Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomi
serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai
sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras juga sebagai sumber
pakan. Upaya peningkatan produksi jagung masih menghadapi berbagai
masalah sehingga produksi jagung dalam negeri belum mampu mencukupi
kebutuhan nasional. Jagung merupakan salah satu tanaman penting di
Indonesia karena peranannya sebagai bahan pangan dan pakan. Sejalan
dengan permintaan yang selalu meningkat, Indonesia terpaksa melakukan
impor yang jumlahnya cenderung selalu meningkat (Susanto dan Sirappa,
2005) dalam (Rujito et al, 2008).
Permintaan yang selalu meningkat tersebut perlu dibarengi dengan upaya-
upaya meningkatkan produksi jagung nasional melalui perluasan areal tanam.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemanfaatan lahan marjinal seperti
daerah rawa pasang surut merupakan salah satu pilihan (Widjaya-Adhi et al,
1993, Hidayat, 2008) dalam (Rujito et al, 2008). Namun demikian,
pengembangan dan pengelolaan lahan pasang surut menjadi lahan yang
produktif mempunyai kendala, diantaranya adalah salinitas akibat adanya
intrusi air laut sehingga terjadi peningkatan kadar garam yang dapat
menyebabkan keracunan tanaman (Notohadiprawiro, 1986) dalam (Rujito et
al, 2008).
Perubahan iklim global disebabkan antara lain karena terjadinya
peningkatan emisi gas rumah kaca akibat berbagai aktivitas manusia yang
kemudian mendorong terjadinya peningkatan suhu bumi (Praven, 2007) dalam
(Rujito et al, 2008). Perubahan ilkim yang terjadi tersebut akan sangat
mempengaruhi sistem pertanian karena iklim merupakan unsur utama dalam
sistem metabolisme dan fisiologi tanaman. Dalam upaya mengantisipasi
terjadinya perubahan tersebut, adaptasi sistem usahatani, pola tanam,
pergeseran jenis dan varietas merupakan hal-hal yang perlu dilakukan

1
(Suwignyo, 2010) dalam (Rujito et al, 2008). Posisi Indonesia yang berada di
daerah tropis dan sebagai negara kepulauan sangat rawan terhadap perubahan
iklim. Dampak pemanasan global terhadap wilayah pesisir akan menyebabkan
terjadinya peningkatan muka air laut sehingga akan memberikan pengaruh
yang sangat besar (Wieczorek-Zeul, 2008) dalam (Rujito et al, 2008).
Efisiensi hara tidak hanya dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan
akar saja. Tetapi juga harus mempertimbangkan tajuk tanaman. (Kant dan
Kafkafi, 2004) dalam (Irmawati et al, 2008) menjelaskan bahwa efisiensi
hara tidak hanya terkait dengan kapasitas penyerapan hara oleh akar tetapi
juga penggunaan hara tersebut oleh seluruh bagian tanaman. Rendahnya
penyerapan hara dan pemanfaatan hara menyebabkan rendahnya hasil.

1.2.Tujuan Pratikum
Pada pratikum ini bertujuan untuk melihat hasil pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung manis dengan pengaruh konsentrasi fe
dengan sistem budidaya hidroponik.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Jagung


Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomi
serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai
sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras juga sebagai sumber pakan
(Purwanto, 2008). Upaya peningkatan produksi jagung masih menghadapi
berbagai masalah sehingga produksi jagung dalam negeri belum mampu
mencukupi kebutuhan nasional (Soerjandono, 2008).
Tanaman jagung (Zea mays) merupakan tanaman yang berasal dari benua
Amerika dan melalui Eropa menyebar ke benua Asia dan Afrika. Tanaman jagung
ini merupakan jenis famili dari Graminae (Zakariah, 2012). Tanaman jagung
dapat digunakan sebagai hijauan pengganti rumput untuk menjaga kontinyuitas
ketersediaan pakan hijauan. Menurut Steenis (1989) tanaman jagung secara
taksonomi dapat digolongkan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Familia : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Jagung merupakan salah satu jenis tanaman C4, sehingga mudah tumbuh
dan beradaptasi dengan lingkungan serta cuaca sekitar, walaupun ada faktor yang
menghambat pertumbuhan dan produksinya yaitu temperatur dan kelembaban

3
lingkungan (Goldsworthy dan Fisher, 1980). Produksi fodder jagung yang
dihasilkan dari biji jagung sebanyak 713 gram menghasilkan sekitar 2 kali lipat
hijauan segar dengan umur panen 13 hari (Prihartini, 2014). Sneath dan Mclntosh
(2003) menyatakan bahwa fodder yang berasal dari 1 kg biji yang ditanam dengan
sistem hidroponik dapat menghasilkan 6 sampai 10 kg hijauan segar selama ± 2
minggu.

