http://www.slideshare.net/neeaem/akuntansi-positif-dan-akuntansi-normatif
Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktik akuntansi. Pengetahuan terhadap
akuntansi akan mengimbangi berbagai pengalaman dan kemampuan praktis dalam menyelesaikan
masalah. Suatu permasalahan dapat dilihat dengan perspektif yang lebih luas dan terinci melalui
teori akuntansi. Selain itu, praktik akuntansi yang baik tidak akan tercapai tanpa ada teori yang
melandasinya. Awal perkembangan teori akuntansi menghasilkan teori normatif yang didefinisikan
sebagai teori yang mengharuskan dan menggunakan kebijakan nilai (value judgement) yang
mengandung minimum sebuah premis, yang mengatakan jalan atau cara yang seharusnya ditempuh.
Akuntansi normative adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan, yang dikenal dengan nama Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP). Salah satu bagian dari PABU yaitu Standar Akuntansi
Keungan (SAK). Teori normatif sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau
bersifat deduktif), karena teori tersebut bukan dihasilkan dari penelitian empiris, tetapi dihasilkan
dari kegiatan “semi-research”. Teori normatif hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana
akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Teori normatif pada awalnya
belum menggunakan pendekatan investigasi formal, baru pada perkembangan berikutnya mulai
digunakannya pendekatan investigasi terstruktur formal, yaitu pendekatan deduktif (dimulai dari
proposisi akuntansi dasar sampai dengan dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai dasar
untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi (Januarti, 2004).
Perumusan akuntansi normatif mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan 1960an. Selama
periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan dan apa yang seharusnya
dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Teori akuntansi normatif berkosentrasi pada
penciptaan laba sesungguhnya (true income) selama satu periode akuntansi atau pada diskusi
tentang tipe informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan (decision-usefulness).
Teoritis true income berkosentrasi pada penciptaan pengukuran tunggal yang unik dan benar untuk
aktiva dan laba. Tokoh-tokoh yang terkenal pada aliran akuntansi teori normatif seperti Leonard
Spacek (1961), Scott (1941), Patton dan Littleton (1940) (Setialikman, 2005).
Teori akuntansi normatif mengalami pergeseran ke pendekatan positif pada tahun 1970an. Ada
beberapa alasan yang mendasari terjadinya pergeseran ini, yaitu ketidakmampuan pendekatan
normatif dalam menguji teori secara empiris, pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada
kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas, pendekatan
normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomik secara
optimal di pasar modal. Aliran positif pertama kali diperkenalkan di Universitas Chichago, kemudian
meluas ke beberapa Universitas lainnya di Amerika Serikat seperti Rochester, Barkley, Stanford,
UCLA, NY (Rasyid,1997). Teori akuntansi positif mempunyai suatu kepercayaan bahwa realita sosial
berada secara independen dari manusia yang memiliki sifat atau esensi tersendiri. Hal ini
mengakibatkan fenomena empiris terpisah dari penelitian. Dengan demikian, validitas ilmiah dari
dunia empirik diuji melalui observasi (Januarti, 2004). Teori akuntansi dalam pandangan positif
sering dimaksudkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang terdiri dari induk pengetahuan dan
praktek akuntansi. Beberapa contoh teori akuntansi positif, yaitu creative accounting, earning
management, big bath, dan income smoothing. Akuntansi dalam hal ini terdiri dari seperangkat
hipotesis yang bersifat deskriptif sebagai hasil penelitian yang menggunakan metode ilmiah tertentu.
Teori akuntansi positif difokuskan pada pengujian empirik terhadap asumsi-asumsi yang dibuat teori
akuntansi normatif (misalnya prediksi kebangkrutan, keputusan membeli atau menjual saham).
Salah satu tokoh aliran teori akuntansi positif yang sangat terkenal adalah Watts dan Zimmerman
(1986) (Setialikman, 2005).
Teori normatif berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan (what ought to
be) dalam proses penyajian informasi keuangan kepada para pamakai dan bukan menjelaskan
tentang apakah informasi keuangan itu (what is) atau mengapa hal tersebut terjadi. Sebaliknya,
tujuan pendekatan teori positif berusaha rnenguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana
informasi keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi atau
dengan kata lain pendekatan positif bukanlah untuk memberikan anjuran mengenai bagaimana
praktik akuntansi seharusnya, tetapi untuk menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai
bentuk seperti keadaannya sekarang. Pendekatan teori positif berbeda dengan pendekatan teori
normatif jika dihubungkan dengan proses penyusunan standar akuntansi. Teori positif tidak
bertujuan untuk menyimpulkan, seperti pada tujuan teori normatif, teknik atau metode akuntansi
mana yang baik dan yang buruk dengan mengacu pada kerangka konseptual yang mendasarinya.
