C. Makalah Akhirnya Selesai Juga
C. Makalah Akhirnya Selesai Juga
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
“Manusia yang berkualitas tidak hanya terlihat dari segi pendidikan dan
perilakunya, tetapi juga cara mereka memperlakukan wilayah dan tempat di
sekitarnya.”
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Makhluk
hidup tidak hidup sendirian. Manusia, hewan, tumbuhan dan organisme lain pun
saling berinteraksi. Dalam proses interaksi tersebut diperlukan kondisi lingkungan
yang optimal sehingga suasana lebih tenang, tentram, dan kondusif. Tentunya,
dengan kualitas lingkungan yang baik akan membuat masyarakat lebih
konsentrasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti beradaptasi dan
bersosialisasi dengan individu lain.
Sederhananya, lingkungan yang sehat dapat ditentukan dengan nyaman atau
tidaknya individu yang hidup di dalamnya. Lingkungan hidup yang sehat
memberikan kehidupan yang sehat, sebaliknya lingkungan yang buruk akan
berpotensi membahayakan kesehatan individu dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban bagi setiap individu untuk
selalu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, manusia
yang berkualitas adalah manusia yang dapat memperlakukan lingkungannya
dengan baik.
Upaya dalam melestarikan lingkungan bukan merupakan tindakan yang sia-
sia. Manfaat dari upaya pelestarian lingkungan tidak hanya untuk saat ini, bahkan
untuk masa yang akan datang dan nantinya manfaat tersebut juga akan dirasakan
oleh generasi selanjutnya sehingga mereka dapat menjaga kualitas lingkungan
yang sehat. Tidak hanya itu, lingkungan yang sehat akan membawa kota dan
negara yang bersih terjaga sehingga dapat menarik wisatawan asing untuk
berkunjung ke negara kita. Hal ini akan memberi pengaruh baik terhadap visa
negara.
Universitas Indonesia
2
1. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan studi ini, rumusan yang akan dibahas antara lain:
Universitas Indonesia
3
1. 3. Tujuan Studi
Adapun tujuan dari studi ini antara lain:
a. Mengetahui kualitas udara di Kecamatan Pancoran Mas berdasarkan
parameter fisika dan kimia yang diperoleh dari hasil uji emisi udara
yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Depok (DLHK).
b. Mengetahui tingkat kebisingan di Kecamatan Pancoran Mas
berdasarkan hasil uji emisi.
c. Mengetahui baku mutu udara dan kebisingan di area penelitian
berdasarkan peraturan yang terkait.
d. Mengetahui jumlah kendaraan yang tidak lulus uji emisi kendaraan.
e. Mengidentifikasi aktivitas masyarakat yang menyebabkan
pencemaran udara.
f. Mengetahui dampak langsung dari pencemaran udara dan kebisingan
terhadap masyarakat.
g. Mengetahui fasilitas yang disediakan pemerintah Kota Depok dalam
mencegah pencemaran udara.
Universitas Indonesia
4
1. 4. Batasan Studi
Dalam studi ini, daerah yang dipantau dibatasi pada Kecamatan Pancoran
Mas, Kota Depok. Analisis kualitas udara dan kebisingan, sistem penanggulangan
pencemaran udara yang tersedia, aktivitas masyarakat yang menyebabkan
timbulnya sumber pencemar udara, serta dampak langsung terhadap masyarakat di
wilayah Kecamatan Pancoran Mas dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu, yaitu
dari 26 Oktober 2017 hingga 9 November 2017.
1. 5. Manfaat Studi
Manfaat yang diperoleh dari studi ini adalah:
a. Bagi diri sendiri, dapat menganalisa secara mendalam pencemaran
udara mengenai sistem pengendalian dan pengelolaan kualitas udara
dan diharapkan mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh saat
di dunia pekerjaan.
b. Bagi dunia pendidikan, diharapkan dapat memberi wawasan mengenai
kemajuan di bidang lingkungan hidup dengan menciptakan strategi
baru dalam pengelolaan kualitas udara.
c. Bagi instansi yang terkait, dapat memberikan informasi mengenai
kondisi lingkungan hidup khususnya pencemaran udara sehingga
masyarakat dapat menyadari pentingnya kualitas lingkungan hidup
yang optimal.