2.2. Syarat Tumbuh Jagung

1. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah
daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang
basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga
0-40 derajat LS.Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada
fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk
buah.Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi
bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27
derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok
sekitar 30 derajat C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan
lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan
biji dan pengeringan hasil (Okti et al, 2017).

2. Ketinggian Tempat

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di


daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah

4
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung.

2.3. Jagung Hidroponik

Hidroponik adalah satu sistem bercocok tanam tanpa menggunakan tanah


sebagai media tanamnya. Sistem hidroponik biasanya menggunakan campuran
nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam air (Roidah, 2014). Sistem tanam
hidroponik memiliki kemampuan untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas
dan tidak tergantung dengan musim sehingga dapat ditanam sepanjang tahun dan
dapat ditanam di lahan yang sempit dengan sistem green house (Suhardiyanto,
2009).

Hidroponik fodder jagung merupakan salah satu teknik tanam yang dapat
dijadikan sebagai solusi untuk penyediaan hijauan bagi ternak ruminansia, karena
dengan sistem hidroponik ini penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa
dipengaruhi oleh musim sehingga dapat mengatasi kekurangan pakan hijauan
khususnya saat musim kemarau (Prihartini, 2014).

2.4. Bahan Kering

Bahan kering suatu tanaman dapat diketahui dengan melakukan analisis


dengan cara mengeringkan dalam oven dengan suhu 105ºC selama 4 - 5 jam
hingga mencapai berat konstan (Tillman dkk., 1991). Faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah bahan kering tanaman antara lain: jenis tanaman, fase
pertumbuhan, umur pemotongan, kondisi air tanah serta kesuburan tanah
(Reksohadiprodjo, 1994). Fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman dipengaruhi
oleh cahaya, CO2, air, suhu, unsur hara, luas daun dan kadar klorofil.

Proses fotosintesis mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan


semakin meningkat sehingga meningkatkan produksi tanaman, dan juga
meningkatkan produksi berat basah dan berat kering (Triyanto dkk., 2013).

5
Kandungan bahan kering tanaman fodder jagung hidroponik sekitar 22,6%
(Gebremedhin, 2015).

2.5. Larutan Zat Besi (Fe)

Zat besi merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh manusia.


Defisiensi zat besi dapat menyebabkan anemia. Di Indonesia, defisiensi zat besi
merupakan masalah yang paling sulit ditanggulangi. Salah satu kelompok yang
kasus anemia karena defisiensi besi adalah kelompok anak sekolah. Angka
prevalensi anemia pada kelompok ini cukup tinggi (Notoatmodjo, 2003) dalam
(Okti et al, 2017).
Salah satu cara untuk mengatasi defisiensi besi yang mudah dijangkau
secara ekonomi oleh segenap lapisan masyarakat adalah melalui program
biofortifikasi Fe pada bahan pangan berbasis sayuran segar (Arisman, 2004)
dalam (Okti et al, 2017). Pada penelitian ini komoditas tanaman yang dikaji
adalah jagung manis karena memiliki nilai gizi cukup tinggi dan digemari oleh
sebagian masyarakat.
Biofortifikasi Fe pada jagung manis dapat dengan mudah dilakukan
apabila dibudidayakan dengan sistem hidroponik rakit apung. Konsentrasi Fe
dalam jagung manis dapat dengan mudah ditingkatkan melalui penambahan
proporsi Fe dalam nutrisi hidroponik yang diaplikasikan. Penambahan
konsentrasi Fe dalam larutan nutrisi hidroponik menyebabkan tanaman jagung
manis mampu menyerap Fe lebih banyak, sehingga secara otomatis
konsentrasinya dalam jaringan daun meningkat menjadi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan jagung yang tidak mendapatkan perlakuan biofortifikasi
atau dengan sistem tanam biasa.
Peningkatan serapan Fe jagung selain ditentukan oleh proporsinya dalam
larutan nutrisi hidroponik juga ditentukan oleh kapasitas sistem perakarannya.
Kapasitas sistem perakaran jagung manis dalam menyerap Fe ditentukan oleh
karakteristik akar dan konsentrasi oksigen terlarut dalam media hidroponik. Pada
hidroponik rakit apung, peningkatan konsentrasi oksigen terlarut dalam larutan
nutrisi secara mekanis dapat dilakukan dengan memasang aerator (Mizar et al.,
1997 dalam Febriani, 2011) dalam (Okti et al, 2017).

