Oleh
SITI KHOLIFAH
F24061489
2010
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGARUH PENAMBAHAN ZA DAN GULA TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK, ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN
LOGAM NATA DE COCO
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
SITI KHOLIFAH F24061489
2010
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul skripsi : Pengaruh Penambahan ZA dan Gula terhadap Karakteristik Fisik,
Organoleptik dan Kandungan Logam Nata de Coco
Nama : Siti Kholifah
NRP : F24061489
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
Siti Kholifah. F24061489. Pengaruh Penambahan ZA dan Gula terhadap
Karakteristik Fisik, Organoleptik dan Kandungan Logam Nata de coco. Di bawah
bimbingan Siti Nurjanah dan Suliantari
RINGKASAN
Abstrak
Acetobacter xylinum needs nitrogen and glucose source to support its growth. Rsently,
nata de coco producers in Bogor use ZA which knowly used as non-foodgrade nitrogen source
for Acetobacter xylinum. Several Research proved that inorganic fertilizer contain highly metal.
Now people have highly concern of metal rsidues in ZA and as the result it may be trapped in
nata de coco’s layers. Metal residues may be damager to people helath. This research aimed to
study effect of ZA adde to physical characteristic of nata de coco and heavy metal residues.
Heavy metal detection which is used in this research is by using Inductively Couple Plasma-
Mass Spectrofotometri( ICP-MS. ZA contain 1.05 ppm of Cu, 18.65 ppm of Zn, 42.4 ppb of Sn,
and 13.32 ppb of As. As the result of heavy metal contain, Raw nata de coco is also contain high
Cu, Zn, and Pb. In contras, packaged nata de coco contin metal in understandar amount of SNI
No. 01-4317-1996 about packaged nata de coco. This is result is proved that there’s metal
reduction during process. The result of nata de coco production in laboratorium with ZA added
which are 0.4%, 0.6%, 0.8%, 1.0% and 1,2% show heavy metal contain in product may lower
they are 0.36 ppm, 0.1 ppm, 0.11 ppm, 0.36 ppm, 0.36 ppm for Cu. Zn only detected in 1.2% ZA,
on the other hand Pb detected only in 0.8% ZA. Its show that environtment especially equipment
also influence the metal contain in nata de coco. To produce safe and acceptable by consumers,
its needs to use lower ZA contain in nata de coco production.
Keyword: nata de coco, ammonium sulfate (ZA), metal Pb, Cu, and Zn
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Atas kehendak dan karunia-Nya, penelitian yang berjudul “Pengaruh Penambahan
ZA terhadap Karakteristik Fisik dan Kandungan Logam Nata de coco” dapat
diselesaikan. Penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dapat diselesaikan atas sumbangan pemikiran dan masukan
dari pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai, yang tiada henti-hentinya
memberikan kasih sayang, nasihat, do’a, dukungan dan semangat kepada
penulis.
2. Siti Nurjanah, STP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan
pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, masukan,
saran, bantuandan nasehat yang sangat berharga bagi penulis. Mohon maaf
atas segala kesalahan dan kekurangan penulis, semoga Allah SWT
membalas kebaikan ibu dengan balasan yang sebaik-baiknya.
3. Dr. Dra. Suliantari, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan, masukan, saran, bantuandan nasehat yang
sangat berharga bagi penulis.
4. Dian Herawati, STP, M. Si selaku dosen penguji dan memberikan saran
dan masukan bagi kelengkapan skripsi penulis
5. Teknisi laboratorium ITP (Pak Rojak, Mba Ari, Ibu Antin, Pak Wahid,
Pak Edi, Ibu Rub dan Mas Aldi)
6. Para petani nata de coco pak Ocid, Pak Ade, Pak Didin, Pak Sambas, Pak
Hendra, Pak Simon (CV. MMI) atas segala informasi yang telah diberikan
demi membantu penyelesaian skripsi penulis
7. Teteh-teteh ku, teh nani dan teh ning yang telah memberikan dukungan
untuk selalu semangat dan terus berusaha
i
8. Rino Marianto, atas segala perhatian, kasih sayang, kesabaran, dan
nasehat-nasehat yang selalu mendorong agar penulis tetap berjuang dan
berusaha untuk menjadi lebih baik
9. Awaliyatus Sholihah dan Sarah Fathia, terima kasih telah menjadi sahabat
terbaik penulis, mau mendengarkan keluh kesah dan terus memberikan
semangat
10. Widya, Ipit, Kardi, Riza, Risma, Iyus, Wj, Prima, Erick, Rima, Anto,yang
telah menjadi teman yang sangat baik bagi penulis
11. Teman-teman kost: Icha, Onie, Simau, Mude, Mba Dian, Mba Eva, Mba
Yusni, Eka, Mba Malya yang telah memberikan lingkungan kosan yang
kondusif dan lebih hidup
12. Teman-teman ITP semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima
kasih atas kerjasamanya. Semoga kita semua dapat sukses menjalani
kehidupan selanjutnya, selamat berjuang teman-temanku.
Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas
segala amal yang telah diberikan, amin.
