PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomi
serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai
sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras juga sebagai sumber
pakan. Upaya peningkatan produksi jagung masih menghadapi berbagai
masalah sehingga produksi jagung dalam negeri belum mampu mencukupi
kebutuhan nasional. Jagung merupakan salah satu tanaman penting di
Indonesia karena peranannya sebagai bahan pangan dan pakan. Sejalan
dengan permintaan yang selalu meningkat, Indonesia terpaksa melakukan
impor yang jumlahnya cenderung selalu meningkat (Susanto dan Sirappa,
2005) dalam (Rujito et al, 2008).
Permintaan yang selalu meningkat tersebut perlu dibarengi dengan upaya-
upaya meningkatkan produksi jagung nasional melalui perluasan areal tanam.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemanfaatan lahan marjinal seperti
daerah rawa pasang surut merupakan salah satu pilihan (Widjaya-Adhi et al,
1993, Hidayat, 2008) dalam (Rujito et al, 2008). Namun demikian,
pengembangan dan pengelolaan lahan pasang surut menjadi lahan yang
produktif mempunyai kendala, diantaranya adalah salinitas akibat adanya
intrusi air laut sehingga terjadi peningkatan kadar garam yang dapat
menyebabkan keracunan tanaman (Notohadiprawiro, 1986) dalam (Rujito et
al, 2008).
Perubahan iklim global disebabkan antara lain karena terjadinya
peningkatan emisi gas rumah kaca akibat berbagai aktivitas manusia yang
kemudian mendorong terjadinya peningkatan suhu bumi (Praven, 2007) dalam
(Rujito et al, 2008). Perubahan ilkim yang terjadi tersebut akan sangat
mempengaruhi sistem pertanian karena iklim merupakan unsur utama dalam
sistem metabolisme dan fisiologi tanaman. Dalam upaya mengantisipasi
terjadinya perubahan tersebut, adaptasi sistem usahatani, pola tanam,
pergeseran jenis dan varietas merupakan hal-hal yang perlu dilakukan
1
(Suwignyo, 2010) dalam (Rujito et al, 2008). Posisi Indonesia yang berada di
daerah tropis dan sebagai negara kepulauan sangat rawan terhadap perubahan
iklim. Dampak pemanasan global terhadap wilayah pesisir akan menyebabkan
terjadinya peningkatan muka air laut sehingga akan memberikan pengaruh
yang sangat besar (Wieczorek-Zeul, 2008) dalam (Rujito et al, 2008).
Efisiensi hara tidak hanya dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan
akar saja. Tetapi juga harus mempertimbangkan tajuk tanaman. (Kant dan
Kafkafi, 2004) dalam (Irmawati et al, 2008) menjelaskan bahwa efisiensi
hara tidak hanya terkait dengan kapasitas penyerapan hara oleh akar tetapi
juga penggunaan hara tersebut oleh seluruh bagian tanaman. Rendahnya
penyerapan hara dan pemanfaatan hara menyebabkan rendahnya hasil.
1.2.Tujuan Pratikum
Pada pratikum ini bertujuan untuk melihat hasil pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung manis dengan pengaruh konsentrasi fe
dengan sistem budidaya hidroponik.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Jagung merupakan salah satu jenis tanaman C4, sehingga mudah tumbuh
dan beradaptasi dengan lingkungan serta cuaca sekitar, walaupun ada faktor yang
menghambat pertumbuhan dan produksinya yaitu temperatur dan kelembaban
3
lingkungan (Goldsworthy dan Fisher, 1980). Produksi fodder jagung yang
dihasilkan dari biji jagung sebanyak 713 gram menghasilkan sekitar 2 kali lipat
hijauan segar dengan umur panen 13 hari (Prihartini, 2014). Sneath dan Mclntosh
(2003) menyatakan bahwa fodder yang berasal dari 1 kg biji yang ditanam dengan
sistem hidroponik dapat menghasilkan 6 sampai 10 kg hijauan segar selama ± 2
minggu.
1. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah
daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang
basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga
0-40 derajat LS.Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada
fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk
buah.Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi
bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27
derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 derajat C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan
lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan
biji dan pengeringan hasil (Okti et al, 2017).
2. Ketinggian Tempat
4
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung.
Hidroponik fodder jagung merupakan salah satu teknik tanam yang dapat
dijadikan sebagai solusi untuk penyediaan hijauan bagi ternak ruminansia, karena
dengan sistem hidroponik ini penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa
dipengaruhi oleh musim sehingga dapat mengatasi kekurangan pakan hijauan
khususnya saat musim kemarau (Prihartini, 2014).
5
Kandungan bahan kering tanaman fodder jagung hidroponik sekitar 22,6%
(Gebremedhin, 2015).
6
Mendasarkan penjelasan tersebut, peningkatan kadar Fe jagung manis
diduga dapat dilakukan dengan meningkatkan konsentrasi Fe dalam larutan
nutrisi hidroponik dan memperkuat laju serapan Fe oleh sistem perakaran melalui
peningkatan konsentrasi oksigen terlarut dalam larutan nutrisi hidroponik secara
mekanik menggunakan aerator. Oleh karena itu, penelitian yang mengkaji
pengaruh konsentrasi Fe dan tekanan aerasi dalam larutan nutrisi hidroponik rakit
apung terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan kuantitas dan kualitas hasil
jagung manis cukup penting untuk dilaksanakan.
7
BAB 3
METODE PENELITIAN
8
3. Masukan benih dalam baki dalam setiap petak baki tersebut sebanyak 1
benih saja.
4. Siram benih jagung yang telah ditanam tadi menggunakan air.
5. Terakhir, benih disiram terus 2 kali sehari.
B. Pemindahan Benih
1. Setelah benih yang disemai berumur 2 minggu lalu dipindahkan ke
dalam baki.
2. Sebelum dipindahkan baki diisi dengan air terlebih dahulu.
3. Sterofoam yang telah disiapkan, lalu dilubangi sebanyak 6 lubang
untuk masing-masing tanaman yang akan dipindahkan.
4. Lalu pindahkan benih jagung tadi ke dalam baki yang telah diisi air
dan sterofoam.
5. Aerator disambungkan ke dalam baki.
C. Pemberian Larutan
1. Larutan yang diberikan untuk minggu pertama yaitu kimura b (stok A
dan stok B) dan Fe.
2. Selanjutnya untuk minggu kedua diberikan larutan yang sama seperti
minggu pertama.
3. Sedangkan untuk minggu ketiga dan minggu keempat Larutan zat besi
(Fe) tidak diberikan.
9
5. Masukan ke dalam amplop lalu kasih label dan masukan ke dalam
ovenan.
6. Setelah 24 jam, lalu keluarkan dari ovenan dan timbang berat
keringnya.
