Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

FUNGSI DAN PEKERJAAN INTERNAL


AUDITOR DALAN ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0

OLEH

HILLARY IGETH AYUKO (A 31116324)

Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin Makassar
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Revolusi industri merupakan suatu perubahan secara cepat di bidang ekonomi yaitu
dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam
mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Istilah “Revolusi Industri” diperkenalkan
oleh Friedrich dan Louis Auguste Blanqui pada pertengahan abad ke 18. (Latucosina MA,
2017).
Menurut Latucosina MA, 2017, Revolusi Industri yang pertama terjadi di Inggris
sekitar tahun 1760, ditandai dengan masih dipergunakannya teknik kuno, yaitu penggunaan
uap untuk menggerakkan mesin yang berbahan bakar kayu atau batu bara. Revolusi Industri
kedua terjadi di Amerika Serikat dan Uni Soviet pada abad ke-20. ditandai dengan
penggunaan teknik baru berupa mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau bensin.
Revolusi tahap kedua ini terjadi di Amerika Serikat dan Jerman pada abad ke-19. Revolusi
Industri III ditandai dengan penggunaan teknik kimia-hayati berbahan bakar atom atau nuklir.
yang juga dikenal sebagai Revolusi Digital, yang ditandai oleh proliferasi komputer dan
otomatisasi pencatatan di semua bidang. Otomatisasi di semua bidang dan konektivitas
adalah tanda-tanda yang nyata.
Salah satu petanda unik dan khusus dari Revolusi Industri keempat adalah terjadinya
aplikasi Artificial Intelligence (AI). Transformasi pada Revolusi Industri keempat ini berbeda
dari pendahulunya dalam beberapa aspek. Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan
disebarkan lebih cepat dari sebelumnya. Kedua, adanya penurunan biaya produksi marginal
secara signifikan dan munculnya platform yang menggabungkan beberapa aktivitas
konsentrasi di beberapa sektor dan meningkatkan agregat hasil. Ketiga, revolusi ini terjadi
pada tingkat global dan akan mempengaruhi, serta dibentuk oleh, hampir semua negara.
Akibatnya, revolusi industri keempat ini akan berdampak sangat sistemik di banyak tempat.