Siti Kholifah
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………..… i
DAFTAR ISI……………………………………………………........ iii
DAFTAR TABEL……………………………………………..…...... vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… ix
I. PENDAHULUAN…………………………………...……...... 1
A. Latar Belakang…………………………………………..... 1
B. Tujuan…………………………………………………….. 2
C. Manfaat…………………………………………………… 2
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………..………. 3
A. Air Kelapa………………………………………………... 3
B. Nata de coco……………………………………………... 5
C. Acetobacter xylinum……………………………………... 8
1. Sifat Acetobacter xylinum……………………………. 8
2. Kondisi Kultivasi Produksi Selulosa............................ 8
3. Isolasi dan Pemeliharaan Kultur……………………... 10
D. ZA (Ammonium Sulfat) ………………………………… 13
E. Cemaran Logam…………………………………..…....... 15
1. Tembaga (Cu) …………….………………………….. 16
2. Seng (Zn) …………………………………………….. 16
3. Timbal (Pb) ……………………………………..……. 17
III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………… 19
A. Bahan dan Alat…………………………………………… 19
B. Metode Penelitian………………………………………... 19
1. Penelitian Pendahuluan……………………………… 19
a) Survei di Petani Nata de coco…………………... 19
b) Survei di Pengolah Nata de coco dalam Kemasan 21
2. Penelitian Lanjutan………………………………….. 21
a) Pembuatan Nata de coco…………………………. 21
iii
b) Analisis Logam………………………………….... 24
c) Perhitungan Viabilitas Acetobacter xylinum
dengan Hemacytometer ..………………………… 25
d) Analisis Karakteristik Fisik Nata de coco………... 25
1) Rendemen, Metode Gravimetri (AOAC,
1979)................................................................. 25
2) Ketebalan nata (Wijandi dan Fardiaz, 1985)..... 26
3) Kecerahan dengan Chromameter...................... 26
4) Kekerasan dengan Penetrometer....................... 26
5) Analisis Kadar Air (Metode Gravimetri, SNI
01-2891-1992)................................................... 26
e) Uji Organoleptik (Resurreccion, 1998)….……..… 27
3. Rancangan Percobaan…..…………………………... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..…………………………..... 29
A. Survei…………………………………………………….. 29
1. Petani Nata de coco…………………………………. 29
2. Pengolah Nata de coco dalam Kemasan...................... 33
B. Analisis Logam…………………………………………... 34
C. Pembuatan Nata de coco di Laboratorium……………...... 38
1. Perhitungan Viabilitas Acetobacter xylinum…………. 38
2. Pengaruh Penambahan ZA…………………………… 39
a) Rendemen………………………………………… 40
b) Ketebalan…………………………………………. 41
c) Kekerasan………………………………………… 42
d) Warna ……………………………………………. 43
e) Kadar Air ………………………………………… 44
3. Optimasi Penambahan Gula pada Pembuatan Nata de
coco…………………………………………………… 45
4. Optimasi Pengolahan Nata de coco…………………... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 49
A. Kesimpulan……………………………………..………… 49
B. Saran …………………………………..…………………. 50
iv
VI. DAFTAR PUSTAKA……………………...…………………. 51
VII. LAMPIRAN…………………...……………………………... 56
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
Gambar 17 Grafik hubungan konsentrasi ZA dengan kekerasan
nata…………………………………………………….. 43
Gambar 18 Grafik hubungan konsentrasi ZA dengan kadar air
nata…………………………………………………….. 44
Gambar 19 Grafik hubungan konsentrasi gula dengan rendemen
nata…………………………………………………….. 46
Gambar 20 Grafik hubungan konsentrasi gula dengan ketebalan
nata…………………………………………………….. 46
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nata de coco adalah produk pangan yang berbentuk seperti jeli,
berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Struktur ini terbentuk
dari selulosa yang dihasilkan oleh Acetobacter xylinum yang merupakan
suatu agregat selulosa murni yang tidak mengandung hemiselulosa, pektin
dan lignin (Backdahl et al., 2006). Proses pembuatan nata de coco,
diperlukan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum yaitu sumber karbon, sumber nitrogen, vitamin dan mineral. Air
kelapa yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri nata hanya dapat
mencukupi kebutuhan gula dan mineral, sedangkan untuk sumber nitrogen
perlu ditambahkan dari luar dan umumnya petani menggunakan ZA
(Zwavelzuur Ammoniak) sebagai sumber nitrogen.
ZA sebenarnya bukan diperuntukkan untuk produk pangan (non-
foodgrade), sehingga hal ini menjadi perhatian dalam keamanan pangan dari
nata de coco. Secara umum ZA digunakan sebagai pupuk untuk berbagai
jenis produk pertanian. Dalam material savety data sheet (MSDS) no. A6192
ammonium sulfat (ZA) merupakan hazard ingredient dengan health rating 1-
ringan yang bersifat iritan terhadap kulit, mata, saluran pernafasan dan dapat
berbahaya apabila tertelan. Dalam proses pembuatannya ZA menggunakan
katalis logam (Boswell, et al., 1985). Katalis logam yang digunakan mungkin
tidak dapat dipisahkan 100% dan masih tersisa dalam produk akhir.
Pada proses pembuatan nata de coco diduga residu logam dari ZA dan
juga peralatan dapat terperangkap dalam jaringan ekstraseluler nata de coco.
Adanya logam dalam produk nata (termasuk Cu, Zn, dan Pb) dapat
dikategorikan sebagai kontaminan. Dalam syarat mutu nata dalam kemasan
pada SNI No. 01-4317-1996 ditentukan bahwa kandungan logam pada
produk nata de coco dalam kemasan dibatasi, untuk cemaran timbal (Pb),
tembaga (Cu), dan seng (Zn) masing-masing maksimal 0,2 mg/Kg, 2,0
mg/Kg, 5,0 mg/ kg dan untuk timah (Sn) sebesar 40 mg/250 kg.
1
Penelitian ini penting dilakukan mengingat bahaya yang ditimbulkan
oleh logam tersebut. Pengukuran kandungan logam pada nata de coco di
pasar diperlukan untuk mengetahui kandungan logam produk akhir pada
pengolahan nata de coco. Penelitian ini juga diperlukan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan ZA pada nata de coco, sehingga diharapkan dapat
mengurangi penggunaan ZA dan dapat menghindari kontaminasi logam yang
berasal dari ZA dan peralatan.
B. Tujuan
1. Memperoleh informasi mengenai formulasi pembuatan nata de coco oleh
pembuat nata de coco
2. Memperoleh informasi kandungan logam Cu, Zn dan Pb pada sampel
nata yang ada di pasaran pada produk antara dan produk jadi yang telah
dikemas
3. Mengkaji pengaruh penggunaan ZA pada beberapa konsentrasi dengan
kandungan logam, karakteristik fisik dan organoleptik nata de coco yang
dihasilkan
4. Menentukan konsentrasi gula yang optimum dalam pembuatan nata de
coco dan proses pengolahan nata sehingga nata de coco yang dihasilkan
dapat diterima oleh konsumen
C. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penggunaan ZA dalam kaitannya dengan kandungan logam pada
produk nata yang saat ini beredar dipasaran; memberi usulan konsentrasi ZA
yang aman untuk menghasilkan nata dengan sifat fisik dan organoleptik
yang disukai konsumen sehingga akan sangat bermanfaat untuk produsen
nata.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Kelapa
Air kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang diperoleh dari
endosperma cair. Air kelapa mengisi kurang lebih tiga per empat bagian
rongga dalam buah kelapa. Jumlah air kelapa yang terkandung didalam satu
buah kelapa tua sekitar 300 ml. Jumlah ini dipengaruhi oleh ukuran kelapa,
varietas, kematangan dan kesegaran kelapa (Tenda, 1992).
Produksi air kelapa di Indonesia cukup melimpah, tetapi
pemanfaatannya masih belum optimal. Air kelapa ini terkadang terbuang
begitu saja ke dalam tanah. Hal ini dapat menyebabkan polusi asam asetat.
fermentasi air kelapa akan mempengaruhi keasaman tanah sehingga akan
menimbulkan pengaruh buruk pada tanaman sekitar (Zambre et al., 2002).
Salah satu alternatif pengolahan air kelapa adalah pembuatan nata de
coco. Kemampuan air kelapa untuk menghasilkan nata de coco disebabkan
oleh kandungan nutrisinya yang kaya dan relatif lengkap, serta sesuai untuk
pertumbuhan bakteri nata (Pambayun, 2006). Nilai kalori yang terdapat
didalam air kelapa sebesar 17.4 kalori/ 100 gram bahan (Vigliar et al., 2006).
Kandungan mineral didalam air kelapa juga cukup tinggi (Kwiatkowski et al.,
2008). Analisa proksimat air kelapa dapat dilihat pada Tabel 1.
Komposisi air kelapa terutama kandungan gulanya dipengaruhi oleh
umur buah kelapa (Vigliar et al., 2006). Semakin tua umur buah kelapa maka
kandungan fruktosa dan glukosanya akan meningkat, sedangkan kandungan
sukrosanya akan menurun. Sedangkan menurut Zambre (2002) air kelapa
kurang tahan selama penyimpanan dan kompenen gula yang terdapat
didalamnya mudah mengalami fermentasi spontan sehingga rasanya cepat
menjadi asam.