10
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil
1.1.1. Pengamatan Tinggi Tanaman
1.1.1.1.Pengamatan 1
Tabel 1. Tinggi Tanaman Pengamatan 1
1.1.1.2.Pengamatan 2
Tanaman
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 45.00 41.10 44.00 46.00 39.80 50.50 266.40 44.40
3 200% 58.50 59.70 68.00 61.00 68.00 57.00 372.20 62.03
5 30% 58.00 46.00 50.00 47.00 48.00 50.00 299.00 49.83
7 Normal 55.00 62.50 56.00 59.00 45.00 57.50 335.00 55.83
Total 216.50 209.30 218.00 213.00 200.80 215.00 1272.60
Rerata 54.13 52.32 54.40 53.25 50.20 53.75 294.26
Tabel 2. Tinggi Tanaman Pengamatan 2
1.1.1.3.Pengamatan 3
Tanaman
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 55.10 55.20 66.00 56.00 56.00 67.00 355.30 59.21
2 200% 65.00 75.50 64.40 0.00 0.00 0.00 204.90 34.15
3 30% 77.00 63.00 61.00 63.00 64.00 61.00 389.00 64.83
11
4 Normal 66.80 71.00 67.00 75.00 69.00 70.00 418.80 69.80
Total 263.90 264.70 258.40 194.00 189.00 198.00 342.00
Rerata 65.97 66.17 64.40 48.50 47.25 49.50 56.99
Tabel 3. Tinggi Tanaman Pengamatan 3
1.1.1.4.Pengamatan 4
Tabel 4. Tinggi Tanaman Pengamatan 4
Tanaman
No Perlakuan 1 2 3 Total Rerata
1 400% 89.50 101.00 90.00 280.50 93.50
3 200% 70.00 79.00 70.00 219.00 73.00
5 30% 66.50 69.20 66.40 202.10 67.36
7 Normal 83.20 93.00 76.50 252.70 84.23
Total 309.20 342.20 302.90 954.30
Rerata 77.30 85.55 75.72 79.52
12
TINGGI TANAMAN
1200
1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Total Rerata
1.1.2.2.Pengamatan 2
Tabel 7. Jumlah Daun Pengamatan 2
Kelompok
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 4.00 4.00 5.00 6.00 4.00 4.00 27.00 4.50
2 200% 6.00 7.00 8.00 6.00 8.00 6.00 41.00 6.83
3 30% 6.00 5.00 5.00 5.00 5.00 6.00 32.00 5.33
4 Normal 7.00 8.00 8.00 8.00 5.00 7.00 43.00 7.17
Total 23.00 24.00 26.00 25.00 22.00 23.00 143.00
Rerata 5.75 6.00 6.50 6.25 5.50 5.75 5.96
13
1.1.2.3.Pengamatan 3
Tabel 8. Jumlah Daun Pengamatan 3
Kelompok
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 5.00 5.00 7.00 4.00 5.00 5.00 31.00 5.17
2 200% 0.00 8.00 8.00 0.00 0.00 8.00 24.00 4.00
3 30% 6.00 5.00 4.00 5.00 5.00 6.00 31.00 5.17
4 Normal 9.00 9.00 8.00 9.00 8.00 9.00 52.00 8.67
Total 20.00 27.00 27.00 18.00 18.00 28.00 138.00
Rerata 5.00 6.75 6.75 4.50 4.50 7.00 5.75
1.1.2.4.Pengamatan 4
Tabel 9. Jumlah Daun Pengamatan 4
Kelompok
No Perlakuan 1 2 3 Total Rerata
1 400% 7.00 7.00 8.00 22.00 7.33
2 200% 9.00 9.00 9.00 27.00 9.00
3 30% 7.00 7.00 8.00 22.00 7.33
4 Normal 9.00 11.00 8.00 28.00 9.33
Total 32.00 34.00 33.00 99.00
Rerata 8.00 8.50 8.25 8.25
1.1.2.5.Pengamatan 5
Tabel 10. Rerata Jumlah daun
Pengamatan
No Perlakuan 1 2 3 4
1 400% 4.00 4.50 5.17 7.33
2 200% 5.83 6.83 4.00 9.00
3 30% 2.67 5.33 5.17 7.33
4 Normal 5.50 7.17 8.67 9.33
14
Grafik 2. Jumlah Daun
10.00
9.00
8.00
7.00
Jumlah Daun
6.00 400%
5.00
200%
4.00
3.00 30%
2.00 Normal
1.00
0.00
1 2 3 4
Pengamatan (minggu)
15
9.00
8.00
7.00
16
LPR = 9.02 – 4.47 /7
= 0.65 g/hari
1.2. Pembahasan
Pada pengamatan tinggi tanaman dengan beberapa perlakuan mulai dari
minggu 1 sampai minggu ke 4 tidak memiliki kenaikan yang cukup signifikan.
