Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diabetes Melitus Gestasional
Secara umum, menurut W. Sudoyo (2009) dalam buku Ilmu Penyakit
Dalam edisi V, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi
hamil (Diabetes Mellitus Hamil/DMH/DM pragestasional).
2. DM yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes Melitus
Gestasional/DMG).

Diabetes mellitus gestasional didefinisiskan sebagai suatu intoleransi glukosa


yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Definisi ini berlaku
dengan tidak memandang apakah pasien diabetes mellitus hamil yang
mendapat terapi insulin atau diet saja, juga apabila pada pasca persalinan
keadaan intoleransi glukosa masih menetap. Demikian pula ada kemungkinan
pasien tersebut sebelum hamil sudah terjadi intoleransi glukosa. Meskipun
memiliki perbedaan pada awal perjalanan penyakitnya, baik penyandang DM
tipe 1 dan 2 yang hamil maupun DMG memiliki penatalaksanaan yang
kurang lenih sama.

Prevalensi diabetes mellitus gestasional sangat bervariasi dari 1-14%,


tergantung dari subyek yang diteliti dan terutama dari kreteria diagnosis yang
digunakan. Dengan menggunakan kriteria yang sama yaitu yang digunakan
oleh American Diabetes Association prevalensi sebesar 2,0%. Ksanti
melakukan studi retrospektif pada 37 wanita hamil yang dikelola sebagai
DMG di RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo dalam retang tahun 2000-2003.
DMG lebih banyak didapatkan pada usia diatas 32 tahun dan lebih dari 50%
memiliki riawayat keluarga DM. pada kelempok DMG dengan hasil
pemeriksaan TTGO menunjukkan TGT (3 dari 37 subyek), semuanya dapat
terkendali dengan pengaturan diet saja. Sedangkan pada kelompok yang
memenuhi kriteria DM pada pemeriksaan awal (18 dari 37 subyek), sebanyak
70% mendapat terapi insulin. Sedangkan pada kelompok DMG yang

4
meraguka (tidak memenuhi kriteria diagernosis ada 1997 maupun Perkeni
2002 untuk DMG), sebanyak 80% dikelola dengan pengaturan diet saja. Tidak
ada pemakaian insulin analog pada priode tersebut.

1. PATOGENESIS 9
3.1 Metabolisme Pada Kehamilan Normal
a. Metabolisme Karbohidrat
Perubahan metabolisme yang cukup signifikan yang terjadi pada
wanita hamil salah satunya adalah penurunan resistensi insulin, hal ini
telah di buktikan oleh beberapa peneliti dimana wanita hamil mengalami
angka kejadian untuk hipoglikemia lebih rendah terhadap pemberian
insulin eksogen dibanding dengan wanita yang tidak hamil,sensitifitas
insulin menurun hingga 40-70% pada trimester ketiga, hal ini dipengaruhi
oleh hormon yang diproduksi saat masa kehamilan yaitu human placenta
lactogen, progesterone, prolactin, dan cortisol.

1. Hiperinsulinemia
Peningkatan kadar insulin dalam darah diketahui
meningkat pada wanita pada masa kehamilan, mekanisme yang
membuat sekresi insulin menjadi berlebihan pada wanita hamil
adalah akibat dari hipertrophy dan hiperplasia dari sel β pankreas,
hal ini akan menimbulkan efek hipereaktifitas dari sekresi insulin 2
hingga 3 kali lipat dibandingkan wanita yang tidak hamil.

2. Penurunan Kadar Glukosa Darah Puasa


Penurunan kadar gula darah puasa juga adalah hal yang
biasa terjadi pada wanita hamil, hal ini dapat dijelaskan dimana
adalah akibat dari distribusi glukosa yang meningkat, selain itu
juga adalah akibat penurunan alanine, penurunan alanine
berakibat glukoneogenesis tidak dapat berlangsung dengan baik,
selain itu konsentrasi insulin yang meningkat juga memberikan
pengaruh terjadinya hipoglikemia pada wanita hamil 16.