3
Tabel 1. Analisis Proksimat air kelapa tua (Unagul et al., 2007)
Total Padatan 40.0 ± 2.0 Asam Lemak 6.6
Total karbohidrat 17.8 C8:0 0.35
Glukosa 5.0 ± 0.4 C10:0 1.78
Fruktosa 6.1 ± 0.4 C12:0 2.23
Sukrosa 6.7 ± 0.6 C14:0 0.93
Asam Organik 4.5 C16:0 0.48
Asam Asetat 0.7 ± 0.1 C18:0 0.14
Asam Sitrat 0.05 ± 0.03 C18:1 0.32
Asam DL-malat 2.5 ± 0.2 C18:2 0.07
Asam Suksinat 0.9 ± 0.1 Komponen mikro
Mangan (mg/l) 0.19±0.02
Magnesium 0.046±0.009
Kalium 0.41 ± 0.06
Natrium 0.23 ± 0.03
4
B. Nata de coco
Nata de coco merupakan selulosa yang dihasilkan dari fermentasi air
kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Selulosa ini berbentuk seperti jeli,
berwarna putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Syarat mutu produk nata
dalam kemasan menurut SNI No. 01-4317-1996 dapat dilihat pada pada
Lampiran 1.
Selulosa yang dihasilkan oleh Acetobacter xylinum merupakan
selulosa murni tanpa campuran hemiselulosa, pektin dan lignin (Backdahl et
al., 2006). Selulosa ini berbeda dengan selulosa yang terdapat didalam
tanaman yaitu mempunyai kemampuan membentuk kristal dan kapasitas
penyerapan air yang tinggi, serta kekuatan mekanisnya yang baik (Keshk dan
Sameshima, 2006).
Selulosa di bentuk dari glukosa melalui glukosa-6-phospat (G6P),
glukosa-1-phospat (G1P), dan uridin-5’-diphospat glukosa (Masaoka et al.,
1993). Mekanisme pembentukan selulosa pada tumbuhan berbeda dengan
dengan mekanisme pembentukan selulosa mengunakan mikroorganisme.
Pada tumbuhan, prekursor sintesis selulosa berupa GDP-D-Glukosa,
sedangkan Acetobacter xylinum mensintesis selulosa dari UDP-D-Glukosa.
Tipe serat-serat selulosa dapat digambarkan sebagai sebuah pita
dimana benang-benang yang membujur adalah rantai-rantai polimer yang
panjang dan hanya terdiri dari D-Glukosa. Pada masing-masing rantai,
monomer-monomer gula berikatan seragam denagn ikatan β-1,4-glukosidik.
Laju produksi selulosa oleh Acetobacter xylinum sebanding dengan laju
pertumbuhan sel dan tidak tergantung pada sumber karbon. Terdapat 4
langkah reaksi enzimatis di dalam pembentukan selulosa oleh Acetobacter
xylinum yang menunjukkan lintasan yang lengkap dari glukosa menjadi
selulosa, yaitu: (1) posporilasi glukosa oleh glukokinase, (2) isomerisasi
glukosa-6-posfat (G6P) menjadi glukosa-1-posfat (G1P) oleh
pospoglukomutase, (3) sintesis UDP-glukosa dan UDPG-piroposporilase dan
(4) reaksi pembentukan selulosa. Jalur lintasan biosentesis oleh Acetobacter
xylinum secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1 (Park et al., 2009).
5
Selulosa
UDP-Glukosa Glukosa
UGP GKH
G6PD
G1P G6P (NAD) PGA
PGM G6PD (NADP)
Jalur lintasan
Pentosa
PGI Posfat
Siklus TCA
Fruktosa F6P
EMP
PTS
S
F1P FDP
7
C. Acetobacter xylinum
1. Sifat Acetobacter xylinum
Acetobacter xylinum termasuk golongan bakteri Acetobacter yang
memiliki ciri-ciri antara lain berbentuk batang, gram negatif, obligat aerob,
dengan lebar 0.5-1.0 µm dan panjang 2-10 µm (Brown, 1996). Bakteri ini
tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih
muda, individu sel berdiri sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang
sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi
sel dan koloninya (Hesse dan Kondo, 2005).
Bakteri ini dapat menghasilkan nanofiber selulosa dengan panjang
40-50 nm. Selulosa tersebut terdiri dari rantai paralel β-1,4-D-
glukopiranosa yang berikatan hidrogen. Struktur serat yang terbentuk
mempunyai rasio daerah kristal dan non-kristal. Rasio daerah kristal dan
non-kristal menunjukkan kompleksitas besar dan variabilitas dalam
pengaturan supramolekulnya. Pembentukan suprastruktur dari serat
selulosa bakteri dan pelikel dapat dikendalikan dengan variasi dari
komponen nutrisi dan kondisi pada media tersebut (Klemm, 2005).
8
Menurut Masaoka et al., (1993), pH optimum untuk produksi selulosa
adalah 4,0 – 6,0.
9
xylinum lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan ammonuim sulfat.
Hal ini, dikarenakan adanya penambahan unsur P dari ammonuim posfat
yang sangat dibutuhkan dalam sintesis sululosa oleh Acetobacter xylinum.
10
menunjukan rendemen basis basah nata de coco dalam medium air kelapa
yang ditambahkan dengan ammonium sulfat 0.4% dan berbagai jenis
konsentrasi gula sebesar 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan Gambar 3
menunjukkan rendemen basis kering nata de coco pada medium yang
sama.
B
e
r
a
t
b
a
s
a
h
(g)
Hari ke-
Gambar 2. Rendemen basis basah nata de coco dalam medium air kelapa
yang ditambahkan dengan ammonium sulfat dan berbagai jenis
konsentrasi gula (Budhiyono et al.,, 1999)
11
B
e
r
a
t
k
e
r
i
n
g
(g)
Hari ke-
Gambar 3. Rendemen basis kering nata de coco dalam medium air kelapa
yang ditambahkan dengan ammonium sulfat dan berbagai
jenis konsentrasi gula (Budhiyono et al., 1999)
K
e
t
e
b
a
l
a
n
(mm)
Hari ke-
12
Medium yang secara umum digunakan untuk isolasi dan
pemeliharan kultur bakteri Acetobacter xylinum adalah medium agar dan
medium cair Hestrin-Schramm (Tabel 2). Medium ini juga di dalam
praktek industri digunakan untuk perbanyakan sel dan sebagai starter
dalam proses produksi nata.
D. ZA (Ammonium Sulfat)
13
sulfat. Adanya proses fermentasi oleh Acetobacter xylinum menyebabkan
unsur nitrogennya akan habis (Astawan dan Astawan, 1991).
