Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH OSEANOGRAFI

PASANG SURUT AIR LAUT DAN SEDIMENTASI PADA PANTAI

OLEH

RISKI BASRIN

1706060029

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah rasa syukur ini senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT. Berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pasang Surut Air
Laut dan sedimentasi pada pantai. Shalawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan alam
Nabi Muhammad SAW yang membawa umat manusia dari dunia yang tidak berilmu
pengetahuan ke dunia yang berilmu pengetahuan. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini
masih banyak kekurangan, Oleh karena itu kami kepada para pembaca khususnya kami
mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini. Dalam penulisan makalah
ini banyak pihak-pihak yang sangat besar jasanya dalam memberikan bimbingan dan arahan
sehingga makalah ini mempunyai nilai positif dan bermanfaat.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan umumnya bagi masyarakat. Amin.

Kupang, 12 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………............................................................i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….....ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….1

1. LATAR BELAKANG……………………………………………………………...1
2. RUMUSAN MASALAH …………………………...……………………….……..2
3. TUJUAN……………………………………………………………….……...........3

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………..…………....…4

1. DEFENISI PASANG SURUT……………………………………………………...4


2. TEORI PASANG SURUT….……………………………………………………....7
3. TIPE-TIPE PASANG SURUT……………………………………………………..10
4. MANFAAT PASANG SURUT AIR LAUT……………………………………….11
5. PASANG SURUT AIR LAUT INDONESIA……………………………………...11
6. DEFINISI SEDIMENTASI……………………………………………….……….12
7. JENIS-JENIS SEDIMEN……………………………………………….………….19
8. BENTUK SEDIMEN………………………………………………………………20
9. FENOMENA SEDIMENTASI DI DAERAH INTERTIDAL…………………….21
10. MANFAAT SEDIMEN……………………………………………………………22
11. TIPE-TIPE SEDIMENTASI………………………………………………………23
12. PROSES TERJADINYA SEDIMENTASI……………………………………….24

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………25

1. KESIMPULAN ……………………………………………………………………25
2. SARAN ……………………………………………………………………………26
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...27
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di
pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Mengingat pentingnya
pengetahuan tentang pasang surut air laut dan sedimentasi pada pantai dalam kelangsungan
hidup, maka penulis menyusun makalah yang berjudul Pasang Surut Air Laut sedimentasi pada
pantai ini. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non
astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah
bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Pasang dan surut terbesar terjadi pada saat
bulan baru dan bulan pumama karena pada saat itu, matahari, bulan, dan bumi berada dalam
bidang segaris. Pasang terendah terjadi pada saat bulan perbani. Oleh karena itu, pasang terendah
disebut juga pasang perbani. Ketika pasang perbani, pasang terjadi serendah-rendahnya karena
kedudukan matahari dan bulan terhadap bumi membentuk sudut 90 derajat. Oleh karena itu,
gravitasi bulan dan matahari akan saling memperlemah. Bumi yang diselubungi air laut akan
sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan. Akibatnya, daerah yang berhadapan dengan bulan
akan mengalami pasang, sedangkan daerah yang tegak lurus terhadap kedudukan bulan akan
mengalami surut.

Indonesia merupakan daerah yang memiliki pantai terbanyak di dunia. Pantai merupakan
sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautandan daratan, bentuk pantai berbeda-beda sesuai
dengan keadaan, proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti pengangkutan, pengendapan dan
pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin dan keadaan lingkungan disekitarnya
yang berlangsung secara terus menerus, sehingga membentuk sebuah pantai. Pantai merupakan
tempat pasir berada, pasir yang berada di pantai bisa berasal dari pecahan terumbu karang atau
juga bisa dari sedimentasi yang terbawa dari sungai (Firmansyah dkk, 2014).

Sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen atau endapan, atau batuan sedimen
yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi dari material pembentuk atau asalnya pada
suatu tempat. Proses sedimentasi umumnya terjadi pada daerah pantai yang mengalami erosi
karena material pembentuk pantai terbawa arus ke tempat lain dan tidak kembali ke lokasi
semula. (Firmansyah dkk, 2014).

