Disusun Oleh:
RULIETI (113114036)
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang
akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan
vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal yang kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus
simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis
menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat,
gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan
angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti
hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari
penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta
dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh
darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai
umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan,
yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Rokok terdapat
zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan
kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya
adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya
bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008)
E. PATHWAYS
(Terlampir)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
sepertiginjal dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan
G. PENATALAKSANAAN
a. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas
normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
Mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR
dengan cara menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari
yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini
bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan
tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
b. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf
simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya:
Metildopa 250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg
(catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga
pada gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10
mg (inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin,
farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi
otot pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh:
Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril
5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya:
nifedipin 5 & 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem
30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin
II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh:
Hidroklorotiazid (HCT)
c. Keperawatan
a. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan
rumus 220 – umur
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5
x perminggu
b. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Aktifitas/Istirahat
a. Gejala :
1) Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
b. Tanda :
1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
a. Gejala :
1) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler.
b. Tanda :
1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
3. Integritas ego
a. Gejala :
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)
2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan)
b. Tanda :
1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian
tangisan yang meledak
2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor
mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara
4. Eliminasi
a. Gejala :
1) Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5. Makanan/Cairan
a. Gejala :
1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
6. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
7. Riwayat penggunaan diuretik
a. Tanda :
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
8. Neurosensori
a. Gejala:
1) Keluhan pening/pusing
2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
9. Nyeri/ ketidaknyamanan
a. Gejala :
1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi cedera
b. Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan serebral
c. Gangguan rasa nyaman nyeri
d. Gangguan keseimbangan volume cairan
e. Resiko penurunan curah jantung
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Fall Prevention
cedera keperawatan selama .…x…. jam 1. Mengidentifikasi defisit
diharapkan resiko tinggi cedera kognitif atau fisik pasien
tidak ada. yang dapat meningkatkan
Kriteria hasil :Kejadian jatuh potensi jatuh dalam
Indikator IR ER lingkungan tertentu
1. Jatuh saat berdiri 2. Mengidentifikasi perilaku
2. Jatuh saat berjalan dan faktor yang
3. Jatuh saat mempengaruhi resiko jatuh
berpindah 3. Mengidentifikasi
karakteristik lingkungan yang
dapat meningkatkan potensi
jatuh
4. Sarana perubahan dalam gaya
berjalan pada pasien
5. Mendorong pasie untuk
menggunakan tongkat atau
alat bantu berjalan
6. Ajarkan pasien bagaimana
jatuh untuk meminimalkan
cidera
2. Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Intrakranial Pressure (ICP)
jaringan cerebral keperawatan selama .…x…. jam Monitoring (Monitor tekanan
tidak efektif diharapkan perfusi jaringan serebral intrakranial)
berhubungan efektif. 1. Berikan informasi kepada
dengan gangguan Kriteria hasil : Tissue Prefusion : keluarga
aliran arteri dan cerebral 2. Monitor tekanan perfusi serebral
vena Indikator IR ER 3. Catat respon pasien terhadap
1. Tekanan systole stimuli
dan diastole dalam 4. Monitor tekanan intrakranial
rentan yang pasien dan respon neurology
diharapkan terhadap aktivitas
2. Berkomunikasi 5. Monitor jumlah drainage cairan
dengan jelas serebrospinal
sesuai dengan 6. Monitor intake dan output cairan
kemampuan 7. Restrain pasien jika perlu
3. Menunjukkan 8. Monitor suhu dan angka WBC
perhatian, 9. Kolaborasi pemberian antibiotik
konsentrasi dan 10. Posisikan pasien pada posisi
orientasi semifowler
4. Memproses 11. Minimalkan stimuli dari
informasi lingkungan
5. Membuat
keputusan dengan
benar
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Pain Management
nyaman nyeri keperawatan selama ….x….. jam 1. Kaji nyeri secara komprehensif
diharapkan nyeri berkurang, dengan 2. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
kriteria hasil : Pain Level untuk menentukan intervensi
Indikator IR ER 3. Evaluasi keefektifan kontrol
1. Mampu nyeri
mengontrol nyeri 4. Pilih dan lakukan penanganan
2. Mampu nyeri
mengenali nyeri 5. Tingkatkan istirahat
3. Menyatakan rasa 6. Kolaborasi dengan dokter jika
nyaman setelah ada keluhan dan tindakan nyeri
nyeri berkurang tidak berhasil
4. Menyatakan rasa 7. Berikan analgetik untuk
nyeri berkurang mengurangi nyeri
dengan
manajemen nyeri
4 Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan Vital Sign Monitoring
curah jatung keperawatan selama ….x…jam di 1. Monitor tanda tanda Vital
harapkan resiko penurunan curah 2. Monitor vital sign saat pasien
jantung tidak terjadi dengan berbaring, duduk atau berdiri
Kriteia Hasil : Vital Sign Status 3. Catat adanya fluktuasi tekanan
Indikator IR ER darah
1. TTV normal 4. Monitor suhu warna dan
2. Dapat kelembaban kulit
mentoleransi 5. Identifikasi penyebab
aktifitas, tidak ada perubahan tekanan darah
kelelahan 6. Monitor frekuensi dan irama
3. Tidak ada pernafasan
penurunan
kesadaran
1.
K. DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/yabniellitjingga/lp-hipertensi
https://www.scribd.com/doc/129080296/LAPORAN-PENDAHULUAN-
HIPERTENSI-docx
https://www.academia.edu/37771674/LAPORAN_PENDAHULUAN_Hip
ertensi
PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
ginjal Feokromositoma
garam berlebih raga tahun
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan