Anda di halaman 1dari 7

Kejang

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan
kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan
organisasi korteks pada bayi baru lahir. Kejang umum tonik-klonik jarang pada bayi
baru lahir. Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif,
kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak
dengan hilangnya kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary
movements), nistagmus atau mata mengedip-ngedip paroksismal, gerakan seperti
mengunyah dan menelan (fenomena oral dan bukal), bahkan apnu. Oleh karena
manifestasi klinik yang berbeda-beda dan bervariasi, seringkali kejang pada bayi
baru lahir tidak dikenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip setiap
gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berlangsung berulang-ulang
dan periodik, harus dipikirkan kemungkinan merupakan manifestasi kejang.

Etiologi

1. Komplikasi Perinatal
 Hipoksia iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24
jam pertama kelahiran.
 Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi
bokong, ekstraksi cunam atau ekstraksi vakum berat.
 Perdarahan intrakranial.
2. Kelainan Metabolisme
 Hipoglikemia.
 Hipokalsemia.
 Hipomagnesemia.
 Hiponatremia.
 Hipernatremia.
 Hiperbilirubinemia.
 Ketergantungan piridoksin.
 Kelainan metabolisme asam amino.
 Infeksi.
Dapat disebabkan oleh bakteri dan virus termasuk TORCH.
 Ketergantungan obat.
 Polisitemia.
 Penyebab yang tidak diketahui (3,25%).

Penilaian

Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengna urutan sebagai
berikut:

1) Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat


persalinan dan kelahiran.
a. Riwayat Kehamilan.
- Bayi kecil untuk masa kehmailan.
- Bayi kurang bulan.
- Ibu tidak disuntik toksoid tetanus.
- Ibu menderita diabetes mellitus.
b. Riwayat Persalinan.
- Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunam, ekstraktor
vakum).
- Persalinan presipitatus.
- Gawat janin.
c. Riwayat Kelahiran.
- Trauma lahir.
- Lahir asfiksia.
- Pemotongan tali pusat dengan alat.
2) Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir.
a. Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma).
b. Suhu tubuh (normal, hipertermia atau hipotermia).
c. Tanda-tanda infeksi lainnya.
3) Penilaian kejang.
a. Bentuk kejang.
Gerakan bola mata yang abnormal, nistagmus, kedipan mata
paaroksismal, gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka,
timbulnya apnu yang epiosde, adanya kelemahan umum yang
periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik sebagian ekstremitas,
tubuh kaku.
b. Lama kejang.
c. Apakah pernah terjadi sebelumnya.
4) Pemeriksaan laboratorium.
a. Punksi lumbal.
b. Punksi subdural.
c. Gula darah.
d. Kadar kalsium (Ca
e. Kadar magnesium.
f. Kultur darah.
g. TORCH.

Pada jitterness dapat dibedakan dari kejang:

a. Tidak dapat kelainan pandang dan pergerakan mata.


b. Timbulnya karena stimulasi, sedangkan kejang biasanya spontan.
c. Gerakan berupa tremor, bukan hentakan klonik.
d. Biasanya menghilang apabila dilakukan fleksi pasif.
e. Pada umumnya disebabkan oleh hipokalsemia, hipoglikemia, hipoksia-
iskhemik ensefalopati, drug withdrawal.

Tabel: Kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir

Penanganan

Prinsip dasar tindakan mengenai kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:

1. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang.


(misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin).
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas.
(perhatikan ABCD resusitasi)
3. Mencari faktor penyebab kejang.
(perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik
yang ditemukan, bentuk kejang, dan hasil laboratorium).
4. Mengobati penyebab kejang.
(mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain).
Obat anti kejang

A. Diazepam.
Dosis 0,1-0,3 mg/kgbb i.v disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang
berhenti. Dapat diulangi pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan untuk
digunakan pada dosis pemeliharaan.
B. Fenobarbital.
Dosis 5-10 mg/kgbb i.v disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit.
Apabila kejang berlanjut, fenobarbital dapat diulangi dengan dosis
maksimal 20 mg/kgbb. Dosis pemeliharaan ialah 5-8 mg/kgbb/ hari dibagi
dalam 2 dosis.
C. Fenitoin.
Dosis 5-10 mg/kgbb i.v disuntikkan dalam 5-10 menit. Dapat diulangi lagi
dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi
dengan fenobarbital dosis 10-20 mg/kgbb. Sebaiknya fenitoin diberikan 10-
15 mg/kgbb i.v pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
4-7 mg/kgbb i.v atau oral dalam 2 dosis.

Penanganan kejang pada bayi baru lahir

1. Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak
kedinginan. Suhu bayi dipertahankan 36,5º - 37ºC.
2. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir di seputar
mulut, hidung sampai nasofaring.
3. Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengna alat
bantu balon dan sungkup, diberi O² (oksigen) dengan kecepatan 2
liter/menit.
4. Dilakukan pemasangna infus intravena dipembuluh darah perifer; di tangan,
kaki atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes
mellitus, dilakukan pemasangna infus melalui vena umbilikalis.
5. Bila infus sudah tepasang, diberi obat anti kejang Diazepam 0,5 mg/kg
supositoria /i.m setiap 2 menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah
luminal (fenobarbital) 30 mg i.m/i.v.
6. Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada.
7. Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan infus dekstrose 10% dengan
kecepatan 60 ml/kgbb/hari.
8. Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor
penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran).
a. Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu bepenyakit diabetes
mellitus.
b. Apakah kemungkinan bayi prematur.
c. Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia.
d. Apakah kemungkinan Ibu bayi pengidap/menggunakan bahan
narkotika.
9. Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium
untuk mencari faktor penyebab kejang, mislanya:
a. Darah tepi.
b. Elektrolit darah.
c. Gula darah.
d. Kimia darah (kalsium, magnesium)
e. Kultur darah.
f. Pemeriksaan TORCH, dan lalin-lain.
10. Bila ada kecurigaan ke arah sepsis, dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal.
11. Obat diberikan sesuai dengan hasil penilaian ulang.
12. Apabila kejang masih berulang, Diazepam dapat diberikan lagi sampai 2
kali.
a. Bila masih kejang terus, diberi fenitoin (Dilantin) dalam dosis 15
mg/kgbb sebagai bolus i.v diteruskan dalam dosis 2 mg/kgbb i.v
setiap 12 jam.
b. Untuk hipoglikemia (hasil dextrostix/gula darah < 40 mg%) diberi
infus Dekstrose 10%.
c. Untuk hipokalsemia (hasil kalsium darah < 8 mg%) diberi kalsium
glukonas 10% 2 ml/kgbb dalam waktu 5-10 menit.
d. Apabila belum teratasi juga, diberi piridoksin 25-50 mg i.v.

Prognosis

Prognosis akibat kejang pada bayi baru lahir tergantung dari penyebabnya.

Tabel: Prognosis kejang pada bayi baru lahir hubungannya dengan kelainan saraf.

Anda mungkin juga menyukai