Material yang terbawa arus tersebut akan mengendap di daerah yang lebih tenang, seperti
muara sungai, teluk, pelabuhan, dan sebagainya, sehingga mengakibatkan sedimentasi di daerah
tersebut. Terjadinya sedimentasi tersebut juga berpengaruh terhadap perubahan bentuk garis
pantai. Wilayah pesisir merupakan lingkungan yang dinamis, unik dan rentan terhadap
perubahan lingkungan. (Firmansyah dkk, 2014).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pesisir antara lain adalah aktivitas
di daratan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, peningkatan permintaan akan ruang dan
sumberdaya, serta dinamika lingkungan pantai. Disamping itu perairan pesisir dipengaruhi oleh
interaksi dinamis antara masukan air dari lautan (ocean waters) dan air tawar (freshwater).
Berbagai macam aktivitas manusia yang dilakukan baik di daratan maupun di lautan juga
mendorong terjadinya perubahan lingkungan di wilayah pesisir. (Firmansyah dkk, 2014).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apa defenisi dari pasang surut air laut dan sedimentasi ?


2. Apa saja tipe-tipe dari pasang surut air laut dan sedimentasi?
3. Bagaimanakah pasang surut air laut dan sedimentasi di Indonesia?
C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui defenisi dari pasang surut air laut dan sedimentasi


2. Mengetahui tipe-tipe dari pasang surut air laut dan sedimentasi.
3. Mengetahui pasang surut air laut dan sedimentasi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pasang Surut Air Laut

A. Definisi Pasang Surut Air Laut

Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya
muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan
bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut air laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena
jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Menurut Nontji (2005), pasang surut adalah gerakan naik turunnya permukaan laut secara
berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27
juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6
juta km). sedangkan bulan, sebagai satelit kecil, jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160
km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan dari pada massa, sehingga bulan
memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap terjadinya pasang surut. Gaya tarik gravitasi
menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Pasang surut yang terjadi di bumi ada
tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan
pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

Gambar 1.1 Proses pasang surut air laut


Gambar 1.2 Pasang surut besar dan pasang surut kecil pada air laut

B. Teori Pasang Surut

1. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)

Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727).
Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang
seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini
menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit pasang surut dilakukan dengan
memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan
sistem bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan
kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit
pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya
sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan
matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah
pada dua lokasi (Gross, 1987).
Teori tersebut akan benar jika digunakan anggapan seluruh permukaan bumi tertutup
merata oleh air laut (equilibrium theory), jika hanya ada pengaruh bulan saja atau matahari saja,
tetapi tidak pengaruh keduannya secara bersamaan dan jika bulan atau matahari mempunyai orbit
yang benar-benar berupa lingkaran dan orbitnya tepat di atas khatulistiwa. Tetapi pada
kenyataannya anggapan tersebut tidak benar. Karena laut tidak meliputi bumi secara merata
tetapi terputus oleh benua dan pulau. Topografi dasar laut tidak rata mendatar tetapi sangat
bervariasi dari palung yang dalam, gunung bawah laut sampai paparan yang luas dan dangkal.
Demikian pula ada selat yang sempit dan panjang atau teluk berbentuk corong dengan dasar
melandai. Hal tersebut menimbulkan penyimpangan dari kondisi yang ideal dan menyebabkan
ciri-ciri pasang surut yang berbeda-beda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Selain itu posisi
kedudukan bulan dan matahari dalam orbit selalu berubah relatif terhadap bumi. Apabila bulan
dan matahari berada kurang lebih pada satu garis lurus dengan bumi, seperti pada saat bulan
muda atau bulan purnama maka gaya tarik keduanya akan saling memperkuat. Dalam keadaan
demikian terjadi pasang surut purnama (spring tide) dengan tinggi air yang maksimum melebihi
pasang biasa. Sebaliknya surutnya sangat rendah hingga lokasi dengan pantai yang landai bisa
menjadi kering sampai ke laut. Tetapi jika bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku
terhadap bumi maka gaya tarik keduanya akan saling meniadakan. Akibatnya perbedaan tinggi
air antara pasang dan surut kecil, keadaan ini dikenal dengan pasang perbani (neap tide)
(Nybakken, 1993).

Faktor-faktor penyebab pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan :

1. Rotasi bumi pada sumbunya

2. Reovolusi bulan terhadap matahri

3. Revolusi bumi terhadap matahari

2. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)

Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih
diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik
periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-
konstituennya. Gelombang pasang surut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali
dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga
sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut
menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit
pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan
selain GPP.

Faktor –faktor penyebab pasang surut berdasarkan teori dinamis :

1.Kedalaman perairan dan luas perairan

2.Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)

3.Gesekan dasar

Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah
arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan
bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin
meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya
juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Menurut Mac Millan
(1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut.
Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase
(Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin
dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori


kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi
bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat
beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi
dasarlaut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri
pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya
tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan
gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun
masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini
mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu
yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah
muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan
laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang
sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang
dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).

