Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat
turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia,
memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia yang terjadi pada anak-
anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena
adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Ternyata penderita hernia seringkali
disertai gangguan fungsi saluran cerna lainnya, hipersensitifitas kulit dan gangguan
alergi lainnya. Meski penanganan hernia harus dioperasi tetapi pada sebagian kasus
khususnya hernia inguinalis dan umbilikasis bila dilakukan penatalaksanaan
penanganan alergi hipersentifitas saluran cerna sejak dini ternyata dapat membantu
proseses perbaikan secara spontan.

Di Indonesia diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk


data di jawa tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar
antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita,
dan umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam mengatasi
masalah tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk
meningkatkan kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan pada anak
adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia
yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan
terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase
penyakit bedah lainnya.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan


masalah-masalah berikut ini :

1. Pengertian hernia pada anak?


2. Apa Etiologi hernia?
3. Apa saja Klasifikasi hernia?
4. Bagaimana tanda dan gejala hernia?
5. Bagaimana Patofisiologi hernia?
6. Bagaimana pathway hernia?
7. Apa saja Manifestasi klinik hernia?
8. Bagaimana Penatalaksanaan hernia?
9. Apa saja Komplikasi hernia?
10. Bagaiman pencegahan dan pengobatan pada kasus hernia?
11. Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
12. Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan keperawatan sistem pencernaan


(anak) semester IV Universitas Muhammdiyah Ponorogo

2. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa mengetahui :

a. Pengertian hernia pada anak


b. Apa Etiologi hernia
c. Apa saja Klasifikasi hernia
d. Bagaimana tanda dan gejala hernia
e. Bagaimana Patofisiologi hernia
f. Bagaimana pathway hernia
g. Apa saja Manifestasi klinik hernia
h. Bagaimana Penatalaksanaan hernia
i. Apa saja Komplikasi hernia

2
j. Bagaiman pencegahan dan pengobatan pada kasus hernia
k. Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Mansjoer (2000) menyatakan, hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari
rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat.
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah ketidaknormalan
tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena kelemahan pada dinding otot abdomen,
dapat congenital maupun aquisita.

B. ETIOLOGI

Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah
lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu
bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota
keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada
anaknya. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia
umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat
yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari.
2000 : 217).
Menurut Sabston David C. 1994 : 229 peningkatan tekanan intra abdomen
akibat dari berbagai sebab antara lain :
a. Pengejanan mendadak (pada waktu buang air besar)
b. Gerakan badan yang terlalu aktif
c. Obesitas
d. Batuk menahun

4
e. Asites
f. Kehamilan dan adanya abdomen yang besar

C. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan terjadinya :
a. Hernia bawaan atau congenital
Hernia yang terdapat pada waktu lahir.
b. Hernia dapatan atau akuisita
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau strain atau cedera
berat.
2. Menurut letaknya
a. Hernia Diafragma
Herniasi struktur abdomen atau retroeritoneum ke dalam rongga dada.

b. Hernia Inguinal
Hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis.
c. Hernia Umbilikal
Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus menonjol di umbilikus dan
ditutupi oleh kulit dan jaringan subkutan.
d. Hernia Femoral
Hernia gelung usus ke dalam kanalis femoralis.
e. Hernia Epigastrika
Hernia abdominalis melalui linea alba diatas umbilikus.
f. Hernia Lumbalis
Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang melalui ruang lesshaft atau
segitiga lumbal.

5
3. Menurut sifatnya
a. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
abstruksi usus.
b. Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
c. Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasage. Dapat juga diartikan hernia irreponible
yang sudah disertai dengan gejala ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada
keadaan ini terjadi obstruksi jalan makan.
d. Hernia Strangulata
Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari bendungan sampai
nekrosis.
4. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
a. Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut, pinggang atau perineum.
b. Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut
seperti foramen winslow, ressesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesinterium. Umpamanya setelah anatomi usus. (Syamsuhidayat, 1998:701)

6
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital
yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua
adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat
dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang
maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak
dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali.
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia
akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus
yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan
menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini
akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung,
muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah. (Manjoer, Arif, 2000 : 314 –315, Syamsuhidayat, 2002).

7
8
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya, tanda dan gejala yang muncul pada anak dengan kasus hernia adalah
sebagai berikut :
1. Tampak benjolan di lipat paha.
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual.
3. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
4. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha.
5. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak
nafas.
6. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)

G. PENATALAKSANAAN
1. Dengan resposisi secara manual.
2. Dengan memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan
bedah.

3. Herniografi (bedah perbaikan hernia) Adalah di seksi dari kantung hernia dan di
kembalikan pada susunan semua pada cavum abdomen.
4. Hernioplash adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan
dengan kawat jalinan baju / tascia.
5. Pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.

9
H. KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
ireponibilis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata.
Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung,
muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan
kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.

I. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN


1. Operasi
Sebelum anak mencapai usia satu tahun, biasanya belum dilakukan tindakan
operasi. Diharapkan, lubang yang berupa saluran itu akan menutup sendiri
mengikuti pertumbuhannya. Namun, jika setelah berusia satu tahun, lubang masih
terbuka, dokter akan menganjurkan operasi. Tindakan ini ditujukan untuk menutup
lubang. Bila dibiarkan begitu saja, maka lubang tersebut dapat bertambah besar.
Ketika anak mulai berjalan dan beraktivitas, lubang tadi dapat terus membesar
akibat dorongan terus-menerus. Akibatnya, tidak hanya cairan yang keluar, usus
pun dapat keluar, sehingga berlanjut menjadi hernia.
2. Menggunakan Korset/penyangga
Tidak semua hernia harus dioperasi. Bila masih dapat dimasukkan kembali, maka
tindakan yang bisa dilakukan adalah menggunakan penyangga/ penunjang/ korset
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pada anak-anak atau bayi,
reposisi spontan dapat terjadi karena cincin hernia pada anak lebih elastis. Bila
sudah tidak dapat direposisi, maka satu-satunya tindakan yang harus dilakukan
adalah dengan operasi.
3. Hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut

10
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan, hindarkan anak dari hal-hal yang
memicu tekanan di dalam rongga perut, misalnya batuk dan bersin yang kuat,
konstipasi (sembelit), mengejan, serta mengangkat barang berat. Usahakan anak
tidak mengejan kuat ketika buang air kecil atau besar. Jelaskan pada anak
mengenai risiko batuk dan mengejan. Anda pun bisa menggunakan kondisi ini
sebagai alasan agar anak menghindar terlalu banyak permen (menghindari batuk),
makan banyak buah agar buang air besarnya mudah.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium
akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah
jantung.

11
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien :
Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan ,
melakukan pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
2. Keluhan utama :
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
5. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien
masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga
dalam keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
6. Riwayat tumbuh kembang :
 Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
 Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan
membantu membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat
pemotong tali pusat, tempat persalinan.
 Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa
tidak.
7. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4

12
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak

8. ADL
 Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
 Aktivitas/istirahat
Gejala :
Sebelum MRS:
Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering melompat, ataupun
terjatuh dari ketinggian.
Sesudah MRS:
Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda :
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
Gangguan dalam berjalan.
 Eliminasi.
Gejala :
Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
Adanya retensi urine.
 Istirahat tidur.
Penurunan kualitas tidur.
 Personal Higiane.
Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
 Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
 Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang

13
menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-
321)
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah.
TTV = TD : Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).
Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).
Nadi : Tachicardi (n: 80-120 x/mnt).
RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).
 Kepala dan leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit.
Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna, Ketombe, kerontokan
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda, konjunctiva tdk
anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
 Dada :
Inspeksi : Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
 Abdomen
Inspeksi : terdapat benjolan ingunalis
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi : dullnes
Auskultasi : Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
 Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada odem
Bawah : simetris, tidak ada odem

14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Pre Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia
3. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan
 Pasca Op
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan luka insisi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi usus

C. INTERVENSI
Pre op
Dx. 1 : Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
 Dapat mengetahui tentang penyebab nyeri.
 Berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku mengurangi nyeri.
 Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol.
 Nyeri berkurang skala 1-2, menunjukkan dengan menurunnya ketegangan dan rileks,
TTV (n:160/80 mmHg)
Intervensi :
1. Identifikasi karakteristik, lokasi, lama nyeri (dengan skala 0-10).
Rasional : Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan penting untuk
memilih intervensi yang efektif.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional : Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.

