Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Lignoselulosa 2018 P04

Cibinong, 19 September 2018

Optimasi Suhu Aktivasi Pada Pembuatan Arang Aktif Berbahan Dasar


Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
Mamay Maslahat1, Dian Arissujaya1, Siti Lismayani1
1
PS Kimia Fakultas MIPA Universitas Nusa Bangsa,
Jl. KH Sholeh Iskandar KM.4 Tanah sareal, Bogor, 16166

*correspondency: maymaslahat.sasmita@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan optimasi suhu aktivasi terhadap arang tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Parameter analisis
yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, daya serap terhadap iod dan zat warna biru metilen. Variasi suhu yang
digunakan adalah 600, 700, dan 800 oC. Metode gravimetri digunakan pada analisis kadar air dan kadar abu, sedangkan
metode titrimetri ditujukan untuk analisis daya serap iod, serta metode spektrofotometri pada analisis daya serap zat warna
biru metilen. Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu aktivasi 800 oC merupakan suhu terbaik dengan kadar air sebesar 0,2
%, kadar abu sebesar 20,54 %, dan daya serap terhadap iod adalah 1236.25 mg/g, serta daya serap terhadap zat warna biru
metilen adalah 97,7%.

Kata kunci: limbah TKKS, suhu aktivasi, lignoselulosa, arang aktif

ABSTRACT
Optimization of activation temperature of empty fruit bunches of palm oil charcoal was done. Active charcoals
were characterized for its water content, ash content, iodine and methylene blue dye absorption. The temperature variations
used were 600, 700 and 800 °C. Gravimetric, titrimetric and spectrophotometric methods were used in order to determine the
moisture and the ash content, the iodine absorption analysis and the absorption analysis of methylene blue dye, respectively.
The results showed that the optimum activation temperature was 800 °C with the best moisture content around 0.2 %, the ash
content around 20.54%, the absorption capacity of iodine was 1236.25 mg/g, and the efficiency of absorption to the
methylene blue dye was 97.7%.

Keywords: empty fruit bunch, palm oil, temperature, activated charcoal, lignocellulose

46
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2018
Cibinong, 19 September 2018

PENDAHULUAN dihasilkan didinginkan dan dilakukan penggilingan.


