hingga 43%. Pada pengamatan 21 hsi, dapat memberikan sistem pertahanan
isolat Bacillus sp. mampu menekan serangan (bioprotektan), karena bakteri ini dapat
penyakit bulai 16% hingga 37% dan isolat mengeluarkan senyawa antibiosis yang
Pseudomonas sp. mampu menekan 33% mampu memberikan sinyal terhadap
hingga 50%, sedangkan fungisida berbahan tanaman yang terserang agar melakukan
aktif Dimetomorf 50% (P8) dapat menekan pertahanan diri.

Tabel 4. Persentase perkecambahan spora Peronosclerospora maydis.


Perlakuan Persentase Perkecambahan (%)
P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1) 13.65
P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 10.14
P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 23.18
P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 11.00
P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 10.92
P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 9.33
P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 10.62
P8 (Dimetomorf 50% (5gr/L).) 7.31
P9 (Kontrol) 5.47
Keterangan: Hasil persentase pada pengamatan menunjukan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%;
Kontrol (P9): aplikasi menggunakan aquades steril.
Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. 24

A B C

Gambar 2. Gejala bulai pada daun jagung; A. Klorotik memanjang sejajar tulang daun; B.Gejala
sistemik bulai dengan batas warna yang jelas; C. Embun tepung putih di bawah permukaan
daun tanaman jagung.
Bakteri-bakteri ini mampu bahwa rata-rata populasi bakteri Bacillus sp.
menghasilkan senyawa-senyawa yang dapat dan Pseudomonas sp. pada permukaan daun
mengakibatkan pertumbuhan cendawan jagung pada 7 hari setelah aplikasi adalah
terhambat (Leong 1988 dalam Hamdan et diatas 10 juta CFU per cm2. Hasil tersebut
al., 1991). Haas dan Devago (2005), menunjukan bahwa bakteri Bacillus sp. dan
Pseudomonas sp. dapat mengeluarkan Pseudomonas sp. memiliki potensi epifitik
senyawa antibiotik, siderofor, dan metabolit yang baik pada permukaan daun jagung.
sekunder lainnya yang sifatnya dapat Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
menghambat aktivitas jamur. Selain itu, termasuk bakteri filosfer yaitu bakteri yang
penelitian Sadoma et al. ,(2011), penggunaan berada pada permukaan tanaman dan
Bacillus sp. mampu menekan P. maydis berpotensi sebagai biokontrol. Bacillus sp.
penyebab penyakit bulai jagung. dan Pseudomonas sp. juga sejauh ini
Ongena et al., (1999) dalam diketahui mampu hidup pada filosfer dengan
Mukaromah (2005), menyatakan bahwa rata-rata populasi 106 – 107 sel/cm2 atau 108
siderophore berperan dalam mekanisme sel/gram daun (Lindow dan Brandl, 2003).
Induced Systemic Resistance (ISR). Pada Kemampuan bakteri dalam beradaptasi,
kondisi ini, siderophore menginduksi bertahan dari tantangan fisik di lingkungan
tanaman untuk menghasilkan asam salisilat filosfer merupakan faktor yang membedakan
yang berperan sebagai transduksi signal yang komposisi populasinya (Meyer dan Leveau,
mengaktifkan gen-gen penginduksi 2012). Hasil penelitian dari Salerno dan
pembentukan systemic acquered resistant Segardoy (2003) juga menunjukan dari 175
(SAR). Wahyuni (2001) juga menyatakan isolat bakteri yang diisolasi dari filosfer daun
bahwa ketahanan yang terbentuk tersebut tanaman kacang kedelai, 51 isolat (29%)
efektif menekan perkembangan patogen didominasi oleh bakteri Bacillus sp. Data
termasuk cendawan, bakteri, dan virus rerata persentase dan penekanan penyakit
(Chivasa et al., 1997). Penekanan intensitas bulai yang disebabkan oleh jamur patogen
serangan penyakit bulai juga berkaitan Peronosclerospora maydis pada tanaman
dengan kemampuan bakteri dalam jagung dapat dilihat pada Tabel 5.
berkolonisasi dengan daun dan menghasilkan
senyawa metabolisme sekunder yang dapat
melindungi daun dari infeksi patogen.
Penelitian Javandira (2013), menunjukan
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 4 ` Desember 2013 25

Pertumbuhan Tanaman Jagung Setelah Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.