6
Mendasarkan penjelasan tersebut, peningkatan kadar Fe jagung manis
diduga dapat dilakukan dengan meningkatkan konsentrasi Fe dalam larutan
nutrisi hidroponik dan memperkuat laju serapan Fe oleh sistem perakaran melalui
peningkatan konsentrasi oksigen terlarut dalam larutan nutrisi hidroponik secara
mekanik menggunakan aerator. Oleh karena itu, penelitian yang mengkaji
pengaruh konsentrasi Fe dan tekanan aerasi dalam larutan nutrisi hidroponik rakit
apung terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan kuantitas dan kualitas hasil
jagung manis cukup penting untuk dilaksanakan.

7
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Pratikum dimulai pada bulan februari akhir dan sampai awal april.
Pelaksaan pratikum dilakukan 1 kali dalam seminggu pada hari selasa siang.
Pratikum dilaksanakan disamping rumah kaca tempat hidroponik jurusan
budidaya pertanian fakultas pertanian universitas sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan untuk pratikum nutrisi tanaman ini, yaitu :
1. Aerator
2. Bak atau Nampan
3. Baki penyemaian
4. Botol larutan
5. Cutter atau gunting
6. Gelas ukur

Sedangkan untuk bahan yang digunakan untuk pratikum nutrisi tanaman


ini, yaitu :
1. Air
2. Benih jagung
3. Larutan kimura B (Stok A dan Stok B)
4. Sterofoam
5. Tanah penyemaian

5.3. Cara Kerja


A. Penyemaian
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk penyemaian.
2. Selanjutnya baki penyemaian diisi dengan tanah pada semua
bagiannya.

8
3. Masukan benih dalam baki dalam setiap petak baki tersebut sebanyak 1
benih saja.
4. Siram benih jagung yang telah ditanam tadi menggunakan air.
5. Terakhir, benih disiram terus 2 kali sehari.

B. Pemindahan Benih
1. Setelah benih yang disemai berumur 2 minggu lalu dipindahkan ke
dalam baki.
2. Sebelum dipindahkan baki diisi dengan air terlebih dahulu.
3. Sterofoam yang telah disiapkan, lalu dilubangi sebanyak 6 lubang
untuk masing-masing tanaman yang akan dipindahkan.
4. Lalu pindahkan benih jagung tadi ke dalam baki yang telah diisi air
dan sterofoam.
5. Aerator disambungkan ke dalam baki.

C. Pemberian Larutan
1. Larutan yang diberikan untuk minggu pertama yaitu kimura b (stok A
dan stok B) dan Fe.
2. Selanjutnya untuk minggu kedua diberikan larutan yang sama seperti
minggu pertama.
3. Sedangkan untuk minggu ketiga dan minggu keempat Larutan zat besi
(Fe) tidak diberikan.

D. Oven Sampel Jagung


1. Pengovenan dilakukan pertama pada umur jagung 2 minggu atau pada
pengamatan kedua dan pada minggu terakhir atau minggu keempat
saja.
2. Oven dilakukan dengan suhu 105ºC dalam waktu 24 jam.
3. Sebelum di oven, ambil sampel tanaman sebanyak 3 sampel yaitu
tanaman sampel 1, 4, dan 5.
4. Lalu potong setiap bagian tanaman batang, akar, dan daun dipisah.

9
5. Masukan ke dalam amplop lalu kasih label dan masukan ke dalam
ovenan.
6. Setelah 24 jam, lalu keluarkan dari ovenan dan timbang berat
keringnya.

