Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan Anak Dengan

Marasmus (malgizi protein)

Oleh : Kelompok 4
Rika Ariyanti 14631445
Septi Faiziyah 14631447
Silvi Herawati 14631456
Santi Dwi Hardini 14631458

S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
2016
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan

judul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Marasmus”sesuai dengan waktu yang sudah

disediakan.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Askep Sistem Pencernaan

Anak tentang kelainan atau gangguan respirasi pada anak yang dibimbing oleh Metti

Verawati, S. Kep, Ns, M.Kes.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis sadari tanpa adanya mereka,

penulis tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan berjalan dengan

baik.

Terlebih penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Metti Verawati, S. Kep, Ns, M.Kes,

karena kesabarannya membimbing dan mengarahkan penulis dalam membuat tugas ini.

Sehingga penulis dapat lebih ringan dalam mengerjakan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Semoga makalah ini berguna bagi semua pihak.

Ponorogo, 3 Mei 2016

Penulis,

( Kelompok 4 )

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1

B. Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3

A. Definisi ...........................................................................................................3

B. Etiologi ...........................................................................................................3

C. Tanda dan Gejala ...........................................................................................4

D. Patofisiologi ...................................................................................................6

E. Penatalaksanaan .............................................................................................8

BAB III ASKEP ANAK DENGAN TB PARU ........................................................10

A. Pengkajian ......................................................................................................10

B. Diagnosa ........................................................................................................15

C. Intervensi........................................................................................................16

D. Implementasi ..................................................................................................20

E. Evaluasi ..........................................................................................................20

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................2

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat


kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.(Dorland, 1998:649).Marasmus
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi,
2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan
makanan tidak cukup atau higiene kurang.Sinonim marasmus diterapkan pada pola
penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
(Nelson, 1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan
tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan.

1
B. Tujuan

- Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan marasmus

- Mahasiswa mampu menemukan masalah keperawatan yang sering dialami oleh

anak marasmus

- Mahasiswa mampu merumuskan tujuan keperawatan untuk mengatasi masalah anak

dengan marasmus

- Mahasiswa mampu merumuskan rencana perawatan untuk mengatasi masalah

keperawatan yang dialami anak dengan marasmus

- Mampu melakukan penyusunan rencana dan evaluasi atas tindakan yang akan

dilakukan pada anak yang menderita marasmus

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

1. Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energi karena kelaparan, semua unsur
diet kurang. Hal ini dikarenakan masukan kalori yang tidak adekuat, diet “Faddy”,
penyakit usus menahun, kelainan metabolik/infeksi menahun separti tuberkulosis.
(Pincus catzel dan Ian roberts, 1991 : 106).
2. Marasmus adalah bila kekurangan kalori dalam diet yang berlangsung lama yang akan
menimbulkan gejala undernutrition yang sangat ekstrim. (FKUI, 1985 : 361).
3. Marasmus adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena rendahnya konsumsi
energi kalori dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga mengakibatkan tidak
adekuatnya intake kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. ( Nelson, 1999 : 298 ).

B. Etiologi

Menurut Behrman (1999: 122) etiologi marasmus antara lain:


1. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam susunan
makanan.
2. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan
orang tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolisme atau
malformasi bawaan.
3. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi.
4. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosioekonomi dan budaya yang
berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif
dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi protein, hilangnya protein air
kemih ( sindrom neprofit ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.

3
C. Tanda dan Gejala

Menurut FKUI (1985 : 361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 : 166)
tanda dan gejala dari marasmus adalah :
1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.
2. Diare.
3. Mata besar dan dalam.
4. Akral dingin dan tampak sianosis.
5. Wajah seperti orang tua.
6. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
7. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot.
8. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit jelek..
9. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
10. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.
11. Vena superfisialis tampak lebih jelas.
12. Ubun-ubun besar cekung.
13. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
14. Anoreksia.
15. Sering bangun malam.