1. 6. Metode Studi
Metode studi yang dilakukan yaitu dengan teori yang diperoleh saat proses
pembelajaran di kelas. Selain itu, pelaksanaan studi dilakukan dengan
melaksanakan pengamatan langsung ke lokasi, wawancara dengan warga dan
tugas kebersihan, serta perolehan data sekunder dari instansi yang terkait, yaitu
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok (DLHK) dan Kecamatan
Pancoran Mas.
Universitas Indonesia
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pencemaran Udara
2. 1. 1. Definisi
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien
tidak dapat memenuhi fungsinya (PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara). Menurut Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran
udara diartikan sebagai keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan
polusi yang jumlah dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk
hidup, merusak properti, mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi
ini maka segala bahan padat, gas dan cair yang ada di udara yang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman disebut polutan udara.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Area
Pola emisi area dapat bersumber dari pola titik dalam jumlah
banyak pada satu batasan area.
2. 2. Total Suspended Particulate
2. 2. 1. Definisi
Material partikulat atau disebut juga PM (Particulate Matter) merupakan
gabungan dari partikel-partikel kecil dan butiran cair. Partikel-partikel polutan
dapat dibentuk dari berbagai komponen seperti asam nitrat dan asam sulfat,
komponen organik kimiawi, logam serta partikel debu.
Ukuran partikel dapat berpengaruh pada masalah kesehatan. Partikulat yang
memiliki diameter 10 mikron atau lebih kecil dapat masuk ke dalam paru-paru
manusia, karena partikel ini tidak dapat disaring melalui organ pernapasan
manusia. Klasifikasi Environmental Protecting Agency (EPA) membagi partikel
menjadi:
a. Inhalable coarse particles, biasanya ditemukan di dekat jalan raya dan
industri. Ukurannya lebih besar dari 2,5 mikron dan lebih kecil dari 10
mikron. Partikel ini hanya sesuai dengan PM10.
b. Fine particles, dapat ditemukan di asap dan kabut, memiliki ukuran
diameter yang lebih kecil dari 2,5 mikron. Partikel ini disebut sebagai
PM2,5.
c. PM10 didefinisikan sebagai semua partikel yang sama dengan dan
kurang dari 10 mikron dalam diameter aerodinamik. Partikel yang
lebih besar dari ini biasanya tidak disimpan dalam paru-paru.
d. Ultrafine particles, secara umum didefinisikan sebagai partikel yang
kurang dari 0,1 mikron.
Karakteristik partikulat debu termasuk di antaranya ukuran, distribusi ukuran,
bentuk padatan, kelengketan, sifat korosif, sifat reaktivitas dan toksisitas. Salah
satu karakteristik yang paling pentng dari suspensi partikel debu adalah ukuran
partikel aerosol. Aerosol dapat digolongkan menjadi aerosol primer dan sekunder.
Aerosol primer adalah aerosol yang dipancarkan langsung dari berbagai sumber,
seperti debu yang terbawa oleh udara sebagai akibat adanya angin atau pertikel
asap yang dipancarkan dari cerobong. Aerosol sekunder merujuk kepada partikel
Universitas Indonesia
9
yang dihasilkan di dalam atmosfer yang mengalami reaksi kimia dari komponen
gas. Beberapa bahan partikulat udara dan ukuran jenis partikel dapat dilihat pada
gambar berikut.
Universitas Indonesia
10
2. 2. 3. Identifikasi TSP
Miller (1996) mengklasifikasikan polutan-polutan udara ke dalam 5 kategori
uatam polutan primer; salah satu polutan tersebut adalah Suspended Particulate
Matter (SPM) atau Total Suspended Particulate (TSP). Partikel-partikel yang
dapat teridentifikasi sebagai TSP dari sumber kegiatan transportasi:
a. Oksida Karbon (Cox)
Oksida karbon yang paling banyak dihasilkan oleh kendaraan
bermotor adalah karbon monoksida. Karbon monoksida (CO)
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang terbentuk
dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil yang mengandung
karbon. Pembakaran sempurna menghasilkan karbon dioksida (CO2)
yang merupakan gas yang jauh lebih stabil. CO diukur melalui satuan
mg/m3 (10-3 gram per kubik meter) (McVoy %Cohn, 1982).