10
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil
1.1.1. Pengamatan Tinggi Tanaman
1.1.1.1.Pengamatan 1
Tabel 1. Tinggi Tanaman Pengamatan 1

N Perlakua Tanaman Rerat


o n 1 2 3 4 5 6 Total a
218.6
1 400% 30.00 31.00 31.50 32.00 39.80 33.30 0 36.43
252.5
3 200% 41.00 36.00 44.00 44.00 45.50 42.00 0 42.03
191.5
5 30% 36.00 29.00 32.00 29.00 31.50 34.00 0 31.90
242.9
7 Normal 41.50 45.90 43.10 39.90 32.50 40.00 0 40.40
148.5 141.9 150.1 144.9 149.3 149.3 884.0
Total 0 0 0 0 0 0 0
Rerata 37.12 35.47 37.20 36.22 37.32 37.32 36.78

1.1.1.2.Pengamatan 2

Tanaman
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 45.00 41.10 44.00 46.00 39.80 50.50 266.40 44.40
3 200% 58.50 59.70 68.00 61.00 68.00 57.00 372.20 62.03
5 30% 58.00 46.00 50.00 47.00 48.00 50.00 299.00 49.83
7 Normal 55.00 62.50 56.00 59.00 45.00 57.50 335.00 55.83
Total 216.50 209.30 218.00 213.00 200.80 215.00 1272.60
Rerata 54.13 52.32 54.40 53.25 50.20 53.75 294.26
Tabel 2. Tinggi Tanaman Pengamatan 2

1.1.1.3.Pengamatan 3

Tanaman
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 55.10 55.20 66.00 56.00 56.00 67.00 355.30 59.21
2 200% 65.00 75.50 64.40 0.00 0.00 0.00 204.90 34.15
3 30% 77.00 63.00 61.00 63.00 64.00 61.00 389.00 64.83

11
4 Normal 66.80 71.00 67.00 75.00 69.00 70.00 418.80 69.80
Total 263.90 264.70 258.40 194.00 189.00 198.00 342.00
Rerata 65.97 66.17 64.40 48.50 47.25 49.50 56.99
Tabel 3. Tinggi Tanaman Pengamatan 3

1.1.1.4.Pengamatan 4
Tabel 4. Tinggi Tanaman Pengamatan 4
Tanaman
No Perlakuan 1 2 3 Total Rerata
1 400% 89.50 101.00 90.00 280.50 93.50
3 200% 70.00 79.00 70.00 219.00 73.00
5 30% 66.50 69.20 66.40 202.10 67.36
7 Normal 83.20 93.00 76.50 252.70 84.23
Total 309.20 342.20 302.90 954.30
Rerata 77.30 85.55 75.72 79.52

1.1.1.5.Rerata Tinggi Tanaman


Tabel 5. Rerata Tinggi Tanaman
pengamatan
No Perlakuan 1 2 3 4
1 400% 36.43 44.40 59.21 93.50
3 200% 42.03 62.03 34.15 73.00
5 30% 31.90 49.83 64.83 67.36
7 Normal 40.40 55.83 69.80 84.23

1.1.1.6.Grafik Tinggi Tanaman


Grafik 1. Tinggi Tanaman

12
TINGGI TANAMAN
1200

1000

800

600

400

200

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Total Rerata

1.1.2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun


1.1.2.1.Pengamatan 1
Tabel 6. Jumlah Daun Pengamatan 1
Tanaman
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 24.00 4.00
2 200% 6.00 5.00 6.00 6.00 7.00 5.00 35.00 5.83
3 30% 3.00 2.00 3.00 2.00 3.00 3.00 16.00 2.67
4 Normal 5.00 6.00 6.00 6.00 5.00 5.00 3.00 5.50
Total 18.00 17.00 19.00 18.00 19.00 17.00 108.00
Rerata 4.50 4.25 4.75 4.50 4.75 4.25 4.50

1.1.2.2.Pengamatan 2
Tabel 7. Jumlah Daun Pengamatan 2
Kelompok
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 4.00 4.00 5.00 6.00 4.00 4.00 27.00 4.50
2 200% 6.00 7.00 8.00 6.00 8.00 6.00 41.00 6.83
3 30% 6.00 5.00 5.00 5.00 5.00 6.00 32.00 5.33
4 Normal 7.00 8.00 8.00 8.00 5.00 7.00 43.00 7.17
Total 23.00 24.00 26.00 25.00 22.00 23.00 143.00
Rerata 5.75 6.00 6.50 6.25 5.50 5.75 5.96