b. Metabolisme Lemak

5
Ada dua hal yang terjadi pada metabolisme lemak pada wanita
hamil :

1. Stimulasi lipolisis dan ketogenesis yang progresif pada saat


kehamilan, hal ini disebabkan oleh hormon yang di sekresi pada
masa kehamilan, seperti contohnya human placenta lactogen
(HPL) yang secara langsung menstimulasi pelepasan free fatty
acid dari jaringan adiposa. pada saat setelah makan,kadar insulin
di dalam tubuh wanita hamil meningkat, hingga setelah 2 - 3 jam,
setelah konsentrasi insulin turun, proses lipolitic yang
diperantarai oleh hormon placenta lactogen
2. Peningkatan kadar triglycerida, hal ini disebabkan oleh
peningkatan FFA dan hiperinsulinemia, yang akan menstimulus
sintesis triglycerida di liver, selain itu juga disebabkan karena
peningkatan intake makanan yang akan menyebabkan
peningkatan kilomikron, faktor penyebab yang lain adalah akibat
penurunan aktifitas dari lipoprotein lipase pada jaringan lemak,
sehingga akan menurunkan clearance triglycerida dari sirkulasi
c. Metabolisme Protein
Sirkulasi dari asam amino pada wanita hamil berkurang
dibandingkan wanita normal, mekanisme yang mendasari penurunan
kadar asam amino pada saat puasa adalah akibat dari inhibisi untuk
mekanismenya adalah akibat peningkatan maternal uptake akibat
respon dari postprandial hiperinsulinemia, selain itu juga akibat
perubahan disribusi volume cairan intravaskular dan interstisial akibat
kehamilan, juga akibat penggunaan asam amino oleh fetus 9.

3.2 Metabolisme Pada Diabetes Pregestasional


a. Insulin Resistance
Wanita muda yang menderita diabetes bisa memiliki 2
kemungkinan, yaitu diabetes melitus tipe1 yang dikarakteristikkan dengan
total insulin defisiensi dan tipe 2 yang dikarakteristikkan dengan chronic
insulin resistance disertai insulin defisiensi relatif. Pada kondisi diabetes

6
melitus tipe 1 dan 2 disertai kehamilan maka hal ini akan menimbulkan
dampak peningkatan glukosa,asam amino, triglycerida, FFA, ketone
dalam sirkulasi, untuk meminimalisasi hal tersebut, maka pemberian
insulin eksogen mutlak diberikan

b. Peningkatan Katabolisme Lemak


Pasien dengan DM tipe 1 rentan mengalami ketoasidosis bila
lipolisis meningkat dan tidak terkontrol, dan hal resiko ini akan meningkat
akibat kehamilan, oleh karena itu kadar gula darah pada diabetes melitus
pregestasional terutama DM tipe 1, harus selalu di kontrol. Pada pasien
DM tipe 2 yang hamil jarang masuk stage ketoacidosis, pengaturan dapat
dilakukan dengan mengatur pola diet 16.

1.3 Metabolisme Pada Diabetes Melitus Gestasional


a. Resistensi Insulin dan Disfungsi sel β Pankreas
Pada wanita hamil, keadaan yang terjadi adalah dimana terjadi insulin
resistance, pada umumnya hal ini dapat dikompensasi dengan pengeluran
insulin yang lebih banyak, namun pada wanita hamil dengan diabetes melitus
gestasional tidak mampu untuk mengkompensasi insulin resistance. Hal ini
disebabkan karena disfungsi dari sel β pankreas, etiologi yang menjelaskan
disfungsi sel β ada beberapa, yaitu akibat sirkulasi antibodi terhadap pancreatic
islet antigen, ada teori lain yang menyebutkan bahwa gen glukokinase
menyebabkan disfungsi sel β pankreas

b. Peningkatan Katabolisme Lemak


Hal yang dikhawatirkan terjadi pada DMG adalah ketosis pada saat
puasa, pada kasus dengan pasien overweight dapat mentoleransi asupan kalori
hinggal 25 kcal per kilogram berat badan, asupan yang lebih rendah dari itu akan
beresiko untuk terjadinya ketosis, oleh karena itu asupan kalori dan pengobatan
insulin harus selalu diperhatikan

