Anda di halaman 1dari 18

i

Iptek Program Pengembangan Produk Ekspor; Produk Budidaya Karang Hias Di


Pulau Barrang Lompo Makassar, Sulawesi Selatan

1)MauliKasmi 1) Asriany 2)Andi Ridwan Makkulawu


1,2) Jurusan Agribisnis Perikanan dan Teknologi Hasil Perikanan, Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep
Email : maulikasmi@yahoo.com

Abstrak. Potensi sumber daya perikanan di Indonesia sangat melimpah khususnya di Sulawesi
Selatan tetapi belum termanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya
penguasaan inovasi teknologi budidaya khususnya karang sebagai tempat ikan memijah atau
berkembang biak. Tujuan program pengembangan produk ekspor (PPPE) dengan budidaya
karang hias yaitu untuk mendapatakan jumlah produk dan kualitas terjamin sehingga usaha
karang hias dapat berkembang untuk kebutuhan ekspor tanpa ketergantungan dari produk alam
secara berkelanjutan dan lestari berbasis masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode
tanam tempel disubstrat yang diletakkan diatas rak meja di laut yang dapat membentuk tunas
batu yang menghasilkan jumlah dan kulaitas standar ekspor secara berkelanjutan dan lestari.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah Perbaikan kualiatas produk karang hias pada sistem
inventory dengan penerapan teknologi peralatan penghilang kadar amoniak karang hias hasil
invensi Politani Pangkep dan Penerapan teknologi peralatan clean water dan clean toksin pada
produk karang dari UKM mitra hasil temuan tim PPPE. Sistem budidaya karang hias yang telah
dikembangkan oleh Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang lebih efisien dan hasil produk
budidaya karang hias yang bestandar ekspor yang akan diterapkan pada UKM Angin Mamiri.
Sedangkan pada UKM Resky Bahari akan diterapkan teknologi pascapanen karang hias
penghilang toksin dan peningkatan kualitas warna karang hias sesuai permintaan pasar ekspor
dari hasil penelitian Politani Pangkep serta perbaiakan sistem manajemen perusahaan.

Kata kunci : Kualitas, Produk Ekspor, Budidaya, Karang Hias

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya terumbu karang paling
luas kedua di Dunia setelah Australia, dengan luas kurang lebih 51.000 kilometer persegi
atau 17 persen dari luas terumbu karang Dunia. Hamparan ekosistem terumbu karang
tersebut tersebar sepanjang hampir dua per tiga garis pantai Indonesia yang panjangnya
kurang lebih 80.000 km.
Terumbu karang memiliki nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi ekologi
laut maupun sosial ekonomi. Dilihat dari aspek ekologi laut, terumbu karang memiliki
2

fungsi diantaranya sebagai tempat keanekaragaman hayati, tempat tinggal sementara atau
tetap, tempat mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat berlangsungnya siklus
biologi, kimia, fisika secara global yang memiliki tingkat produktivitas yang sangat
tinggi dan juga sebagai pelindung dari hempasan gelombang. Sedangkan dari aspek
sosial ekonomi, terumbu karang memiliki nilai ekonomi yang sangat penting untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemanfaatan karang hias untuk diperdagangkan diperuntukan bagi pembuatan
dekorasi akuarium laut sehingga menyerupai habitat alamnya di laut. Dari segi manfaat,
akuarium laut penting artinya sebagai wahana untuk hiburan dan rileksasi bagi orang-
orang di kota-kota besar yang sibuk dengan pekerjaannya setiap hari sehingga fikiran
menjadi segar kembali. Karang hias atau koral merupakan bagian dari suatu ekosistem
terumbu karang yang merupakan sumber keanekaragaman hayati laut yang paling kaya.
Karang hias dapat menjadi sumber devisa yang diperoleh dari para pengelola wisata
selam dan kegiatan wisata bahari lainnya. Disamping itu, karena keanekaragaman
hayatinya yang unik. Terumbu karang menarik perhatian besar para ahli, mahasiswa,
perusahaan farmasi, sehingga hal ini mendorong permintaan luar negeri atau
perdagangan bunga karang bertambah. Permintaan komoditas dari luar negeri terus
bertambah, mengingat indonesia merupakan negara tropis terluas penghasil bunga
karang.
Menurut Kasmi dkk, 2017, Tren penurunan kuota alam koral Sulawesi Selatan
selama kurun waktu tahun 2010 – 2015 kecendrungannya mengalami penurunan sekitar
10% setiap tahunnya. Dengan realita tersebut sudah teknologi budidaya karang hias
merupakan salah satu alternatif upaya untuk pengganti karang hias alam secara perlahan
sehingga dapat menjadi pemulihan terumbu karang yang mengalami kerusakan.
Dalam perdagangan internasional, jenis-jenis karang hias atau koral dimasukkan
dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade Endangered Species of
Wild Fauna And Flora) yang artinya walaupun perdagangan international jenis- jenis
koral adalah legal, namun perdagangannya harus dikontrol secara internasional dan ketat
untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat
mengakibatkan punahnya jenis-jenis koral tersebut. Sumber pengambilan koral yang
perdagangannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang
3

Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, dan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkaran dan
Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar.
Oleh karena itu dalam Program Pengembangan Produk Ekspor (PPPE) ini
dibuatlah Produksi Budidaya Karang Hias sebagai salah satu alternatif. Tujuan dari
Program Pengembangan Produk Ekspor (PPPE) ini adalah mengembangkan bisnis
melalui dukungan kemitraan/ pembinaan elemen bisnis guna menjadikan bisnis UKM
yang profitable, memiliki pengelolaan organisasi dan keuangan yang benar, serta
menjadi perusahaan yang sustainable hingga akhirnya memiliki dampak positif bagi nilai
aset dan omset UKM, jumlah dan mutu produk meningkat untuk di pasarkan, pasar
produk dapat terbuka luas sampai pada produk ekspor, perbaikan kesehatan lingkungan,
dan peningkatan jumlah tenaga kerja UKM. Kemitraan yang dibangun dalam program
ini adalah kemitraan antara perguruan tinggi dalam hal ini Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep, UKM Angin Mamiri dan UKM Rezky Bahari. UKM Angin Mamiri adalah
kelompok nelayan yang melakukan budidaya karang hias sekitar 5 tahun terakhir dan
hasil panen dijual ke UKM Rezky Bahari sebagai pemodal.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan Program Pengembangan Produk Ekspor (PPPE) menjadi Produksi
Budidaya Karang Hias sebagai salah satu alternatif dilakukan pada Mei – Oktober 2018
di Pulau Barrang Lompo Kotamadya Makassar. Metode pelaksanaan terdiri dari bahan
baku, produksi, proses produksi, manajemen, pemasaran dan sumberdaya manusia.
4

Bahan Baku. Bahan baku yang digunakan adalah indukan karang dari alam yang
berwarna cerah dan mempunyai bentuk menarik sehingga pasar menjadi tertarik dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Indukan karang yang diambil secara seleksi
tersebut adalah kuota alam dari UKM Rezky Bahari yang diberikan oleh Balai Besar
Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan. Indukan karang tersebut
diambil disekitar lokasi usaha budidaya karang untuk menghindari karang tersebut tidak
stress pada saat diangkut ke tempat Budidaya karang oleh UKM Angin Mamiri.
Produksi. Pola usaha produksi karang hias untuk akuarium yang akan diproduksi dan
dipelihara oleh UKM Angin Mamiri, selanjutnya dijual ke UKM dalam hal ini
CV.Rezky Bahari selaku supplier karang hias. Produksi hasil budidaya karang akan
dibeli selama tiga tahun dengan sistem petik olah jual.
Proses Produksi. Proses produksi karang hias hasil Budidaya yang akan dilakukan
selama ini adalah sebagai berikut: Desain dan Konstruksi, Sumber Bibit, Penempelan
Bibit, dan Pemeliharaan
Manajemen. Struktur dan Pola Manajemen Program Pengembangan Produk Ekspor
(PPPE) untuk usaha Budidaya karang mulai dari pembibitan sampai pasar.