Cara I:
2NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4
Cara II:
CO2 + 2 NH3 (NH4)2CO3
(NH4)2CO3 + CaSO4. 2H2O (NH4)2SO4 +CaCO3
14
Tabel 4. Syarat mutu pupuk amonium sulfat (SNI 02-1760-2005)
No Uraian Persyaratan
1 Kandungan Nitrogen min 25%
2 Kandungan fosfor (dihitung sebagai P2O5) min 16%
3 Kandungan Air Maks 1%
4 Butir lolos ayakan US mesh 5 tidak lolos Maks 90%
ayakan US mesh 10
Keterangan : semua persyaratan kecuali kandungan air dihitung berdasar bahan
kering
E. Cemaran Logam
15
1. Tembaga (Cu)
Tembaga secara alami dapat ditemukan di semua makanan dari
tumbuhan dan hewan (Reilly, 1991). Selain itu tembaga juga dapat
ditemukan di peralatan masak dan pipa. Tembaga sendiri merupakan
salah satu logam berat esensial untuk kehidupan. Logam ini merupakan
bagian dari hemokuprein, sama halnya dengan Fe dalam hemoglobin.
Tembaga juga merupakan konstituen yang harus ada dalam makanan
manusia yang dibutuhkan oleh tubuh per hari 0,05 mg/kg berat badan.
Tetapi jika konsumsi Cu berlebihan, logam Cu terakumulasi dalam hati
dengan jalan utama untuk ekskresi melalui empedu (Darmono, 1995).
Gejala akut yang ditimbulkan akibat konsumsi Cu yang
berlebihan akan menyebabkan sakit perut, mual, muntah dan diare,
bahkan dalam beberapa kasus parah dapat menyebabkan koma,
penurunan produksi urin, kegagalan hati, dan kematian (Turnland, 1994).
Apabila konsumsinya sudah sangat tinggi dapat menyebabkan penyakit
genetik yaitu Menkey’s disease dan Wilson disease. Menkey’s disease
menyebabkan retardasi logam, rambut yang tidak normal dan
maldistribusi dari Cu. Wilson disease penyimpangan penyimpanan Cu.
Cu terakumulasi pada liver, orak, dan kornea mata (Kayser-Fleiser ring).
Beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan
kematian (Merian, 1994).
2. Seng (Zn)
Seng dengan nama ilmiah Zinc dilambangkan dengan Zn. Dalam
tabel periodik unsur-unsur kimia seng menempati posisi dengan nomor
atom (NA) tigapuluh dan mempunyai bobot atau berat atom 65,37
dengan densitas 7.14 yang menjadikan logam ini termasuk dalam
kategori logam berat (Reilly, 1991). Zn termasuk dalam logam yang
reaktif. Zn biasanya ditemukan berikan dengan logam lain seperti Cu, Pb,
dan Cd. Penggunaan Zn secara tradisional digunakan untuk peralatan
masak, serta untuk peralatan proses pangan dan minuman. Zn juga
16
digunakan untuk melindungi besi dan logam lain dari korosi air dan
udara dengan cara pelapisan Zn pada logam yang akan dilindungi.
Logam Zn berperan dalam kerja enzim dalam tubuh, tetapi pada
konsentrasi tertentu bersifat racun. Penelanan jumlah besar dapat
menyebabkan gejala-gejala yang akut dan juga kronik (King and Carl,
1994). Beberapa gejala keracunan akut karena tembaga adalah sakit
perut, mual, muntah, dan diare, sedangkan toxicitas kronik dari Cu akan
menyebabkan penurunan HDL level, ganguan pencernaan dan penurunan
fungsi imun (King and Carl 1994). Muchtadi et al., (2006) menyatakan
komponen Zn ini dapat menghambat penyerapan Cu dan juga Fe di
dalam tubuh. Zinc dapat merubah metabolisme cholesterol dan mungkin
mempercepat atherosclerosis. Batasan maksimum konsumsi Zn adalah 40
mg/hari.
3. Timbal (Pb)
Pada tabel unsur periodik, unsur logam Pb terletak pada golongan
IV B dengan nomor atom 82 dan massa atom 207,19. Menurut Reilly
(1991) timbal merupakan unsur yang dapat ditemukan di seluruh media
lingkungan. Jumlahnya relatif tidak terbatas pada kulit bumi, timbal
dapat ditemukan diseluruh lapisan bumi. Penyumbang pencemaran
Timbal di udara berasal adalah peleburan logam, pabrik batere, emisi
bahan bakar dan bensin beradiktif timbal, emisi industri dan pengunaan
timbal untuk pengecetan dan pengelasan. Penyumbang utama timbal dari
tanah dan debu adalah pembakaran bahan bakar fosil (bahan bakar
bertimbal).
Metabolisme timbal didalam tubuh belum diketahui fungsinya.
Konsentrasi timbal pada manusia yang menyebabkan zat-zat beracun
berkisar antara 0,2-2,0 mg/hari (Darmono, 1995). Kelebihan timbal
dalam tubuh dapat mengakibatkan kelelahan, sakit kepala, halusinasi,
kemunduran intelektual, gusi berwarna hitam, kulit menjadi pucat dan
kehilangan berat badan (Jorhem, 2003). Sedangkan Effendi dan Effendi
(2002) menyatakan keracunan timbal akan menimbulkan gejala rasa
17
logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan pada saluran
pencernaan, anoreksia, muntah-muntah, kolik, enchepalitis, iritabel,
perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan kebutaan. Toksisitas timbal
pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, yaitu timbulnya
kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksifikasi dan ekskresi (hati dan
ginjal), dan mempunyai sifat karsinogenik (penyebab kanker). Kelebihan
timbal pada manusia juga mempengaruhi metabolisme sel darah merah,
menghambat enzim biosintesis heme (δ-amilolevulinate dehydratase dan
feeochalatase) (Jorhem, 2003).
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan adalah wadah plastik, botol kaca 600 ml,
kertas sampul cokelat, saringan, erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, pipet,
mikropipet, bulp, cawan petri, pHmeter, timbangan, gunting, jangka sorong,
kompor, panci, pengaduk, kain, karet, saringan, chromameter, penetrometer,
hemacytometer, mikroskop, dan ICP-MS (Inductively Couple Plasma-Mass
Spectrometry) di Pusat Pengujian Mutu Barang (PPMB) yang berlokasi di
Jakarta.
B. Metode Penelitian
Outline metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada
Gambar 5.
1. Penelitian Pendahuluan
a) Survei di Petani Nata de coco
19
Hasil survei ini akan digunakan untuk memformulasikan kisaran
konsentrasi ZA, gula serta proses pengolahan nata yang akan
dilakukan untuk pembuatan nata de coco di Laboratorium.
Pengambilan sampel dilakukan terhadap nata de coco hasil fermentasi
yang masih lembaran dan asam.
Mengetahui formulasi
pembuatan nata de
Petani nata de coco coco
Survei
Mengetahui proses
Pengolah nata de coco pembuatan nata de
coco
1. Perlakuan ZA Optimum
Analisis fisik
20
b) Survei di Pengolah Nata de coco dalam Kemasan
2. Penelitian Lanjutan
a) Pembuatan Nata de coco
21
nata de coco yang baik, dilakukan proses pengolahan nata de coco
yang diperoleh dari hasil survei terhadap IRT yang dilakukan.
Air Kelapa
Penyaringan
Biarkan mendidih
hingga 5-10 menit
Matikan kompor
Pendinginan
22
Setelah nata de coco terbentuk dilakukan pembersihan lendir,
rebus selama 15 menit untuk mematikan bakteri. Setelah proses
perebusan nata kemudian dipotong dadu dan dipres dengan hidrolik
pressure agar semua air yang terdapat didalam nata de coco keluar.