Pada reaksi pembakaran tidak sempurna ini dihasilkan radikal
hidroksil yang berperan sebagai agen pengoksidasi awal. Ketika
radikal ini bereaksi dengan CH4 akan membentuk alkil radikal:
CH4 + OH → CH3 + H2O
Reaksi ini akan berlanjut dengan 39 reaksi
CO bersifat mematikan bagi manusia hanya dalam waktu
beberapa menit jika konsentrasinya melebihi 5000 ppm. Hal ini
dikarenakan CO membentuk bereaksi dengan hemoglobin dalam
darah membentuk COHb, sedangkan hemoglobin kompleks lainnya.
Raksi-reaksi tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:
CH3 + O2 + 2(hv) → CO + H2 + OH
Pada reaksi tersebut CH3 bereaksi dengan oksigen dan sinar
ultraviolet dari matahari. Hasil dari reaksi tersebut alah karbon
monoksida, gas H2 serta radikal hidroksil.
memiliki daya ikat yang lebih kuat dengan CO dibandingkan
dengan oksidgen.
Universitas Indonesia
11
c. Oksida Sulfur
Oksida sulfur dapat dikategorikan sebagai polutan primer atau
sekunder. Pada beberapa proses alami atau buatan dihasilkan gas H2S
yang dapat berealso membentuk polutan sekunder SO2. Salah satu
reaksi penting mengenai H2S adalah bereaksi dengan ozon:
H2S + O3 H2O + SO2
Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas yang tidak berwarna namun
dapat larut dalam air. Bersifat toksik bagi hewan dan tumbuhan serta
dapat bereaksi di atmosfer membentuk asam sulfur dan bentuk sulfat
lainnya dan timbul pada fenomena hujan asam. Emisi SO2 dihasilkan
kerika bahan bakar fosil yang mengandung sulfur dibakar dan sulfur
kemudia teroksidasi (McVoy & Cohn, 1982).
Universitas Indonesia
12
d. Oksidan Fotokimia
Oksidan fotokimia yang terutama terbentuk adalah PAN (Peroxy
Acetyl Nitrate) dan Ozon.ozon merupakan substansi yang reaktif
(oksidator sangat kuat) dan sangat korosif. Ozon juga digunakan
sebagai indikaroe oksida yang hadir di udara. Konsentrasi ozon pada
kisaran 0.1-0.3 ppm dapat mengakibatkan iritasi mata, serta gangguan
pernapasan. Ozon akan mengoksidasi NO dan NO2 pada reaksi berikut:
O3 + NO NO2 + O2
Universitas Indonesia
13
Pada bayi dan anak-anak, dampak pencemaran udara menjadi lebih rentan
dikarenakan (Anonim, 2009):
a) Memiliki laju metabolism dan laju konsumsi oksigen yang lebih tinggi
per berat badan dibandingkan orang dewasa karena memiliki luas
permukaan tubuh per berat badan yang lebih besar dan dalam kondisi
tumbuh kembang yang cepat.
b) Menghirup lebih banyak pencemar per kilogram berat badan
dibandingkan orang dewasa.
c) Memiliki system pernafasan lebih kecil/sempit sehingga lebih mudah
terjadi iritasi
Universitas Indonesia
14
monoksida 1 tahun
)
NO32 1 jam 400 μg/Nm3 Saltzman Spektrofoto
3 (Nitrogen 24 jam 150 μg/Nm3 meter
dioksida) 1 tahun 100 μg/Nm3
O3 4 1 jam 235 μg/Nm3 Chemilumine Spektrofoto
4 (Oksida) scent meter
1 tahun 50 μg/Nm3
HC5(Hidro 3 jam 160 μg/Nm3 Flamed Gas
5 karbon) Ionization Chromatogr
afi
PM610 24 jam 150 μg/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
6 (Partikel <
10 mm)
PM72 24 jam 65 μg/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
7 (Partikel < 1 tahun 15 μg/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
2.5 mm)
Universitas Indonesia
15
Analyzer
Flour
1 30 hari 40 μg/100cm2 Colourimetri Limed
12 Indeks dari kertas c Filter Paper
limed filter
Klorin
1 dan 24 jam 150 μg/Nm3 Specific Ion Impinger
13 Klorin Electrode atau
dioksida Continous
Analyzer
Sulphat
1 30 hari 1 mg SO3/100 Colourimetri Lead
14 Indeks cm2 dari lead c Peroxide
peroksida Candle
Sumber: PP No.41 Tahun 1999
Dari table diatas, baku mutu udara ambien nasional untuk PM10 adalah
sebesar 150 μg/m3 (24 jam), untuk PM2,5 adalah sebesar 65 μg/m3 (24 jam),
sedang untuk TSP adalah 230 μg/m3 (24 jam).