Aktivasi arang dilakukan pada suhu 600, 700, 800°C
Produksi kelapa sawit di Indonesia pada masing-masing selama 3 jam. Uji Kualitas Arang
tahun 2011 meningkat dibandingkan tahun Aktif TKKS dilakukan untuk parameter analisis kadar
sebelumnya hingga mencapai 22.508.011 ton (Badan air, kadar abu, daya serap iod, dan daya serap terhadap
Pusat Statistik, 2012). Pengolahan kelapa sawit biru metilen. Hasil analisis dibandingkan dengan
menjadi minyak sawit menghasilkan beberapa jenis Standar Nasional Indonesia (SNI) No.06-3730-1995
limbah, diantaranya Tandan kosong kelapa sawit tentang arang aktif.
(TKKS). TKKS yang tidak tertangani menyebabkan
bau busuk dan menjadi tempat bersarangnya serangga, Penetapan kadar air
lalat atau kumbang sehingga dapat mencemari
lingkungan dan menyebabkan bibit penyakit. Di satu Sebanyak 1 gram karbon aktif ditimbang dan
sisi, TKKS memiliki kandungan homoselulosa tinggi dianggap sebagai massa mula- mula, kemudian
yaitu 56,49%, yang terdiri dari selulosa 33,25% dan dipanaskan dalam oven pada suhu 110°C selama 3
hemiselulosa 23,24%. Kadar lignin pada tanaman ini jam. Selanjutnya karbon aktif tersebut dimasukkan
adalah 25,83%. Komponen utama dari limbah kelapa dalam desikator hingga kering dan diperoleh massa
sawit berupa lignin dan selulosa sehingga limbah ini yang konstan (Akbar, 2011).
disebut sebagai limbah lignoselulosa. Selulosa adalah
Kadar air arang aktif dihitung dengan rumus sebagai
polisakarida berantai lurus yang mengandung lebih
berikut:
dari 1000 unit glukosa, terikat oleh ikatan beta 1,4
glikosida, dan dapat didegradasi menjadi senyawa C B0 (g)−B1 (g)
sederhana. Sedangkan lignin merupakan senyawa KA (%) = x 100
B0
yang sulit untuk didegradasi (Orth et al. 1993 dalam
Maslahat, 2012). Senyawa ini merupakan polimer Keterangan:
struktual yang berasosiasi dengan selulosa dan B0 : bobot contoh awal
hemiselulosa. Berdasarkan hal tersebut maka TKKS B1 : bobot kering
berpotensi dijadikan karbon aktif. Proses pembuatan KA : kadar air
arang aktif dilakukan dengan dua tahapan yakni
karbonisasi pada suhu 400 °C dan aktivasi secara Penetapan kadar abu
fisika. a.
Sebanyak satu gram karbon aktif ditimbang dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk dianggap sebagai massa mula- mula, kemudian
mengetahui suhu optimum aktivasi arang TKKS yang dipanaskan pada suhu 600°C selama 4 jam. Setelah
dapat memenuhi kualitas arang aktif sesuai SNI selesai tutup furnace dibuka selama satu menit untuk
No.06-3730-1995. menyempurnakan proses pengabuan. Selanjutnya
dimasukkan dalam desikator hingga kering dan
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN diperoleh massa konstan sebagai massa abu (Akbar,
Bahan dan alat 2011). Kadar abu arang aktif dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
Bahan yang digunakan meliputi limbah B1(g)
tandan kosong kelapa sawit, larutan Na 2 S 2 O 3 0,1N, KA (%) = x 100
B2 (g)
Na 2 CO 3 . larutan iodin 0,1 N, kertas saring, kalium
dikromat, HCl 4N, KI 10%, larutan amilum 1%, Keterangan:
akuades dan biru metilen. Peralatan yang digunakan B1 : bobot abu
yaitu penggiling atau penumbuk, tanur (Thermo B2 : bobot contoh awal
Scientifict), oven (Autonics TZN4W), penyaring 60 KA : kadar abu
mesh, timbangan analitik, cawan porselin, spatula,
wadah plastik, magnetic stirer, botol timbang, corong, Penetapan daya serap iod
labu ukur, statif, desikator, buret, alat gelas dan UV-
Vis spektrofotometer (Optizen). Sebanyak satu gram karbon aktif ditimbang
dan dikeringkan pada suhu 110 °C selama 3 jam.
Kemudian didinginkan dalam desikator. Selanjutnya
Metode ditambahkan 50 ml larutan iodin 0,1 N dan diaduk
dengan magnetic stirrer selama 15 menit. Campuran
Pengambilan sampel TKKS dilakukan di PT disaring dan diambil sebanyak 10 mL filtrat.
Perkebunan Nusantara VIII Kelapa Sawit Cikasungka, Kemudian filtrat dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,1
Cigudeg, kabupaten Bogor. TKKS dicacah, dicuci N sampai warna kuning berkurang. Selanjutnya
menggunakan air mengalir, dikeringkan di bawah ditambahkan beberapa tetes amilum 1 % dan dititrasi
matahari selama 1 minggu, selanjutnya dikarbonisasi kembali sampai larutan tidak berwarna. Titrasi juga
pada suhu 400 °C selama 6 jam. Arang TKKS yang
47
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2018
Cibinong, 19 September 2018

dilakukan untuk larutan blanko yaitu titrasi terhadap menyempurnakan dan meratakan pada proses
larutan iod tanpa penambahan karbon aktif (Akbar, karbonisasi. Setelah bahan dipotong/dicacah bahan
2011). dicuci menggunakan air mengalir kemudian
Daya serap terhadap larutan iod (mg/g) = dikeringkan di bawah matahari selama 1 minggu,.
A-(fp x B x V) Pencucian dan pengeringan bahan dari kotoran
W bertujuan agar bahan tidak berjamur dan memudahkan
Keterangan: proses karbonisasi.
W : bobot arang aktif (g)
Fp : faktor pengenceran
V : volume Na 2 S 2 O 3 0,1N
A : N2 x 12693,0
B : N1 x 126,93
N1 : Normalitas Na 2 S 2 O 3
N2 : Normalitas I 2

