PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diabetes Melitus Gestasional
Secara umum, menurut W. Sudoyo (2009) dalam buku Ilmu Penyakit
Dalam edisi V, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi
hamil (Diabetes Mellitus Hamil/DMH/DM pragestasional).
2. DM yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes Melitus
Gestasional/DMG).
4
meraguka (tidak memenuhi kriteria diagernosis ada 1997 maupun Perkeni
2002 untuk DMG), sebanyak 80% dikelola dengan pengaturan diet saja. Tidak
ada pemakaian insulin analog pada priode tersebut.
1. PATOGENESIS 9
3.1 Metabolisme Pada Kehamilan Normal
a. Metabolisme Karbohidrat
Perubahan metabolisme yang cukup signifikan yang terjadi pada
wanita hamil salah satunya adalah penurunan resistensi insulin, hal ini
telah di buktikan oleh beberapa peneliti dimana wanita hamil mengalami
angka kejadian untuk hipoglikemia lebih rendah terhadap pemberian
insulin eksogen dibanding dengan wanita yang tidak hamil,sensitifitas
insulin menurun hingga 40-70% pada trimester ketiga, hal ini dipengaruhi
oleh hormon yang diproduksi saat masa kehamilan yaitu human placenta
lactogen, progesterone, prolactin, dan cortisol.
1. Hiperinsulinemia
Peningkatan kadar insulin dalam darah diketahui
meningkat pada wanita pada masa kehamilan, mekanisme yang
membuat sekresi insulin menjadi berlebihan pada wanita hamil
adalah akibat dari hipertrophy dan hiperplasia dari sel β pankreas,
hal ini akan menimbulkan efek hipereaktifitas dari sekresi insulin 2
hingga 3 kali lipat dibandingkan wanita yang tidak hamil.
b. Metabolisme Lemak
5
Ada dua hal yang terjadi pada metabolisme lemak pada wanita
hamil :
6
melitus tipe 1 dan 2 disertai kehamilan maka hal ini akan menimbulkan
dampak peningkatan glukosa,asam amino, triglycerida, FFA, ketone
dalam sirkulasi, untuk meminimalisasi hal tersebut, maka pemberian
insulin eksogen mutlak diberikan
7
Berbeda dengan diabetes melitus yang sudah mempunyai kseragaman
kriteria diagnosis, diabetes melitus gestasional sampai saat ini belum ada
kesepakatan mengenai kriteria diagnosis mana yang harus digunakan. Pada
saat ini terdapat dua kriteria diagnosis yaitu yang banyak dipakai
diperkenalkan oleh American Diabetes Association dan umumnya digunakan
dinegara Amerika Utara, dan kriteria diagnosis dari WHO yang banyak
digunakan diluar Amerika Utara.
2.3 Kriteria American Diabetes Association
American Diabetes Association menggunakan skrining diabetes melitus
gestasional melalui pemeriksaan glukosa darah dua tahap. Tahap pertama
dikenal dengan nama tes tantangan glukosa yang merupakan tes skrining.
Pada semua wanita hamil yang datang ke klinik diberikan minum glukosa
sebanyak 50 gram kemudian diambil contoh darah satua jam kemudian. Hasil
glukosa darah (umumnya contoh darah adalah plasma vena) > 140 mg/dl
disebut tes tantngan positif dan harus dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu
tes toleransi glukosa oral harus harus dipersiapkan sama dengan pada
pemeriksaan bukan pada wanita hamil. Perlu diingat apabila pada
pemeriksaan awal ditemukan konsentrasi glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl
atau glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl, maka mereka hanya dilakukan
pengulangan tes darah, apabila hasilnya sama maka diagnosis diabetes
melitus sudah dapat ditegakkan dan tidak diperlukan lagi pemeriksaan tes
toleransi glukosa oral.