0 – 50 0 – 75 0 – 15 0 – 50 Baik
201 – 300 376 – 625 151 – 250 351 – 420 Sangat Tidak
Sehat
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
b. Efek Toksik Pb
Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia sehingga bila makanan dan
minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya.
Orang dewasa mengabsorbsi Pb sebesar 5-15% dari keseluruhan Pb yang
dicerna sedangkan anak-anak memiliki kemampuan absorbsi Pb yang lebih
Universitas Indonesia
18
besar yaitu 41.5%. oleh karena itu, dampak Pb pada anak-anak akan lebih
berbahaya daripada yang diterima oleh orang dewasa.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 400 siswa seolah dasar (dengan
usia kurang dari 12 tahun) di Kota Bandung menunjukkan bahwa kandungan
Pb dalam darah siswa sebesar 14,13 mikro g/dl yang melebih ambang batas
yang ditentukan oleh Pb yaitu 10 mikro g/dl. Berdasarkan tipe kendaraan
yang digunakan, siswa pengguna angkutan umum memiliki kadar Pb dalam
darah sebesar 13,9 mikro g/dl, sedangkan kelompok siswa pejalan kaki
memiliki kadar Pb dalam darah sebesar 14,32 mikro g/dL (Widowati, 2008).
Dalam tubuh manusia Pb dapat menghambar aktivitas enzim yang
terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb). Sebagian Pb akan
diekskresikan lewat urin dan feses sedangkan sebagian lagi akan terakumulasi
pada ginjal, hari, kuku, jaringan lemak dan rambut. Timbal bersifta kumuatif.
Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya antara lain
(Widowati, 2008) :
Sistem haemopoietik, merupakan system Pb dimana Pb akan
menghambat sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga dapat
menyebabkan anemia.
Sistem syaraf, Pb dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejla
epilepsy, halusianasi, kerusakan otak besar, pingsam dan derilium.
Sistem urinaria, Pb dapat menyebabkan lesi tubulus proksimalis dan
aminosiduria.
Sistem gastro-intestinal, Pb menyebabkan kolis dan konstipasi.
Sistem kardiovaskuler, Pb menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah.
Sistem reproduksi, Pb menyebabkan toksisitas pada janin yang belum
lahir, tidak berkembangnya sel otak embrio.
Sistem endokrin, Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan adrenal.
Universitas Indonesia
19
karam perut, kolik, sakit kepala, bingung dan sering kacau serta memicu
gagal ginjal.
2. 2. 8. Pengendalian TSP
Pengendalian partikulat untuk kendaraan bermotor lebih ditekankan pada
pengujian emisi kendaraan bermotor. Di Indonesia terutama di Jakarta pengujian
emisi untuk kendaraan sayangnya hanya terdapat layanan untuk uji emisi
kendaraan pribadi. Padahal kendaraan umum di Jakarta memiliki umur benda
yang sudah uzur, sehingga kualitas mesinnya pun buruk dan menghasilkan emisi.
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengendalikan TSP adalah dengan
melakukan uji emisi pada seluruh kendaraan bermotor dan tidak terbatas pada
kendaraan pribadi saja.