Inokulasi Patogen P. maydis termasuk dalam kategori PGPR. Indikasi
adanya mekanisme yang mendukung
Perlakuan Bacillus sp. dan
pertumbuhan oleh PGPR (Plant growth
Pseudomonas sp. dapat meningkatkan
Promoting Rhizobacteria) adalah pada saat
pertumbuhan tanaman jagung. Pada
bakteri PGPR meningkatkan pertumbuhan
pengamatan 28 hari setelah inokulasi (hsi),
tanaman dan ketahanan tanaman melalui
perlakuan fungisida berbahan aktif 50%
kemampuan memproduksi ZPT (Zat
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol
pengatur Tumbuh), pelarut fosfat yang dapat
tanpa inokulasi tanpa perlakuan (POA).
meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat,
Perlakuan isolat Bacillus sp. UB-ABS1 juga
kemampuan produksi antibiotik,
menunjukan hasil yang tidak berbeda dengan
memproduksi siderofor, yang berperan
perlakuan isolat Pseudomonas sp. UB-PF5.
dalam induksi resistensi atau peningkatan
Sedangkan tinggi tanaman perlakuan isolat
ketahanan tanaman terhadap OPT.
Bacillus sp. UB-ABS2, UB-ABS3, UB-
Hasil penelitian Masnilah et al., (2006)
ABS4, UB-ABS5 dan isolat Pseudomonas
menunjukkan bahwa perlakuan bakteri yang
sp. UB-PF2 tidak berbeda dengan kontrol
tergolong PGPR dapat meningkatkan
inokulasi tanpa perlakuan (POB). Hal ini
pertumbuhan akar tanaman kedelai.
menunjukan bahwa Perlakuan bakteri
Beberapa Bacillus dan Pseudomonas mampu
antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
melakukan pelarutan fosfat. Keberadaan
menunjukan rerata pertumbuhan yang lebih
bakteri tersebut mampu membantu kelarutan
rendah dari perlakuan kontrol tanpa inokulasi
fosfat hingga 2-3 kali lebih banyak (Vessey,
tanpa perlakuan (POA), namun lebih tinggi
2003).
dari perlakuan yang diinokulasi tanpa
Pelarutan fosfat secara biologis terjadi
perlakuan (POB), hal ini karena pada
karena mikroorganisme tersebut
perlakuan kontrol (POB) tidak diberi
menghasilkan enzim diantaranya enzim
perlakuan pengendalian sedangkan perlakuan
fosfatase (Lynch, 1983) dan enzim fitase
P1 hingga P7 diberi perlakuan bakteri
(Alexander, 1977). Fosfatase merupakan
antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
enzim yang dihasilkan apabila ketersediaan
Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hatayama
fosfat rendah. Pada proses mineralisasi
(2005), bahwa PGPR seperti Bacillus sp. dan
bahan organik, senyawa fosfat organik
Pseudomonas sp. mampu memberikan
diuraikan menjadi bentuk fosfat anorganik
pengaruh langsung yaitu dapat memicu
yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan
pertumbuhan tanaman (biostimulan),
enzim fosfatase (Paul dan Clark, 1989).
sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu
Sehingga penyerapan unsur-unsur hara yang
bakteri mampu menghambat pertumbuhan
kurang tersedia pada tanaman dapat segera
mikroba merugikan seperti penyebab
terpenuhi. Grafik tinggi tanaman dapat
penyakit (patogen tumbuhan). Oleh karena
itu, tanaman yang diberikan perlakuan dilihat pada Gambar 3.
bakteri antagonis memiliki hasil tinggi
tanaman yang lebih baik dibandingkan
dengan kontrol (POB).
Tabel 5. Rerata persentase dan penekanan penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur patogen Peronosclerospora maydis pada tanaman jagung

Persentase serangan dan penekanan penyakit bulai (%), Umur pengamatan (HSI)
Perlakuan 7 14 21 28
Serangan Penekanan Serangan Penekanan Serangan Penekanan Serangan Penekanan
POB (Kontrol) 53.33 c 0.00 70.00 c 0.00 80.00 e 0.00 80.00 d 0.00
P1 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS1) 46.67 bc 12.48 43.33 b 38.1 50.00 bc 37.5 56.67 bc 29.16
P2 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS2) 60.00 c 12.50 60.00 bc 14.28 66.67 cd 16.66 66.67 c 16.66
P3 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS3) 50.00 bc 6.2 60.00 bc 14.28 60.00 cd 25.00 66.67 c 16.66
P4 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS4) 53.33 c 0.00 46.67 b 33.32 50.00 bc 37.5 50.00 bc 37.5
P5 Isolat Bacillus sp. (UB-ABS5) 53.33 c 0.00 56.67 bc 19.04 56.67 bc 29.16 56.67 bc 29.16
P6 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF2) 43.33 bc 18.75 53.33 bc 23.81 53.33 bc 33.32 53.33 bc 33.32
P7 Isolat Pseudomonas sp. (UB-PF5) 26.67 ab 49.9 40.00 b 42.85 40.00 b 50.00 40.00 b 50.00
P8 (Dimetomorf 50% (5gr/L)) 6.67 a 87.49 10.00 a 87.51 10.00 a 87.51 10.00 a 87.51
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf
5%; HSI (hari setelah inokulasi); POB: kontrol (tanaman diinokulasi patogen dan tanpa perlakuan).
Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
26
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 4 ` Desember 2013 27