8
Wanita Hamil
Glukosa 50 gr
Normal DMG
Tabel 1. Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral 3 Jam dengan beban
Glukosa 100g dan 2 jam dengan beban glukosa 75 gr
Hasil tes toleransi glukosa oral 3 jam Hasil tes toleransi glukosa oral 2 jam
dengan beban glukosa 100gr (mg/dl) dengan beban glukosa 100gr (mg/dl)
Puasa 95 Puasa 95
1-jam 180 1-jam 180
2-jam 155 2-jam 155
3-jam 140
Diagnosa diabetes melitus gestasional ditegakkan apalia ditemukan dua atau
lebih angka yang abnormal
9
2.4 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus Gestasional
Menurut WHO dalam buku Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus tahun 1999 menganjurkan untuk diagnosis Diabetes Mellitus
gestasional harus dilakukan tes toleransi glukosa oral dengan beban glukosa
75 gram. Kriteria diagnosis sama dengan yang bukan wanita hamil yaitu
puasa ≥126 mg/dl dan dua jam pasca beban ≥ 200 mg/dl, dengan tambahan
mereka yang tergolong toleransi glukosa terganggu didiagnosis juga sebagai
diabetes melitus gestasional. (Tabel 2)
Tabel 2. Nilai glukosa plasma puasa dan tes toleransi glukosa
oral dengan beban glukosa 75 gram
Glukosa plasma puasa
Normal < 110 mg/dl
≥ 110 mg/dl - < 126
Glukosa puasa terganggu
mg/dl
Diabetes melitus ≥ 126 mg/dl
Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75 gram glukosa oral
Normal < 140 mg/dl
≥ 140 mg/dl - < 200
Toleransi glukosa terganggu mg/dl, sedang puasa
< 126 mg/dl
Diabetes Melitus ≥ 200 mg/dl
10
Wanita dengan diabetes melitus gestasional hampir tidak pernah
memberikan keluhan, sehingga perlu dilakukan skrining. Oleh karena
hanya sekitar 3-4% dari wanita hamil yang menjadi diabetes melitus
gestasional , menjadi pertanyaan apakah semua wanita hamil harus
dilakukan skrining untuk diabetes melitus gestasional atau hanya pada
mereka yang dikelompokkan sebagai resiko tinggi. Penelitian di
Makassar oleh Adam dari 2074 wanita hamil yang diskrining
ditemukan prevalensi 3,0% pada mereka yang beresiko tinggi dan
hanya 1,2% pada mereka yang tanpa resiko.
Sebaiknya semua wanita hamil harus dilakukan skrining untuk
diabetes melitus gestasional. Beberapa klinik menganjurkan skrining
diabetes melitus gestasional hanya dilakukan pada mereka dengan
resiko tinggi, skrining sebaiknya sudah dimulai pada saat pertama kali
datang ke klinik tanpa memandang umur kehamilan. Apabila hasil tes
normal, maka perlu dilakukan tes ulangan pada minggu kehamilan
antara 24-28 minggu. Sedang pada mereka yang tidak beresiko tinggi
tidak perlu dilakukan skrining.
Faktor resiko DMG (Diabetes Mellitus Gestational) yang
dikenal adalah :
a. Faktor resiko obstresi :
Riwayat keguguran beberapa kali
Riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa sebab
Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan
Riwayat melahirkan bayi ≥ 4000 gram
Riwayat pre eklamsia
Polihidramnion
b. Riwayat umum
Usia saat hamil > 30 tahun
Riwayat DM dalam keluarga
Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya
Infeksi saluran kemih berulang saat hamil
11
Di Indonesia, untuk dapat meningkatkan diagnosis lebih baik,
lakukan pemapisan pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama
dan mengulanginya pada usia kehamilan 26-28 minggu apabila
hasilnya negatif.
2.6. Komplikasi
Secara umum, menurut W. Sudoyo (2009) dalam buku Ilmu
Penyakit Dalam edisi V, komplikasi Diabetes Mellitus terdiri atas :
Ibu : peningkatan resiko hipertensi (preeklampsia, HT dalam
kehamilan), resiko SC meningkat.
Janin : anumali kongenital (jika hiperglekimia berat & GDP >120
mg/dl); stillbirth (lahir ,mati); makrosimia; lain-lain (ikterus, RDS,
polisitemia,hipokalsemia).
2.7. Penatalaksanaan
Menurut Desy Kurniawati dan Hanifah Mirzanie (2009) dalam buku
Obgynacea Penatalaksanaan tersebut :
2.7.1. Konseling nutrisi & diet DM + exercise :
I. Batasi intake karbohidrat 40% drtotal kalori (40% lemak,
20%protein)
II. Konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik rendah
III. Kurangin intake kalori total untuk overweight/obese dari 30-32
kkal/kgBB/hari menjadi 25kkal/kgBB/hari
IV. Exercise dapat menghindarkan dari kebutuhan terapi insulin
2.7.2. Pengukuran serial glukosa darah ibu
1. Monitor glukosa puasa & post prandial
2. Periksa glukosa puasa & 1 jam setiap kali sehabis makan,
dengan/tanpa insulin.