Upaya pengendalian bertujuan untuk memperbaiki kualitas udara akibat
konsentrasi polutan yang meningkat seiring dengan oertambahan jumlah
kendaraan. Pelebaran ruas jalan untuk menambah volume kendaraan yang dapat
melintas dinilai positif untuk keadaan lalu lintas namun berimbas negative pada
kualitas udara ambien. Upaya pengendalian untuk memperbaiki kualitas udara
ambien dapat dilakukan dengan cara penambahan ruang terbuka hijau. Hal ini
sesuai dengan Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 pasal 26 ayat 1
yaitu setiap orang atau penanggung jawab usaha wajib melakukan upaya dalam
rangka pengembangan ruang terbuka hijau.
Tanaman yang digunakan dalam pengembangan ruang terbuka hijau
memiliki syarat sebagai berikut:
Mampu tumbuh pada lingkungan yang marginal (tanah tidak subur, udara dan
air yang tercemar).
Cepat tumbuh dan mempunyai umur yang panjang.
Perkaran yang dalam sehingga tidak mudah tumbang.
Tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah.
Dahan dan ranting tidak mudah patah.
Buah tidak terlalu besar.
Tidak gugur daun.
Luka akibat benturan mobil mudah sembuh.
Universitas Indonesia
20
Tahan terhadap gangguan fisik dan pencemar dari kendaraan bermotor, serta
dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas udara.
Universitas Indonesia
21
2. 3. 2. 3. Mengelola Limbah
Pengelolaan limbah industri dari bahan buangan industri dan teknologi
dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Cara pengelolaan
limbah ini sering disebut dengan Waste Treatment atau Waste Management. Cara
mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat kandungan limbah
serta tergantung pula pada rencana pembuangan oahan limbah secara permanen.
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
2. 4. 2. Kebisingan
2. 4. 2. 1. Definisi
Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.48/MENLH/1996, kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Kebisingan dapat diartikan juga sebagai semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999).
Pencemaran akibat kebisingan bersifat unik dan dianggap istimewa karena
penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai
pencemaran kebisingan atau tidak. Kebisingan diukur dalam satuan decibel (dB),
yang merupakan skala tekanan bunyi yang diukur dalam skala logaritmik.
Penilaian kebisingan dilakukan dengan menggunakan unit tingkat tekanan suara
berbobot A (Doelle, 1972).
Universitas Indonesia
25
2. 4. 2. 3. Jenis-Jenis Kebisingan
Menurut KepMenLH No.48 Tahun 1996, terdapat 3 macam kebisingan
lingkungan :
Kebisingan spesifik, yaitu kebisingan di antara jumlah kebisingan
yang dapat dengan jelas dibedakan untuk alasan-alasan akustik.,
sumber kebisingan dapat diidentifikasi.
Kebisingan residual, yaitu kebisingan yang tertinggal sesudah
penghapusan seluruh kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan di
suatu tempat tertentu dalam suatu waktu tertentu.
Kebisingan latar belakang, yaitu semua kebisingan lainnya ketika
memusatkan perhatian pada suatu kebisingan tertentu.
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan. Nilai ambang batas kebisingan yang dianggap
aman untuk pekerja yang bekerja 8 jam.hari atau 40 jam.minggu yaitu sebesar 85
dB (A). Menurut KepMenKes No.1405 Tahun 2002 dan KepMenNaker No. 51
Tahun 1999 waktu pajanan dan tingkat kebisingan maksimum adalah sebagai
berikut:
Universitas Indonesia
29
1.76 127
0.88 130
0.44 133
0.22 136
0.11 139
Tidak boleh ≥ 140dB(A) walaupun sesaat
Sumber: KepMenNaker No. 51 Tahun 1999
2. 4. 2. 6. Pengendalian Kebisingan
1. Penekanan Bising di Sumbernya
Universitas Indonesia
30
2. Perencanaan Kota
Jenis bising dalam kota yang utama adalah bising lalu lintas dan
transportasi, bising industri dan bising yan dihasilkan manusia. Pada bising
lalu lintas dan transportasi, dalam merancang jalan-jalan, elemen-elemen
yang menyebabkan kebisingan pada lalu lintas harus dikurangi, seperti jalur
lalu-lintas miring, persimangan datar, lampu lalu lintas, jalur lalu lintas yang
sempit, daerah parkir serta gedung atau bangunan yang berada terlalu dekat
dengan jalan. Cara–cara mencegah kebisingan dalam kota dapat dilakukan
dengan menggunakan pengahalan ruang luar. Penghalang luar digunakan
untuk mengurangi bising luar, terutama untuk bunyi dengan frekuensi tinggi
seperti klakson mobil dan motor. Penghalang yang dapat digunakan seperti
pemasangan dinding yang tinggi seperti beton dengan blok kaca atau
penggunaan tanaman yang memiliki kerimbunan dan kerapatan daun merata
mulai dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan. Selain itu,
tanaman juga dapat mengurangi tingkat polutan yang tinggi terutama gas
buang CO.