Perlakuan 30% memiliki perubahan yang cukup signifikan pada tinggi
tanaman dibandingkan dengan perlakuan 400%, 200%, dan Perlakuan Normal.
Semakin tinggi konsentrasi fe yang diberikan cenderung meningkatkan tinggi
tanaman, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap diameter batang. Tinggi
tanaman ini juga dipengaruh oleh jumlah klorofil yang banyak diambil oleh
tanaman melalui daun.
Untuk pengamatan jumlah daun dengan beberapa perlakuan memiliki
peningkatan yang signifikan untuk setiap minggunya. Pada perlakuan 30%
memiliki penuruan pada minggu ketiga karena tidak memiliki data pada
sebagian tanaman. Fe bukan merupakan bagian penyusun molekul klorofil,
akan tetapi dapat meningkatkan nilai untuk jumlah daun. Semakin banyak
jumlah daun maka daun juga semakin luas. Dengan jumlah daun yang lebih
banyak serta lebih luas (Tidak saling menaungi) energi matahari yang dapat
ditangkap untuk proses fotosintesis juga lebih banyak sehingga asimilat yang
dihasilkan juga lebih tinggi.
Pada Perlakuan 400% memiliki bobot kering yang paling tinggi
dibandingkan dengan 200%, 30%, dan Normal. Bobot kering tanaman
menggambarkan fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman yang
17
ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman, yaitu akar, batang, dan daun.
Semakin tinggi konsentrasi fe maka bobot kering daun serta bobot kering total
tanaman semakin tinggi .
Laju pertumbuhan relatif tertinggi pada perlakuan normal yaitu 1.43
g/hari. Nilai LPR semakin menurun seiring dengan bertambah tinggi
perlakuan dan umur tanaman tersebut. Tertekannya pertumbuhan tanaman
sebagai akibat kekurangan air terlihat dari menurunnya laju pertumbuhan
tanaman dan laju pertumbuhan relatif akibat dari menurunya efisiensi
fotosintesis, yang terlihat dari menurunya laju asimilasi netto.
18
BAB 5
PENUTUP
5.2. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembuatan laporan ini, yaitu :
1. Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai
ekonomi serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena
kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein
setelah beras juga sebagai sumber pakan.
2. Hidroponik adalah satu sistem bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah sebagai media tanamnya. Sistem hidroponik biasanya
menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam
air.
3. Peningkatan serapan Fe jagung selain ditentukan oleh proporsinya
dalam larutan nutrisi hidroponik juga ditentukan oleh kapasitas
sistem perakarannya.
4. Laju pertumbuhan relatif adalah pertambahan bobot kering
tanaman dalam interval waktu tertentu yang erat kaitannya dengan
bobot kering awal tanaman.
5.2.Saran
Materi yang diberikan hendaknya dibuat dalam bentuk file hal ini
agar mempermudah para praktikan untuk melaksanakan praktikum,
walaupun asistennya tidak dapat hadir pada saat pelaksanaan
praktikum dilaksanakan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Febriani, D.N.S., 2011. Pengaruh pemotongan akar dan lama aerasi media
terhadap
pertumbuhan selada (Lactuca sativa L.) pada nutrient film technique system.
Skripsi, Program Sarjana, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Okti et al, 2017. Pengaruh Konsentrasi Besi dan Tekanan Aerasi terhadap
Pertumbuhan Tajuk dan Hasil Sawi Hijau (Brassica Juncea (L.) Czern)
pada
Sistem Hidroponik Rakit Apung.Jurnal vegelatika Vol.6 No.4. Hal 41 – 54.
Yogjakarta.
Rujito et al, 2008. Pengaruh Perlakuan Salinitas Awal Rendah terhadap dan
Toleransi Salinitas Tanaman Jagung. Jurnal Ilmu Pertanian, Vol.2, No.3.
Sumatera Selatan.
20
LAMPIRAN
21