15
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
Rasional : Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional : Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.

Dx. 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,


muntah dan anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkannutrisi
pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
 Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan lengkap.
 Mendemonstrasikan pemeliharaan/kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan.
 Menyatakan kondisi tubuh membaik.
 Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi, dengan nilai laboratorium dalam
rentang normal, berat badan meningkat, albumin (n:11.000-16.000gr/dl), turgor kulit
(n:<2 detik).
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi sekresi.
Rasional : Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien
harus terlindung dari aspirasi.
2. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
3. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien.
Rasional : Menurunkan resiko regurgitasi dan terjadinya aspirasi
4. Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan teratur.
Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
5. Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat makan.
Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai pasien.
Rasional : Meskipun proses pemulihan pasien memerlukan bantuan makan dan
menggunakan alat bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman
dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.

16
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi terhadap pasien.
Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, keadaan penyakit
sekarang.

Dx. 3 : Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan


Tujuan : mengurangi ansietas
Kriteria Hasil :
 Klien tidak menampakkan tanda-tanda gelisah
 Klien terlihat tenang
Intervensi :
1. Dengarkan dgn cermat apa yg dikatakan klien tentang penyakit dan tindakannya
Rasional : mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi mengenai kesalahpahaman
dan kesalahan informasi
2. Berikan penjelasan singkat ttg organisme penyebab; sasarn penaganan; jadwal tindak
lanjut
Rasional : pengetahuan ttg diagnosa spesifik dan tindaka dapat meningkatkan kepatuhan
3. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan berdiskusi.
Rasional : pertanyaan klien menandakan masalah yg perlu diklarifikasi.

Pasca Op
Dx. 1 : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang, Pasien
dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0-10)
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan pernafasan
yang berhubungan dengan keluhan / penghilangan nyeri.
c. Dorong Ambulasi diri

17
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltik
dan kelancaran flaktus.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping.
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat

Dx. 2 : Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan luka insisi


Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukkan penyembuhan luka cepat dan menunjukkan perilaku atau
teknik untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi.
Intervensi :
a. Lihat semua insisi.
Rasional : mencegah komplikasi
b. Evaluasi proses penyembuhan.
Rasional : mengetahui peningkatan penyembuhan.
c. Kaji ulang penyembuhan terhadap pasien
Rasional : menunjukkan penyembuhan luka.
d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltik usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa
fungsi defekasi hilang.

Dx. 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : Tanda vital dalam batas normal, luka kering tidak ada pus.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi
hari adalah karakteristik infeksi.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Pertahankan keperawatan luka aseptic
Rasional : Lindungi pasien dari kontaminasi selama pengantian

18
d. Pertahankan balutan kering
Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan kontaminasi.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri.

Dx. 4 : Konstipasi berhubungan dengan peurunan peristaltik usus


Tujuan : Klien mempunyai pola eliminasi fekal yang normal
Kriteria hasil : mampu buang air besar dan bising usus normal.
Intervensi
a. Observasi adanya distensi, nyeri, dan pembatasan pasien dalam melakukan mobilisasi.
Sarankan klien untuk melakukan mobilisasi secara dini.
Rasional: gerak fisik miring kanan/kiri merangsang eliminasi usus dengan memperbaiki
tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic usus.
b. Sarankan untuk makan makanan tinggi serat segera setelah peristaltic aktif kembali.
Rasional: diit seimbang tinggi serat merangsang peristaltic.
c. Sarankan klien minum banyak sesuai anjuran dokter.
Rasional: minum yang cukup perlu untuk mempertahankan pola BAB dan meningkatkan
konsistensi feses.