Daya serap metilen biru Gambar 1. TKKS sesudah dicacah dan dikeringkan

Karbon aktif TKKS dipanaskan terlebih dahulu


dalam oven dengan suhu (105±5) ◦C selama 1 jam,
kemudian didinginkan di dalam desikator. Setelah itu, Pembuatan dan aktivasi arang aktif
ditimbang sebanyak 0,5 g ke dalam erlenmeyer dan Proses pembuatan arang aktif dilakukan
ditambahkan 50 mL larutan biru metilen 50 ppm. dengan 2 tahap yaitu proses karbonisasi dan aktivasi.
Campuran diaduk selama 30 menit, kemudian disaring TKKS yang telah kering tersebut dikarbonisasi pada
untuk memisahkan biru metilen dan arang aktif tangki pirolisis dengan suhu 400 ∘C selama 6 jam.
TKKS. Filtrat diambil dan diukur absorbansinya Pada suhu tersebut kandungan air serta senyawa lain
dengan spektrofotometer UV-VIS merk optizen yang mudah menguap dianggap sudah hilang
dengan menggunakan panjang gelombang maks 664 sehingga, pori-pori arang terbuka tetapi jumlahnya
nm. Kurva standar larutan biru metilen dibuat dengan masih relatif sedikit. Pada proses ini massa awal
kosentrasi antara 1 sampai 6 ppm, lalu absorbansi TKKS 16,000 gram menghasilkan arang TKKS
salah satu larutan diukur pada panjang gelombang sebanyak 1,200 gram atau sekitar 7,5% arang.
600-700 nm untuk mendapatkan panjang gelombang
maksimum 664 nm. Selanjutnya dihitung kapasitas Secara sederhana arang TKKS dapat diamati
adsorpsi (Q) dan efisiensi adsorpsinya (EP) (Akbar, dari faktor fisiknya berupa arang hasil karbonisasi
2011). berwarna hitam. Setelah proses karbonisasi telah
selesai, kemudian dilanjutkan dengan proses
�Vx (Ca−Cb)�x fp penggilingan/penumbukan arang, arang diayak
Q (mg/g) = W menggunakan saringan 60 mesh. Pengayakan ini
Ca−Cb
EP (%) = x 100% dimaksudkan agar arang lebih berukuran homogen
Ca
dan memiliki permukaan yang lebih luas. Penghalusan
Keterangan: melalui pengayakan ini akan memperkecil ukuran
Q : kapasitas adsorpsi partikel arang. Ukuran partikel ini akan
EP : efisiensi adsorpsi mempengaruhi luas permukaan karbon aktif yang
V : volume biru metilen (mL) dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel arang /
Ca : kosentrasi awal biru metilen (ppm) karbon akan memperbesar luas permukaan karbon
Cb : kosentrasi akhir biru metilen (ppm) yang dapat melakukan kontak sewaktu proses aktivasi
Fp : faktor pengenceran sehingga lebih banyak karbon yang teraktivasi dan
W : bobot arang aktif (g) semakin banyak pori-pori yang terbentuk pada setiap
partikel karbon (Alfiany et al. 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengambilan dan preparasi sampel TKKS
Arang yang dihasilkan berasal dari limbah
tandan kosong kelapa sawit, diperoleh dari areal
perkebunan PT Perkebunan Nusantara VIII Kelapa
Sawit Cikasungka Cigudeg kabupaten Bogor. Pada
preparasi, sampel TKKS mula-mula dilakukan
pemotongan/pencacahan bahan dengan tujuan untuk
Gambar 2. Foto penampakan TKKS sesudah dikarbonisasi