13
1.1.2.3.Pengamatan 3
Tabel 8. Jumlah Daun Pengamatan 3

Kelompok
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 5.00 5.00 7.00 4.00 5.00 5.00 31.00 5.17
2 200% 0.00 8.00 8.00 0.00 0.00 8.00 24.00 4.00
3 30% 6.00 5.00 4.00 5.00 5.00 6.00 31.00 5.17
4 Normal 9.00 9.00 8.00 9.00 8.00 9.00 52.00 8.67
Total 20.00 27.00 27.00 18.00 18.00 28.00 138.00
Rerata 5.00 6.75 6.75 4.50 4.50 7.00 5.75

1.1.2.4.Pengamatan 4
Tabel 9. Jumlah Daun Pengamatan 4
Kelompok
No Perlakuan 1 2 3 Total Rerata
1 400% 7.00 7.00 8.00 22.00 7.33
2 200% 9.00 9.00 9.00 27.00 9.00
3 30% 7.00 7.00 8.00 22.00 7.33
4 Normal 9.00 11.00 8.00 28.00 9.33
Total 32.00 34.00 33.00 99.00
Rerata 8.00 8.50 8.25 8.25

1.1.2.5.Pengamatan 5
Tabel 10. Rerata Jumlah daun
Pengamatan
No Perlakuan 1 2 3 4
1 400% 4.00 4.50 5.17 7.33
2 200% 5.83 6.83 4.00 9.00
3 30% 2.67 5.33 5.17 7.33
4 Normal 5.50 7.17 8.67 9.33

1.1.2.6.Grafik Jumlah Daun

14
Grafik 2. Jumlah Daun
10.00
9.00
8.00
7.00
Jumlah Daun

6.00 400%
5.00
200%
4.00
3.00 30%
2.00 Normal
1.00
0.00
1 2 3 4
Pengamatan (minggu)

1.1.3. Berat Kering Tanaman


1.1.3.1.Berat Kering 1
Tabel 11. Berat Kering Tanaman Sampel 1
Bobot Kering
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 7.18 9.34 8.78 25.30 8.43
1.1.3.2.3 200% 1.20 1.60 1.67 4.47 1.49
5B 30% 3.48 2.28 2.37 8.13 2.71
7e Normal 1.39 1.08 0.98 3.45 1.15
r Total 4.68 8.57 10.42 3.88 4.04 9.76 41.35
Rerata 2.34 4.29 5.21 1.94 2.02 4.88 3.45
a
t Kering 2
Tabel 12. Berat Kering Tanaman Sampel 2
Kelompok
No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 Total Rerata
1 400% 6.15 8.69 11.48 26.32 8.77
3 200% 2.30 4.03 2.69 9.02 3.01
5 30% 3.76 3.60 2.92 10.28 3.43
7 Normal 3.97 6.09 3.40 13.46 4.49
Total 10.12 6.06 7.63 14.78 14.88 5.61 59.08
Rerata 5.06 3.03 3.82 7.39 7.44 2.81 4.92

1.1.3.3.Grafik Berat Kering Tanaman Sampel 1


Grafik 3. Berat Kering Tanaman Sampel 1

15
9.00
8.00
7.00

Berat Kering (gr)


6.00 400%
5.00
200%
4.00
3.00 30%
2.00 25%
1.00
0.00
Perlakuan (%)

1.1.3.4.Grafik Berat Kering Tanaman Sampel 2


Tabel 4. Berat Kering Tanaman Sampel 2
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00 100%
5.00 75%
4.00
50%
3.00
25%
2.00
1.00
0.00
Perlakuan (%)

1.1.4. Laju Pertumbuhan Relatif


Rumus :
LPR = W2 – W1 / T2-T1
Laju pertumbuhan relatif adalah pertambahan bobot kering tanaman
dalam interval waktu tertentu yang erat kaitannya dengan bobot kering
awal tanaman.