Nata de coco yang telah dipres dibiarkan mengembang lagi dengan
cara direndam didalam air bersih selama kurang lebih 2-2,5 jam
hingga nata berbentuk dadu kembali, tegar, berwarna bening dan tidak
berbau asam lagi. Dalam proses pengembangan ini terjadi proses
penggantian air sebanyak 3-4 kali. Nata kemudian direbus selama 60-
75 menit hingga matang. Diagram alir proses pengolahan nata de
coco dapat di lihat pada Gambar 7.
Nata de coco
Pembersihan lendir
Pengepresan
Pengembangan nata
23
b) Analisis Logam
24
c) Perhitungan viabilitas Acetobacter xylinum dengan
Hemacytometer
Perhitungan Acetobacter xylinum dilakukan dengan
menggunakan perhitungan langsung dengan hemacytometer. Dengan
prosedur sebagi berikut:
• Pengenceran kultur Acetobacter xylinum dibuat hingga 10-5
• Hemacytometer dibersihkan dengan alcohol 70%
• Suspensi kultur Acetobacter xylinum diteteskan pada permukaan
hemacytometer yang berkotak-kotak
• Suspensi kultur Acetobacter xylinum ditutup segera dengan gelas
penutup. Jika ada gelembung udara yang terperangkap, maka
ulangilah persiapan preparat tersebut
• Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali
• Viabilitas bakteri Acetobacter xylinum dihitung per mm2
• Perhitungan dilakukan minimal pada 5 dari 25 kotak kecil (0.2 x
0.2 mm2).
• Jumlah sel Acetobacter xylinum ditentukan per ml.
Rendemen
25
2) Ketebalan nata (Wijandi dan Fardiaz, 1985)
26
ulangi pekerjaan ini hingga diperoleh bobot tetap (≤ 0,0005 g).
Kandungan air dihitung dengan menggunakan rumus :
W (W 1 W 2)
g air / 100 g bahan x 100
W
W = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)
W1 = bobot contoh + cawan sesudah dikeringkan (g)
W2 = bobot cawan kosong (g)
Satuan akhir kandungan air = g/100 g (basis basah)
3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).
Model RAL yang digunakan untuk pengujian yaitu:
Perlakuan ZA
Yij = µ + Ki + εij
Yij = hasil percobaan ke-j akibat konsentrasi ZA taraf ke-i
µ = rata-rata sebenarnya
Ki = pengaruh konsentrasi ZA taraf ke-i
εij = pengaruh unit percobaan ke-j
Perlakuan gula
Yij = µ + Ki + εij
27
Yij = hasil percobaan ke-j akibat konsentrasi ZA taraf ke-i
µ = rata-rata sebenarnya
Ki = pengaruh konsentrasi ZA taraf ke-i
εij = pengaruh unit percobaan ke-j
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Survei
1. Petani Nata de coco
29
1 2
Petani
1
2
Pengumpul 3 Pengolah
4
5
1 A
6
2 B
7
4 C
7 F
8 E
9 G
10 H
1
30
memungkin pelepasan logam Pb ke dalam larutan air kelapa dan
kemungkinan terperangkap dalam jaringan ekstraseluler nata de coco.
(a) (b)
Gambar 9. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan nata de coco
Keterangan : (a) Panci perebusan air kelapa yang ada sambungan dengan
solder dibagian bawah
(b) Ember penampung air kelapa yang telah direbus
31
kencang karena aliran yang terlalu kencang dan langsung mengenai
produk dapat menyebabkan kegagalan proses pembuatan nata.
(a) (b)
Gambar 10. Ruang fermentasi nata de coco
Keterangan : (a) wadah fermentasi diletakkan langsung dilantai
(b) tempat fermentasi yang dibuat bertingkat
32
asam yang terperangkap dalam lapisan nata de coco dan memudahkan
pengiriman ke pengolah nata. Nata yang telah ditekan (pressing)
ditempatkan dalam karung (Gambar 12).
Proses pembuatan nata dalam cup yang dilakukan oleh CV. MMI
melibatkan beberapa tahap pengolahan yaitu proses pengembangan nata
yang mencakup pencucian nata dan perendaman nata, perebusan nata serta
pengemasan nata (Lampiran 4). Nata de coco yang diterima adalah nata
yang telah dipotong dan telah mengalami proses pengepresan. Nata
kemudian ditempatkan dalam drum untuk proses pengembangan dengan
cara memutar-mutar nata de coco di dalam dengan menggunakan tangan
selama kurang lebih 2-2,5 jam. Proses pengembangan dinyatakan selesai
apabila nata de coco yang telah kokoh bentuknya, berwarna putih bening
dan tidak asam. Selama proses pengembangan ini dilakukan pergantian air
sebanyak 3-4 kali.
33
Tahap selanjutnya adalah proses perebusan nata di dalam panci
besar dengan sumber panas berasal dari boiler. Perebusan nata dilakukan
selama 60-75 menit hingga matang. Parameter yang dilihat ketika
menentukan kematangan nata de coco adalah dengan tidak ada lagi bintik
putih pada bagian tengah nata de coco terutama terlihat pada nata de coco
berbentuk dadu. Pada proses ini dilakukan penambahan Na-benzoat,
pemanis buatan (campuran Na-siklamat, sakarin, dan metylester
aspartylfenilalanin) dan garam. Nata de coco yang dihasilkan dari proses
ini ditambahkan dengan sirup gula dan kemudian dikemas.
B. Analisis Logam
Analisis kandungan logam ZA menunjukkan bahwa didalam ZA
terdapat 1.05 ppm Cu, 18.65 ppm Zn, 42.4 ppb Sn, 13.32 ppb As dan tidak
terdeteksi adanya Pb (< 0.07 ppb). Berdasarkan hasil pengukuran kandungan
logam tersebut maka dapat terlihat bahwa di dalam ZA terdapat kandungan Zn
dan Cu yang cukup tinggi. Zn yang terapat didalam ZA ini disebabkan karena
adanya penggunaan logam Zn sebagai katalis dalam proses pembuatan ZA,
sedangkan Cu dimungkin karena adanya kontaminasi dari peralatan. Logam
Cu dan Zn yang terdapat didalam ZA ini dikhawatirkan terperangkap didalam
lapisan nata dan tidak mampu dikeluarkan selama proses.
34
kemasan yaitu, Pb (0.2 ppm), Cu (2 ppm), Zn (5 ppm), As (0.1 ppm) dan jika
produk dikemas dalam kaleng maksimum Sn sebesar (40,0/250 ppm). Hasil
analisis pengukuran kandungan logam pada nata de coco lembaran petani 1
menunjukkan kandungan nata de coco mentah mengandung kandungan logam
Cu, Zn, Pb, As dan Sn sebesar 0.273 ppm, 0.321 ppm, 20.6 ppb, 0.92 ppb,
0.46 ppb (Gambar 13, Gambar 14, Gambar 15). Berdasarkan kandungan
logam tersebut maka untuk analisis logam pada nata de coco selanjutnya
parameter yang diuji adalah Cu, Zn, dan Pb. Analisis logam Sn dan As tidak
dilakukan lebih lanjut karena kemungkinan kontaminasi Sn dan As dari
peralatan cukup rendah. Logam Pb tetap dianalisis karena logam ini
merupakan logam yang banyak mengkontaminasi peralatan yang digunakan.
