Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. Ir Sri Hartatik MS
2. Sukron Romadhona S.Pd., M.I.L
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yeng telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan Makalah Kerusakan Lingkungan
Nasional dengan berjudul “Dampak Kerusakan Terumbu Karang di Taman
Nasional Bunaken” ini dapat kami selesaikan.
Makalah ini disusun dengan pengkajian pustaka sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup di Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Namun tanpa adanya bantuan, dorongan dan motivasi dari beberapa pihak,
makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Sehingga pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Bunaken.
1.3.2 Mengetahui berbagai dampak kerusakan terumbu karang di Taman
Nasional Bunaken.
1.3.3 Mengetahui berbagai macam upaya penanggulangan terhadap
Kerusakan Terumbu Karang di Taman Nasional Bunaken.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Menambah literatur dalam konteks kerusakan lingkungan,
mengingatkan mahasiswa untuk selalu menjaga lingkungan sekitar
agar bumi yang kita tempati saat ini, kekayaan alamnya dapat terus
dirasakan. Dan menambah rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan motivasi, kesadaran serta kekuatan gotong royong dalam
memelihara lingkungan sekitar, bentang alam dan lain sebagainya.
Dan menambah rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2
BAB 2. ISI
3
Sonneratia sp., Lumnitzera sp., dan Bruguiera sp. Hutan ini kaya akan
berbagai jenis kepiting, uang, moluska, dan jenis burung laut seperti camar,
bangau, dara laut, dan cangak laut. Jenis ganggang yang terdapat di taman
nasional ini meliputi jenis Caulerpa sp., Halimeda sp., dan Padina sp. Padang
lamun yang mendominasi terutama di pulau Montehage, dan pulau Nain yaitu
Thalassia hemprichii, Enhallus acoroides, dan Thalassodendron ciliatum.
Tercatat 13 genera karang hidup di perairan Taman Nasional Bunaken yang
didominasi jenis terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang. Dan
tebing karang vertikal Taman Nasional Bunaken mencapai 25-50 meter.
Berdasarkan literatur, terumbu karang dapat tumbuh dengan baik
diperairan laut dengan suhu 21° - 29°C. Masih dapat tumbuh pada suhu diatas
dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya akan sangat
lambat. Karena itulah terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis
seperti Indonesia dan juga didaerah sub tropir yang dilewati aliran arus hangat
dari daerah tropis seperti Florida, Amerika serikat dan bagian selatan Jepang.
Karang membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus
cahaya matahari yang digunakan oleh zooxanthellae untuk berfotosintesis.
Pertumbuhan karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18 – 29 m sangat
lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman lebih dari 90 m. Karang
memerlukan saliitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu disekitar
mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat
karena karang membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk
hidup.
Terumbu karang di Indonesia yang sangat beragam dan bernilai
ini, mengalami ancaman yang sangat besar. Sebagai contoh, kerusakan
lingkungan yang terjadi di Taman Nasional Bunaken pada 1 tahun terakhir;
sebagai obyek wisata, masuknya ribuan turis membawa berkah bagi
masyarakat Sulawesi Utara. Ekonomi makro tumbuh dan UMKM pun
bergeliat. Pada 29 Desember 2019, Frangki dari Masyarakat Peduli Bunaken
mengklaim bahwa banyak turis yang saat berwisata, menginjak terumbu
4
karang. Padahal, hal itu dilarang karena bisa menyebabkan kerusakan
terumbu karang.
Masalah yang paling umum dalam dunia pariwisata adalah mengenai
sampah. Sampah sendiri juga menjadi masalah yang pelik dalam kehidupan
sehari-hari karena bisa menjadi penyebab kerusakan ekosistem. Masalah
sampah menjadi persoalan yang mengancam keberlangsungan Taman Laut
Nasional Bunaken. Pada peringatan Hari Bumi beberapa waktu yang lalu,
pembersihan sampah dilakukan oleh para wisatawan dan penyelam di
Bunaken. Total ada 300 karung dan 1.121 kilogram sampah plastik yang
berhasil diangkat dari dalam dan permukaan laut.
5
Ekosistem terumbu karang di TNB selama kurun waktu 10 tahun
terakhir mengalami tekanan yang tinggi. Beban limbah dan sampah yang
dibuang melalui Teluk Manado secara terus-menerus, penambahan penduduk
di dalam kawasan serta aktivitas pariwisata yang tidak ramah lingkungan
memberikan andil bagi degradasi ekosistem terumbu karang di dalam
kawasan Taman Nasional Bunaken (Setiawan, 2013).