2.2 Penjaringan dan Diagnosis

7
Berbeda dengan diabetes melitus yang sudah mempunyai kseragaman
kriteria diagnosis, diabetes melitus gestasional sampai saat ini belum ada
kesepakatan mengenai kriteria diagnosis mana yang harus digunakan. Pada
saat ini terdapat dua kriteria diagnosis yaitu yang banyak dipakai
diperkenalkan oleh American Diabetes Association dan umumnya digunakan
dinegara Amerika Utara, dan kriteria diagnosis dari WHO yang banyak
digunakan diluar Amerika Utara.
2.3 Kriteria American Diabetes Association
American Diabetes Association menggunakan skrining diabetes melitus
gestasional melalui pemeriksaan glukosa darah dua tahap. Tahap pertama
dikenal dengan nama tes tantangan glukosa yang merupakan tes skrining.
Pada semua wanita hamil yang datang ke klinik diberikan minum glukosa
sebanyak 50 gram kemudian diambil contoh darah satua jam kemudian. Hasil
glukosa darah (umumnya contoh darah adalah plasma vena) > 140 mg/dl
disebut tes tantngan positif dan harus dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu
tes toleransi glukosa oral harus harus dipersiapkan sama dengan pada
pemeriksaan bukan pada wanita hamil. Perlu diingat apabila pada
pemeriksaan awal ditemukan konsentrasi glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl
atau glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl, maka mereka hanya dilakukan
pengulangan tes darah, apabila hasilnya sama maka diagnosis diabetes
melitus sudah dapat ditegakkan dan tidak diperlukan lagi pemeriksaan tes
toleransi glukosa oral.

Untuk tes toleransi glukosa oral American Diabetes Association


mengusulkan dua jenis tes yaitu yang disebut tes toleransi glukosa oral tiga
jam, dan tes toleransi glukosa oral dua jam. Perbedaan utama ialah jumlah
beban glukosa yaitu pada yang tiga jam menggunakan beban glukosa 100
gram sedang yang pada dua jam hanya 75 gram.(gambar 1)

8
Wanita Hamil

Glukosa 50 gr

< 140 mg % ≥ 140 mg %

normal TTGO – 2 jam 100 (75)


gr glukosa

Normal DMG

Pernilaian hasil tes toleransi glukosa oral untuk menyatakan diabetes


melitus gestasional, baik untuk tes toleransi glukosa tiga jam maupun yang
hanya dua jam berlaku sama yaitu ditemukannya dua atau lebih angka yang
abnormal (table1).

Tabel 1. Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral 3 Jam dengan beban
Glukosa 100g dan 2 jam dengan beban glukosa 75 gr
Hasil tes toleransi glukosa oral 3 jam Hasil tes toleransi glukosa oral 2 jam
dengan beban glukosa 100gr (mg/dl) dengan beban glukosa 100gr (mg/dl)
Puasa 95 Puasa 95
1-jam 180 1-jam 180
2-jam 155 2-jam 155
3-jam 140
Diagnosa diabetes melitus gestasional ditegakkan apalia ditemukan dua atau
lebih angka yang abnormal

9
2.4 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus Gestasional
Menurut WHO dalam buku Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus tahun 1999 menganjurkan untuk diagnosis Diabetes Mellitus
gestasional harus dilakukan tes toleransi glukosa oral dengan beban glukosa
75 gram. Kriteria diagnosis sama dengan yang bukan wanita hamil yaitu
puasa ≥126 mg/dl dan dua jam pasca beban ≥ 200 mg/dl, dengan tambahan
mereka yang tergolong toleransi glukosa terganggu didiagnosis juga sebagai
diabetes melitus gestasional. (Tabel 2)
Tabel 2. Nilai glukosa plasma puasa dan tes toleransi glukosa
oral dengan beban glukosa 75 gram
Glukosa plasma puasa
Normal < 110 mg/dl
≥ 110 mg/dl - < 126
Glukosa puasa terganggu
mg/dl
Diabetes melitus ≥ 126 mg/dl
Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa oral
Normal < 140 mg/dl
≥ 140 mg/dl - < 200
Toleransi glukosa terganggu mg/dl, sedang puasa
< 126 mg/dl
Diabetes Melitus ≥ 200 mg/dl

Dinyatakan diabetes melitus gestasional bila glukosa plasma puasa ≥


126 mg/dl dan/atau 2 jam setelah beban glukosa ≥ 200 mg atau toleransi
glukosa terganggu. Definition, Diagnosis and classification of diabetes
melitus its complication. Report of a WHO consultation. World health
organization, Geneva 1999 (Tech Rep Ser, 894).
2.5.1 Siapa yang Harus Diskrining dan Kapan harus Diskrining ?