Pemasaran. Sistem pemasaran hasil Budidaya karang yang akan dikembangkan oleh
CV.Rezky Bahari adalah sistem jual-beli yang didasarkan atas mekanisme pasar, dalam
hal ini pemasaran internasional atau ekspor.
Sumberdaya Manusia. Untuk proses pengelolaan dan penerapan teknologi tersebut CV.
Rezky Bahari besrta Team Program Pengembangan Produk Ekspor (PPPE) Politani
Negeri Pangkepmemiliki sumberdaya manusia yang cukup memadai dan telah dilatih
khusus dan terampil dalam melakukan proses budidaya karang hias. Disamping itu juga
memiliki tenaga ahli-tenaga ahli yang telah berpengalaman di bidang tersebut.
Fasilitas. Fasilitas yang dimiliki oleh UKM (CV. Rezky Bahari) saat ini untuk
menunjang kegiatan budidaya karang hias adalah sebagai berikut: Gudang
penampungan, Kantor (16 m²), Instalasi Aquarium 32 unit, Generator listrik, Kendaraan
roda empat 1, Alat komunikasi 2 unit , Komputer 2 unit, Disecting mikroskop 1
unit. Letak gudang dan kantor CV. Rezky Bahari dari pelabuhan tradisional (Paotere)
sekitar satukilo meter.
5

Hasil dan Pembahasan

Kriteria pemilihan jenis-jenis karang hias untuk diproduksi dengan metode


metode tanam tempel disubstrat yang diletakkan diatas rak meja di laut yang dapat
membentuk tunas batu yang menghasilkan jumlah dan kulaitas standar ekspor secara
berkelanjutan dan lestari didasarkan atas permintaan pasar (eksport) dan kelangkaan
populasinya di alam adalah merupakan prioritas utama dalam program budidaya karang
hias ini. Jenis-jenis karang yang menjadi prioritas utama adalah antara lain : Acropora
spp, Turbinaria spp, Traciphyllia spp, Catalaphyllia spp, Blastomussa spp,Euphyllia
spp, dan lain-lain.
Jumlah produksi karang hasil Budidaya direncanakan berkisar antara 15.000 –
18.000 specimen/ potong karang setiap tahunnya. Jumlah didasarkan atas pengalamam
selama ini, dimana daya serap pasar internasional yang melalui permintaan langsung dari
CV. Rezky Bahari dengan importir langganan berkisar antara 45.000 – 55.000 specimen
karang setiap tahunnya untuk karang hias alam.
Bahan-bahan untuk pembuatan substrat tumbuh dan wadah pemeliharaan harus
aman bagi kehidupan karang dan lingkungan di sekitarnya. Bahan harus tersedia cukup,
mudah diperoleh dan murah (Rachman dan Syafiuddin, 2002). Substrat budidaya karang
yang dikembangkan CV. Rezky Bahari berasal dari campuran semen dan batu apung
atau krikil dengan perbandingan 350 gr : 300 gr untuk 1 kg adonan, dengan diameter 5-6
cm, tebal 1-1,5 cm dan tinggi kaki substrat 6-7 cm. Pada bagian tengah substrat
dilubangi secukupnya sebagai tempat peletakan stek anakan karang (Gambar 1).
6

Gambar 1. Bentuk Tagging Pada Substrat

Sedangkan kerangkeng yang digunakan sebagai tempat peletakan substrat


berbentuk persegi empat yang terbuat dari pipa paralon 1” dengan panjang 1 m,
lebar 1 m dan tinggi 35 cm, karena pipa paralon merupakan salah satu bahan
yang digunakan ramah lingkungan dan relative murah. Kaki kerangkeng dibuat
runcing agar dapat tertancap pada substrat berpasir pada lokasi yang telah
ditentukan (Gambar 2).

Gambar 2. Konstruksi Kerangkeng/Meja Rak Fragmentasi Karang


7

Sumber Bibit
Pengadaan stek anakan karang yang digunakan, diambil dari alam dengan sistem
petik pilih. Penerapan sistem ini bertujuan agar diperoleh anakan karang yang bermutu
baik dan koloni asalnya (induk) tidak mengalami stres atau kerusakan/kematian. Polip
karang yang titik tumbuhnya sehat, pertumbuhannya lebih cepat (Rachman dan Kasmi,
2015).
Pemotongan stek dilakukan dengan menggunakan gunting yang tajam dan steril
serta dilakukan secara hati-hati agar karang tidak mengalami stres. Ukuran panjang
setiap stek berkisar antara 3- 5 cm.