2.5
1.97
2
Logam Cu (ppm)
1.5
0.95
1
0.5 0.273
0.1516
0
2 13 5 6
Sumber nata de coco
Gambar 13. Grafik hubungan nata dari petani dengan kandungan logam Cu
(ppm)
35
6.00
5.14
5.00
Logam Zn (ppm)
4.00
3.00
2.00
2.00 1.24
1.00 0.32
0.00
2 31 5 6
Sumber nata de coco
Gambar 14. Grafik hubungan nata dari petani dengan kandungan logam Zn
(ppm)
16.50
17.00
16.00
15.00
14.00
13.00
Logam Pb (ppm)
12.00
11.00
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00 1.52
2.00 0.02 0.17
1.00
0.00
2 13 5 6
Sumber nata de coco
Gambar 15. Grafik hubungan nata dari petani dengan kandungan logam Pb
(ppm)
Keterangan : 2 = petani no.2
1 = petani no. 1
5 = petani no. 5
6 = petani no. 6
36
menambah kandungan logam dalam nata terutama dari kertas koran yang
diduga merupakan sumber Pb. Karena menurut Reilly (1991) logam bersifat
lebih larut pada kondisi asam dan dapat mengkontaminasi makanan atau
minuman yang bersifat asam.
Tabel 7. Hasil analisis kandungan logam pada nata de coco dalam kemasan
dengan menggunakan ICP-MS
Sampel Pb Cu Zn
(max 0,2 ppm) (max 2,0 ppm) (max 5,0 ppm)
A 0.02 ppm 0.13 ppm 0.99 ppm
B TD*) 0.02 ppm TD*)
*) *)
C TD TD TD*)
D 0.04 ppm TD*) 0.01 ppm
E 0.18 ppm 0.53 ppm 0.10 ppm
F 0.09 ppm 0.28 ppm TD*)
*)
G 0.06 ppm TD 0.04 ppm
H 0.06 ppm 0.43 ppm 0.07 ppm
Keterangan : TD = Tidak terdeteksi
Limit deteksi Cu: 0.0013 ppb; Zn: 0.01 ppb; Pb: 0.07 ppb
37
Penggunaan kertas koran dalam pembuatan nata de coco diduga
merupakan sumber utama dari adanya Pb dalam produk nata de coco. Conti
dan Botre (1997) menyatakan bahwa di dalam kertas mengandung 3 ppm Pb,
jika digunakan sebagai bahan pengemas maka Pb dapat bermigrasi kedalam
pangan yang dikemasnya dengan persentase 0.01%. Adanya tinta dalam koran
juga dapat berkontribusi Pb pada nata. Menurut Ki-Cheol et al. (2008), 10 dari
92 kemasan permen terdapat 110.3–6394.1 ppm Pb yang bersumber dari tinta
yang terdapat dibagian luar kemasan permen.
38
perbandingan Vegas et al., (2010) pertumbuhan Acetobacter pasteurianus
dengan menggunakan mikroskop dengan metode hemacytometer berkisar
antara 106 – 107 sel/ml.
2. Pengaruh penambahan ZA
39
pengelasan dapat menjadi sumber kontaminasi dari logam Pb (Deshpande,
2002).
Hasil perhitungan secara matematis diperoleh data bahwa
penurunan kandungan Cu yang terdapat dipasar dengan di laboratorium
mencapai 95%, untuk Zn mencapai 99%, dan untuk Pb mencapai 99%
(Lampiran 6).
Pembuatan nata de coco dilaboratorium ini selain digunakan untuk
melihat korelasi penggunaan ZA terhadap kandungan logam beratnya,
tetapi juga digunakan untuk mengetahui karakter fisik dari nata de coco
yang dihasilkan. Gambar nata de coco mentah dapat dilihat pada Lampiran
7. Parameter yang digunakan adalah rendemen, ketebalan, kekerasan
dengan penetrometer, dan kecerahan dengan chromameter.
a) Rendemen
40
suhu ini ternyata menghasilkan rendemen yang berbeda mengingat
fluktuasi suhu ruang yang cukup tinggi yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan Acetobacter xylinum. Menurut BMG (2009) suhu untuk
wilayah Bogor berkisar antara 21 º C - 31º C.
b) Ketebalan
Ketebalan nata diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Ketebalan yang diperoleh mempunyai korelasi positif dengan
rendemennya. Semakin tebal nata yang diperoleh maka semakin tinggi
pula rendemennya. Faktor lain yang menentukan ketebalan nata adalah
ketinggian medium dalam wadah yang digunakan. Menurut Masaoka
(1993) hanya bakteri dari permukaan saja yang dapat mempertahankan
diri dan membentuk nata di permukaan yang disebabkan oleh adanya
keterbatasan oksigen yang terdapat didalam wadah fermentasi. Oleh
karena itu, wadah yang permukaannya luas dan dangkal akan lebih
41
cepat memperoleh ketebalan yang sama jika dibandingkan dengan
wadah yang sempit dan pendek.
Gambar 17 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi ZA
dengan ketebalan nata de coco. Berdasarkan analisa statistik dengan
menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi
ZA tidak berbeda nyata terhadap ketebalan (p > 0.05). Hasil
perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 9.
1.20
0.60
0.40
0.20
0.00
0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Konsentrasi ZA (%)
c) Kekerasan
Kekerasan nata disebabkan karena adanya komponen serat
yang terdapat didalam nata. Struktur miofibril dari serat yang
membentuk jaringan akan memerangkap air dan menyebabkan struktur
nata menjadi seperti agar.
Berdasarkan analisa sidik ragam menunjukkan bahwa
perbedaan konsentrasi ZA tidak berbeda nyata terhadap kekerasan
produk (p> 0.05). Hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada
Lampiran 10. Menurut Wijaningsih (1999), Budhiyono et al., (1999)
dan Son et al., (2003) menyatakan penambahan ZA tidak berpengaruh
terhadap kekerasan nata diduga karena sifat dari ZA bukan merupakan
42
sumber pokok bagi pertumbuhan bakteri nata melainkan hanya sebagai
bahan pelengkap saja. Gambar 18 menunjukkan grafik hubungan
konsentrasi ZA dengan ketebalan nata de coco.
1.8
1.548
1.6 1.45 1.402
1.4 1.328
1.186
kekerasan (mm/s)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Konsentrasi ZA (%)
d) Warna
Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat
chomameter. Parameter yang diukur dalam alat ini adalah L, a, dan b.
Hasil pengukuran warna dapat terlihat pada Tabel 10. Nilai L
menunjukkan tingkat kecerahan warna pada nata de coco.
43
karakteristik warna yang dihasilkan (p> 0.05). Hasil perhitungan
dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan
pengukuran warna dengan chromameter tersebut dapat terlihat bahwa
karakteristik warna yang dihasilkan oleh nata de coco yang dihasilkan
adalah berwarna cerah, dan terdapat sedikit campuran berwarna hijau
dan kuning.
e) Kadar air
Selulosa yang dihasilkan oleh Acetobacter xylinum mempunyai
kapasitas penyerapan air yang tinggi (Keshk dan Someshima, 2006).