Saat ini sering terjadi pelanggaran zonasi seperti zonasi pemafaatn
masyarakat yang masih banyak dilanggar oleh beberapa nelayan dari luar
Pulau Bunaken, kerusakan terumbu karang akibat meningkatnya jumlah
pengunjung yang turun ke laut terutama pengunjung yang bersnorkling,
masalah lainnya seperti penangkapan ikan dengan jaring/kompresor dan
penggunaan jangkar kapal yang dapat merusak karang. Selain itu saluran
pembuangan limbah cair yang langsung ke laut, hal ini mempengaruhi
kualitas air laut yang menjadi objek wisata.
Pada bulan September 1998, satu tim survei melakukan survei cepat
kondisi terumbu karang di TN Bunaken. Dalam survei tersebut, diukur
persentase tutupan karang hidup, karang mati, dan karang lunak, serta
pengamatan bintang laut berduri dengan teknik manta tow. Secara umum,
bagian barat dan utara pulau dari pulau-pulau TN Bunaken yang terkena
badai dan gelombang besar pada musim angin barat (November – Februari),
memiliki persentase tutupan karang hidup yang rendah. Banyak terumbu
6
mengalami kerusakan cukup parah oleh badai ini. Bagian selatan pulau-pulau
umumnya memiliki persentase tutupan karang hidup yang paling tinggi. Salah
satu faktor penyebabnya adalah karena daerah selatan pulau-pulau relatif
terlindungi dari serangan ombak besar pada musim angin barat. Jenis karang
yang beragam, juga akan meningkatkan keragaman jenis ikan dan organisme
laut lainnya. Tidak ditemukan adanya kelimpahan bintang laut berduri di TN
Bunaken. Pulau Nain memiliki rata-rata tutupan karang hidup 29%, rata-rata
tutupan karang mati 47% dan rata-rata tutupan karang lunak 15% terumbu
karang di bagian barat tersebut didominasi oleh rataan pasir dan rataan
karang mati.
7
2.3 Upaya Penanggulangan terhadap Kerusakan Terumbu Karang di
Taman Nasional Bunaken
Untuk mencegah semakin rusaknya terumbu karang, maka diperlukan
pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan pada hakekatnya merupakan suatu
proses pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan terumbu karang
dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kelestarian
lingkungan. Beberapa hal berikut yang dapat dilakukan secara individu untuk
mengurangi kerusakan terumbu karang :
1. Terapkan prinsip 3R (reduce – reuse – recycle) dan hemat energi.
Terumbu karang adalah ekosistem yang sangat peka terhadapat
perubahan iklim. Kenaikan suhu sedikit saja dapat memicu
pemutihan karang (coral bleaching). Pemutihan karang yang besar
dapat diikuti oleh kematian massal terumbu karang. Jadi apapun
yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak global
warming, akan sangat membantu terumbu karang.
2. Buang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah ke
sungai yang kemudan akan bermuara ke laut. Hewan laut besar
sering terkait pada sampah-sampah sehingga mengganggu
gerakannya. Misalnya smapah plastik yang transparan
diperkirakan terkadang dimakan oelh penyu karena tampak seperti
ubur-ubur.
3. Bergabung dengan organisasi pencinta lingkungan. Saling berbagi
ilmu, pendapat, dan berdiskusi. Membangun trend hidup ramah
lingkungan.
4. Bergabung dengan gerakan-gerakan sukarelawan, atau terlibat
aktif dalam kegiatan lingkungan
5. Memberi himbauan kepada penyelam pemula atau yang sedang
belajar sebaiknya melakukan penyelaman di perairan yang tidak
berterumbu karang.
8
Salah satu upaya lain untuk menanggulangi kerusakan terumbu karang
yaitu dengan konsep penetapan Kawasan Konservasi Laut (KKL). KKL
memiliki peran utama sebagai berikut.
1. Melindungi keanekaragaman hayati serta struktur, fungsi dan
integritas ekosistem. Kawasan konservasi dapat berkontribusi
untuk mempertahankan keanekaragaman hayati pada semua
tingkatan trofik dari ekosistem, melindungi hubungan jaringan
makanan dan proses-proses ekologis dalam suatu sistem.
2. Meningkatkan hasil perikanan. Kawasan konservasi dapat
melindungi daerah pemijahan, pembesaran, tempat mencari
makanan, meningkatkan kapasitas reproduksi dan stok sumberdaya
ikan.
3. Menyediakan tempat rekreasi dan pariwisata. Kawasan konservasi
dapat menyediakan tempat untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata
alam yang bernilai ekologis dan estetika. Perlindungan terhadap
tempat-tempat khusus bagi kepentingan rekreasi dan pariwisata
(seperti pengaturan dermaga perahu/kapal, tempat membuang
jangkar dan jalur pelayaran) akan membantu mengamankan
kekayaan dan keragaman daerah rekreasi dan pariwisata yang
tersedia di sepanjang pesisir.
4. Memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang ekosistem.
Kawasan konservasi dapat meningkatkan pemahaman dan
kepedulian masyarakat terhadap ekosistem pesisir, laut dan pulau-
pulau kecil, menyediakan tempat yang relatif tidak terganggu utuk
observasi dan monitoring jangka panjang dan berperan penting bagi
pendidikan masyarakat berkaitan dengan pentingnya konservasi
laut dan dampak aktivitas manusia terhadap keanekaragaman
hayati laut.
5. Memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir.
Kawasan konservasi dapat membantu masyarakat pesisir dalam
mempertahankan basis ekonominya melalui pemanfaatan
9
sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan secara optimal dan
berkelanjutan. Kawasan konservasi laut memegang peranan
penting bagi pelestarian dan pengelolaan terumbu karang dengan
cara :
a. Melindungi daerah terumbu karang yang tidak rusak yang
dapat menjadi sumber larva dan sebagai alat untuk membantu
pemulihan.
b. Melindungi daerah yang bebas dari dampak manusia dan
cocok sebagai substrat bagi penempelan karang dan
pertumpuhan kembali.
c. Memastikan bahwa terumbu karang tetap menopang
kelangsungan kebutuhan masyarakat sekitar yang bergantung
padanya.
10
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kerusakan terumbu karang di Taman Nasional Bunaken sebagian
besar disebabkan oleh ulah tangn manusia. Diantaranya membuang
sampah plastik ke sungai yang akan bermuara ke laut, membuang
limbah cair ke laut, dan melakukan penangkapan ikan menggunakan
alat yang kurang ramah lingkungan. Selain itu kerusakan terumbu
karang juga disebabkan oleh badai laut.
3.1.2 Dampak kerusakan terumbu karang dapat menyebabkan ketidak
stabilan ekosistem laut. Banyak biota laut yang akan musnah.
Kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh limbah akan
mengurangi kualitas air.
3.1.3 Upaya penanggulangan terhadap kerusakan terumbu karang di Taman
Nasional Bunaken salah satunya yaitu melalui Konsep Kawasan
Konservasi Laut (KKL) yang merupakan salah satu usaha untuk
melindungi terumbu karang dalam konteks struktur, fungsi dan
integritas ekosistem serta mempertahankan keanekaragaman hayati
pada semua tingkatan trofik dalam ekosistem.
3.2 Saran
Kami berharap dibuatnya makalah ini dapat memberikan motivasi, serta
meningkatkan kesadaran dalam menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu,
semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai penambah literatur dalam
konteks kerusakan lingkungan nasional, utamanya tentang Taman Nasional
Bunaken.
11
DAFTAR PUSTAKA
Irawati, Diah. 2013. Potensi Terumbu Karang Indonesia, Tantangan Dan Upaya
Konservasinya, Vol. 3 No.2. INFO BPK Manado.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Tentang Kandasnya Kapal Crystal 7
Di Perairan Pulau Bunaken (diakses tanggal 24 Maret 2019)
Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut,
Kementrian Kelautan dan Perikanan. http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-
kawasan-konservasi/details/1/8 (diakses tanggal 23 Maret 2019)
Muttaqin, Andik Dwi. 2016. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Sebaran
Terumbu Karang di Pulau Nian dan Mantehage Propinsi Sulawesi Utara. Marine
Journal. Vol.02, No. 01. UIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya.
Oktasafitri. 2018. Karena Ulah Manusia, Keindahan Alam di Tempat Wisata ini
Rusak.https://www.wartakepri.co.id/2018/11/30/karena-ulah-manusia-keindahan-alam-
di-tempat-wisata-ini-rusak/ (diakses tanggal 24 Maret 2019)
Rompis, Arthur. 2018. Masyarakat Peduli Bunaken Sebut Turis Sering Injak Karang.
http://manado.tribunnews.com/2018/11/29/masyarakat-peduli-bunaken-sebut-turis-
sering-injak-karang (diakses tanggal 23 Maret 2019)
Setiawan, Fakhrizal dkk. 2013. Perubahan struktur komunitas ikan karang di Taman
Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, Vol. 1 No.2. Aquatic Science & Management.
Setiawan, Fakhrizal, Janny D.Kusen dan Georis J.F. Kaligis. 2013. Struktur Komunitas Ikan
Karang Di Perairan Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara.
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Vol.IX. No.1. Universitas Sam Ratulangi.
Sulawesi Utara.
12