48
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2018
Cibinong, 19 September 2018

2.5 2.17
2

Kadar Air (%)


1.5
1
0.5 0.31 0.2
0
Gambar 3. Foto arang TKKS yang sudah dihaluskan 600 700 800
Suhu Aktivasi (◦C)

Gambar 5. Kadar air arang aktif TKKS pada berbagai suhu


karbonisasi

Kadar abu arang aktif

Pada uji kadar abu karbon aktif diperoleh hasil


Gambar 4. Foto arang TKKS yang sudah diaktivasi
yang tinggi yaitu 20,54 – 24,87%, ini menunjukan
Arang aktif dibuat dengan 3 variasi suhu banyaknya oksida-oksida logam yang terdiri dari
yakni 600, 700, dan 800 °C selama 3 jam, bertujuan mineral masih terdapat pada arang atau tidak menguap
melihat suhu optimum untuk menghasilkan arang aktif pada proses pengabuan. Hasil tersebut tidak
yang cukup baik. Pembuatan arang aktif yang memenuhi kualitas arang aktif sesuai SNI 06-3730-
berkualitas baik sangat tergantung pada bahan baku 1995 yaitu maksimal 10%. Hal ini diduga karena pada
dan cara pengaktifannya (Kinanti, 2017). Standar yang proses aktivasi yang tidak sempurna karena kondisi
digunakan untuk mengetahui kualitas dari arang aktif tanur yang kurang stabil. Hasil analisis kadar abu
adalah SNI 06-3730-1995 tentang persyaratan arang ditunjukan pada Gambar 6.
aktif.
30 24.52 24.87
Tabel 1. Persyaratan Arang Aktif SNI No. 06-3730-1995 20.54
Kadar Abu (%)

Sumber: Badan Standar Nasional Indonesia 20


Persyaratan Parameter
10
Kadar Air Maks 15% 0
Kadar Abu Maks 10%
600 700 800
Daya Serap Iod Min 750mg/g
Daya Serap Biru Metilen Min 120mg/g Suhu Aktivasi (◦C)

Gambar 6. Kadar abu arang aktif TKKS pada berbagai suhu


Kualitas arang aktif TKKS karbonisasi
Kadar air arang aktif TKKS
Penetapan kadar air bertujuan untuk
mengetahui sifat higroskopis arang aktif. kadar air Daya serap arang aktif TKKS terhadap iod
arang aktif yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar
Hasil daya serap karbon aktif terhadap iod
antara 0 - 2%, hasil ini memenuhi standar kualitas
disajikan pada Gambar 7. Nilai daya serap arang aktif
arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 yaitu
TKKS telah memenuhi Standar Nasional Indonesia
maksimal 15% untuk arang aktif bentuk serbuk.
(SNI) 06-3730-1995 dengan nilai lebih dari 750 mg/g
Secara keseluruhan kadar air hasil penelitian ini relatif
untuk seluruh variasi suhu aktivasi 600, 700, 800 oC.
kecil, hal ini menunjukan bahwa kandungan air yang
Hal ini senada dengan penelitian Rachmani dan
terikat pada bahan baku yang telah dikarbonisasi
Sudibandriyo (2014) tentang TKKS sebagai bahan
keluar terlebih dahulu sebelum diaktivasi. Kadar air
baku karbon aktif dan menggunakan proses aktivasi
yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 5.
kimia hasilnya memberikan nilai penyerapan terhadap
iod 807,54 m2/g yang sesuai dengan SNI,
menunjukkan bahwa luas permukaan karbon aktif
berbahan dasar TKKS lebih baik dari karbon aktif
berbahan dasar batu bara. Aktivasi dengan suhu
49
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2018
Cibinong, 19 September 2018

pemanasan hingga 1000 oC pernah dilakukan pada


karbon aktif berbahan dasar tempurung kelapa dan
menghasilkan nilai serapan iod 586,318 mg/g (Idrus et
al. 2013).