Penempelan Bibit
Proses penempelan stek anakan karang dilakukan di lokasi Budidaya,
penempelan stek anakan karang dilakukan pada bagian permukaan substrat yang
berlubang dengan menggunakan perekat (lem) secukupnya (Gambar 3). Bahan
perekat yang digunakan adalah campuran bahan kimia tertentu yang telah
dikembangkan oleh perusahaan. Bahan kimia yang digunakan cukup aman bagi
lingkungan dan tidak mengandung logam berat serta tidak menimbulkan
pencemaran perairan.

Gambar 3. Konfigurasi Gambar 4. Karang hias yang di Meja


Penempelan Stek Anakan Karang Rak Fragmetasi yang
pada Substrat dan Tagging dipelihara/budidayakan

Anakan karang yang telah melekat dengan baik pada substrat dan bahan
perekatnya telah kering (mengeras), selanjutnya diangkut atau dipindahkan ke
8

tempat pemeliharaan (kerangkeng). Padat penebaran berkisar antara 100-125


karang/m2 atau sekitar 200-250 karang setiap meja/rak.
Pemeliharaan
Bibit karang yang telah disemaikan pada rak-rak besi di dasar laut
membutuhkan pemeliharaan yang intensif untuk mendapatkan kelangsungan hidup
dan pertumbuhan yang baik (Gambar 4). Sebelum dilakukan pemeliharaan terebih
dahulu dilakukan Penataan konfigurasi Penempelan Stek Anakan Karang pada
Substrat dan Tagging (Gambar 5) dan selanjutanya karang hias yang di Meja Rak
Fragmetasi yang siap untuk dipelihara/budidayakan (Gambar 6).

Gambar 5. Penataan konfigurasi Gambar 6. Karang hias yang di Meja


Penempelan Stek Anakan Karang Rak Fragmetasi yang siap untuk
pada Substrat dan Tagging dipelihara/budidayakan

Struktur dan Pola Manajemen Program Pengembangan Produk Ekspor (PPPE)


untuk usaha Budidaya karang mulai dari pembibitan sampai pasar dapat dilihat pada
Gambar 7.

Restocking UKM Angin Bencana Metode


Mamiri

Panen Masyarakat Mortalitas Kualitas


Genetis
9

Growing Masyarakat Sebaran Lingkungan


Penyakit
Potensi
Sumber
Budidaya UKM Angin Leaching Lokasi Daya
Karang Mamiri

Stock Alam Teknologi Pengelola Masalah Pengembangan Prospek Teknologi

Budidaya UKM Fouling Metode Kerjasama


Karang (CV.RB)

Growing Masyarakat Leaching Kualitas Pasar Bebas

Panen Masyarakat Mortalitas Lingkungan

Ekspor UKM Angin Kualitas Pasar


Mamiri)

Pasar
Selektif

Gambar 7. Model Pengelolaan Lestari Budidaya Karangyang akandikembangkan UKM


Angin Mamiri di Pulau Barrang lompo.

Model pengelolaan yang diterapkan oleh CV. Rezky Bahari beserta team PPPE
Politani Negeri Pangkep adalah pengelolaan lestari (suistainable) yang berbasis pada
masyarakat. Teknologi yang dikembangkan adalah eco-teknologi (ecosistem teknologi)
yang tentunya berorientasi agribisnis melalui program seafarming (budidaya karang) dan
pariwisata.
Untuk program penelitian dan pengembangan terutama dalam upaya peningkatan
kualitas produk, efisiensi, daya saing dan perbaikan mutu lingkungan, CV. Rezky Bahari
10

telah menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian (Balikanta Maros) dan