50,00

TinggiTanaman (cm)
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
P0A P0B P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Perlakuan

Gambarr 3. Grafik rerata tinggi tanaman jagung 4 minggu setelah inokulasi jamur patogen P. maydis.
POA: Kontrol (tanpa inokulasi dan tanpa perlakuan); POB: Kontrol (diinokulasi dan tanpa
perlakuan); P1: isolat Bacillus sp. UB-ABS1; P2: isolat Bacillus sp. UB-ABS2;
UB P3: isolat
Bacillus sp. UB-ABS3;
ABS3; P4: isolat Bacillus sp. UB-ABS4,
ABS4, P5: isolat Bacillus sp. UB-
ABS5; P6: isolat Pseudomonas sp. UB-PF2; P7: isolat Pseudomonas sp. UB-PF5; P8:
Fungisida b.a Dimetomorf 50% (5gr/L).

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

1. Perlakuan Bacillus sp. dan Alexander, M. 1977. Introduction to Soil


Pseudomonas sp. dapat menekan Mycrobiology. 2nd Ed. John Wiley
sporulasi jamur patogen P. maydis. and Sons. New York. 467p.
Namun, tidak dapat menekan
perkecambahan jamur Alina, O., Florin, and Petruta, C. 2012. New
Peronosclerospora maydis. Screening Methods For Evaluation of
2. Isolat Bacillus sp. dan isolat Fusarium Sporulation Inhibition by
Pseudomonas sp. mampu menekan Bacillus Biocontrol
ocontrol Strains. Journal
penyakit bulai. Tingkat penekanan Biotechnologies, Vol. XVI
tertinggi pada isolat Pseudomonas
seudomonas sp. Chivasa, S., Murphy, A.M., Naylor, M. and
UB-PF5 sebesar 50%. Carr, J.P. 1997. Salicylic Acid
3. Bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas Interferst with Tobacco mosaic virus
sp. dapat Replication Via a Novel
meningkatkan pertumbuhan tanaman Salicylhydroxamic Acid-Sensitive
jagung. Bakteri terbaik yang dapat Mechanism. Plant cells.
cells 9: 547-557.
menstimulasi pertumbuhan tanaman
El-Mersawy,
Mersawy, E.M. 2000. Biological Control
jagung adalah isolat Pseudomonas sp.
of Maize Downy mildew Disease
UB-PF5 dan isolat Bacillus sp. UB-
Caused by Peronosclerospora sorghi
ABS1.
in Egypt. J. Agric. Sci. Mansoura
Univ. 25 (11): 6787-6794.
6787
SARAN Haas, D., and Devago, G. 2005. Biological
Control of Soil Borne Pathogens by
Harapan kedepannya, isolat bakteri Pseudomonas fluorescenst.
fluorescenst Nature
antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Reviews Microbiology. Vol.3. pp.
yang diketahui memiliki potensi dalam 307-319.
menekan penyakit bulai terus dikembangkan
sehingga bisa menjadi pengendalian yang Habazar, T., dan Yaherwandi. 2006.
lebih efektif lagi dalam menekan serangan Pengendalian Hayati Hama dan
penyakit bulai. Penyakit Tumbuhan.
Tumbuhan Universitas
Andalas. Padang.
Jatnika et al., Pengaruh Aplikasi Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. 28

Hamdan, H., Weller, D.M., Thomashow, Concepts. Journal of Oecologia.