4
D. Patofisiologi

Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan
lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn fisiologis.
Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat
sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan
energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya
seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat
kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat
membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Menurut FKUI (1985:364) pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan :
b. Karena adanya kelainan kimia darah, maka :
1) kadar albumin serum rendah
2) kadar globumin normal atau sedikit tinggi
3) peningkatan fraksi globumin alfa 1 dan globumin gama
4) kadar globumin beta rendah
5) kadar globumin alfa 2 menetap
6) kadar kolesterol serum menurun
7) uji turbiditas timol meninggi
c. Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang demikian hebatnya
sehingga hampir semua sela hati mengandung vakual lemak besar. Sering juga
ditemukan tanda fibosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
d. Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan hampir semua
organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang
dan sebagainya.

5
2. Menurut Markum (1996:167) pada pemeriksaan
e. Laboratorium menunjukan
1) Penurunan badan albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum
2) Kadar globumin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan
albumin dan globumin dapat terbalik kurang dari 1.
3) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam
amino non esensial.
4) Umumnya kadar imunoglubin serum normal atau meningkat.
5) Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah.
6) Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetik.
f. Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi hidroksiprolin dan
adanya aminoasi dunia.
g. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan
infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua selhati
mengandung vakual lemak yang besar.
h. Pemeriksaan outopsi menunjukan kelainan pada hampir semua organ tubuh,
seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi
sistem limfold dan atrofi kelenjar timus.
i. Pada pemeriksaan otopometri berat badan dibawah 90%, lingkar lengan di
bawah 14 cm.

6
F. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000 : 514 – 517) penatalaksanan marasmus adalah :
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>35,5oC, suhu rektal
35,5oC). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi
tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal <>35,5oC
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan
untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium
plasma rendah.
a) Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter
formula.
5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotik
6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
1. Tambahkan multivitamin.
2. Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
3. Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.
4. Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
5. Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
- Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
- Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
- Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
6. Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk
memenuhi metabolisme basal.
7
G. Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebab diketahui. Usaha-usahatersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan
yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi, antara lain :
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke
atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan
usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis
kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi
Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma, anemia,
gagal tumbuh serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.
1. Defisiensi Vitamin A : Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi
yang terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi,
sering terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada
penyakit hati. Karena Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang
dapat menimbulkan gangguan absorbsi.
2. Infestasi Cacing : Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi
infeksi khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi
parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi kurang.
3. Tuberkulosis : Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan
membentuk “tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar
limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan
pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus mungkin
dapat menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki
8
bagian paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya
menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak
dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat memecahkan ke dalam
bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas.
4. Bronkopneumonia : Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan
kelemahan otot yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot
pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan
sumbatan pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin
mengenai banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).
5. Noma : Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-
protein berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan akut.
Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar rongga
mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka bermula dengan
bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik ini akan
mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan
terlihat lubang kecil dan berbau busuk.

9
I. Pohon Masalah

10
BAB III

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Marasmus

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien, meliputi:


