KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216).
Mansjoer (2000) menyatakan, hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari
rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat.
B. ETIOLOGI
1. Kongenital
Terjadi sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga.
2. Didapat (akquisita)
Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu umur, obesitas, kelemahan umum, lansia,
tekanan intra abdominal yang tinggi dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
gangguan proses kencing, kehamilan, mengejan saat miksi, mengejan saat defekasi,
pekerjaan mengangkat benda berat (Mansjoer, Arif : 2000 : 314).
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan terjadinya :
a. Hernia Diafragma
Herniasi struktur abdomen atau retroeritoneum ke dalam rongga dada.
b. Hernia Inguinal
Hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis.
c. Hernia Umbilikal
Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus menonjol di umbilikus dan ditutupi
oleh kulit dan jaringan subkutan.
d. Hernia Femoral
1
Hernia gelung usus ke dalam kanalis femoralis.
e. Hernia Epigastrika
Hernia abdominalis melalui linea alba diatas umbilikus.
f. Hernia Lumbalis
Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang melalui ruang lesshaft atau segitiga
lumbal.
3. Menurut sifatnya
a. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala abstruksi
usus.
b. Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
c. Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya
yang berupa gangguan pasage. Dapat juga diartikan hernia irreponible yang sudah
disertai dengan gejala ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada keadaan ini terjadi
obstruksi jalan makan.
d. Hernia Strangulata
Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari bendungan sampai
nekrosis.
4. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
a. Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut, pinggang atau perineum.
b. Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut seperti
foramen winslow, ressesus retrosekalis atau defek dapatan pada mesinterium.
Umpamanya setelah anatomi usus. (Syamsuhidayat, 1998:701)
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu
kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan
masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang
2
dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia,
masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol
keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat
kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala
abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi
nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi
usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
(Manjoer, Arif, 2000 : 314 —315, Syamsuhidayat, 2002).
3
4
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya, tanda dan gejala yang muncul pada anak dengan kasus hernia adalah
sebagai berikut :
G. PENATALAKSANAAN
1. Dengan resposisi secara manual.
2. Dengan memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan bedah.
3. Herniografi (bedah perbaikan hernia) Adalah di seksi dari kantung hernia dan di
kembalikan pada susunan semua pada cavum abdomen.
4. Hernioplash adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan dengan
kawat jalinan baju / tascia.
Pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.
BAB 2
5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien :
Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan , melakukan
pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
2. Keluhan utama :
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
5. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien masih
dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga dalam
keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
6. ADL
Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Sebelum MRS:
Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering melompat, ataupun terjatuh
dari ketinggian.
Sesudah MRS:
Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda :
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
Gangguan dalam berjalan.
Eliminasi.
Gejala :
Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
Adanya retensi urine.
Istirahat tidur.
Penurunan kualitas tidur.
Personal Higiane.
Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
Kenyamanan
6
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki,
bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321)
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
dan anoreksia
3. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan
Pasca Op
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan luka insisi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi usus
7
8
C. INTERVENSI
Pre op
Dx. 1 : Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Dx. 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
dan anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkannutrisi pasien
terpenuhi.
Kriteria hasil :
9
Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi, dengan nilai laboratorium dalam rentang normal,
berat badan meningkat, albumin (n:11.000-16.000gr/dl), turgor kulit (n:<2 detik).
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi sekresi.
Rasional : Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus
terlindung dari aspirasi.
4. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan teratur.
Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
Kriteria Hasil :
1. Dengarkan dgn cermat apa yg dikatakan klien tentang penyakit dan tindakannya
Rasional : mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi mengenai kesalahpahaman dan
kesalahan informasi
2. Berikan penjelasan singkat ttg organisme penyebab; sasarn penaganan; jadwal tindak lanjut
Rasional : pengetahuan ttg diagnosa spesifik dan tindaka dapat meningkatkan kepatuhan
10
3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan berdiskusi.
Rasional : pertanyaan klien menandakan masalah yg perlu diklarifikasi.
Pasca Op
Kriteria hasil : Menunjukkan penyembuhan luka cepat dan menunjukkan perilaku atau teknik
untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi.
Intervensi :
11
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa
Kriteria Hasil : Tanda vital dalam batas normal, luka kering tidak ada pus.
Intervensi :
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi
Kriteria hasil : mampu buang air besar dan bising usus normal.
Intervensi
a. Observasi adanya distensi, nyeri, dan pembatasan pasien dalam melakukan mobilisasi.
Sarankan klien untuk melakukan mobilisasi secara dini.
Rasional: gerak fisik miring kanan/kiri merangsang eliminasi usus dengan memperbaiki tonus
otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic usus.
12
b. Sarankan untuk makan makanan tinggi serat segera setelah peristaltic aktif kembali.
Rasional: diit seimbang tinggi serat merangsang peristaltic.