Perguruan Tinggi (Politani Negeri Pangkep), Instansi Pemerintah dan LSM, Asosiasi
Koral dan Ikan Hias Sulawesi (AKIS).
Sistem pemasaran hasil Budidaya karang yang akan dikembangkan oleh
CV.Rezky Bahari adalah sistem jual-beli yang didasarkan atas mekanisme pasar, dalam
hal ini pemasaran internasional atau ekspor.
Pembelian hasil Budidaya karang yang berasal dari nelayan plasma dilakukan
setelah pemotongan biaya-biaya alat/bahan produksi atau menurut kesepakatan antara
pihak inti dengan plasma.Sedangkan pembelian hasil budidaya yang berasal dari mitra
usaha adalah sistem jual beli menurut kesepakatan berdasarkan perjanjian.
Dengan demikian rantai tataniaga pemasaran hasil produksi Budidaya
karanglebih efisien dimulai dari produsen (UKM), pengusaha (eksportir) dan importir
(costumer). Sistem pemasaran dengan rantai tataniaga produk seperti ini, keuntungan
yang diperoleh oleh produsen akan lebih besar sehingga pendapatan yang meningkat dan
kesejahteraan masyarakat semakin meningkat pula. Untuk lebih jelasnya rantai tataniaga
pemasaran karang Budidaya dapat dilihat pada gambar 8.

Ekspor

CV. Rezky
Bahari (UKM)

Petani UKM Angin Koperasi


Karang Mamiri Petani Karang
11

Gambar 8. Rantai tataniaga pemasaran hasil Budidaya karang yang dikembangkan


CV. Rezky Bahari.

Untuk memperluas jaringan pemasaran produk seiring dengan berkembangnya


usaha budidaya karang, maka perusahaan inti menjadi jaringan pasar yang luas dengan
melalui sistem kerjasama antara negara (multilateral) atau antar mitra Costumer dari
negara-negara pengimpor seperti : Jerman, Prancis, Inggris, Italia, Belanda dan negara-
negara Eropa lainnya. Disamping dengan negara-negara pengimpor lainnya seperti
Jepang dan Amerika Serikat, negara-negara Asia dan Amerika lainnya yang merupakan
negara pengimpor potensial yang harus dijaring di dalam jaringan pemasaran karang.
Untuk proses pengelolaan dan penerapan teknologi tersebut CV. Rezky Bahari
besrta Team Program Pengembangan Produk Ekspor (PPPE) Politani Negeri
Pangkepmemiliki sumberdaya manusia yang cukup memadai dan telah dilatih khusus
dan terampil dalam melakukan proses budidaya karang hias. Disamping itu juga
memiliki tenaga ahli-tenaga ahli yang telah berpengalaman di bidang tersebut.
Usaha produksi budidaya karang hias yang berlangsung selama 3 (tiga) tahun akan
didukung oleh tenaga dari Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dan seorang pakar
karang dari Universitas Hasanuddin sebagai Konsultan, sehingga terjadi transfer ilmu
dalam bidang perkembang biakan karang melaluiteknologi budidaya karang hasil
penelitian Politani Pangkep. Untuk itu dari Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
melibatkan 3 (tiga) orang yaitu 1 (satu) orang Doktor yang berpengalaman dibidang
budidaya karang, dan 1 (satu) orang Doktor bidang keteknikan dan 1 (satu) orang
magister di bidang Agribisnis dan manajemen keuangan. Pada tahun kedua ditambah
satu orang anggota tim yang berlatar belakang budidaya perikanan. Dalam pelaksanaan
teknis lapangan, dilibatkan 2 (dua) orang teknisi dengan spesifikasi S1.
a. Bahan Baku
Karang Hias yang diterima UKM Rezky Bahari untuk dipasarkan berasal dari
UKM Angin Mamiri adalah karang hias dengan katagori F1 (generasi pertama)
dari budidaya karang hias. Kualitas karang yang diterima adalah sesuai dengan
permintaan pasar, seperti kualitas warna, tekstur, ukuran dan bentuk.Suplai
karang hias yang berasal dari UKM mitra selama ini tidak masalah kareana selalu
12

