Reproduksi Remaja
ABSTRAK
Remaja menjadi korban ketidakpahaman perilaku seksual berisiko di usia muda. Salah satu
risikonya adalah kehamilan tidak diinginkan yang berakhir pada pernikahan dini. Berbagai
studi dan laporan menyebutkan permasalahan remaja sangat mengkhawatirkan seperti;
hubungan seksual, kasus HIV dan AIDS, serta narkoba. Ironisnya, sebagian kelompok
remaja—utamanya remaja putus sekolah dan mereka yang berkebutuhan khusus, miskin
dan tinggal di daerah tertinggal, terpencil serta perbatasan (galcitas)—juga merupakan
kelompok rentan yang terpinggirkan dari program pemerintah. Pemerintah melalui
Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)
yang dikemas ulang menjadi program Generasi Berencana (GenRe) berupaya melakukan
peningkatkan pengetahuan sikap perilaku (PSP) remaja tentang kesehatan reproduksi.
Akan tetapi, keefektifan program PIK Remaja ini menjadi dipertanyakan karena masalah
teknis dan keterjangkauannya bagi remaja. Penyusunan tulisan ini menggunakan data
Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012. Tujuan umum analisis
ini adalah mempelajari inklusi saluran informasi KRR sebagai realisasi pemenuhan hak
KRR. Tulisan ini juga menjadi rekomendasi kebijakan bagi berbagai elemen/stakeholder
terkait kesehatan reproduksi secara holistik. Disimpulkan bahwa peran lembaga adat,
lembaga agama dan lembaga swadaya masyarakat sangat strategis sebagai alat kontrol
sosial dalam penyebarluasan informasi KRR.
Kata kunci: Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)
ABSTRACT
Adolescents become victims of incomprehension the risky sexual behavior at an early age.
One of them is unwanted pregnancy which ended in early marriage. Various studies and
reports mentioned a discomfort adolescent problems such as; sexual intercourse, HIV
and AIDS, as well as drugs. Ironically, most of the main group of teenager-teen dropouts
and those with disabilities, living with poverty and remotely as well as a vulnerable group
that marginalized from government programs. The government through the Adolescent
Reproductive Health Program are repackaged into Generation Planning program
(GenRe) seeks to increase knowledge, attitude and behavior of adolescent. However, the
effectiveness of this program is questioned because of technical problems and affordability
for adolescents. This paper used data from Adolescents Demographic and Reproductive
Health in 2012. The goal of this analysis to study about the inclusion of information path
of KRR as realization the right of KRR. This paper also be policy recommendations for the
various elements/stakeholders related reproductive health in a holistic manner. The author
concluded that the role of traditional, religion and non gevernment institution as a tool of
social control in the dissemination of information.
Keywords: PIK, KRR
133
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 2, September 2014
Anindita Dyah Sekarpuri, Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
134
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 2, September 2014
Anindita Dyah Sekarpuri, Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Data dari Direktorat Bina Ketahanan kegiatan kelompok KRR baik melalui PIK
Remaja (DITHANREM) BKKBN sampai R/M, Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi
dengan Desember 2013 menyebutkan Remaja (PIKER,) Youth Center dan lainnya
perihal pencapaian kelompok PIK R/M memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi
sebanyak 16.711 yang tersebar melalui dengan kategori baik yaitu 49%. Ada
jalur Perguruan Tinggi, Sekolah Umum/ hubungan yang bermakna (p<0,05) antara
Agama, Organisasi Keagamaan, dan or- remaja yang pernah mengikuti kegiatan
ganisasi kepemudaan. Terlepas dari kon- kelompok KRR dengan pengetahuan ke-
troversi kevalidan data tersebut dari pro- sehatan reproduksi remaja. Remaja yang
porsi jumlah remaja Indonesia, berbagai pernah mengikuti kegiatan PIK-Remaja
pihak telah mempertanyakan keefektifan mempunyai peluang memiliki pengetahuan
pelaksanaan program KRR yang kurang KRR 4,4 kali dibandingkan dengan remaja
luas pelayanannya, baik dalam hal daerah yang tidak mengikuti kegiatan PIK-Remaja
jangkauan, sasaran maupun materi pe- (Rahmadewi, 2010). Besarnya manfaat
layanan. keikutsertaan remaja pada kegiatan kelom-
Gambar 2. pok KRR dengan adanya Pendidik Sebaya
(PS) dan Konselor Sebaya (KS) ini juga
akan dapat mengakomodir bahwa secara
psikologis remaja akan lebih nyaman
untuk berbagi permasalahan terkait KRR
dengan teman sebayanya. Hasil SDKI 2012
menunjukkan bahwa 25% remaja pria dan
22% remaja perempuan mencari informasi
KRR kepada teman (BKKBN, 2012).