1236.26
1250
Serapan Iod (mg/g)

1200
a b c
1150 1,123.871
1096.56
1100 Gambar 9. Hasil Daya Serap Karbon Aktif
terhadap Biru Metilen, (a) Aktivasi Suhu 600◦C,
1050 (b) Aktivasi Suhu 700◦C, (c) Aktivasi Suhu
1000 800◦C
600 700 800
Suhu Aktivasi ˚C 100 97.8 97.7

Efisiensi Serapan (%)


95
Gambar 7. Daya serap iod arang Aktif TKKS pada berbagai suhu
90
karbonisasi 86.2
85
Daya serap arang aktif TKKS terhadap metilen
biru 80
600 700 800
Penetapan daya serap arang aktif TKKS
terhadap biru metilen dilakukan secara Suhu Aktivasi ˚C
spektrofotometri dengan panjang gelombang
maksimum 664 nm, karena pada penetapan daya
serap arang aktif terhadap biru metilen menghasilkan
Gambar 10. Efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap metilen
larutan yang berwarna yang dapat diukur oleh biru
spektrofotometer UV-Vis. Penetuan panjang
gelombang maksimum 664 nm didapatkan dengan
cara scanning panjang gelombang maksimum antara 5000
Kapasitas Adsorpsi (%)

600-700 nm. Grafik panjang gelombang maksimum 4800


dan hasil daya serap arang aktif TKKS dapat dilihat
4600
pada Gambar 8 dan 9.
4400
0.80
4200
0.60
4000
0.40
Absorbansi

600 700 800


0.20 Suhu Aktivasi ◦C
0.00
600 620 640 660 680 700 Gambar 11. Grafik hasil daya serap arang aktif terhadap metilen
biru
panjang gelombang (nm)
Pada Gambar 9 terlihat bahwa semakin tinggi suhu
Gambar 8. Grafik scanning panjang gelombang maksimum aktivasi arang aktif TKKS maka larutan semakin jernih.
pada serapan spektrofotometri Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi suhu aktivasi
maka daya serap arang aktif TKKS terhadap biru metilen
semakin tinggi. Meningkatnya suhu aktivasi menyebabkan
semakin terbukanya pori sehingga daya serap akan
meningkat.

Nilai kapasitas adsorpsi arang aktif TKKS sesuai


dengan SNI yaitu minimal 120 mg/g. Nilai Efisiensi yang
tinggi menghasilkan nilai kapasitas adsorpsi yang tinggi
pula, ini menunjukan bahwa nilai kapasitas adsorpsi arang
aktif TKKS memiliki kualitas yang baik. Efisiensi adsorspsi

50
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2018
Cibinong, 19 September 2018