Air yang terdapat dalam nata de coco berasal dari mediumnya. Pada
saat pembentukkan agregat selulosa oleh Acetobacter xylinum air
dalam medium terperangkap didalam lapisan nata sehingga
membentuk seperti gel (Kurosumi et al., 2009).
Kandungan air nata yang diperoleh berkisar antara 93.02%
hingga 94.95%. Gambar 19 menunjukkan grafik hubungan antara
konsentrasi penambahan ZA dengam kandungan air nata. Hasil analisis
statistik dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa
penambahan ZA tidak perpengaruh nyata terhadap kadar air nata de
coco. Hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 12.
80.00
Kadar Air (%)
60.00
40.00
20.00
0.00
0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
konsentrasi ZA
44
Hasil analisis statistik dengan menggunakan ANOVA
menunjukkan bahwa penambahan ZA tidak perpengaruh nyata terhadap
rendemen nata, ketebalan nata, dan karakteristik fisik nata de coco (p>
0.05). Berdasarkan hasil tersebut, penambahan ZA pada penelitian
selanjutnya adalah sebesar 0.4%.
45
rendemen nata dan ketebalan nata yang dihasilkan (p >0.05). Hasil analisis
statistik dapat dilihat pada Lampiran 13. Berdasarkan hasil rendemen dan
ketebalan tersebut maka formulasi nata de coco yang pilih adalah
formulasi dengan penambahan sukrosa sebesar 0.4%. Namun, diperlukan
pula suatu optimasi proses yang menunjukkan bahwa penggunaan formula
ini juga dapat diterima oleh konsumen.
70.00 65.62
60.50 62.69 62.88
60.00 57.44
50.00
Rendemen (%)
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Gula %
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi gula (%)
46
4. Optimasi pengolahan nata de coco
Tabel 11. Nilai rataan skor panelis terhadap uji rating sederhana
Atribut sensori Nata hasil di Laboratorium Nata dari pasar
a
Tekstur 3,03 2,80 a
a
Warna 3,53 3,13 a
Rasa 2,63 a 3,13 a
a
Aroma 1,57 1,67 a
Keterangan: nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap baris
yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata (α =
0.05)
47
Tekstur merupakan salah satu atribut sensori yang penting dalam
pangan. Hasil statistik yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pengolahan
nata pada penelitian ini tidak berbeda nyata dengan nata de coco pasar (p
>0.05). Nilai rata-rata penilaian panelis menunjukan bahwa tekstur nata de
coco adalah berkisar antara kurang kenyal hingga kenyal.
Warna dalam nata de coco merupakan salah satu faktor yang cukup
penting. Pambayun (2006) menyatakan bahwa warna nata de coco yang
baik adalah warna yang putih bening. Hasil statistik yang dilakukan
dengan menggunakan ANOVA diperoleh hasil bahwa pengolahan nata
pada penelitian ini tidak berbeda nyata dengan nata de coco pasar (p
>0.05). Nilai rata-rata penilaian panelis menunjukkan bahwa warna nata
yang dihasilkan adalah putih bening.
Nata de coco hasil dari fermentasi nata mempunyai rasa yang
asam. Menurut Arsatmodjo (1996), penghilangan rasa asam dapat
dilakukan dengan perebusan nata hingga mendidih kemudian direndam
beberapa kali dalam air bersih hingga tidak asam lagi, baru setelahnya
direbus dalam larutan gula. Berbeda dengan Arsatmodjo (1996),
penghilangan rasa asam yang dilakukan di CV MMI dilakukan sebelum
proses pemasakan nata de coco yaitu dengan pengepresan agar semua air
yang terdapat didalam nata keluar, kemudian dilakukan proses
pengembangan. Proses pengembangan ini dilakukan dengan memutar-
mutar nata di dalam drum dan diganti airnya berulang ulang hingga rasa
asamnya. Hasil statistik yang dilakukan dengan menggunakan ANOVA
menunjukkan bahwa pengolahan nata pada penelitian ini tidak berbeda
nyata dengan nata de coco yang terdapat dipasar (p >0.05). Nilai rata-rata
penilaian panelis menunjukkan bahwa rasa nata yang dihasilkan adalah
manis.
Aroma pada nata de coco juga dipengaruhi oleh proses pengolahan
nata de coco. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa belum cukup bukti
untuk menyatakan kedua produk berbeda nyata (p >0.05) Nilai rata-rata
penilaian panelis menunjukkan bahwa aroma nata yang dihasilkan adalah
netral.
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
49
nata dari pengolahan di laboratorium dengan nata yang terdapat dipasar tidak
berbeda nyata (p > 0.05).
B. Saran
Diperlukan penelitian lanjutan untuk dapat menguji adanya residu ZA
yang mungkin masih terdapat didalam nata de coco dan juga menguji
toksisitas terhadap residu tersebut. Untuk mencegah kontaminasi logam dari
peralatan dalam pembuatan nata de coco sebaiknya digunakan peralatan yang
tahan terhadap asam.
50
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi pengolahan Nabati Tepat Guna.
Akademika Perssindo, Jakarta.
Boswell FD, Meisinger JJ, dan Case NL. 1985.Production, marketing ang use of
nitrogen fertilizers. di dalam O.P. Engelstad, editor. Feretilizer
Technology and Use, 3eds.Winconsin: Soil Science Society of America,
Inc.
Chaney R and J Ryan. 1993. Heavy metals and toxic organic pollutantsin MSW
composts: research results on phytoavailability, bioavailability, fate,
etc. di dalam: Hoitink AJ, Keener HM, editors. Science and
Engineering of Composting: Design, Environmental, Microbiological
and Utilization Aspects. Ohio: Renaissance Publications, 1993. p. 451 –
506.
51
Conti ME dan F Botre. 1997. The content of heavy metals in food packaging
paper:an atomic absorption spectroscopy investigation. J. Food Corm
(10): 131-136.
Deshpande SS. 2002. Handbook of Food Toxicology. Marcel Dekker INC, New
york.
Duffus, J.H. 2002. Heavy metals a meaningless term? iupac technical report.
Journals of Pure Applied Chemistry, 74 (5) : 793–807.
Embuscado, M.E., J.S. Marks dan J.N. Miller. 1994. Bacterial cellulose I. Factor
affecting the production of cellulose by A. xylinum. J. Food Hydro. 8 :
115-136.
Hernawati, A. 1998. Kajian pengaruh pH, jenis, dan konsentrasi sumber karbon
pada produksi selulosa oleh Acetobacter xylinum 85-I. [Skripsi].
Fakultas Teknologi Pertanian; Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jorhem L. 2003. Heavy metal. di dalam J.P.F. D’Mello, Editor. Food Savety
Contaminant and Toxins, 8eds. United Kingdon: CABI Publishing.
52
Keshk, S., & Sameshima, K. (2006). Influence of lignosulfonate on crystal
structure and productivity of bacterial cellulose in a static culture.
Enzyme and Microbial Techn. 40: 4–8.
King JC, and CL Keen. 1994. Copper. di dalam ME Shils, JA Olson, and M
Shike, editors. Modern Nutrition in Health and Disease, 8eds. USA: Lea
& Febiger.