Keberadaan PS dan KS ini dapat sebagai
Sumber: Data DITHANREM BKKBN, 2012 langkah antisipatif sebagaimana disebutkan
dalam teori precede sebagai faktor penguat
Gambar 2 menunjukkan bahwa fokus terdiri dari faktor-faktor berulang yang
kegiatan PIK R/M sebagian besar%tasenya mempengaruhi perilaku seperti dukungan
pada lembaga pendidikan formal (sekolah lingkungan, pengaruh teman sebaya, dan
dan perguruan tinggi) dan sekitar 40% pengaruh keluarga bahwa harus ada langkah
bergerak di masyarakat (BKKBN, 2012). antisipatif sesuai dengan kultur masyarakat
Dalam konteks inilah, perlu adanya telaah dan karakteristik remaja tersebut. Tantangan
lanjutan mengenai tingkat efektifitas PIK KRR saat ini adalah keterbatasan layanan
pada masing-masing basis, lantaran jumlah pemerintah dan adanya tentangan dari
PIK yang lebih tinggi pada jalur sekolah lembaga adat dan agama yang menganggap
tidak secara otomatis berarti tingginya bahwa KRR adalah pendidikan seksual yang
efektifitas PIK pada jalur tersebut. Hal ini harus diwaspadai karena dikhawatirkan
dikarenakan tidak tersedianya data yang dapat menjerumuskan remaja ke perilaku
menggambarkan secara spesifik jumlah seksual beresiko. Pentingnya langkah pre-
remaja yang ada di jalur sekolah. Terlebih vensi ini karena remaja berkemungkinan dua
lagi, permasalahan tingginya pergantian kali lebih besar untuk mengikuti perilaku
atau drop-out PS dan KS di PIK Remaja berpacaran remaja sebayanya (Qodarina,
jalur Sekolah menjadi tantangan tersendiri 2013).
(BKKBN, 2010). Remaja menjadi korban ketidakpahaman
Hasil penelitian BKKBN tahun 2010 mereka akan perilaku seksual berisiko di
menunjukkan bahwa remaja yang mengikuti usia muda, salah satunya adalah kehamilan
135
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 2, September 2014
Anindita Dyah Sekarpuri, Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
yang tidak diinginkan yang dapat membawa sulit menjangkau sekelompok remaja
mereka ke pernikahan dini. Hal-hal yang yang tereksklusi dari program GenRe
mendorong remaja melakukan perilaku basis sekolah, utamanya remaja putus se-
seksual berisiko yaitu keterbatasan akses kolah dan yang berkebutuhan khusus,
informasi, ketidaklayakan akses terhadap miskin dan tinggal di daerah tertinggal,
pelayanan kesehatan reproduksi remaja, terpencil serta perbatasan (galciltas).
alasan ekonomi, serta adanya pengaruh Mereka dianggap sebagai kelompok rentan
teman (Gubhaju, 2002). yang terpinggirkan dari program-program
pemerintah, khususnya terkait dengan
Gambar 3. penyediaan sarana kesehatan reproduksi
Sumber Kespro yang Disukai Remaja
ini (GTZ, 2010). Kelompok remaja putus
sekolah ini membutuhkan adanya kegiatan
peningkatan ketrampilan hidup karena
adanya kebutuhan untuk dapat mandiri
secara finansial dan tetap terpenuhi ke-
butuhan kesehatan reproduksinya dengan
sehat (UNFPA, 2005).
Di sisi lain, remaja tanpa terkecuali
berhak dan berkewajiban menjadi gene-
rasi yang produktif yaitu remaja yang
Sumber: SDKI Kespro Remaja 2012 menyelesaikan pendidikan, berkarir dalam
pekerjaan, merencanakan berkeluarga, ber-
Gambar 3 menunjukkan kecenderungan partisipasi dalam masyarakat, serta mem-
terbesar remaja untuk mencari informasi praktikkan hidup sehat. Upaya pemerintah
KRR kepada petugas kesehatan (44% dalam mewujudkan tujuan ICPD tahun
remaja pria dan 39% remaja wanita). 1994, yaitu mempersiapkan sumberdaya
Adanya variasi pada remaja pria dan wa- manusia berkualitas melalui keterpenuhan
nita pada pilihan sumber informasi KRR hak-hak reproduksi dan seksualitas re-
lainnya yaitu guru dan ibu. Hal yang perlu maja masih dipandang belum terpenuhi
disosialisasikan yaitu terutama untuk resiko (Ahdiat, dkk, 2012). Kondisi ini maka
hamil ketika berhubungan seksual pertama perlu ditanggulangi dengan akan alternatif
kali dan infeksi menular seksual (IMS) sistem kegiatan lain yang dapat menjadi
karena masih rendahnya pengetahuan re- jembatan pemenuhan hak ini. Pelaksanaan
maja mengenai hal ini (BKKBN, 2012). berbagai program KRR oleh pemerintah
Penting bagi orang tua untuk tidak meng- melalui berbagai kementerian yang lebih
anggap tabu membahas bersama remaja mengutamakan penyerapan anggaran dan
mengenai permasalahan kesehatan repro- capaian program tanpa mengindahkan pe-
duksi remaja. nerimaan masyarakat (social acceptance)
ternyata tidak membuahkan hasil yang
diharapkan (Syahran, 2010).