a. Nama klien: sesuai dengan nama pasien.
b. Usia: klien marasmus biasanya berusia kurang dari 5 tahun (balita)
c. Jenis kelamin: terjadi pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan
d. Agama: bergantung pada pasien
e. Pendidikan: anak biasanya belum sekolah, sedangkan orangtua anak biasanya
berpendidikan rendah.
f. Alamat: klien dengan marasmus biasanya bertempat tinggal di daerah dengan
pemukiman kumuh atau pemukiman padat penduduk.
2. Identitas Orang tua (penanggung), meliputi:
a. Nama orang tua: sesuai dengan nama bapak dan ibu atau keluarga penanggung
dari klien.
b. Alamat orang tua: sama dengan anak
c. Pendidikan orang tua: biasanya orang tua klien berpendidikan rendah.
d. Pekerjaaan orang tua: pekerjaan orangtua klien dengan marasmus biasanya adalah
sebagai buruh atau dengan status sosial ekonomi rendah.
3. Data subjektif
a. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sering mual dan muntah.
b. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sering rewel dan nangis terus padahal sudah
diberi makan.
c. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya semakin kurus badannya.
d. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya juga sering diare.
4. Data Objektif
a. Pasien tampak sangat kurus,
b. Rambut pasien tampak kemerahan,
c. Perut pasien terlihat cekung
d. Wajah pasien tampak seperti orang tua (berkerut)
e. Kulit pasien tampak keriput.
11
5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan
keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun),
bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi
pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status
gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan
nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
c. Riwayat kesehatan keluarga : Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga,
lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan
lain-lain.
6. Pengkajian pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi: klien mengalami penurunan nafsu makan dan mual muntah.
b. Pola eliminasi: klien biasanya mengalami diare.
c. Pola aktivitas dan integritas ego: klien biasanya mengalami gangguan aktifitas
karena mengalami kelemahan tubuh yang disebabkan oleh gangguan metabolism.
d. Pola istirahat dan tidur: klien sering rewel karena selalu merasa lapar meskipun
sudah diberi makan sehingga sering terbangun pada malam hari.
e. Pola higiene: kebersihan diri klien kurang, kulit tampak kusam, rambut
kemerahan.
f. Pola pernapasan: adanya suara whezzing dan ronkhi akibat adanya penyakit
penyerta seperti bronkopneumonia.
g. Pola keamanan: klien sangat rentan untuk terjangkit infeksi karena system imun
yang menurun.
h. Pola seksualitas: tidak mengalami gangguan.

12
7. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur
dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode
head to toe yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
a. Pengkajian fisik dengan metode head to toe
1. Keadaan umum klien, meliputi: kesadaran composmentis: lemah, rewel,
kebersihan kurang, berat badan kurang, tinggi badan, nadi cepat dan lemah, suhu
meningkat, dan pernapasan takipneu.
2. Kepala: lingkar kepala klien biasanya lebih kecil dari normal, warna rambut
kusam.
3. Muka: tampak seperti wajah orang tua.
4. Mata: konjungtiva anemis.
5. Hidung: biasanya terdapat sekret dan terpasang selang NGT untuk memenuhi
intake nutrisi.
6. Mulut: biasanya terdapat lesi, mukosa bibir kering dan bibir pecah-pecah.
7. Leher: biasanya mengalami kaku duduk.
8. Torax : adanya tarikan dada saat bernapas
9. Abdomen: perut cekung, terdapat ascites, bising usus meningkat, suara
hipertimpani.
10. Ekstremitas atas: lingkar atas abnormal, akral dingin dan pucat.
11. Ektremitas bawah: terjadi edema tungkai.
12. Kulit : keadaan turgor kulit menurun, kulit keriput, CRT: > 3 detik,
(Capernito,2000).

13
b. Pemeriksaan fisik abdomen antara lain:
1. Inspeksi
a) klien tampak kurus, ada edema pada muka dan kaki;
b) warna rambut kemerahan, kering dan mudah patah/dicabut;
c) mata terlihat cekung dan pucat;
d) terlihat pergerakan usus;
e) ada pembesaran/edema pada tungkai.
2. Auskultasi
a) bunyi peristaltik usus meningkat;
b) bunyi paru-paru wheezing dan ronchi.
3. Perkusi
a) terdengar adanya shifting dullnees;
b) terdengar bunyi hipertimpani.
4. Palpasi
hati: terjadi pembesaran hati.
c. Pemeriksaaan fisik untuk pertumbuhan anak.
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan anak
2. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi
dengan tinggi badan (dalam meter)
3. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,
biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit
banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm
pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
4. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas (LLA)
untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa
tubuh yang tidak berlemak).