PEMBAHASAN

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam paparannya pada Dies Natalis
Universitas Indonesia ke-68 menegaskan pentingnya respons aktif perguruan tinggi dalam
menghadapi revolusi industri 4.0. dalam kesempatan tersebut juga menyatakan bahwa
Indonesia masih banyak membutuhkan sumber daya manusia yang unggul untuk
memenangkan kompetisi global. Melalui perguruan tinggi (PT), sumber daya manusia
progresif dihasilkan yang diharapkan mampu memberikan terobosan dan antisipatif dalam
merespons revolusi industri 4.0. Menurut Presiden, kemajuan Indonesia tidak mungkin
dicapai dengan upaya yang biasa saja. Bahkan standar keilmuan pun, diakuinya terus
berevolusi mengejar perkembangan zaman dan Indonesia harus terbuka pada hal tersebut.
(Kabar24.com edisi 2 Februari 2018). Hal senada disampaikan pada lokakarya Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Vietnam (setingkat Inspektorat Jenderal Kementerian di
Indonesia) pada tanggal 15 November 2017, diantaranya bahwa pengetahuan tentang revolusi
industri 4.0 dan mengidentifikasikan tantangan-tantangan untuk berinisitatif mengajar
kecenderungan zaman dan melakukan integrasi dengan dunia yang berbudaya dan sedang
melangkah maju dengan kuat ke era revolusi industri 4.0, hal yang penting yaitu harus
melakukan pembaruan menurut arah modernisasi dari pendidikan untuk menciptakan barisan
pekerja yang cukup pengetahuan dan ketrampilan untuk menghadapi zaman baru. Pada masa
depan, semua unit BPK negera Vietnam dari berbagai kementerian, instansi dan daerah akan
memperkuat penerapan teknologi digital ke dalam aktivitasnya, dari aktivitas pengelolaan
sampai keuangan dan audit.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyiapkan
5 elemen yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi untuk menghadapi revolusi industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk bidang
pengetahuan di pendidikan tinggi. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 Kemenristekdikti
harus berupaya untuk membangun sistem pembelajaran yang lebih inovatif, rekonstruksi
kebijakan kelembagaan, peningkatan kualitas dosen, dan terobosan hasil riset. Disrupsi
teknologi membawa segala hal menjadi tanpa batas. Pasalnya, perkembangan internet dan
teknologi digital sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin
semakin masif dan revolusi industri 4.0 harus direspons secara cepat dan tepat oleh seluruh
pemangku kepentingan.
Menristekdikti Mohammad Nasir pada kesempatan Rapat Kerja Nasional (rekernas)
Kemenristekdikti Tahun 2018 menyampaikan persiapan kemenristekdikti dalam
menyongsong era disrupsi dan revolusi industri 4.0. Pertama, perguruan tinggi dituntut
mempersiapkan sistem distance/online learning yg merujuk pada Peraturan Menteri tentang
Standar Pendidikan Tinggi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kedua, Kemenristekdikti dan
perguruan tinggi harus melakukan penyediaan infrastruktur yang mendukung gaya
pendidikan di era revolusi industri 4.0, serta melaksanakan rekrutmen dan manajemen dosen
yang relevan dengan perkembangan zaman guna menyediakan sumber daya manusia (SDM)
masa depan Indonesia yang berkualitas. Selain itu, Menristekdikti juga menyamaikan
perlunya penyelarasan paradigma tridarma perguruan tinggi dengan era industri 4.0 dan
perguruan tinggi dan lembaga litbang diwajibkan melakukan harmonisasi hasil-hasil riset
pengembangan dan penerapan teknologi melalui Lembaga Manajemen Inovasi, serta
perguruan tinggi diwajibkan melaksanakan proses inovasi produk melalui inkubasi dan
pembelajaran berbasis industri.
Pada kesempatan Rakernas tersebut, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan
(Belmawa), Intan Ahmad menyampaikan bahwa kebijakan Pendidikan Tinggi menyongsong
era revolusi industri 4.0 diantaranya adalah :
a. Reorientasi kurikulum;
b. Hybrid/Blended Learning, Online;
c. Unit Khusus Lifelong Learning;
d. Hibah dan Bimtek dari Belmawa untuk reorientasi kurikulum bagi 400 Perguruan
Tinggi.
Reorientasi kurikulum diwujudkan dengan pengembangan literasi baru dalam
pengajaran (data, teknologi, humanities), kegiatan ekstra kurikuler untuk pengembangan
kepemimpinan dan bekerja dalam tim agar terus dikembangkan, serta kewajiban
pembelajaran entrepreneurship dan internship. Penerapkan Hybrid/Blended Learning Online
diantaranya adalah dengan sisem pengajaran secara online melalui Sistem Pembelajaran
Daring Indonesia dan Video Conference, Online Learning, Resource Sharing (SPADA-
IdREN). Perguruan tinggi ke depan juga diharapkan membentuk Unit Khusus Lifelong
Learning, yaitu sebagai fasilitator semua kalangan masyarakat dengan konsep belajar
sepanjang hayat. Program ini disediakan untuk pembelajar lanjut yang ingin memperoleh
pengetahuan/ keterampilan atau kompetensi baru yang sesuai dengan perubahan
teknologi/pekerjaan. Dirjen Belmawa akan memberikan Bimbingan Teknis dan Hibah untuk
reorientasi kurikulum untuk 400 perguruan tinggi sesuai dengan milestone SPADA 2018 –
2020. Disamping itu, Dirjen Belamwa juga menyampaikan bahwa literasi manusia menjadi
penting untuk bertahan di era ini, tujuannya adalah agar manusia bisa berfungsi dengan baik
dilingkungan manusia dan dapat memahami interaksi dengan sesama manusia. Oleh karena
itu universitas perlu mencari metoda untuk mengembangkan kapasitas kognitif mahasiswa:
higher order mental skills, berpikir kritis & sistemik, amat penting untuk bertahan di era
revolusi industri 4.0.
Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 15
Tahun 2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Diantaranya
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan menteri;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi;
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti dibentuk pada tahun 2015 berdasarkan
penggabungan Inspektorat Kementerian Riset dan Teknologi dan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penggabungan ini
dimaksudkan untuk menanggulangi banyaknya permasalahan pada perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta. Penggabungan ini memerlukan dukungan seperti anggaran, sumber
daya manusia serta sarana dan prasarana. Permasalahan yang dihadapi oleh Itjen
Kemenristekdikti saat ini diantaranya adalah kurangnya sumber daya manusia, keterbatasan