3. Kualitas Bangunan
Menurut Peraturan Mendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, lahan sekolah
harus terhindar dari gangguan-gangguan pencemaran air, kebisingan dan
pencemaran udara. Selain itu lahan juga harus terhindar dari potensi bahaya
yang mengancam kesehatan.
Nelson (2002), dalam Djunaedy (2003) mengungkapkan bahwa siswa
khususnya anak-anak memerlukan kualitas akustik yang lebih ketat
dibandingkan orang dewasa. Terdapat 2 syarat pada bangunan sekolah agar
siswa dapat mendengarkan pelajaran dengan baik:
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
BAB III
GAMBARAN PENYEDIAAN UDARA BERSIH
Universitas Indonesia
33
Universitas Indonesia
34
Dari data jumlah penduduk di Kecamatan Pancoran Mas dari bulan Januari
2017 dan Februari 2017, mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 221 jiwa
dengan persentase pertumbuhan penduduk 0,08%.
100
80
60
40
20 2 6 0
0
Lulus Tidak Lulus Lulus Tidak Lulus
Premium Solar
ITC Depok, Kecamatan Pancoran Mas
ITC Depok, Kecamatan
97 2 6 0
Pancoran Mas
Universitas Indonesia
35
Pancoran Mas. Rekapitulasi hasil uji emisi udara embien pada tahun 2017 terdapat
dalam tabel berikut.
Lokasi Pengujian
Pengujian Udara Ambien Baku Mutu
Tahun 2017 (PP RI No.41
Fisika:
TSP/Debu µg/Nm3 99,03 230
PM10 µg/Nm3 1,46 150
PM2,5 µg/Nm3 0,28 65
Kimia:
Oksidan O3 µg/Nm3 51,3 235
Sulfur dioksida (SO2) µg/Nm3 < 47,90 365
Karbon monoksida (CO) µg/Nm3 981,9 10000
Nitrogen dioksida (NO2) µg/Nm3 98,8 150
Timbal (Pb) µg/Nm3 < 0,05 2
Tabel 9. Hasil uji emisi udara embien pada tahun 2017
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok
Rekapitulasi hasil uji emisi udara embien dan kebisingan pada tahun 2016
terdapat dalam tabel berikut.
Lokasi Pengujian
Pengujian Udara Ambien Baku Mutu
Tahun 2017 (PP RI No.41
Universitas Indonesia
36
Fisika:
TSP/Debu µg/Nm3 122 230
PM10 µg/Nm3 48 150
PM2,5 µg/Nm3 23,8 65
Kimia:
Oksidan O3 µg/Nm3 25,8 235
Sulfur dioksida (SO2) µg/Nm3 87 365
Karbon monoksida (CO) µg/Nm3 < 1140 10000
Nitrogen dioksida (NO2) µg/Nm3 24,5 150
Timbal (Pb) µg/Nm3 < 0,01 2
Amoniak (NH3) ppm 0,082 2
Hidrogen sulfida (H2S) ppm <0,019 0,02
Kebisingan dB (A) 48 60
Tabel 10. Hasil uji emisi udara embien pada tahun 2016
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok
200
150 102.61 97.6 99.03 81.3
100
50
0
Balai Kota Kec Cipayung Kec Pancoran Kec TSP/Debu (µg/Nm3)
(Depan tiang (TPA Mas (depan Sukmajaya
bendera) Cipayung) kantor) (depan UPS)
Februari Maret
Lokasi Pemantauan
Universitas Indonesia
37
100
50 23.2 21.4
1.46 2.02
0 PM10 (µg/Nm3)
Balai Kota Kec Cipayung Kec Pancoran Kec Sukmajaya
(Depan tiang (TPA Mas (depan (depan UPS)
bendera) Cipayung) kantor)
Februari Maret
Lokasi Pemantauan
50
40
30