C. Tipe -Tipe Pasang Surut

Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi
air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi
terhadap gaya pembangkit pasang surut. Menurut Dronkers (1964), dapat dibagi menjadi 3 jenis
yaitu:

1. Pasang surut diurnal : Yaitu bila dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut.
Biasanya terjadi di laut sekitar khatulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal : Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
yang hampir sama tingginya.
3. Pasang surut campuran : Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati
maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) : Merupakan pasang surut yang hanya terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata.
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) : Merupakan pasang surut yang terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat
Malaka hingga Laut
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasang surut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut terkadang
dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini
terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi
terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang
berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

D. Manfaat pasang surut

1. Dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik


2. Dimanfaattkan untuk transportasi perairan
3. Dimanfaatkan untuk pembuatan garam
4. Dimanfaatkan sebagai kegiatan olahraga air
5. Sumber makanan dan mata pencaharian nelayan
E. Pasang Surut Di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera
Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis khatulistiwa sehingga
kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi
pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah
Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi.

Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari
Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimetri perairan yang kompleks dimana
terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut
membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian
(semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut
di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau
Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang
menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa.

Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar


3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal.
Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter.
Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura yang
mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua.

2.2 Definisi Sedimentasi

Sedimen adalah material bahan padat, berasal dari batuan yang mengalami proses
pelapukan, peluluhan (disintegration), pengangkutan oleh air, angin dan gaya gravitasi, serta
pengendapan atau terkumpul oleh proses atau agen alam sehingga membentuk lapisan-lapisan di
permukaan bumi yang padat atau tidak terkonsolidasi (Bates dan Jackson, 1987). Sedimen
permukaan dasar laut umumnya tersusun oleh: material biogenik yang berasal dari organisma;
material autigenik hasil proses kimiawi laut (seperti glaukonit, garam, fosfor); material residual;
material sisa pengendapan sebelumnya, dan material detritus sebagai hasil erosi asal daratan
(seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung). Sedimen menurut Lonawarta (1996) adalah lepasnya
puing-puing endapan padat pada permukaan bumi yang dapat terkandung di dalam udara, air,
atau es dibawah kondisi normal.

Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan.


Tekstur sedimen yaitu hubungan antara ukuran butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran
butir ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Komposisi sedimen merupakan acuan
terhadap mineral-mineral dan struktur kimia dalam batuan. Batuan klastik adalah batuan dimana
material penyusun utamanya berupa material detrital (misalnya batupasir dan serpihan). Batuan
nonklastik adalah batuan dimana material penyusun utamanya berupa material organik dan unsur
kimia (misalnya batugamping terumbu, halit, dan dolomit). Sedimen terutama terdiri dari
partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan kulit
(shell) serta sisa rangka dari organisme laut. Ukuran-ukuran partikel sedimen sangat ditentukan
oleh sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat di berbagai tempat di dunia
mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda satu sama lainnya.

 Skema Proses Sedimentasi


Gambar 1.5 Skema proses sedimentasi

Sedimentasi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan tenaga pengangkutnya, yaitu air,
angin, dan gletser. Serta berdasarkan tempat terjadinya sedimentasi itu sendiri. Yaitu sedimentasi
fluvial, marine, glasial dan teristis. Berikut kita bahas proses sedimentasi berdasarkan tenaga
pengangkutnya

1. Sedimentasi Aquatis

Proses Sedimentasi Aquarts


Sedimentasi Aquatis adalah sedimentasi yang dilakukan oleh air. Sedimentasi oleh air ini,
membawa materi melalui aliran air. Proses ini mengandalkan kekuatan aliran air. Disaat aliran
air kuat, maka materi akan terbawa, disaat aliran air melemah, maka materi akan mengendap
didasar.

Hal ini bisa kita umpamakan saat sedang meminum kopi atau teh. Saat kita mengaduk
gelas, terjadi putaran pada air, yang menyebabkan ampas kopi dan teh naik ke atas. Saat kita
diamkan, dan pusaran air mulai melemah, maka ampas kopi dan teh perlahan akan mengendap
ke bawah. Hal inilah yang terjadi pada proses sedimentasi oleh air. Sedimentasi aquatis dibagi
menjadi dua, yaitu fluvial dan marine.