14
d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Biokimia: Hb anemia karena kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi, asam folat dan berbagai vitamin, kadar albumin yang rendah karena
kurangnya konsumsi protein, kadar globumin normal atau sedikit tinggi, kadar
asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam amino non
esensial.
2. Biopsi: ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan infiltrasi
sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung
vakual lemak yang besar.
3. Autopsi: menunjukkan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti
degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem
limfold dan atrofi kelenjar timus.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1. Penurunan ukuran antropometri.
2. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah
dicabut).
3. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra.
4. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostal).
5. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila
terjadi diare.
6. Edema tungkai.
7. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut,
ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

15
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.
6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya
kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat.
7. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan wajah yang menyerupai orang tua
ditandai dengan anak menjadi pemalu dan tidak percaya diri dan memalingkan wajah.
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder
akibat malnutrisi.
9. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein
(malnutrisi).

16
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan
Rencana Tindakan Rasional
o. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan nutrisi Setelah dilakukan 1. Dapatkan riwayat 1. Riwayat diet untuk data klien
kurang dari tindakan diet 2. Sebagai support untuk anak
kebutuhan tubuh keperawatan 3x24 2. Dorong orangtua atau ketika makan
berhubungan jam, diharapkan anggota keluarga lain 3. Untuk menambah semangat
dengan intake nutrisi pasien untuk menyuapi anak makan si anak
makanan tidak terpenuhi dengan atau ada disaat makan4. Mencegah terjadinya hal-hal
adekuat (nafsu KH : 3. Gunakan alat makan yang tidak diinginkan,
makan 1. meningkatkan yang dikenalnya memberi semangat untuk anak
berkurang) masukan oral. 4. Perawat harus ada saat5. Menggunakan alat makan
2. Nafsu makan makan untuk yang dikenal oleh anak akan
meningkat memberikan bantuan, menambah semangat untuk
3. badan tidak mencegah gangguan makanm
lemah, ceria dan memuji anak 6. Memenuhi kebutuhan nutrisi
dan segar untuk makan mereka anak.
4. BB normal, hb 5. Sajikan makansedikit 7. Mempertahankan
normal tapi sering keseimbangan kebutuhan
5. edema hilang 6. Sajikan porsi kecil protein dan kalori anak
6. rambut makanan dan berikan
8. Memastikan haluaran output
distribusi rata, setiap porsi secara sesuai dengan intake anak
hitam nampak terpisah 9. Memenuhi kebutuhan anak
berminyak 7. berikan makanan untuk kebutuhan tubuhnya
7. hepar tidak TKTP, dilakukan
10. Menambah pengetahuan anak
membesar secara bertahap dan keluarga
8. observasi intake dan
output
9. observasi TTV
10. kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
untuk pemberian
vitamin dan gizi untuk

17
makanannya.
11. penyuluhan kesehatan
2. Defisit volume Tidak terjadi 1. Monitor tanda-tanda vital1. Untuk mengetahui TTV dan
cairan dehidrasi dan tanda-tanda dehidrasi tanda dehidrasi anak
berhubungan Setelah dilakukan
2. Monitor jumlah dan tipe 2. Untuk mengetahui cairan pada
dengan diare, tindakan masukan cairan anak
mual, muntah. keerawatan, 3. Ukur kaluaran urine 3. Untuk mengetahui
DS: respon diharakan klien dengan akurat keseimbangan antara input dan
verbal dari klien akan daat: 4. Dorong keluarga untuk output
dan keluarga. - Mukosa bibir membantu pasien makan 4. Meningkatkan nutrisi klien
DO: klien BAB lembab 5. Tawarkan makanan 5. Mempercepat pemulihan
sehari > 3kali - tidak terjadi ringan volume cairan yang berkurang
peningkatan suhu6. Atur kemungkinan 6. Mencegah infeksi
- turgor kulit baik transfusi 7. Mengidentifikasi apakah
7. Pelihara IV line terdapat reaksi alergi atau
8. Monitor respon klien reaksi yang tidak diinginkan.
dengan penambahan
cairan
3 Gangguan Tujuan : Tidak
1. Monitor kemerahan, 1. Mencegah terjadinya
integritas kulit terjadi gangguan pucat,ekskoriasi kerusakan pada kulit
berhubungan integritas kulit 2. Dorong mandi 2xsehari 2. Mandi dapat menjaga
dengan dan gunakan lotion setelah kebersihan kulit
gangguan Kriteria hasil : mandi 3. Massage dapat mencegah
nutrisi/status a. kulit tidak kering3. Massage kulit Kriteria terjadinya kerusakan kulit
metabolik. b. kulit tidak hasilususnya diatas 4. Baring yang sering akan
DS: keluarga bersisik penonjolan tulang mengakibatkan penekanan
klien c. elastisitas normal4. Ubah posisi baring pasien pada kulit
menyatakan setiap 2 jam.
klien tidak
bergairah dan
lesu.
DO: klien kulit
bersisisk, kering.