20 7.8 6.5
10 0.28 1.18
0
Balai Kota Kec Cipayung Kec Pancoran Kec Sukmajaya PM2.5 (µg/Nm3)
(Depan tiang (TPA Cipayung) Mas (depan (depan UPS)
bendera) kantor)
Februari Maret
Lokasi Pemantauan
Universitas Indonesia
38
190
170
150
130
110
90 51.3
70 48.3 48.3 34.4
50
30
Balai Kota Kec Cipayung Kec Pancoran Kec Sukmajaya O3 (µg/Nm3)
(Depan tiang (TPA Cipayung) Mas (depan (depan UPS)
bendera) kantor)
Februari Maret
Lokasi Pemantauan
300
250
200
150 47.9 47.9 47.9 47.9
100
50
0
Balai Kota Kec Cipayung Kec Pancoran Kec Sukmajaya SO2 (µg/Nm3)
(Depan tiang (TPA Cipayung) Mas (depan (depan UPS)
bendera) kantor)
Februari Maret
Lokasi Pemantauan
Universitas Indonesia
39
6000
4000
2000 310.05 185 981.9 730.8
0
Balai Kota Kec Cipayung Kec Pancoran Kec Sukmajaya CO (µg/Nm3)
(Depan tiang (TPA Cipayung) Mas (depan (depan UPS)
bendera) kantor)
Februari Maret
Lokasi Pemantauan
98.8
100 80.7
46.14
50 26.3
0
Balai Kota Kec Cipayung Kec Pancoran Kec Sukmajaya NO2 (µg/Nm3)
(Depan tiang (TPA Cipayung) Mas (depan (depan UPS)
bendera) kantor)
Februari Maret
Lokasi Pemantauan
Universitas Indonesia
40
1.4
1.2
1
0.8
0.6 0.05 0.05 0.05 0.05
0.4
0.2
0
Balai Kota Kec Cipayung Kec Pancoran Kec Sukmajaya Pb (µg/Nm3)
(Depan tiang (TPA Cipayung) Mas (depan (depan UPS)
bendera) kantor)
Februari Maret
Lokasi Pemantauan
3. 3. Analisis Data
Berdasarkan hasil uji emisi kendaraan yang dilakukan di kawasan ITC Depok
terhadap 150 mobil, hanya terdapat 2 kendaraan yang tidak lulus uji. Hal ini
dikarenakan kadar hidrokarbon (HC) yang dihasilkan kendaraan melebihi baku
mutu HC di udara, yaitu 150 µg/Nm3.
Berdasarkan data hasil uji emisi udara embien, parameter PM10 dan PM2,5 di
Kecamatan Pancoran Mas memenuhi kategori baik dalam indeks standar
pencemar udara (ISPU). Namun, jika ditinjau dari parameter TSP yang ada,
indeks standar pencemar udara termasuk dalam kategori sedang. Hal ini
menyebabkan penurunan pada jarak pandang.
Berdasarkan data hasil uji kebisingan pada tahun 2016, parameter kebisingan
masih menunjukkan status aman sehingga tidak berdampak buruk kepada
masyarakat sekitar.
3. 4. Survei Lapangan
Penulis melakukan survei langsung di kawasan Kecamatan Pancoran Mas
dekat Stasiun Depok Baru. Berdasarkan survei langsung, penulis memperoleh
beberapa informasi terkait penyebab tercemarnya udara di lingkungan masyarakat
dan sumber kebisingan yang ada.
Universitas Indonesia
41
Universitas Indonesia
42
3. 5. 2. Pengangkutan limbah
Di tempat yang berjarak sekitar 150 meter dari permukiman warga terdapat
bak penampungan limbah. Dinas kebersihan bertugas mengangkut limbah tersebut
dan dibuang ke TPS Cipayung. Hal ini merupakan upaya untuk mencegah
terjadinya pembakaran sampah yang akan mencemari udara.