dan kapasitas adsorpsi arang aktif TKKS dapat dilihat pada Herlandien, Y. L. (2013). Pemanfaatan Arang Aktif
Gambar 10 dan 11. Sebagai Absorban Logam Berat Dalam Air
Lindi Di TPA Pakusari Jember. Skripsi.
KESIMPULAN FMIPA. Universitas Jember. Jember
Hidayat, Taufiq., Qomaruddin. (2015). Analisa
Limbah TKKS dapat dimanfaatkan sebagai Pengaruh Temperatur Pirolisis dan Bahan
bahan dasar pembuatan arang aktif, dengan suhu Biomassa terhadap Kapasitas Hasil pada
karbonisasi 400◦C selama 6 jam dan suhu aktivasi Alat Pembuat Asap Cair. Fakultas Teknik
terbaik 800 ◦C selama 3 jam. Arang aktif TKKS yang Universitas Muria Kudus Gondangmanis.
dihasilkan memiliki kualitas yang sesuai SNI No. 06- Kudus
3730-1995 untuk parameter kadar air , daya serap Idrus, R., B.P. Lapanporo., Y.S Putra. (2013).
terhadap iod, dan daya serap terhadap metilen biru. Pengaruh Suhu Aktivasi terhadap Kualitas
Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung
DAFTAR ACUAN Kelapa. Prisma Fisika, Vol 1 .1, hal. 50-55.
FMIPA Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Akbar, M. (2011). Pemanfaatan Arang Aktif Iyasha, I. (2014). Perbandingan Kualitas Papan Tiruan
Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Adsorben Berbahan Baku Campuran Partikel Kayu,
Zat Warna Pada Biodiesel. Skripsi. IPB. Arang dan Arang Aktif. Skripsi. FMIPA
Bogor. Universitas Nusa Bangsa. Bogor.
Alfiany, H., S. Bahri., Nurakhirawati. (2013). Kajian Kurniati, E. (2008). Pemanfaatan Cangkang Kelapa
Penggunanaan Arang Aktif Tongkol Jagung Sawit Sebagai Arang aktif. Jurnal Penelitian
Sebagai Adsorben Logam Pb dengan Ilmu Teknik Vol 8 (2). UPN Veteran. Jatim.
Beberapa Aktivator Asam. Jurnal Natural Lempang, M. (2014). Pembuatan dan Kegunaan
Science Vol 2 (3): 75-86). Universitas Arang Aktif. Info Teknis EBONI Vol. 11 No.
Tadulako. 2 hal. 65-80. Balai Penelitian Kehutanan.
Badan Standarisasi Nasional. (1995). Arang Aktif Makasar.
Teknis. BSN. SNI No. 06-3730-1995. Lempang, M., dan H. Tikumpang. (2013). Aplikasi
Jakarta. Arang Aktif Tempurung Kemiri Sebagai
Budiono, A. (2006). Pengaruh Aktivasi Arang Komponen Media Tumbuh Semai Melia.
Tempurung Kelapa dengan Asam Sulfat dan Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 2 (2):
Asam Fosfat untuk Adsorpsi Fenol. Jurusan 121-137. Balai Penelitian Makasar. Makasar.
Kimia Universitas Diponegoro. Semarang. Maslahat, M., R.P. Hotagaol., S. Lestari. (2012).
Darnoko, P., A. Guritno, Sugiharto, Sugesty. (1995). Potensial Biosorben Tandan Kosong Kelapa
Pembuatan Pulp dari Tandan Kosong Sawit Sawit dalam Recovery Limbah Fenol. Jurnal
dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal sains Natural Vol 2(2) hal. 155-168.
Penelitian Kelapa Sawit 3 (1): 75-87 Universitas Nusa Bangsa. Bogor
Day, R, A dan Underwood, A. L. (1989). Analisis Sembiring, M.T. dan Sinaga, T.S. (2003). Arang Aktif
Kimai Kualitatif edisi 6. Erlangga. Jakarta. (Pengolahan dan Proses Pembuatannya).
Fauziah, N. 2009. Pembuatan Arang Aktif Secara Jurusan Teknik. Universitas Sumatra Utara.
Langsung dari Kulit Acacia Mangium Wild Sumatra Utara.
dengan Aktivasi Fisika dan Aplikasinya Sembiring, M.T. dan Tuti, S.S. (2003). Arang Aktif
Sebagai Adsorben. Skripsi. IPB. Bogor. Pengenalan dan Proses Pembuatannya.
Hartanto, S., Ratnawati. 2010. Pembuatan Karbon Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Aktif Dari Tempurung Kelapa Sawit Dengan Yuliusman, Rahman A. (2009). Pembuatan Karbon
Metode Aktivasi Kimia. Jurnal Sains Materi Aktif dari Tongkol Jagung dan Aplikasinya
Indonesia 12 (1): 12-16. Tangerang. Dalam Pemisahan Campuran Etanol dan
Haryanti, Andi., Norsamsi, P.S.F. Soliha., N.P. Putri. Air. Fakultas Teknik. UI. Depok.
(2014). Studi Pemanfaatan Limbah Padat
Kelapa Sawit. Konversi Vol 3 No 2.
Universitas Mulawarman Samarinda. Kaltim.

51

Anda mungkin juga menyukai