sarana dan prasarana dan ruang kantor yang kurang memadai serta peningkatan kualitas.
(Laporam Kinerja Itjen Kemenristekdikti Tahun 2016)
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas APIP
menyebutkan bahwa salah satu alat yang dipakai untuk mengukur efektifitas peran audit
intern di sektor publik adalah model penilaian yang disebut Internal Audit Capability Model
(IA-CM). Pada IA-CM terdapat lima tingkat kapabilitas (capability levels) pengawasan
internal, dari yang terendah sampai tertinggi yaitu :
1) initial;
2) Infrastructure;
3) Integrated;
4) Managed; dan
5) Optimizing.
Hasil penilaian BPKP (2016) terhadap kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) dengan menggunakan pendekatan IA-CM, Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
berada pada level 2 (infrastructure). Hal ini berarti bahwa Itjen Kemenristekdikti dinilai
belum dapat berperan baik menyelesaikan permasalahan stratejik, memberikan assurance atas
efisien dan efektifitas, serta belum dapat berperan sebagai early warning system dalam
pencegahan korupsi. Dengan kondisi Itjen Kemenristekdikti yang dianggap belum mampu
berperan sebagai early warning system dalam pencegahan korupsi tersebut, maka peran
manajemen dalam hal ini pengendalian internal pada setiap unit satuan kerja sangat berperan
dalam pencegahan adanya perilaku fraud dan korupsi pada organisasi. (Laporan Hasil
Validasi atas Penilaian Mandiri Kapabilitas Itjen Kemenristekdikti). Berdasarkan Laporan
Hasil Penilaian tingkat Maturitas Penyelenggaraan SPIP Kemenristekdikti tahun 2016, masih
berada di level “berkembang”, dengan nilai rata-rata maturitas sebesar 2,499. Dengan
maturitas “berkembang”, maka terdapat sub unsur yang masih memerlukan perbaikan,
diantaranya : peran APIP yang efektif, identifikasi dan analisis risiko, pengendalian fisik atas
aset dan pemantauan yang berkelanjutan. Dalam laporan tersebut juga disebutkan beberapa
langkah strategis yang perlu dilakukan, diantaranya penguatan peran Inspektorat Jenderal
Kemenristekdikti, mendorong disusunnya ketentuan tentang penerapan manajemen risiko,
melakukan penilaian risiko secara lebih komprehensif, peningkatan akuntabilitas pengeloaan
keuangan negara, serta menjalankan fungsi pemantauan secara berkelanjutan.
Menurut Hery (2018), audit internal (Inspektorat Jenderal) dibentuk untuk
mengembangkan dan menjaga efektifivitas sistem pengendalian internal, menjamin
terlaksananya good governance untuk menghindari terjadinya keterpurukan serta kegagalan
dalam organisasi. Agar peran dari pengawas internal ini dapat berjalan dengan efektif, ada
lima hal yang dapat dijadikan sebagai benchmark dalam menilai kualitas dari dilakukannya
sebuah audit internal dalam organisasi. Kelima indikator tersebut adalah watchdog, kinerja
auditan, preventif, konsultan internal, dan pengetahuan.
1. Watchdog
Orientasi pelaksanaan audit internal seyogyanya tidak terbatas pada
pengawasan ketaatan atau kepatuhan terhadap segala prosedur, ketetapan dan
kebijakan manajemen semata. Dalam era globalisasi, sifat pekerjaan audit internal
yang hanya sebatas pada compliance audit ini sudah tidak lagi memenuhi harapan
manajemen. Auditor internal tidak hanya sekedar menjadi penjaga yang menunggu
hingga proses pemeriksaan dilakukan di tahap akhir, akan tetapi sudah sejak dari awal
seharusnya auditor internal dapat membantu memberi keyakinan dan masukan
konsultatif kepada manajemen secara independen untuk memastikan bahwa
keseluruhan proses telah berada pada jalur yang benar.
2. Kinerja Auditan
Audit internal yang dilakukan secara efektif dalam sebuah organisasi akan
dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja satuan kerja/auditan.
Dalam melakukan auditnya, auditor internal harus dapat menilai, mengevaluasi,
termasuk memberikan rekomendasi kepada satuan kerja mengenai seberapa jauh
tingkat efisiensi dari penggunaan sumber daya yang ada dalam suatu organisasi.
Sebuah audit internal yang berkualitas tentu saja harus dapat mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi dan secara langsung akan berdampak terhadap peningkatan
kinerja organisasi secara keseluruhan.
3. Preventif
Audit internal terhadap kegiatan operasional satuan kerja seyogyanya
dilaksanakan secara teratur, baik sebelum dirasakan adanya suatu masalah maupun
sesudah terlanjur terjadi masalah. Audit internal yang dilakukan secara teratur dapat
mencegah terjadinya suatu masalah, karena auditor internal akan dapat dengan segera
mengetahui dan mengatasi masalah serta mengambil langkah-langkah efektif untuk
mengatasinya sebelum masalah tersebut menjadi berkelanjutan. Suatu audit internal
dapat dikatakan berkualitas jika mampu melaksanakan tugas-tugas pencegahan
terjadinya masalah dan memberikan dukungan kepada manajemen dalam
mengevaluasi pengendalian intenal yang digunakan untuk menemukan atau
memperkecil risiko tindakan kecurangan (fraud), mengevaluasi risiko fraud, dan juga
ikut terlibat dalam melakukan investigasi fraud.
4. Konsutan Internal
Auditor internal harus dapat menjadi konsultan internal yang profesional bagi
satuan kerja. Peran ini akan membantu manajemen dalam hal pemberian informasi
strategis sebagai bentuk pelayanan prima nya terhadap organisasi. Peran internal audit
sebagai konsutan internal merupakan ekspresi tertinggi dalam peran sebagai
pengawas internal. Peran konsultan internal ini dapat berupa pemberi informasi
strategis kepada satuan kerja dalam hal pemberian alternatif dan solusi pemecahan
suatu masalah, selain itu juga dapat berperan sebagai pemberi informasi terkait
evaluasi pelaksanaan pengendalian internal yang dapat mencegah timbulnya suatu
masalah.
5. Pengetahuan
Tuntutan dan tantangan peran auditor internal pada era globaliasi seperti yang
sudah disebutkan di atas, mewajibkan tim audit internal untuk tidak hanya memiliki
keahlian dalam bidang tertentu saja seperti auditing, keuangan, sumber daya manusia,
dan sebagainya, tetapi juga diperlukan pengetahuan teknologi dan informasi
mengikuti era revolusi industri yang suka tidak suka akan dihadapi. Kualitas/kinerja
auditor internal sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan.keahlian yang
merupakan unsur profesionalisme yang dimilikinya.