13
BAB 3
KASUS
Tn. B mengeluh nyeri di daerah inguinal dan ada benjolan di sana. Awalnya benjolan itu
dapat kembali masuk ke dalam. Namun benjolan itu akan muncul lagi terutama ketika Tn. B
sedang batuk atau bersin. Saat ini benjolan tersebut tidak dapat kembali masuk meskipun sudah
direposisi. Dokter mendiagnosis Tn. B mengalami hernia inguinalis.
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 55 tahun
No Reg : 054347
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan Darah :-
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Tugurejo, Slahung, Ponorogo
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis
14
Klien mengeluh nyeri didaerah inguinal dan terdapat benjolan disana
Saat dilakukan pengkajian keluarga klien mengatakan klien merasakan nyeri dan benjolan
tidak dapat kembali walau sudah dilakukan reposisi
Hernia Inguinalis
Klien mengatakan dia merasakan nyeri pada daerah inguinal dan terdapat benjolan.
Awalnya benjolan itu dapat kembali masuk ke dalam. Namun benjolan itu akan muncul
lagi terutama ketika Tn. B sedang batuk atau bersin. Saat ini benjolan tersebut tidak dapat
kembali masuk meskipun sudah direposisi.
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit
yang sama dengannya.
V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
Nutrisi.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
15
Sebelum MRS:
Sesudah MRS:
Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tanda :
Eliminasi.
Gejala :
Istirahat tidur.
Personal Higiane.
Integritas Ego
Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki,
bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(
16
A. Keadaan Umum
Pasien tampak baik hanya anggota badan sebelah kiri mengalami kelemahan otot.
S : 36 C S : 36,4 C
N : 75x/menit N : 80x/menit
RR : 20x/menit RR : 20x/menit
C. Pemeriksaan Wajah
Lidah : lembab
Leher : Inspeksi : leher simetris, tidak ada peradangan, tidak ada massa
E. Pemeriksaan Thoraks/dada
Paru
17
Thorak : normal chest
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi intercostae, tidak sianosis
Perkusi : sonor
Jantung
Perkusi : pekak
F. Pemeriksaan Abdomen
Auskultasi : BU = 6x/menit
Palpasi : Teraba massa, dan terdapat nyeri tekan pada daerah inguinal
Perkusi : dullness
G. Pemeriksaan Ektremitas
Kekuatan otot :
5 4
5 4
18
ANALISA DATA
Nama : Tn. B
Umur : 55 tahun
PRE OP
Tanggal/Jam
Kelompok Data Masalah/Problem Penyebab/Etiologi
19
5 4
Edema
Penekanan pembulluh
darah
Iskemia
Kerusakan jaringan
RR : 20x/menit
Fasia abdomen terkoyak
Kekuatan otot:
5 4
Hernia inguinal
5 4
Perubahan status
kesehatan
20
Kurang terpapar
pengetahuan
Defisiensi pengetahuan
ansietas
ansietas
21
POST OP
Tanggal/Jam
Kelompok Data Masalah/Problem Penyebab/Etiologi
S : 36,6 C
Hernia inguinal
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
Pembedahan
Kekuatan otot:
5 4 Diskotinuitas jaringan
nyeri
DS:
22
KU: Baik berat
S : 36,4 C
Fasia abdomen tidak
N : 80x/menit
mampu menahan
RR : 20x/menit
Fasia abdomen
terkoyak
Hernia inguinal
Pembedahan
Perawatan luka yg
kurang
Invasi kuman
Resiko infeksi
DS:
23
bedah Pekerjaan berat, angkat
S : 36,4 C
Fasia abdomen tidak
N : 80x/menit mampu menahan
RR : 20x/menit
Fasia abdomen
terkoyak
Hernia inguinal
Pembedahan
24
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Op
4. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
5. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan
Pasca Op
5. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
6. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan luka insisi
7. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman
C. Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
25
Rasional : Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan penting untuk
memilih intervensi yang efektif.
Kriteria Hasil :
4. Dengarkan dgn cermat apa yg dikatakan klien tentang penyakit dan tindakannya
Rasional : mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi mengenai kesalahpahaman
dan kesalahan informasi
5. Berikan penjelasan singkat ttg organisme penyebab; sasarn penaganan; jadwal tindak
lanjut
Rasional : pengetahuan ttg diagnosa spesifik dan tindaka dapat meningkatkan kepatuhan
26
Pasca Op
Kriteria hasil : Menunjukkan penyembuhan luka cepat dan menunjukkan perilaku atau
teknik untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi.
Intervensi :
27
d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltik usus
Kriteria Hasil : Tanda vital dalam batas normal, luka kering tidak ada pus.
Intervensi :
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi
28
D. Evaluasi
Pre Op
A : nyeri akut
P : hentikan intervensi
5/02/ 2
2016
S : klien mengatkan takut dan cemas
A : cemas teratasi
P : hentikan intervensi
POST Op
P : lanjutkan intervensi
29
5/02/ 3 S: -
2016
O: terdapat luka bekas insisi
P: lanjutkan intervensi
30
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC. Jakarta Oswari, E. 2000, Bedah
31