3. Priksa glukosa puasa & pre/post prandial dengan insulin
Target glukosa garah
4. Puasa <90 kapiler,<105 plasma
5. Pre prandial < 95
6. 1 jam post prandial <140
12
7. 2 jam post prandial <120
8. Glukosa post prandial <140 lebih baik dari pada glukosa pra
prandial <95
2.7.2. Jika dengan USG tampak resiko makrosomia-target terapinya glukosa
pra prandial=80
1. Identifikasi bayi beresiko tinggi&lakukan terapi
2. Fruktesamine serum (untuk identifikasi resiko rendah ); jika negatif
periksa insulin dicairan amnion (untuk identifikasi hiperinsulinemia
janin)
3. Glukosa puasa 1-2 kali/mgg & jika <105 (resiko rendah) periksa
lingkar perut janin pada awal trimester III (untuk indetifuikasi
makrosomia)
2.7.3. Terapi insulin (menurunkan makrosomia & morbiditas perinatal)
Indikasi :
1. Glukosa kapiler >120 lebih dari 2 kali dalam 2 minggu (plasma >
140)
2. Glukosa puasa kapiler > 90 atauplasma > 105 dosis terapi.
6. KOMPLIKASI
9.1 DIABETES MELITUS GESTASIONAL PADA IBU DAN BAYI
13
Tipe dan Minggu Terjadinya Malformasi Janin pada Ibu
dengan Diabetes Melitus Gestasional
14
Banyak bukti menyebutkan bahwa insulin dan insulin like growth
factor I dan II berperan dalam mengatur pertumbuhan janin, faktor - faktor
pertumbuhan ini yang secara struktural adalah polipeptida mirip pro
insulin diproduksi oleh hampir semua organ janin, dan merupakan
perangsang kuat deferensiasi dan pembelahan sel. 2,3
Ibu dengan kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko
untuk melahirkan sebelum waktunya. Atau dapat juga dokter yang
menyarankan demikian, karena bayinya tumbuh terlalu besar. Bayi yang
dilahirkan sebelum waktunya dapat mengalami Respiratory Distress
Syndrome, hal ini dikarenakan hiper insulinemia akan menghambat
proses pematangan paru, karena menurunnya produksi surfaktan yang
bertanggung jawab dalam pengembangan paru pada saat lahir. Bayi
yang mengalami sindrom tersebut memerlukan bantuan pernafasan
hingga paru-parunya mengembang sempurna. 2,3
15
Komplikasi Nenoatus pada janin pada ibu dengan DMG 9
(n=878) (n=380)
16
pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga berisiko untuk
menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari dan anak-anak mereka
rentan mengalami diabetes dan kegemukan di kemudian hari. Akan
tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti makan makanan yang
bernutrisi dan berolahraga dapat mengurangi risiko terkena
diabetes tipe 2 nantinya.
Untuk mencegah komplikasi pada ibu seperti diatas harus
dilakukan perubahan gaya hidup, yaitu yang pertaama dengan
pengaturan berat badan, diet, dan latihan. Wajib melakukan
pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam post
prandial secara rutin 18.
2. Malformasi
Malformasi berat adalah akibat dari kurang terkontrolnya diabetes
baik sebelum konsepsi maupun selama awal kehamilan, hal ini
dipengaruhi dengan tingginya kadar hemoglobin terglikosilasi dan
vaskulopati diabetes serta durasi penyakit yang lebih dari 10 tahun,
peneliti mengamati bahwa wanita yang pengendalian glukosa
perikonsepsinya optimal memiliki angka kejadian malformasi sebesar 5%
dibandingkan dengan 9% pada kelompok yang tidak terkontrol
3. Hidramnion
17
Penyebab hidramnion masih belum jelas, kemungkinan akibat dari
peningkatan konsentrasi glukosa dalam cairan amnion karena ditemukan
adanya indeks cairan amnion yang sejajar dengan kadar glukosa cairan
amnion.
4. Hipoglikemia
Penurunan cepat konsentrasi glukosa plasma setelah lahir adalah
khas pada bayi dari ibu diabetik. Hal ini diperkirakan oleh hiperplasia sel-
sel islet beta janin yang dipicu oleh hiperglikemik kronik pada ibu.
pengenalan dini dan pengobatan bayi hipoglikemia akan mengurangi
squele.
5. Hipokalsemia (Ca)
Didefinisikan sebagai kadar kalsium (Ca) serum kurang dari 7
mg/dl, adalah gangguan metabolik utama pada bayi dari ibu diabetes.
penyebabnya belum diketahui pasti. Namun ada teori yang diajukan,
antara lain adalah perebahan keseimbangan Mg, Al yang khas bagi
2,3
kehamilan dengan diabetes, asfiksia dan kelahiran preterm
https://www.academia.edu/16810879/_1_DM_GESTASIONAL
18