A. Sedimentasi Fluvial

Sedimentasi fluvial adalah proses sedimentasi yang dilakukan olah air sungai dan
berlokasi di sungai. Sedimentasi oleh air sungai, biasanya terjadi di dataran rendah, akibat dari
sifat air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedimentasi ini, biasanya
juga menghasilkan pendangkalan di muara sungai. Oleh karena itu, daerah muara sungai lebih
berpotensi banjir. Sedimentasi fluvial, memiliki peran besar dalam memberi bentuk kepada
sungai- sungai. Sedimentasi fluvial dibagai ke dalam 5 kelompok. Pembagian ini terjadi karena
perbedaan lokasi pengendapan. Ke 6 bentuk sedimen ini adalah:

a. Alluvial
Alluvial atau alluvial fan adalah sebuah sungai yang mengalami perubahan kekuatan arus
secara cepat. Akibatnya, materi yang terbawa, terendap secara tiba- tiba di dasar. Endapan ini
biasanya berbentuk kerucut, akibat perubahan arus yang cepat. Alluvial biasanya terjadi di
sekitar lereng pegunungan maupun dasar lembah.

b. Meander
Meander adalah sungai yang berkelok-kelok. Kelokan-kelokan ini terjadi akibat
pengendapan yang terjadi di tikungan- tikungan sungai. Aliran sungai di sekitar tikungan sungai
memiliki arus yang lebih lemah dari pada aliran yang berada di luar tikungan. Akibatnya,
pengendapan terjadi di dalam tikungan, dan erosi terjadi di luar tikungan, sehingga membentuk
lekukan- lekukan sungai yang cantik
c. Dataran Banjir
Dataran banjir atau disebut floodplain adalah dataran yang berada di sebelah kanan dan
kiri sungai. Dataran ini terus mendapat pengendapan materi yang dibawa oleh air secara terus
menerus. Akibatnya, sekitar bagian kanan dan kiri sungan lebih tinggi dari daerah sekitarnya.
Dataran ini disebut dataran banjir, karena saat volume air sedang tinggi, dataran ini akan
mengalami kebanjiran, dengan menyisakan sedikit sisa dataran yang lebih tinggi. Tapi saat air
mulai surut, dataran ini akan muncul kembali. Saat air surut itulah, materi menjadi terendap di
kanan dan kiri sungai

d. Danau Tapal Kuda


Danau tapal kuda atau oxbow adalah sungai yang terputus, akibat adanya pengendapan
terus menerus. Sungai ini, biasanya berbentuk seperti tapal kuda. Pengendapan ini, menyebabkan
salah satu dari tikungan yang ada di sungai terputus, dan menyebabkan sungai baru yang
tersendiri.

e. Delta
Delta adalah tanah luas yang berada disekitar muara. Delta terbentuk dari hasil endapan
material yang berlangsung secara terus menerus. Terjadinya delta, akibat dari terendapnya pasir
di dasar sungai, sedangkan lumpur dan batuan tetap terbawa hingga ke laut. Untuk menjadi delta,
dibutuhkan banyak materi sedimen yang dibawa oleh air, muara memiliki arus yang tidak
kencang dan dangkal.

B. Sedimentasi Marine
Sedimentasi marine adalah sedimentasi yang terjadi oleh air laut dan terjadi di laut.
Sedimentasi ini, terjadi akibat dari perubahan arus laut, yang mengendapkan materi kedalam
dasar laut. Sedimentasi ini juga terjadi akibat adanya air pasang dan air surut. Air pasang
membawa material, lalu saat surut, material itu mengendap. Pengendapan yang terus bertumpuk,
menyebabkan endapan ini naik ke permukaan laut. Sehingga membentuk pulau- pulau atau
dataran kecil yang indah. Ada 5 bentuk yang terjadi akibat dari sedimentasi marine.

 Spit – Spit adalah dataran panjang yang berada di sekitar pantai. Dataran ini terjadi akibat arus
pantai yang membawa materi endapan ke laut, dan mengendap di dasar laut. Materi ini, berasal
dari pasir di sekitar pesisir pantai. Spit dapat terus semakin panjang, jika terus terjadi arus laut
yang membawa materi endapan ke laut.
 Tombolo – Tombolo adalah jembatan alami yang menghubungkan pulau besar dengan pulau
kecil di dekatnya. Proses terjadinya tombolo sama dengan spit. Tombolo biasa dijadikan sebagai
jembatan untuk menuju pulau di tengah laut oleh masyarakat.
 Penghalang Pantai – Penghalang pantai adalah, tanggul alami yang terbentuk akibat
sedimentasi. Penghalang pantai, pada dasarnya adalah spit yang terus memanjang, dan mengitari
bibir pantai. Sehingga seperti tanggul.
 Gosong – Gosong adalah dataran kecil yang terbentuk di tengah- tengah laut. Gosong terjadi
akibat perubahan arus laut yang terjadi secara tiba- tiba. Berbeda dengan alluvial yang biasanya
berbentuk seperti kerucut, gosong berbentuk datar, rata, dan lebar.
 Nehrung – Nehrung adalah bukit pasir yang berada di sekitar pantai. Air laut yang menuju
pantai, membawa materi, yang kemudian mengendapkannnya di pantai