18
4 Resiko tinggi Tujuan :Pasien
1. Mencuci tangan sebelum1. Tangan yang bersih akan
infeksi tidak dan sesudah melakukan terhindar dari kuman
berhubungan menunjukkan tindakan 2. Alat yang bersih/steril tidak
dengan tanda-tanda 2. Pastikan semua alat yang akan mengakibatkan infeksi
kerusakan infeksi kontak dengan pasien 3. Mempertahankan
pertahanan bersih/steril keseimbangan kebutuhan
tubuh, ditandai Kriteria hasil: 3. Instruksikan tenaga protein dan kalori anak
dengan: badan
a. suhu tubuh kesehatan dan keluarga 4. Memastikan TTV anak tetap
lemah, lesu, normal (36,60 C- dalam prosedur kontrol dalam batas normal
pusing, Hb 37,70 C) infeksi 5. Antibiotik sebagai pengobatan
rendah, BB tidak
b. lekosit dalam
4. berikan makanan TKTP
sesuai dengan batas normal 5. monitoring TTV
tinggi badan,
c. badan tidak
6. Beri antibiotik sesuai
mata pucat lemah dan ceria program
DS:respon verbal
d. pusing berkurang
klien yang e. Hb normal
terlihat tidak kembali
ceria. f. BB normal
DO: klien lemah, kembali
lesu, pusing, Hbg. mata tidak pucat
rendah, BB tidak
sesuai dengan
tinggi badan,
mata pucat
5. Defisiensi Tujuan 1.: Tentukan tingkat 6. Pengetahuan orang tua pasien
pengetahuan pengetahuan pengetahuan orangtua mempengaruhi perawatan
berhubungan pasien dan pasien pasien
dengan keluarga 2. Mengkaji kebutuhan diet7. Jawaban sesuai indikasi agar
kurangnya bertambah dan jawab pertanyaan tidak membingungkan
informasi Kriteria hasil: sesuai indikasi orangtua pasien
ditandai dengan
- Menyatakan 3. Dorong konsumsi 8. Untuk memenuhi kebutuhan
ketidakmampuan kesadaran dan makanan tinggi serat dan nutrisi pasien
keluarga perubahan pola masukan cairan adekuat 9. Menambah wawasan orangtua

19
merawat klien hidup 4. Berikan informasi tertulis klien dalam perawatan pasien.
dan anoreksia - mengidentifikasi untuk orangtua pasien
DO:klien hubungan tanda
mengalami dan gejala.
anoreksia dan
mual.
DS:
ketidakmampuan
keluarga
merawat klien
6. Perubahan Tujuan : Anak 1. Ajarkan pada orangtua 1. Tiap anak mempunyai tugas
pertumbuhan dan mampu tumbuh tentang tugas perkembangan sesuai dengan
perkembangan dan berkembang perkembangan yang usianya
berhubungan sesuai dengan sesuai dengan kelompok 2. Memastikan perkembangan
dengan usianya. usia. anak tetap dalam batas normal
melemahnya 2. Kaji tingkat 3. Memberikan kesempatan anak
kemampuan fisik Kriteria hasil : perkembangan anak untuk tetap beraktivitas
dan Terjadi dengan Denver II 4. Mainan yang sesuai dengan
ketergantungan peningkatan 3. Berikan kesempatan bagi usia akan membuat anak
sekunder akibat dalam perilaku anak yang sakit memenuhi tertarik dan kooperatif
masukan kalori personal, sosial, tugas perkembangan
atau nutrisi yang bahasa, kognitif 4. Berikan mainan sesuai
tidak adekuat. atau aktifitas usia anak.
DS: tidak adanya motorik sesuai
nafsu makan dengan usianya.
klien.
DO: BB turun
dan jauh dari
IMB,
terlihatperut
yang buncit dan
klien mengalami
anoreksia serta

20
mual.