19
BAB 4
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (nettina,
2001 : 253).
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah
lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu
bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Menurut sabiston, 1994 : 229 dan long barbara c, 1996 : 46), hernia dibagi
menjadi:
a. Menurut lokasinya dibagi menjadi : Hernia inguinalis, hernia umbikalis, hernia
femoralis.
b. Menurut isinya, terbagi atas : Hernia usus halus, hernia omentum
c. Menurut terlihat atau tidaknya, terbagi atas : Hernia interna, hernia eksterna
d. Menurut kausanya, terbagi atas : Hernia konginetal, hernia traumatic, hernia
incisional.
e. Menurut keadaannya, terbagi atas : Hernia reponibilis, hernia irreponibilis,
hernia incarserata, hernia stragulasta.
Tanda dan gejala adalah adanya benjolan di lipatan paha, anak menangis dan
gelisah, terasa nyeri.
Pelaksanaannya adalah dengan resposisi secara manual, dengan memakai
sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan bedah, herniografi
(bedah perbaikan hernia) adalah di seksi dari kantung hernia dan di kembalikan pada
susunan semua pada cavum abdomen, hernioplash adalah perbaikan pada jaringan
yang lemah sehingga menguatkan dengan kawat jalinan baju / tascia, pemberian
analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.
Pencegahan dan pengobatan bisa dilakukan dengan Operasi, menggunakan
korset/penyangga, dan hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut.
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
Sinar x abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.

20
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: EGC

Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC. Jakarta Oswari, E. 2000, Bedah

dan Perawatannya, FKUI. Jakarta.

Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.

Syamsuhidayat, et.al. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Plan of Action-Remaja
    Plan of Action-Remaja
    Dokumen3 halaman
    Plan of Action-Remaja
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • TK Negeri Pembina Ponorogo
    TK Negeri Pembina Ponorogo
    Dokumen1 halaman
    TK Negeri Pembina Ponorogo
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Metode Filsafat
    Metode Filsafat
    Dokumen19 halaman
    Metode Filsafat
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • 002 Anatomi Umum
    002 Anatomi Umum
    Dokumen50 halaman
    002 Anatomi Umum
    ChellaPremita
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data Lingkungan
    Analisa Data Lingkungan
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data Lingkungan
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen17 halaman
    Presentasi Kasus
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • LP Diare
    LP Diare
    Dokumen14 halaman
    LP Diare
    Fathan Rosidi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Marasmus
    Makalah Marasmus
    Dokumen28 halaman
    Makalah Marasmus
    DimasPermana
    Belum ada peringkat
  • Makalah Marasmus
    Makalah Marasmus
    Dokumen9 halaman
    Makalah Marasmus
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen4 halaman
    Presentasi Kasus
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen17 halaman
    Presentasi Kasus
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Dokumenposisi
    Dokumenposisi
    Dokumen23 halaman
    Dokumenposisi
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen4 halaman
    Presentasi Kasus
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Revisi Bu Fira
    Revisi Bu Fira
    Dokumen31 halaman
    Revisi Bu Fira
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Infus
    Infus
    Dokumen3 halaman
    Infus
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Para
    Para
    Dokumen6 halaman
    Para
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Dokumenposisi
    Dokumenposisi
    Dokumen2 halaman
    Dokumenposisi
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Dokumenposisi
    Dokumenposisi
    Dokumen2 halaman
    Dokumenposisi
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen4 halaman
    Presentasi Kasus
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Undangan
    Undangan
    Dokumen3 halaman
    Undangan
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Arti Kasus
    Arti Kasus
    Dokumen2 halaman
    Arti Kasus
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Undangan
    Undangan
    Dokumen3 halaman
    Undangan
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Revisi
    Bab 1 Revisi
    Dokumen7 halaman
    Bab 1 Revisi
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data
    Alif Ulviatul
    Belum ada peringkat