KESIMPULAN

Kemajuan teknologi dan informasi membawa perubahan lingkungan yang sangat


fenomenal ditandai dengan bergesernya masyarakat industrial menuju masyarakat informasi.
Dalam dunia pendidikan tinggi akan berdampak pada tuntutan lulusan perguruan tinggi yang
tidak hanya punya skill pengetahuan sesuai background masing-masing, namun juga dituntut
menguasai kemampuan teknologi digital agar mudah terserap di dunia kerja. Tantangan
revolusi industri 4.0 harus direspons cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan di
lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sehingga, mampu
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti yang mempunyai tugas menyelenggarakan
pengawasan intern di lingkungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi harus
ikut ambil bagian dalam upaya mengawal kebijakan riset dan pendidikan tinggi menghadapi
era revolusi industri 4.0 yang sudah di depan mata. Dengan segala keterbatasan sumber daya
yang ada Itjen Kemenristekdikti diharapkan segera berbenah diri, terutama dalam upaya
peningkatan efektifitas peran audit intern menuju level 3 Internal Audit Capability Model
(IA- CM).
Di samping itu Itjen Kemenristekdikti juga harus segera mengembangkan sumber
daya yang ada, baik dari terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana pendukung maupun
pengembangan kapabilitas pegawai terutama para auditornya yang akan bersinggungan
langsung dengan satuan kerja. Para auditor internal ini diharapkan akan berperan sebagai
konsultan internal yang akan membawa perubahan pada peningkatan kinerja satuan kerja dan
lebih luas lagi dapat ikut mengawal semua kebijakan Kemenristekdikti menyongsong era
revolusi industri 4.0.

DAFTAR PUSTAKA

Hery, 2018, Modern Internal Auditing, Penerbit PT. Grasindo, Jakarta, 2018.
Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi.
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor 16 Tahun
2015 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas APIP
Latucosina MA, 2017. Sistem Informasi dan Pengendalian Internal pada Revolusi Industri
Ke- 4. Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Laporan Hasil Validasi atas Penilaian Mandiri Itjen Kemenristekdikti, BPKP, 2016
Lapran hasil Penilaian Tingkat Maturitas Penyelengaraan SPIP Kemenristekdikti, BPKP,
2016.
http://vovworld.vn/Industrial revolution 4.0 and challenges to the State Finance Audit-
594783.vov
http://belmawa.ristekdikti.go.id/2018/01/17/era-revolusi-industri-4-0-perlu-persiapkan-
literasi-data-teknologi-dan-sumber-daya-manusia/
http://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-revolusi-industri-di-inggris.html.
[accessed February,7 2017]
http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2018/01/17/ini-5-elemen-untuk-hadapi-revolusi-
industri-40-418079
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/01/18/p2qhdr368-ristekdikti-hasilkan-
rekomendasi-hadapi-revolusi-industri

Anda mungkin juga menyukai