2. Sedimentasi Aeris

Proses Sedimentasi Aeris

Sedimentasi Aeris adalah sedimentasi yang dilakukan oleh angin. Angin membawa
materi- materi endapan, dan menjatuhkannya ke darat saat kekuatan dari angin itu
melemah. Materi yang dibawa oleh angin biasanya adalah tanah pasir. Endapan pasir
yang terus bertumpuk, makin lama akan menjadi gundukan.
Gundukan ini disebut sebagai bukit pasir. Gundukan ini juga bisa disebut
sebagai Sand Dune atau gumuk pasir. Gundukan pasir ini, mudah kita jumpai disekitar
gurun maupun disekitar pantai Dilihat dari tempat, sedimentasi oleh angin ini termasuk
dalam sedimentasi teristris. Sedimentasi teristris adalah sedimentasi yang terjadi di darat.

3. Sedimentasi Gletser

Proses Sedimentasi Glasial

Sedimentasi glasial adalah sedimentasi yang dilakukan oleh es atau gletser. Sedimentasi
ini terjadi karena adanya moraine. Moraine adalah batu kerikil, pasir, dan materi lainnya yang
terbawa oleh es, dan mengendap. Sedimentasi oleh gletser juga mengelir dari tempat yang tinggi
ke tempat yang rendah. hal ini menyebabkan pengendapan terjadi di ujung gletser, yang
menyebabkan perubahan bentuk gletser dari V menjadi U. Sedimentasi oleh gletser, termasuk
dalam sedimentasi glasial. sedimentasi glasial adalah sedimentasi yang terjadi di gletser.
Terdapat 4 bentuk sedimentasi yang dilakukan oleh es, yaitu:

1. Oscar : Sedimen yang berbentuk punggung sempit dan panjang


2. Kame : Sedimen yang berbentuk dataran tinggi.
3. Drumlin : Sedimen yang berbentuk bukit kecil
4. Till Plain : Sedimen yang berbentuk dataran.

A. Jenis-Jenis Sedimen

Chester (1993) membagi sedimen laut menjadi 2 kelompok yaitu:


1. Nearshore sediment, sebagian besar endapan sedimennya dipengaruhi kuat oleh
kedekatannya dengan daratan sehingga mengakibatkan kondisi fisika kimia dan biologi
sedimen ini lebih bervariasi dibandingkan dengan deep-sea sediment.
2. Deep-sea sediment, sebagian besar mengendap di perairan dalam di atas 500 m dan
banyak faktor seperti jauhnya dari daratan, reaksi antara komponen terlarut dalam kolom
perairan serta hadirnya biomassa khusus yang mendominasi lingkungan laut dalam yang
menyebabkan sedimen ini merupakan habitat yang unik di planet dan memiliki
karateristik yang sangat berbeda dengan daerah continental / near shore.

Menurut asalnya Garrison (2006) menggolongkan sedimen ke dalam 4 bagian yaitu:

1. Sedimen Terrigenous

Jenis sedimen ini berasal dari erosi yang berasal dari benua atau pulau, letusan gunung
berapi dan segumpalan debu. Sedimen ini lebih dikenal dengan batuan yang berasal dari gunung
berapi seperti granit yang bersumber dari tanah liat dan batuan kwarsa yang menjadi dua
komponen penyusun sedimen terrigenous.

2. Sedimen Lithogenous

Sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Hal ini diakibatkan karena
adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti adanya pemanasan dan pendinginan terhadap
batu-batuan yang terjadi secara terus-menerus. Partikel-partikel ini diangkut dari daratan ke laut
oleh sungai-sungai. Begitu sedimen mencapai lautan, partikel-partikel yang berukuran besar
cenderung untuk lebih cepat tenggelam dan menetap dari yang berukuran lebih kecil. Kecepatan
tenggelamnya partikel-partikel ini telah dihitung, dimana jenis partikel pasir hanya memerlukan
waktu kira-kira 1,8 hari untuk tenggelam dan menetap di atas lapisan atas dasar laut yang
mempunyai kedalaman 4.000 meter. Sedangkan jenis partikel lumpur yang berukuran lebih kecil
membutuhkan waktu kira-kira 185 hari dan jenis partikel tanah liat membutuhkan waktu kira-
kira 51 tahun pada kedalaman kolom air yang sama. Oleh karena itu tidaklah mengherankan
jikalau pasir akan segera diendapkan begitu sampai di laut dan cenderung untuk mengumpul di
daerah pantai (Hutabarat dan Stewart, 2000).
3. Sedimen Biogenous