tersedia. Karang hias yang diteima selanjutnya dilakukan proses garantina pada
akuarium untuk menjaga kualitas karang hias.
b. Produksi
Produksi budidaya karang hias mempunyai kelebihan bila dibandingkan karang
hias alam, dimana produksinya dapat diatur sesuai dengan permintaan pasar.
Kapasitas produksi karang hias yang telah di garantina yang siap di pasarkan oleh
oleh UKM Rezky Bahari adalah berkisar antara 45.000 – 55.000 specimen karang
setiap tahunnya.Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh UKM Rezky Bahari
merupakan tenaga terampil yang sudah terlatih dari masing-masing bidangnya,
hal ini merupakan hasil dari kolaborasi antara UKM Rezky Bahari dengan PT.
Panorama Alam Tropika sebagai ekspoter karang hias.
c. Proses Produksi
Perbaikan kualitas karang hias yang diterima dari UKM mitra dilakukan di rumah
produksi pada akuarium dengan kapasitas besar yang dapat menampung hasil
produksi karang hias UKM mitra. Proses perbaikan mutu karang hias dengan
urutan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 9. Protein skimmer


yang sudah dirancang dan
dipasang di akuarium saat
panen dan Pemilihan/ sortasi
karang yang layak jual

Gambar 10. Pemisahan koral


orderan dalam akuarium untuk
di pasarkan
13

Gambar 11. Pembersihan toksin


karang hias dengan Protein
Skimmer yang dapat
menghasilkan resirkulasi air
berkualitas dan tidak perlu
mengganti air selama
pemakian.

Gambar 12. Pengontrolan


kualitas air akuarium dengan
Refractometer

d. Produk
Produk Karang hias siap dipasarkan dari hasil budidayakan karang hias dilakukan
dengan selektif dari hasil indukan yang berkualitas baik sehingga menghasilkan
anakan yang berkualitas baik sesuai permintaan pasar. Hasil produksi budidaya
karang hias yang sedang di pelihara/budidayakan dengan jenis yang berbeda
susuai permintaan pasar (Gambar 13) dan Jenis karang hias dengan kualitas baik
yang sudah dipisahkan untuk dipasarkan (Gambar 14).
14

Gambar 13. Jenis karang hias


yang sedang di
pelihara/budidayakan dengan
jenis yang berbeda susuai
permintaan pasar

Gambar 14. Jenis karang hias


dengan kualitas baik yang
sudah dipisahkan untuk
dipasarkan

e. Manajemen
UKM Rezky Bahari adalah perusahaan yang telah memiliki SIUP, NPWP
dan Sertifikat ijin pemasaran karang dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya
Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan. Pola manajemen yang dilakukan masih
bersifat konvensional sehingga diperlukan pembinaan bidang pembukuan.
Perpajakan mengunakan skim pajak yaitu 1% kali omset perbulan. Hingga saat
ini belum dilakukan pengurusan HAKI atas karya/inovasi UKM Rezky Bahari.

f. Pemasaran
15

Sistem pemasaran hasil Budidaya karang yang akan dikembangkan oleh


UKM Rezky Bahari adalah sistem jual-beli yang didasarkan atas mekanisme
pasar, dalam hal ini pemasaran internasional atau ekspor.
Pembelian hasil Budidaya karang yang berasal dari UKM plasma dilakukan
setelah pemotongan biaya-biaya alat/bahan produksi atau menurut kesepakatan
antara pihak inti dengan plasma.Sedangkan pembelian hasil budidaya yang berasal
dari mitra usaha adalah sistem jual beli menurut kesepakatan berdasarkan
perjanjian. Untuk memperluas jaringan pemasaran produk seiring dengan
berkembangnya usaha budidaya karang, maka perusahaan inti menjadi jaringan
pasar yang luas dengan melalui sistem kerjasama antara negara (multilateral) atau
antar mitra Costumer dari negara-negara pengimpor seperti : Jerman, Prancis,
Inggris, Italia, Belanda dan negara-negara Eropa lainnya. Disamping dengan
negara-negara pengimpor lainnya seperti Jepang dan Amerika Serikat, negara-
negara Asia dan Amerika lainnya yang merupakan negara pengimpor potensial
yang harus dijaring di dalam jaringan pemasaran karang.