10
Wanita dengan diabetes melitus gestasional hampir tidak pernah
memberikan keluhan, sehingga perlu dilakukan skrining. Oleh karena
hanya sekitar 3-4% dari wanita hamil yang menjadi diabetes melitus
gestasional , menjadi pertanyaan apakah semua wanita hamil harus
dilakukan skrining untuk diabetes melitus gestasional atau hanya pada
mereka yang dikelompokkan sebagai resiko tinggi. Penelitian di
Makassar oleh Adam dari 2074 wanita hamil yang diskrining
ditemukan prevalensi 3,0% pada mereka yang beresiko tinggi dan
hanya 1,2% pada mereka yang tanpa resiko.
Sebaiknya semua wanita hamil harus dilakukan skrining untuk
diabetes melitus gestasional. Beberapa klinik menganjurkan skrining
diabetes melitus gestasional hanya dilakukan pada mereka dengan
resiko tinggi, skrining sebaiknya sudah dimulai pada saat pertama kali
datang ke klinik tanpa memandang umur kehamilan. Apabila hasil tes
normal, maka perlu dilakukan tes ulangan pada minggu kehamilan
antara 24-28 minggu. Sedang pada mereka yang tidak beresiko tinggi
tidak perlu dilakukan skrining.
Faktor resiko DMG (Diabetes Mellitus Gestational) yang
dikenal adalah :
a. Faktor resiko obstresi :
Riwayat keguguran beberapa kali
Riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa sebab
Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan
Riwayat melahirkan bayi ≥ 4000 gram
Riwayat pre eklamsia
Polihidramnion
b. Riwayat umum
Usia saat hamil > 30 tahun
Riwayat DM dalam keluarga
Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya
Infeksi saluran kemih berulang saat hamil

11
Di Indonesia, untuk dapat meningkatkan diagnosis lebih baik,
lakukan pemapisan pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama
dan mengulanginya pada usia kehamilan 26-28 minggu apabila
hasilnya negatif.
2.6. Komplikasi
Secara umum, menurut W. Sudoyo (2009) dalam buku Ilmu
Penyakit Dalam edisi V, komplikasi Diabetes Mellitus terdiri atas :
 Ibu : peningkatan resiko hipertensi (preeklampsia, HT dalam
kehamilan), resiko SC meningkat.
 Janin : anumali kongenital (jika hiperglekimia berat & GDP >120
mg/dl); stillbirth (lahir ,mati); makrosimia; lain-lain (ikterus, RDS,
polisitemia,hipokalsemia).
2.7. Penatalaksanaan
Menurut Desy Kurniawati dan Hanifah Mirzanie (2009) dalam buku
Obgynacea Penatalaksanaan tersebut :
2.7.1. Konseling nutrisi & diet DM + exercise :
I. Batasi intake karbohidrat 40% drtotal kalori (40% lemak,
20%protein)
II. Konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik rendah
III. Kurangin intake kalori total untuk overweight/obese dari 30-32
kkal/kgBB/hari menjadi 25kkal/kgBB/hari
IV. Exercise dapat menghindarkan dari kebutuhan terapi insulin
2.7.2. Pengukuran serial glukosa darah ibu
1. Monitor glukosa puasa & post prandial
2. Periksa glukosa puasa & 1 jam setiap kali sehabis makan,
dengan/tanpa insulin.
3. Priksa glukosa puasa & pre/post prandial dengan insulin
Target glukosa garah
4. Puasa <90 kapiler,<105 plasma
5. Pre prandial < 95
6. 1 jam post prandial <140