Pendekatan teori positif hanya berusaha menjawab mengapa para pelaku bisnis mengadopsi standar
tertentu dan tidak mengadopsi standar yang lain dan dengan ini berusaha membuat prediksi tentang
konsekuensi dari rancangan standar yang diusulkan. (Budiarto, 1999).
Perbedaan utama antara teori positif dan normatif adalah teori normatif bersifat preskriptif
sedangkan teori positif bersifat deskriptif, penjelasan atau prediksi. Teori normatif menuntun untuk
memerintah bagaimana akuntan seharusnya bertindak untuk meraih outcome yang dianggap baik,
cocok, adil dan sebagainya. Sedangkan teori positif menggambarkan bagaiman seseorang bertindak
dengan baik, menjelaskan mengapa orang-orang harus bertindak dengan cara tepat serta dapat .
Karena itu, dibutuhkan pengembangan teori akuntansi positif yang bertujuan untuk menguji teori
akuntansi normatif secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Meskipun demikian, ada
beberapa peneliti (Ball dan Foster, Christenson, Tinker dkk., Holthausen & Leftwich, Lowe dkk.,
McKee dkk., Whittington, dan Hines) yang mengkritik teori akuntansi positif. Kritikan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu (1) kritik terhadap filosofi, positif menganut bahwa
peneliti berada di luar area penelitian serta memaksimalkan utilitynya. Hal ini tidak mungkin terjadi
karena peneliti selalu berada pada area yang ditelitinya dan maksimalitas utility tidak mungkin
dicapai hanya sebatas pada kepuasan. (2) kritik terhadap metodologi, teori positif menganut
pendekatan bahwa maksimalisasi keuntungan dapat diperoleh melalui harga keseimbangan pasar.
Hal ini tidak mungkin karena penelitian dengan harga keseimbangan pasar sangat sedikit
pengaruhnya terhadap kontribusi penelitian akuntansi. (3) kritik terhadap penelitian dengan
pendekatan ekonomi, yaitu pemaksimalisasi individu yang tidak mungkin atau tidak mudah untuk
menghitungnya (Januarti, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Arif, 1999, Kaitan Riset Akuntansi dengan Pengajaran dan Praktik Pendekatan Teori Positif, Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 3, No.1, hal: 29-48.
Januarti, Indira. 2004. Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol.1,
No.1, hal: 83-94.
Rasyid, I 997, Mengakarkan Akuntansi pada Bumi Sosio Kultural Indonesia: Perlunya Persektif Alternatif,
Media Akuntansi, No.23/Th.IV, hal: 13-21.
Setialikman, Eliana. 2005. Pendekatan Teori Akuntansi Normatif Versus Teori Akuntansi Positif. Skripsi.
Surabaya: Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Widya Mandala.
http://ramadhanaprillio.blogspot.co.id/2015/11/perbandingan-teori-akuntansi-normatif.html
Pengertian teori akuntansi bergantung pada apakah akuntansi dipandang sebagai sains atau
teknologi.
• Seperangkat konsep, definisi, dan proposisi (pernyataan) yang saling berkaitan secara sistematis
yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntansi.
• Fenomena akuntansi yang menjadi perhatian adalah keputusan atau perilaku pihak (manusia) yang
berkepentingan dengan akuntansi.
• Menggunakan metoda yang diemulasi dari metoda ilmiah dalam ilmu alam dengan sasaran
menguji kebenaran pernyataan/penjelasan secara ilmiah.
• Tidak menghasilkan prinsip akuntansi, metoda akuntansi, atau teknik akuntansi yang menjadi
pilihan kebijakan akuntansi.
• Proses penalaran untuk menjustifikasi kelayakan praktik akuntansi atau prinsip akuntansi tertentu.
Menurut sasaran yang ingin dicapai, teori akuntansi dibedakan menjadi: (1) teori akuntansi positif
dan (2) teori akuntansi normatif.
Teori akuntansi positif mencakup penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah
kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta. Dengan kata lain,
fakta sebagai sasaran.
Teori akuntansi normatif mencakup penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu
perlakuan akuntansi yang paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Nilai sebagai sasaran.
http://akuntansi07-unp.blogspot.co.id/2010/09/perbedaan-teori-akuntansi-bersifat.html