g. Sumber Daya Manusia (SDM)


Tabel 1. SDM tenaga tetap di UKM Rezky Bahari dijabarkan pada tabel berikut:
No. Bagian Jumlah Pendidikan
1. Penerimaan bahan baku 2 SMA
2. Produksi 4 S1
3. Pengemasan 3 SMA
4. Manajemen 1 D3

h. Fasilitas
Fasilitas produksi UKM Rezky Bahari sebagai berikut:
 Ruang adimistrasi : 4 m2
 Ruang Produksi: 15 m2
 Ruang pergudangan 9 m2
 Akses kejalan raya: 25 m
 Listrik: 220VA
 Telekomunikasi: telpon, hp, dan wafi internet

Kesimpulan
16

Program Pengembangan Produk Ekspor untuk budidaya karang hias dapat


menjadi solusi alternatif untuk dapat memaksimalkan hasil dan kualitas jenis karang hias
sesuai standar pasar ekspor serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta
menunjang pengembangan dan keberlanjutan usaha secara lestari.

Ucapan Terima Kasih


Penulis sangat berterima kasih kepada Kementrian Ristek dan Dikti dan kedua
UKM Rezky Bahari dan Anging Mamiri yang telah menyiapkan dana untuk Program
Pengembangan Produk Ekspor (PPPE) 2018 sehingga kegiatan ini dapat terlaksana.

Referensi

Agria C.V.L., 2008. Analisis Kelayakan Usaha
 Bunga Karang Dan Invertebrata
 Pt
Aneka Tirta Surya
 Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Skripsi.
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor 2008.: 88 hal

AKKII. 2003. Panduan Pengenalan Jenis-Jenis Karang Hias Yang Diperdagangkan.


Penerbit : AKKII. Jakarta.

Friatno. H. A, Sadarun. B, dan Nurdiana. A., 2014. Analisis Biaya Dan Manfaat Usaha
Wisata Terumbu Karang Taman Pendidikan Laut Bintang Samudera. Jurnal
Bisnis Perikanan ISSN : 2355-6617, 1(1) April 2014 : 51 – 62

Kasmi. M, Liuw. M. A. F, Santoso. E dan Ilyas., 2017. Pendekatan Penentuan Kuota


Karang Hias Ekspor untuk Memenuhi Pemanfaatan secara Berkelanjutan di
Sulawesi Selatan, Jurnal Galung Tropika Vol. 6 No. 2 Agustus 2017: 134-
145.

Harriot, V.J. and D.D. Fisk. 1998. Coral Transplantation as a Reef Management option.
Proc.6 Th. International Symposium. Australia, 1998, Vol.2:375-379.

Lukytasari A. J. Permata W Diah dan Munasik. 2013. Pertumbuhan Fragmen


Polyphyllian talpina dengan Metode Budidaya Mini-floatinngdi Perairan Teluk
Awur Jepara. Journal of Marine Research. Volume 2. No. 3, Tahun 2013, Halaman
190-196 online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Pedoman Penangkaran/Budidaya Karang Hias Yang Diperdagangkan, Peraturan


Direktur Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam SK. 09/IV/Set-3/2008,
stroge.jak-stik.ac.id
17

Silalahi A. R. D, Ngangi A. L. E, Undap L. S, 2015. Kelayakan Lokasi untuk


Pengembangan Budidaya Karang Hias di Teluk Talengen Kabupaten Kepualuan
Sangihe. Jurnal Budidaya Perairan Januari 2015, Vol. 3 No. 1: 108-113.

Rachman, A. dan Kasmi, M. 2015. Usaha Penangkaran Budidaya Karang di Perairan


Pulau Barrang Lompo, Kotamadya Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. Makalah.
Disampaikan pada Temu Tim PHKA, Jakarta 19 Februari 2015.

Rachman, A. dan Kasmi, M. 2005. Budidaya Karang di Instalasi CV. Dinar Teluk
Pegametan Singaraja, Bali dan Pulau Barrang Lompo Makassar Sulawesi Selatan.
Makalah. Disampaikan pada Diseminasi dan Lokakarya
18

Anda mungkin juga menyukai