Klemm, D., Heublein, B., Fink, H.-P., & Bohn, A. (2005). Cellulose: Fascinating
biopolymer and sustainable raw material. Angewante Chemie
International (44): 3358–3393.
Masaoka, S., T. Ohe dan N. Sakota. 1993. Production of cellulose from glucose
by A. xylinum. J. Food Hydro. 6 : 28 - 40.
53
Meilgaard M, GV Civille dan BT Carr. 1999. Sensory Technique Evaluation 3ed.
CRC Press, Florida USA.
Muha N. 1997. Penentuan kadar air jumlah total basa dan kandunagn logam
dalam minyak pelumas. [Laporan Magang]. Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam; Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Son HJ,HG Kim, KK Kim, HS Kim, YG Kim, SJ Lee. 2003. Increased production
of bacterial cellulose by Acetobacter sp. V6 in synthetic media under
shaking culture conditions. J. Bioresource Technology (86) 215–219
54
SNI 01-2891-1992. Analisis Kadar Air Metode Gravimetri. Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Tenda ET. 1992. Studi mikrobiologi minuman ringan air kelapa karbonat dan
non-karbonat. [Tesis]. Pasca Sarjana; Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tomita Y dan Kondo T. 2009. Influential factors to enhance the moving rate of
Acetobacter xylinum due to its nanofiber secretion on oriented
templates. Carbohydrate Polymers (77): 754–759.
Turnlund JR. 1994. Copper. di dalam ME Shils, JA Olson, and M Shike, editors.
Modern Nutrition in Health and Disease. USA: Lea & Febiger.
Wijandi S dan D Fardiaz. 1985. Dasr Pengawasan Mutu Hasil Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
55
Vigliar R, UL Salepanian, UF Neto. 2006. Biochemical profile of coconuts water
from coconut palm plant in anland region. Jour. de Pedoria (82): 308-
312.
56
Lampiran 1. Syarat mutu produk nata de coco dalam kemasan (SNI 01-4317-
1996)
57
Lampiran 2. Kuisioner untuk petani nata de coco
Kuesioner
Nama perusahaan :
Nama Penjawab :
Jabatan :
2. Proses Pembuatan
58
Lampiran 3. Form kuisioner organoleptik (rating sederhana)
Aroma
984 597
Netral
Kurang asam
Asam
Agak asam
Sangat asam
Tekstur
984 597
Sangat kenyal
agak kenyal
Kenyal
Kurang kenyal
Sangat tidak
kenyal
Rasa
984 597
Sangat manis
Sedikit manis
manis
Kurang manis
Sangat tidak
manis
59
Lampiran 4. Diagram alir proses pengolahan nata de coco di CV .MMI
Pengembangan nata de
coco
Penambahan Na-Benzoat
Penambahan Pemanis
Pendinginan
60
Lampiran 5. Perhitungan hemacytometer
2 = 18
3 = 22
4 = 19
5 = 19
FP = 102
Jumlah bakteri per mm2 = Rata-rata bakteri perkotak x Julah kotak per mm2
= 19.8 x 25
= 495
= 5.0 x 108
61
Lampiran 6. Perhitungan penurunan kandungan logam
62
Lampiran 7. Gambar nata de coco saat panen
63
Lampiran 8. Analisis sidik ragam rendemen nata
Tests of Between-Subjects
Effects
Dependent Variable:skor
Total 34108.283 10
skor
a,,b
Duncan
Subset
sampel N 1
1,2 2 49.8250
1,0 2 52.2600
0,4 2 62.1800
0,8 2 62.2700
0,6 2 62.4900
Sig. .265
b. Alpha = 0.05.
64
Lampiran 9. Analisis sisik ragam ketebalan nata
Dependent Variable:skor
Total 7.566 10
skor
a,,b
Duncan
Subset
sampel N 1
1,0 2 .7483
1,2 2 .7542
0,6 2 .8675
0,8 2 .9133
0,4 2 .9900
Sig. .200
b. Alpha = 0.05.
65
Lampiran 10. Analisis sidik ragam kekerasan nata
Tests of Between-Subjects
Effects
Dependent Variable:skor
Total 506.923 10
skor
a,,b
Duncan
Subset
sampel N 1
1,0 2 5.9300
1,2 2 6.6400
0,8 2 7.0100
0,4 2 7.2500
0,6 2 7.7400
Sig. .118
b. Alpha = 0.05.
66
Lampiran 11. Analisis sidik ragam warna nata
Nilai L
Dependent Variable:skor
Total 48169.919 10
skor
a,,b
Duncan
Subset
sampel N 1
1,0 2 68.6150
0,6 2 68.8300
0,8 2 69.2700
0,4 2 69.8200
1,2 2 70.2450
Sig. .362
b. Alpha = 0.05.
67
Nilai a
Dependent Variable:skor
Total 37.315 10
skor
a,,b
Duncan
Subset
sampel N 1
1,2 2 -2.1700
0,8 2 -2.0150
0,6 2 -1.8400
1,0 2 -1.7600
0,4 2 -1.7450
Sig. .070
b. Alpha = 0.05.
68
Nilai b
Dependent Variable:skor
Total 45.645 10
skor
a,,b
Duncan
Subset
sampel N 1 2
0,8 2 1.4950
0,4 2 2.4400
b. Alpha = 0.05.
69
Lampiran 12. Analisis sidik ragam kadar air nata
Dependent Variable:skor
Total 87688.763 10
skor
a,,b
Duncan
Subset
sampel N 1
0,8 2 93.0201
1,2 2 93.3382
0,6 2 93.3784
0,4 2 93.5052
1,0 2 94.9504
Sig. .061
b. Alpha = 0.05.
70
Lampiran 13. Analisis sidik ragam konsentrasi gula
Dependent Variable:skor
Total 38956.179 10
skor
a,,b
Duncan
Subset
sampel N 1
0,4 2 57.4400
0,8 2 60.5000
1,0 2 62.6900
1,2 2 62.8800
0,6 2 65.6200
Sig. .228
b. Alpha = 0.05.
71
Ketebalan nata dengan konsentrasi gula
Dependent Variable:skor
Total 13.757 10
skor
Duncana,,b
Subset
sampel N 1
0,4 2 1.0900
0,8 2 1.1150
1,0 2 1.1750
1,2 2 1.1950
0,6 2 1.2250
Sig. .272
b. Alpha = 0.05.
72
Lampiran 18. Hasil uji rating sederhana
73
Lampiran 19. Hasil pengolahan uji rating sederhana
Atribut tekstur
T-Test
Group Statistics
teksture Equal variances assumed 3.632 .062 1.017 58 .313 .233 .229 -.226 .692
74
Atribut rasa
T-Test
Group Statistics
rasa Equal variances assumed .039 .845 -1.837 58 .071 -.500 .272 -1.045 .045
75
Atribut aroma
T-Test
Group Statistics
aroma Equal variances assumed .392 .533 -.394 58 .695 -.100 .254 -.608 .408
76
Atribut warna
T-Test
Group Statistics
warna Equal variances assumed .739 .393 1.722 58 .090 .40000 .23226 -.06493 .86493
77