7. Gangguan citra Tujuan : Anak


1. Kaji secara verbal dan 1. Mengkaji seberapa besar
diri berhubungan mampu nonverbal Respon pasien gangguan yang muncul
dengan mengubah body terhadap tubuhnya 2. Dapat dijadikan sumber
perubahan wajah image menjadi
2. Monitor frekuensi motivasi
yang menyerupai positif. mengkritik dirinya 3. Meyakinkan pasien tentang
orang tua 3. Jelaskan tentang perawatan maupun medis yang
ditandai dengan - Kriteria hasil : pengobatan, perawatan dilakukan dapat mempercepat
anak menjadi a. mempertahankan dan prognosis penyakit proses penyembuhan dandapat
pemalu dan tidak interaksi sosial 4. Fasilitasi kontak dengan memberi pasien harapan
percaya diri danb. mampu individu lain dalam positif
memalingkan mengidentifikasi kelompok kecil 4. Mempermudah kontak sosial
wajah kekuatan personal dan membangkitan PD pasien
c. body image
positif
8. Intoleransi Tujuan : Anak 1. Berikan permainan dan
1. Agar tidak terjadi dikubitus
aktifitas mampu aktifitas sesuai dengan pada anak
berhubungan beraktifitas sesuai usia 2. Untuk memaksimalkan gerak
dengan dengan 2. Bantu semua kebutuhan pasien
gangguan sistem kemampuannya. anak dengan melibatkan
3. Agar anak merasa nyaman jika
transport oksigen Kriteria hasil : keluarga pasien dengan keluarga dan keluarga
sekunder akibat Menunjukkan mampu mandiri
malnutrisi. kembali
kemampuan
melakukan
aktifitas.

9. Kebihan volume Tujuan 1.: Pantau kulit terhadap


1. Luka tekan sulit kembali
cairan Kelebihan tanda luka tekan semula jika terdapat edema
berhubungan volume cairan
2. Ubah posisi sedikitnya 2.
2 Agar tidak terjadi
dengan tidak terjadi. jam dikubitus/perlukaan
3. Kaji masukan diet dan

21
rendahnya Kriteria hasil : kebiasaan yang dapat 3. Agar cairan tidak menumpuk
menunjang retensi cairan.
masukan protein
a. Menyebutkan 4. Terjadi edema jika intake dan
(malnutrisi). faktor-faktor output tidak seimbang
penyebab dan
metode-metode
pencegahan
edema
b. Memperlihatkan
penurunan edema
perifer dan sacral.

22
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

E. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif
dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai
atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan
analisa masalah selanjutnya.

23
BAB IV

PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat. Semoga makalah ini dapat diterima dan dapat

dimanfaatkan bagi orang lain. Tidak lupa kami mengucapkan syukur kepada Tuhan YME

karena atas segala Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan lancar. Dan

tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam

pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima oleh semua pihak.

Segala kritik dan saran kami harapkan dari semua pihak, karena kami menyadari

bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran tersebut

semoga dapat menjadi motivasi bagi kami dalam membuat makalah ini agar menjadi lebih

baik lagi.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Ponorogo, 3 Mei 2016

24
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC.

Maryunani anik. 2010. ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta : CV. trans info media.

Alimul. A. Aziz, Hidayat. 2008. Pengantar ilmu keperawatan anak. Surabaya : salemba
medika.

Wong, L. D & Whaleys, 2004. Pedoman Klinis Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2.Jakarta: Media
Aescullapius.

Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.

25

Anda mungkin juga menyukai