Sedimen ini berasal dari sisa-sisa rangka organisme hidup. Jenis sedimen ini digolongkan
ke dalam dua tipe utama yaitu calcareous dan siliceous ooze. Material siliceous dan calcareous
pada waktu itu di ekstrak dari laut dengan aktivitas normal dari tanaman dan hewan untuk
membangun rangka dan cangkang. Kebanyakan organisme yang menghasilkan sedimen
biogenous mengapung bebas di perairan seperti plankton. Sedimen biogenous paling berlimpah
dimana cukup nutrien yang mendorong produktivitas biologi yang tinggi, selalu terjadi pada
wilayah dekat continental margin dan area upwelling. Thurman dan Trujillo (2004) menyatakan
bahwa dua campuran kimiawi yang paling umum terdapat dalam sedimen biogenous adalah
calcium carbonat (CaCO3), dimana tersusun dari mineral calcite) dan silica (SiO2). Seringkali
silica secara kimiawi dikombinasikan dengan air untuk menghasikan SiO2 dan nH2O.

4. Sedimen Hydrogenous

Sedimen hydrogenous terdiri dari mineral yang mempercepat proses presipitasi dari laut.
Jenis partikel ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Reaksi kimia yang terjadi
disini bersifat sangat lambat, dimana untuk membentuk sebuah nodule yang besar diperlukan
waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama sekali jika nodule
telah terkubur di dalam sedimen. Di pusat perputaran, jauh dari benua, partikel sedimen
terakumulasi sangat lambat (Garrison, 2006).

B. Bentuk Sedimen

Berdasarkan hasil observasi Dahuri (2008) komposisi material sedimen yang


terklasifikasi pada pantai Sindulang Satu yaitu: pasir halus, pasir sedang, pasir sangat halus, pasir
kasar dan kerikil, selain itu didapati juga debu dan batu. Rataan empirik dari distribusi
granulometri sedimen yang terbanyak diperoleh yaitu: pasir halus dengan penyortiran tersortir
buruk, nilai kemencengan asimetris ke ukuran kecil dan simetris granulometri yang
peruncingannya mesokurtik. Faktor hidrodinamika yang berperan dalam transport sedimen pada
daerah pantai Sindulang Satu adalah arus pasut.
Berdasarkan hasil pengamatan megaskopis dan mikroskopis sedimen permukaan dasar
laut Perairan Tambelan, tekstur sedimen dapat diklasifikasikan menjadi lempung, lempung
lanauan, lempung pasiran, lanau lempungan, lanau, pasir lempungan, pasir lanauan, pasir (sangat
halus sampai sangat kasar), pasir kerakalan dan kerakal. Sedimen berbutir kasar dengan
kandungan kerikil-pasir kuarsa dijumpai di wilayah selat, sedangkan sedimen yang lebih halus
diendapkan di laut terbuka. Komposisi mineral karbonat atau gamping meningkat pada sedimen
sekitar pulau karang dan terumbu karang. Mineral ini juga dijumpai pada sedimen laut terbuka
dan pantai berpasir, namun tidak teridentifikasi pada hutan bakau. Komponen tumbuhan berupa
serasah dalam sedimen hutan bakau menunjukkan peningkatan proporsi dibandingkan dengan
wilayah lain. Batubara juga ditemukan pada sedimen hutan bakau (Isnaniawardhani, 2010).

C. Fenomena Sedimentasi di Daerah Intertidal

Pengendapan merupakan proses terbawanya material hasil pengikisan dan pelapukan oleh
air, angin, atau gletser ke suatu wilayah kemudian diendapkan. Semua batuan dan material hasil
pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi suatu batuan yang
dinamakan batuan sedimen. Batuan sedimen yang kemudian terakumulasi ini lama-kelamaan
akan menjadi suatu bentuk bentang alam di bumi. Bentuk bentang alam yang dihasilkan dari
proses pengendapan ini akan berbeda disuatu tempat dan tempat lainnya berdasarkan media yang
menjadi pembawa material endapan. Jenis pengendapan berdasarkan media pengangkutnya
antara lain (Hallaf, 2006):

