PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat
turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia,
memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia yang terjadi pada anak-
anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena
adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Ternyata penderita hernia seringkali
disertai gangguan fungsi saluran cerna lainnya, hipersensitifitas kulit dan gangguan
alergi lainnya. Meski penanganan hernia harus dioperasi tetapi pada sebagian kasus
khususnya hernia inguinalis dan umbilikasis bila dilakukan penatalaksanaan
penanganan alergi hipersentifitas saluran cerna sejak dini ternyata dapat membantu
proseses perbaikan secara spontan.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
j. Bagaiman pencegahan dan pengobatan pada kasus hernia
k. Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Mansjoer (2000) menyatakan, hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari
rongga yang normal melalui lubang kongenital atau didapat.
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000 : 216).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah ketidaknormalan
tubuh berupa tonjolan yang disebabkan karena kelemahan pada dinding otot abdomen,
dapat congenital maupun aquisita.
B. ETIOLOGI
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah
lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu
bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota
keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada
anaknya. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia
umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat
yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari.
2000 : 217).
Menurut Sabston David C. 1994 : 229 peningkatan tekanan intra abdomen
akibat dari berbagai sebab antara lain :
a. Pengejanan mendadak (pada waktu buang air besar)
b. Gerakan badan yang terlalu aktif
c. Obesitas
d. Batuk menahun
4
e. Asites
f. Kehamilan dan adanya abdomen yang besar
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan terjadinya :
a. Hernia bawaan atau congenital
Hernia yang terdapat pada waktu lahir.
b. Hernia dapatan atau akuisita
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau strain atau cedera
berat.
2. Menurut letaknya
a. Hernia Diafragma
Herniasi struktur abdomen atau retroeritoneum ke dalam rongga dada.
b. Hernia Inguinal
Hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis.
c. Hernia Umbilikal
Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus menonjol di umbilikus dan
ditutupi oleh kulit dan jaringan subkutan.
d. Hernia Femoral
Hernia gelung usus ke dalam kanalis femoralis.
e. Hernia Epigastrika
Hernia abdominalis melalui linea alba diatas umbilikus.
f. Hernia Lumbalis
Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang melalui ruang lesshaft atau
segitiga lumbal.
5
3. Menurut sifatnya
a. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
abstruksi usus.
b. Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
c. Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasage. Dapat juga diartikan hernia irreponible
yang sudah disertai dengan gejala ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada
keadaan ini terjadi obstruksi jalan makan.
d. Hernia Strangulata
Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari bendungan sampai
nekrosis.
4. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
a. Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut, pinggang atau perineum.
b. Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut
seperti foramen winslow, ressesus retrosekalis atau defek dapatan pada
mesinterium. Umpamanya setelah anatomi usus. (Syamsuhidayat, 1998:701)
6
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital
yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua
adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat
dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang
maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak
dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi
hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali.
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia
akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus
yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan
menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini
akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung,
muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah. (Manjoer, Arif, 2000 : 314 –315, Syamsuhidayat, 2002).
7
8
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya, tanda dan gejala yang muncul pada anak dengan kasus hernia adalah
sebagai berikut :
1. Tampak benjolan di lipat paha.
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual.
3. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
4. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha.
5. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak
nafas.
6. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)
G. PENATALAKSANAAN
1. Dengan resposisi secara manual.
2. Dengan memakai sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan
bedah.
3. Herniografi (bedah perbaikan hernia) Adalah di seksi dari kantung hernia dan di
kembalikan pada susunan semua pada cavum abdomen.
4. Hernioplash adalah perbaikan pada jaringan yang lemah sehingga menguatkan
dengan kawat jalinan baju / tascia.
5. Pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.
9
H. KOMPLIKASI
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
ireponibilis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata.
Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung,
muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan
kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
10
Untuk mencegah terjadinya kekambuhan, hindarkan anak dari hal-hal yang
memicu tekanan di dalam rongga perut, misalnya batuk dan bersin yang kuat,
konstipasi (sembelit), mengejan, serta mengangkat barang berat. Usahakan anak
tidak mengejan kuat ketika buang air kecil atau besar. Jelaskan pada anak
mengenai risiko batuk dan mengejan. Anda pun bisa menggunakan kondisi ini
sebagai alasan agar anak menghindar terlalu banyak permen (menghindari batuk),
makan banyak buah agar buang air besarnya mudah.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium
akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah
jantung.
11
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien :
Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan ,
melakukan pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
2. Keluhan utama :
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
5. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien
masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga
dalam keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
6. Riwayat tumbuh kembang :
Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan
membantu membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat
pemotong tali pusat, tempat persalinan.
Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa
tidak.
7. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
12
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
8. ADL
Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Sebelum MRS:
Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering melompat, ataupun
terjatuh dari ketinggian.
Sesudah MRS:
Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda :
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
Gangguan dalam berjalan.
Eliminasi.
Gejala :
Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
Adanya retensi urine.
Istirahat tidur.
Penurunan kualitas tidur.
Personal Higiane.
Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang
13
menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-
321)
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah.
TTV = TD : Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).
Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).
Nadi : Tachicardi (n: 80-120 x/mnt).
RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).
Kepala dan leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit.
Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna, Ketombe, kerontokan
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda, konjunctiva tdk
anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
Dada :
Inspeksi : Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
Abdomen
Inspeksi : terdapat benjolan ingunalis
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi : dullnes
Auskultasi : Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada odem
Bawah : simetris, tidak ada odem
14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah dan anoreksia
3. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan
Pasca Op
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan luka insisi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi usus
C. INTERVENSI
Pre op
Dx. 1 : Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Dapat mengetahui tentang penyebab nyeri.
Berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku mengurangi nyeri.
Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol.
Nyeri berkurang skala 1-2, menunjukkan dengan menurunnya ketegangan dan rileks,
TTV (n:160/80 mmHg)
Intervensi :
1. Identifikasi karakteristik, lokasi, lama nyeri (dengan skala 0-10).
Rasional : Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan penting untuk
memilih intervensi yang efektif.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasional : Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
15
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
Rasional : Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional : Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.
16
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi terhadap pasien.
Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, keadaan penyakit
sekarang.
Pasca Op
Dx. 1 : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang, Pasien
dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0-10)
Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan pernafasan
yang berhubungan dengan keluhan / penghilangan nyeri.
c. Dorong Ambulasi diri
17
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltik
dan kelancaran flaktus.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping.
e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat
18
d. Pertahankan balutan kering
Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan kontaminasi.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri.
19
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (nettina,
2001 : 253).
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah
lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu
bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Menurut sabiston, 1994 : 229 dan long barbara c, 1996 : 46), hernia dibagi
menjadi:
a. Menurut lokasinya dibagi menjadi : Hernia inguinalis, hernia umbikalis, hernia
femoralis.
b. Menurut isinya, terbagi atas : Hernia usus halus, hernia omentum
c. Menurut terlihat atau tidaknya, terbagi atas : Hernia interna, hernia eksterna
d. Menurut kausanya, terbagi atas : Hernia konginetal, hernia traumatic, hernia
incisional.
e. Menurut keadaannya, terbagi atas : Hernia reponibilis, hernia irreponibilis,
hernia incarserata, hernia stragulasta.
Tanda dan gejala adalah adanya benjolan di lipatan paha, anak menangis dan
gelisah, terasa nyeri.
Pelaksanaannya adalah dengan resposisi secara manual, dengan memakai
sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan bedah, herniografi
(bedah perbaikan hernia) adalah di seksi dari kantung hernia dan di kembalikan pada
susunan semua pada cavum abdomen, hernioplash adalah perbaikan pada jaringan
yang lemah sehingga menguatkan dengan kawat jalinan baju / tascia, pemberian
analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.
Pencegahan dan pengobatan bisa dilakukan dengan Operasi, menggunakan
korset/penyangga, dan hindari hal-hal yang memicu tekanan di dalam rongga perut.
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
Sinar x abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
20
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC. Jakarta Oswari, E. 2000, Bedah
22