Pendekatan eksklusi sosial yang lebih
SOCIAL FRANCHISING SEBAGAI
menekankan upaya mengatasi ketidak-
SISTEM SALURAN INFORMASI
setaraan pemenuhan hak KRR dengan
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA adanya dukungan modal sosial dari masya-
Apabila jangkauan program PIK R/M rakat akan lebih dapat diterima karena
yang saat ini masih lebih banyak berfokus disesuaikan dengan kondisi sosial dan
pada sekolah formal, maka hal ini akan kultural masyarakat setempat. Gambar 4
136
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 2, September 2014
Anindita Dyah Sekarpuri, Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
Gambar 4.
Model Social Franchising
137
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 2, September 2014
Anindita Dyah Sekarpuri, Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
penyebarluasan informasi KRR. Selain itu pengaturan daerah yang ada atau pe-
peningkatan peran serta lembaga swadaya ngembangan peraturan daerah baru yang
masyarakat dan juga perlunya peningkatan dapat menunjang dan menggerakkan
koordinasi antar sektor dalam pelaksanaan program kesehatan reproduksi dan hak-
penyebarluasan informasi KRR ini sangat hak reproduksi didaerahnya.
penting dan harus ditangani segera. 6. Pengalokasian anggaran untuk program
kesehatan reproduksi dan hak-hak re-
produksi yang mencakup sektor-sektor
IMPLEMENTASI DAN terkait. Kebijakan menggerakkan ma-
REKOMENDASI KEBIJAKAN syarakat melalui komunitas remaja
Implementasi kebijakan yang direkomen- dan hobi/minat tertentu untuk dapat le-
dasikan yaitu: bih berpartisipasi dalam kesehatan re-
produksi dan hak-hak reproduksi.
1. Perlunya kesadaran bersama yang di-
perkuat dengan komitmen antara pe-
merintah, masyarakat, dan LSM baik
nasional maupun internasional dalam DAFTAR PUSTAKA
penerapan model social franchising Ahdiat, dkk. 2012. Say Hello to Our Body:
guna mempercepat kebijakan dan stra- Seksualitas Anak Muda. Jurnal
tegi nasional kesehatan reproduksi In- Perempuan Edisi Pertama 2012.
donesia yang telah dicanangkan se- Yayasan Jurnal Perempuan: Jakarta;
menjak tahun 2005.
Gubhaju, Bhakta B. 2002. Asia Pacific Popu-
2. Peningkatan cakupan dan kualitas ke- lation Journal: Adolescent Repro-
giatan KRR melalui dukungan peme- ductive Health in Asia. (http://www.
rintah pada sosialisasi, peranan dan du- un.org/esa/socdev/unyin/workshops/
kungan masyarakat serta LSM dengan bhakta.pdf) Diakses pada 12 Januari
mempertimbangkan karakteristik dan 2014 Pukul 01.48
kondisi sasaran untuk kegiatan PIK- GTZ Siskes. 2010. Measuring the Fulfilment
Remaja berbasis masyarakat yang difo- of Human Rights in Maternal and
kuskan pada kegiatan pendewasaan usia Neonatal Health Using WHO Tools
perkawinan dan keterampilan hidup. .Study Case of West and East Nusa
3. Adanya kebijakan yang mengatur per- Tenggara Indonesia. Kementerian Ke-
temuan berkala antara orang tua yang sehatan:Jakarta
mengikuti BKR atau kegiatan ke- Rahmadewi. 2010. Hubungan Kesertaan Re-
masyarakatan lainnya (contoh: per- maja dalam PIK-KPP dan Konseling
temuan RT/RW, PKK, model banjar Kesehatan Reproduksi Remaja
di Bali) dengan para anggota PIK R/M dengan Pengetahuan Remaja tentang
supaya terjalin komunikasi untuk dapat Reproduksi. Warta Ilmiah Edisi V dan
meningkatkan kepercayaan orangtua VI Nopember 2010. BKKBN: Jakarta;
kepada remaja. Setyawati, L. 2010. Keberagaman dan Eksklusi
4. Kebijakan pelaksanaan advokasi tentang Sosial: Simbol Identitas Dalam Ruang
kesehatan reproduksi remaja dan hak- Publik. Jurnal Masyarakat dan Budaya
hak reproduksi ke sebanyak mungkin. Edisi Khusus Tahun 2010. LIPI:
DPRD dan para pejabat kabupaten/kota Jakarta;
oleh komisi kesehatan reproduksi. Smith, E. 2002. Social Franchising Repro-
5. Kesehatan reproduksi dan hak-hak ductive Health Services. Can It Work?
reproduksi remaja sebagai prioritas A Review Of The Experoence. Working
138
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 2, September 2014
Anindita Dyah Sekarpuri, Inklusi Saluran Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja
139
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 2, September 2014