12
7. 2 jam post prandial <120
8. Glukosa post prandial <140 lebih baik dari pada glukosa pra
prandial <95
2.7.2. Jika dengan USG tampak resiko makrosomia-target terapinya glukosa
pra prandial=80
1. Identifikasi bayi beresiko tinggi&lakukan terapi
2. Fruktesamine serum (untuk identifikasi resiko rendah ); jika negatif
periksa insulin dicairan amnion (untuk identifikasi hiperinsulinemia
janin)
3. Glukosa puasa 1-2 kali/mgg & jika <105 (resiko rendah) periksa
lingkar perut janin pada awal trimester III (untuk indetifuikasi
makrosomia)
2.7.3. Terapi insulin (menurunkan makrosomia & morbiditas perinatal)
Indikasi :
1. Glukosa kapiler >120 lebih dari 2 kali dalam 2 minggu (plasma >
140)
2. Glukosa puasa kapiler > 90 atauplasma > 105 dosis terapi.

6. KOMPLIKASI
9.1 DIABETES MELITUS GESTASIONAL PADA IBU DAN BAYI

A. Komplikasi Diabetes Gestasional Terhadap Bayi


Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes melitus
gestasional dapat melahirkan bayi sehat. Akan tetapi, diabetes
gestasional yang tidak dimonitor dengan baik dapat mengakibatkan kadar
gula darah yang tidak terkontrol yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada sang ibu dan bayi, termasuk kemungkinan untuk
melahirkan dengan cara operasi caesar. Berikut adalah beberapa risiko
yang dapat terjadi akibat diabetes gestasional 3,9 :
1. Awal Kehamilan atau Embriogenesis 9

13
Tipe dan Minggu Terjadinya Malformasi Janin pada Ibu
dengan Diabetes Melitus Gestasional

Macam Anomali Waktu Terjadinya Kelainan


(Dalam minggu
postkonsepsi)
Skeletal
Caudal Regretion 3
Spina Bifida 6
Neural
Anenchephaly 4
Myelocele 4
Hydrocephalus 5
Cardiovascular
Dectrocardia 4
Conus Anteriosus Defect 5
Ventricular Septal Defect 6
Renal
Renal agenesis/hypoplasia 6

2. Bayi lahir dengan berat berlebih

Pada awal kehamilan, glukosa menembus plasenta mencapai fetus


secara difusi, sedangkan asam amino berdifusi secara aktif. Fetus normal
merupakan penerima pasif glukosa pada ibu, pada ibu yang gula
darahnya tidak terkontrol dengan baik akan menyebabkan sejumlah besar
glukosa dari ibu menembus plasenta, menuju janin, sehingga terjadi
hiperglikemia pada janin, sel beta pankreas pada janin akan
menyesuaikan diri terhadap tingginya kadar glukosa ini, sehingga akan
menimbulkan hiperinsulinemia fetal yang sebanding terhadap glukosa
darah ibu, yang akhirnya akan merangsang pertumbuhan somatik yang
berlebihan dan penimbunan lemak.

14
Banyak bukti menyebutkan bahwa insulin dan insulin like growth
factor I dan II berperan dalam mengatur pertumbuhan janin, faktor - faktor
pertumbuhan ini yang secara struktural adalah polipeptida mirip pro
insulin diproduksi oleh hampir semua organ janin, dan merupakan
perangsang kuat deferensiasi dan pembelahan sel. 2,3

3. Lahir prematur dan sindrom sulit bernafas (Respiratory


Distress Syndrome)

Ibu dengan kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko
untuk melahirkan sebelum waktunya. Atau dapat juga dokter yang
menyarankan demikian, karena bayinya tumbuh terlalu besar. Bayi yang
dilahirkan sebelum waktunya dapat mengalami Respiratory Distress
Syndrome, hal ini dikarenakan hiper insulinemia akan menghambat
proses pematangan paru, karena menurunnya produksi surfaktan yang
bertanggung jawab dalam pengembangan paru pada saat lahir. Bayi
yang mengalami sindrom tersebut memerlukan bantuan pernafasan
hingga paru-parunya mengembang sempurna. 2,3

4. Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)

Terkadang, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional


mempunyai kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia) setelah
dilahirkan, karena kadar insulin dalam tubuhnya yang tinggi.
Hipoglikemia berat yang dialami oleh bayi dapat mengakibatkan kejang
pada bayi. Pemberian nutrisi secara cepat dan terkadang juga dengan
pemberian cairan glukosa secara intrevena dapat mengembalikan kadar
gula darah bayi kembali ke normal. 3