1. Laju Pertumbuhan Relatif 400%

LPR = 26.32 – 25.30 /7


= 0.14 g/hari

2. Laju Pertumbuhan Relatif 200%

16
LPR = 9.02 – 4.47 /7
= 0.65 g/hari

3. Laju Pertumbuhan Relatif 30%

LPR = 10.27 – 8.12 /7


= 0.30 g/hari

4. Laju Pertumbuhan Relatif Normal

LPR = 13.46 – 3.45 /7


= 1.43 g/hari

1.2. Pembahasan
Pada pengamatan tinggi tanaman dengan beberapa perlakuan mulai dari
minggu 1 sampai minggu ke 4 tidak memiliki kenaikan yang cukup signifikan.
Perlakuan 30% memiliki perubahan yang cukup signifikan pada tinggi
tanaman dibandingkan dengan perlakuan 400%, 200%, dan Perlakuan Normal.
Semakin tinggi konsentrasi fe yang diberikan cenderung meningkatkan tinggi
tanaman, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap diameter batang. Tinggi
tanaman ini juga dipengaruh oleh jumlah klorofil yang banyak diambil oleh
tanaman melalui daun.
Untuk pengamatan jumlah daun dengan beberapa perlakuan memiliki
peningkatan yang signifikan untuk setiap minggunya. Pada perlakuan 30%
memiliki penuruan pada minggu ketiga karena tidak memiliki data pada
sebagian tanaman. Fe bukan merupakan bagian penyusun molekul klorofil,
akan tetapi dapat meningkatkan nilai untuk jumlah daun. Semakin banyak
jumlah daun maka daun juga semakin luas. Dengan jumlah daun yang lebih
banyak serta lebih luas (Tidak saling menaungi) energi matahari yang dapat
ditangkap untuk proses fotosintesis juga lebih banyak sehingga asimilat yang
dihasilkan juga lebih tinggi.
Pada Perlakuan 400% memiliki bobot kering yang paling tinggi
dibandingkan dengan 200%, 30%, dan Normal. Bobot kering tanaman
menggambarkan fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman yang

17
ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman, yaitu akar, batang, dan daun.
Semakin tinggi konsentrasi fe maka bobot kering daun serta bobot kering total
tanaman semakin tinggi .
Laju pertumbuhan relatif tertinggi pada perlakuan normal yaitu 1.43
g/hari. Nilai LPR semakin menurun seiring dengan bertambah tinggi
perlakuan dan umur tanaman tersebut. Tertekannya pertumbuhan tanaman
sebagai akibat kekurangan air terlihat dari menurunnya laju pertumbuhan
tanaman dan laju pertumbuhan relatif akibat dari menurunya efisiensi
fotosintesis, yang terlihat dari menurunya laju asimilasi netto.

18
BAB 5
PENUTUP

5.2. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembuatan laporan ini, yaitu :
1. Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai
ekonomi serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena
kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein
setelah beras juga sebagai sumber pakan.
2. Hidroponik adalah satu sistem bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah sebagai media tanamnya. Sistem hidroponik biasanya
menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam
air.
3. Peningkatan serapan Fe jagung selain ditentukan oleh proporsinya
dalam larutan nutrisi hidroponik juga ditentukan oleh kapasitas
sistem perakarannya.
4. Laju pertumbuhan relatif adalah pertambahan bobot kering
tanaman dalam interval waktu tertentu yang erat kaitannya dengan
bobot kering awal tanaman.

5.2.Saran
Materi yang diberikan hendaknya dibuat dalam bentuk file hal ini
agar mempermudah para praktikan untuk melaksanakan praktikum,
walaupun asistennya tidak dapat hadir pada saat pelaksanaan
praktikum dilaksanakan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Febriani, D.N.S., 2011. Pengaruh pemotongan akar dan lama aerasi media
terhadap
pertumbuhan selada (Lactuca sativa L.) pada nutrient film technique system.
Skripsi, Program Sarjana, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Okti et al, 2017. Pengaruh Konsentrasi Besi dan Tekanan Aerasi terhadap
Pertumbuhan Tajuk dan Hasil Sawi Hijau (Brassica Juncea (L.) Czern)
pada
Sistem Hidroponik Rakit Apung.Jurnal vegelatika Vol.6 No.4. Hal 41 – 54.
Yogjakarta.

Rujito et al, 2008. Pengaruh Perlakuan Salinitas Awal Rendah terhadap dan
Toleransi Salinitas Tanaman Jagung. Jurnal Ilmu Pertanian, Vol.2, No.3.
Sumatera Selatan.

20
LAMPIRAN

Pembersihan akar jagung pemasangan aerator

Pengukuran jagung sampel ditimbang

21

Anda mungkin juga menyukai