Universitas Indonesia
43
BAB 4
Analisis dan Rekomendasi Solusi
4. 1. Analisis Masalah
4. 1. 1. Kepadatan penduduk
Kecamatan Pancoran Mas memiliku kepadatan penduduk tertinggi setelah
kecamatan Sukmajaya. Di kota Depok dipadati oleh banyak pendatang, sehingga
diiringi dengan perkembangan pertumbuhan kota yang pesat. Pembangunan fisik
kota dan pendirian pusat-pusat industri mengakibatkan pertambahan jumlah
produksi kendaraan. Oleh sebab itu, tak dipungkiri lagi bahwa kepadatan
kendaraan terus terjadi sehingga menyebabkan kemacetan.
4. 2. Rekomendasi Solusi
Untuk mengatasi pencemaran udara dan kebisingan di Kota Depok,
khususnya Pancoran Mas, penulis merekomendasikan solusi Dynamic Traffic
Management (DTM) karena sumber pencemar udara dan kebisingan cenderung
dari permasalahan transportasi. Solusi ini terinspirasi dari inovasi Belanda dalam
menangani pencemaran udara.
Inovasi DTM ini memiliki efek positif pada kualitas udara. Pemantauan pada
cuaca serta lalu lintas bertujuan untuk mengamati titik-titik kemacetan dan
Universitas Indonesia
44
mengelola arus lalu lintas. Inovasi ini terbukti memberikan kontribusi dalam
penurunan rata-rata tingkat NO2 tahunan dan rata-rata harian tingkat PM10.
Kualitas udara dan arus lalu lintas rentan terhadap fluktuasi polusi yang cukup
besar. Langkah-langkah yang dilakukan DTM dalam mengurangi emisi lalu lintas
adalah dengan mengombinasi arus lalu lintas yang lebih baik, mengurangi
kemacetan.
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
BAB 5
PENUTUP
5. 1. Kesimpulan
Dari survei dan data yang diperoleh dari instansi terkait, dapat disimpulkan
bahwa:
a. Tingkat pencemar udara pada kawasan Kecamatan Pancoran Mas tidak
membahayakan. Berdasarkan kategori ISPU, kualitas udara di kecamatan
Pancoran Mas masih baik.
b. Tingkat kebisingan di kawasan Pancoran Mas dari tahun ke tahun semakin
menurun. Artinya, permasalahan kebisingan semakin berkurang.
c. Jumlah kendaraan yang tidak lulus uji emisi kendaraan yang dilakukan di
ITC Depok sebanyak 2 kendaraan.
d. Baku mutu udara dan kebisingan di wilayah penelitian telah diatur dalam
PP No. 41Tahun 1999.
e. Aktivitas masyarakat yang menunjang timbulnya pencemar udara antara
lain, cenderung menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan
umum dan penanganan yang tidak tepat terhadap limbah domestik
sehingga diperlukan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pengelolaan limbah yang tepat.
f. Pencemaran udara terhadap masyarakat di Kecamatan Pancoran Mas tidak
membahayakan kesehatan masyarakat karena kualitas udara masih baik.
Dampak dari kebisingan dirasakan oleh warga yang tinggal di permukiman
dekat sumber kebisingan, seperti di belakang rel kereta api. Hal ini
menyebabkan gangguan psikologis masyarakat sehingga waktu istirahat
masyarakat terganggu.
g. Pemerintah Kota Depok menerapkan sistem satu arah pada tanggal 14
Agustus 2017. Tindakan ini dinilai dapat menanggulangi kemacetan akibat
padatnya kendaraan penyebab pencemaran udara dan kebisingan.
Universitas Indonesia
47
5. 2. Saran
Untuk memperoleh data sekunder dari instansi-instansi yang terkait,
diperlukan surat perizinan dari fakultas. Sebelum melakukan wawancara terhadap
warga, perlu persiapan untuk menentukan topik pembicaraan yang akan dibahas
untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Universitas Indonesia
48
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
49
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/07/20362561/penerapan-
sistem-satu-arah-di-depok-dinilai-mampu-urai-kemacetan
Universitas Indonesia