1. Pengendapan oleh air sungai. Pengendapan ini terjadi karena pengikisan daerah aliran
sungai oleh arus sungai.
2. Pengendapan oleh air laut. Pengendapan ini biasa terjadi karena adanya pengaruh arus
dan gelombang di daerah pesisir laut. Batuan sedimen hasil pengendapan oleh air laut
disebut sebagai sedimen marine.
3. Pengendapan oleh angin. Pengendapan yang terjadi oleh angin dapat terjadi apabila
material (pasir) disuatu tempat terkikis oleh angin dan kemudian diendapkan di suatu
tempat dan menjadi gumuk pasir (sand dune). Pengendapan ini dapat terjadi di daerah
pantai maupun gurun. Batuan hasil pengendapannya disebut sedimen aeolis.
D. Manfaat Sedimen

Sedimen laut terdiri dari bahan organic dan anorganic, sedimen dari bahan organic
biasanya berasal dari sisa-sisa mahluk hidup yang mati dari tumbuhan maupun hewan laut.
Biasanya sedimen organic ini dimanfaatkan oleh hewan laut dalam untuk sumber makannya.
Ada pula sedimen laut dimanfaat untuk tempat perlindungan dari bahaya predator, dengan
demikian sedimen di dasar laut dalam sebagai ekosistem baru bagi hewan laut dalam. Sedimen
organic juga dapat dirubah oleh detritus menjadi ion (Rifardi, 2008).

Menurut Fahmi (2009), sebuah solusi inovatif untuk menyimpan karbon dioksida yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, yang mana kini semakin menumpuk di atmosfer dan
menyebabkan pemanasan global dapat disimpan di dalam sedimen yang ada di dasar lautan. Hal
ini dilakukan karena telah ditemukan bahwa sedimen di laut dalam dapat menyediakan tempat
yang permanen dan tak terbatas untuk menyimpan gas rumah kaca dan diperkirakan bahwa
sedimen yang berada di lantai samudera wilayah Amerika cukup luas untuk menyimpan emisi
karbon dioksida nasional untuk ribuan tahun yang akan datang.

E . Tipe-Tipe Sedimentasi

Menurut Azizah (2014) Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan pertikel untuk
berinteraksi, sedimentasi dapat diklasifikasikan kedalam 4 tipe, yaitu:

1. Settling tipe I: merupakan pengendapan partikel diskret, partikel mengendap secara


individual dan tidak ada interaksi antar-partikel.
2. Settling tipe II: merupakan pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar-partikel
sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah.
3. Settling tipe III: merupakan pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antar-
partikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap.
4. Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikelyang telah mengendap yang tejadi karena
berat partikel.
F. Proses Terjadinya Sedimentasi

Berdasarkan tempat pengendapan dan tenaga yang mengendapkannya, proses


sedimentasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Sedimentasi fluvial, merupakan proses prngendapan materi yang diangkut oleh sungai
dan diendapkan disepanjang aliran sungai, danau, waduk, atau muara sungai. Hasil
bentuknya antara lain delta dan bantaran sungai.
2. Sedimentasi eolis (sedimentasi teresterial) merupakan proses pengendapan materi yang
diangkut oleh angin. Bentuknya antara lainberupa gugus pasir (sand dunes) atau
gundukan pasir yang seringkali ditemukan di pantai.
3. Sedimentasi laut (marine sedimentation) merupakan hasil abrasi pantai yang kemudian
diendapkan kembali disepanjang pantai. Contoh hasil bentukannya, antara lain endapan
puing karang (beach), endapan gosong pasir (bar), dan endapan pasir yang
menghubungkan dua pulau (tombolo).

Sedimen di dalam sungai, terlarut atau tidak terlarut, merupakan produk dari pelapukan
batuan induk yaitu partikel-partikel tanah. Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka
berlangsunglah pengangkutan sedimen. Kecepatan pengangkutan sedimen merupakan fungsi dari
kecepatan aliran sungai dan ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil seperti tanah
liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash load). Pasir halus bergerak
dengan cara melayang (suspended load), sedang partikel yang lebih besar antara lain, pasir kasar
cenderung bergerak dengan cara melompat (saltation load). Partikel yang lebih besar dari pasir,
misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan cara merayap atau menggelinding di dasar sungai (bed
load). Karena bed load senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik
(agradasi), tetapi kadang-kadang turun (degradasi) dan naik turunnya dasar sungai disebut
alterasi dasar sungai (river bed alterasion). Wash load dan suspended load tidak berpengaruh
pada alterasi dasar sungai, tetapi dapat mengendap di dasar-dasar waduk atau muara-muara
sungai. Penghasil sedimen terbesar adalah erosi permukaan lereng pegunungan, erosi sungai
(dasar dan tebing alur sungai) dan bahan-bahan hasil letusan gunung berapi yang masih aktif
(Azizah, 2014)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan pada makalah ini yaitu :

1. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan
air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Sedaangkan
Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Tekstur
sedimen yaitu hubungan antara ukuran butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran butir
ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
2. Tipe-tipe pasang surut dibedakan menjadi beberapa yaitu tipe pasang surut diurnal, pasang
surut semi diurnal dan pasang surut campuran sedangkan tipe sedimentasi adalah sebagai
berikut :
1. Settling tipe I: merupakan pengendapan partikel diskret, partikel mengendap secara
individual dan tidak ada interaksi antar-partikel.
2. Settling tipe II: merupakan pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar-partikel
sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah.
3. Settling tipe III: merupakan pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antar-
partikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap.
4. Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikelyang telah mengendap yang tejadi karena
berat partikel.
3. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu
Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa
sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan aruslaut cukup besar. Hasil
pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah
lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Sedangkan
sedimentasi yang ada diindonesia sangat beragam diantaranya sedimentasi yang ada pada
laut itu sendiri maupun sedimentasi pada pertemuan air laut dan sungai misalnya Fluvial,
Limnis serta Indonesia merupakan Negara dengan sedimentasi tertinggi disunia yakni lebih
dari 250 ton per tahun.

B. Saran

Dengan penyusunan Makalah Pasang Surut Air Laut Dan Sedimentasi Pada Pantai ini,
penulis belajar cukup banyak mengenai teori dasar pasang surut air laut dan sedimentasi pada
pantai, tetapi menurut pendapat penulis, dibutuhkan bimbingan dari dosen mata kuliah untuk
memahami lebih lanjut mengenai topik makalah ini serta penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca sekalian. Implementasi dan manfaat mempelajari pasang surut air laut
dan sedimentasi sangat berguna dalam kelangsungan hidup, terutama yang menetap di sekitar
pantai dan dekat dengan perairan, mempelajari pasang surut air laut dalam bermanfaat dalam
pembangunan pelabuhan, dan bangunan-bangunan disekitar pinggiran daerah perairan.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Indah. 2014. Makalah Sedimentasi.


Bates, R. L., and Jackson, J. A. 1987. Glossary of Geology, third edition. American Geological
Institute, page : 598
Chester, R. 1993. Marine Geochemistry. Unwin Hyman Ltd. London. Dale, E. I. dan William J.
W. 1989. Oceanography : An Introduction. 3th Edition.Wadsworth Publishing Company
Belmart. California.
Dahuri. R. J . Rais, S.P Ginting. dan M. J. Sitepu., 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Erlangga, Yowanda. 2015. Makalah Tentang Sedimentasi.
Fahmi, Ahmad. 2009. Tingkat pencemaran Logam Berat Dalam Air Laut dan Sedimen Perairan.
LIPI. Ternate, Maluku Utara
Firmansyah, M. Sigit dkk. 2014. Analisa Butiran Sedimen Pantai Goa China Malang Selatan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Malang.
[Laporan Praktikum]
Garrison, T. 2006. Essentials of Oceanography. 4ed. Thomson Learning, Inc.USA.
Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall. Inc. Englewood Cliff : New
Jersey.

Hallaf, Abdul. 2006. Modul Geomorfologi Indonesia. UNM: Geografi


http://www.tapike.com/2015/06/makalah-tentang-sedimentasi.html.
http://sainsgeografi.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pasang-surut-air-laut.html diakses pada 11
April 2019

http://hedrianakpuosu.blogspot.co.id/2014/07/makalah-pasang-surut.html diakses pada 11 April


2019

http://indahandblog.blogspot.com/2014/02/makalah-sedimentasi.html. (Di akses pada


10 Juni 2015, pada pukul 14:27)
Hutabarat, S. dan S. M. Evans. 2000. Pengantar Oseonografi. UI Press. Jakarta.
Isnaniawardhani, Vijaya. 2010. Tipe Sedimen Permukaan Dasar Laut Selatan Dan Utara
Kepulauan Tambelan Perairan Natuna Selatan. Fakultas Teknik Geologi, Universitas
Padjadjaran. Bandung
King, C. A. M. 1966. An Introduction to Oceanography. Mc Graw Hill Book Company, Inc.
New York : San Francisco.

Lonawarta. 1996. Mengenal Sedimen Laut. 1996. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Puslitbang Oseanologi. Balitbang Sumberdaya Laut Ambon.

Nybakken, J.W., 1992. (Terjemahan : H.M. Eidman et al) Biologi Laut Suatu Pendekatan
Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rifardi. 2008. Ekologi Laut Modern. Unri Press. Pekanbaru


Thurman, H. V. and A. P. Trujillo. 2004. Introductory Oceanography. Pearson Prentice Hall.
New Jersey. 608 hlm.

Anda mungkin juga menyukai