15
Komplikasi Nenoatus pada janin pada ibu dengan DMG 9

Komplikasi DMG Kontrol Resiko Relatif

(n=878) (n=380)

Makrosomia 17,9% 5,6% 3,2%

Hipoglikemia 5,1% 0,9% 5,7%

Hipirbilirubinemia 16,5% 8,2% 2%

Hipokalsemia 5,5% 2,7% 2%

Polisitemia 13,3% 4,9% 2,7%

Trombositopenia 0,6% 0,9% 0,7%

Hyaline Membrane Disease 1,3% 1,4% 0,9%

Kelainan Mayor 3% 1,8% 1,7%

B. Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional Terhadap Sang Ibu 3,9

1. Tekanan Darah Tinggi, Preeklampsia, Dan Eklampsia


Diabetes melitus gestasional akan meningkatkan risiko ibu untuk
mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut
juga akan meningkatkan risiko ibu untuk terkena preeklampsia dan
eklampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang
menyebabkan naiknya tekanan darah dan gejala lain, yang dapat
membahayakan nyawa ibu maupun anak.

2. Diabetes Di Kemudian Hari


Lebih dari separuh dari wanita yang menderita diabetes melitus
gestasional, maka kemungkinan besar akan mengalami kembali

16
pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga berisiko untuk
menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari dan anak-anak mereka
rentan mengalami diabetes dan kegemukan di kemudian hari. Akan
tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti makan makanan yang
bernutrisi dan berolahraga dapat mengurangi risiko terkena
diabetes tipe 2 nantinya.
Untuk mencegah komplikasi pada ibu seperti diatas harus
dilakukan perubahan gaya hidup, yaitu yang pertaama dengan
pengaturan berat badan, diet, dan latihan. Wajib melakukan
pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam post
prandial secara rutin 18.

9.2 DIABETES MELITUS PREGESTASIONAL PADA IBU DAN


BAYI 3,9
Komplikasi Pada Janin Dan Neonatus
1. Abortus
Abortus spontan disebabkan oleh kontrol glikemik yang
buruk selama trimester pertama, hanya wanita dengan DM tipe 1
dan konsentrasi hba1c lebih dr 12% atau konsentrasi glukosa
postprandial diatas 140 mg/dl yang memperlihatkan peningkatan
resiko mengalami abortus

2. Malformasi
Malformasi berat adalah akibat dari kurang terkontrolnya diabetes
baik sebelum konsepsi maupun selama awal kehamilan, hal ini
dipengaruhi dengan tingginya kadar hemoglobin terglikosilasi dan
vaskulopati diabetes serta durasi penyakit yang lebih dari 10 tahun,
peneliti mengamati bahwa wanita yang pengendalian glukosa
perikonsepsinya optimal memiliki angka kejadian malformasi sebesar 5%
dibandingkan dengan 9% pada kelompok yang tidak terkontrol

3. Hidramnion

17
Penyebab hidramnion masih belum jelas, kemungkinan akibat dari
peningkatan konsentrasi glukosa dalam cairan amnion karena ditemukan
adanya indeks cairan amnion yang sejajar dengan kadar glukosa cairan
amnion.

4. Hipoglikemia
Penurunan cepat konsentrasi glukosa plasma setelah lahir adalah
khas pada bayi dari ibu diabetik. Hal ini diperkirakan oleh hiperplasia sel-
sel islet beta janin yang dipicu oleh hiperglikemik kronik pada ibu.
pengenalan dini dan pengobatan bayi hipoglikemia akan mengurangi
squele.

5. Hipokalsemia (Ca)
Didefinisikan sebagai kadar kalsium (Ca) serum kurang dari 7
mg/dl, adalah gangguan metabolik utama pada bayi dari ibu diabetes.
penyebabnya belum diketahui pasti. Namun ada teori yang diajukan,
antara lain adalah perebahan keseimbangan Mg, Al yang khas bagi
2,3
kehamilan dengan diabetes, asfiksia dan kelahiran preterm

https://www.academia.edu/16810879/_1_DM_GESTASIONAL

18

Anda mungkin juga menyukai