L.S. 1991. Relative Importance of 168:621-629.
Fluorescent Siderophores and Other
Mukaromah, F. 2005. Hubungan Antara
Factors in Biological Control of
Populasi Afid dengan Kejadian
Gaeumannomyces graminis var tritici
Penyakit CMV padaTembakau H382
by UB-PF2-79 and M4-80R. Applied
yang Diintroduksi Bakteri
and Environmental Microbiology.
Pseudomonas aeruginosa, Cacing
57(11):3270-3277.
Merah (Lumbricus rubellus) dan
Hatayama, K., Kawai, S., Shoun, H., Ueda, Virus CMV-48. Skripsi. Fakultas
Y., dan Nakamura, A. 2005. Pertanian Universitas Jember.
Pseudomonas azotifigens sp. nov., a
Paul, E.A., and Clark, F.E. 1989. Phosporus
novel nitrogen-fixing bacterium
Transformation in Soil. In soil
isolated from a compost pile.
Microbiology and Biochemistry.
International Journal of Systematic
Academic Press. Inc. Harcourt Brace
and Evolutionary Microbiology.
Jovanovich. Publ. New York.
55:1539-1544.
Purnomo, Bambang. 2006. Dasar-Dasar
Javandira, C. 2013. Potensi Bakteri Bacillus
Perlindungan Tanaman: Proses
sp. dan Pseudomonas sp. sebagai
terjadinya Penyakit Tumbuhan.
Pengendali Hayati Hawar Daun
Tanaman Jagung yang Disebabkan Sadoma, M.T., El-Sayed, A.B.B., and El-
oleh Bakteri Pantoea sp. Tesis. Moghazy, S.M. 2011. Biological
Universitas Brawijaya. Malang. Control of Downy mildew Disease of
Maize Caused by Peronosclerospora
Kumar, R.M., Prakash, O., Tiwari, A.K.,
sorghi Using Certain Biocontrol
Pandey, A., Alam, M., and Dikshit,
Agents Alone or In Combination. J.
A. 2011. Culture Filtrate Antibiosis
Agric. Res. Kafer El-Sheikh Univ. 37
of Plant Growth Promoting
(1) 2011.
Rhizobacteria PGPRs Againts
Phytopathogens Infecting Medicinal Salerno, C.M. and Sagorday, M. A. 2003.
and Aromatic Plants. International Antagonistic Activity by Bacillus
Journals of Research in Biological subtilis Againts Xanthomonas
Sciences. campestris pv. Glycines Under
Controlled Conditions. Spanish
Lindow, S.E., dan Brandl, M.T. 2003.
Journal of Agricultural Research.
Microbiology of The Phyllosphere.
1(2):55-58.
Journal Applied and Environmental
Microbiology. 69 : 1875-1883. Sejathi. 2011. Usaha Meningkatkan jagung
manis. Tersedia dalam http://id.
Lynch, J. M. 1983. Soil Biotechnology.
Shvoong.com/exact-
Blackwell Sci. Pub. Com London.
ciences/agronomy-
191p.
agriculture/2122282-usaha-
Masnilah, R.P.A., Mihardja, dan meningkatkan-hasil-jagung-manis, 24
Restuningsih. 2006. Pemanfaatan Maret 2012.
Bacillus sp. sebagai Biopestisida
Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit
untuk Pengendalian Hayati Bakteri
Tanaman Pangan Di Indonesia.
.Penyebab Penyakit Layu pada
Gadjah Mada University Press.
Tomat. Jurnal Mapeta. 8 (2) : 87-94
Yogyakarta.
Meyer, K.M., dan Leveau, J.H.J. 2012.
Vessey, J.K. 2003. Plant Growth Promoting
Microbiology of the Phyllosphere : a
Rhizobacteria as Biofertilizers. Plant
Playground for Testing Ecological
and Soil 255:571-586.
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 4 ` Desember 2013 29

Wahyuni, W.S. 2001. Peranan Asam Disease: Molecular and Ecological


Salisilat, H2O2, dan CaCl2 sebagai Aspects. P. Prior, Allen, C. and
Penginduksi Ketahanan Tanaman Elphinstone, J. Eds. Springer Verlag.
Terhadap Infeksi Cucumber mosaic Berlin. Germany.
virus. Prosd. Hasil Penelitian Hibah
Wang, S.L., and Chang, W.T. 1997.
DUE Project Universitas Jember 1:
Purification and Characterization of
35-41.
Two Bifungsional Chitinases/
Wang, J.F., Hanson, P., and Barnes, J.A. Lysozymes Extracellularly Produced
1998. Worlwide Evaluation of an by Pseudomonas aeruginosa K-187
International Set of Resistance in a Shrimp and Crab Shell Powder
Sources to Bacterial Wilt in Tomato. Medium, Appl. and Environ.
Pages 269-275 in: Bacterial Wilt Microbial. 63 (2) : 380 – 386.

Anda mungkin juga menyukai