Oleh
Mendy Aisha Ramdhiani
mendyaramdhiani@gmail.com
Geologi UPN ‘V’ Yogyakarta
mesinmilenial.com
Tujuan
Kebanyakan orang tidak bisa menentukan asosiasi mineral dari batuan beku yang ditemukan di
kerak bumi dana apa yang terjadi pada batuan tersebut ketika ia terekspos ke permukaan bumi.
Norman L. Bowen pada tahun 1920-1930an melakukan eksperimen di laboratorium, melebur suatu
sampel batuan beku, dan menemukan urutan kristalisasi magma yang membentuk mineral-mineral
di alam. Urutan ini disebut dengan Deret Bowen, deret ini mencakup kebanyakan mineral yang
membentuk batuan (rock forming minerals).
Pengertian
Magma – leburan batuan beku
Ekstrusi – magma yang keluar dan mendingin ke permukaan bumi
Intrusi – magma yang mengintrusi/ keluar tetap dibawah permukaan bumi
Feldspar – kelompok mineral termasuk microline, orthoclase, dan plagioclase
Mafic – mineral yang mengandung besi dan magnesium
Afanitik – butiran-butiran mineral yang tidak bisa terlihat oleh mata telanjang
Faneritik – butiran-butiran mineral yang terlihat oleh mata telanjang
Reaction Series – urutan mineral dimana mineralnya bereaksi untuk berubah menjadi mineral lain
Rock Forming Mineral – mineral yang terdapat pada batuan, mineral pada Deret Bowen
merupakan mineral yang sering muncul pada batuan beku
Berat jenis - massa/berat relatif dari material berbanding dengan massa/berat dari total volume
air
Informasi Pengajar
Mengingat pada buku geologi Der re Metallica yang ditulis pada abad pertengahan, para
penambang menyadari bahwa mereka dapat mengamati urutan kristalisasi mineral daru awal
hingga akhir terbentuknya mineral. Bagaimanapun, tidak ada hubungan yang dikodifikasikan pada
penemuan Norman L. Bowen di Institut Carnegie pada tahun 1920an- 1930an.
Untuk mengidentifikasi mineral secara lebih lanjut, ia menganalisis sampel
menggunakan difraksi sinar X. Jika sampel tersebut adalah mineral, sinar X akan terdifraksi, atau
terbelokan/terbiaskan ketika melewati mineral nya, sedangkan jika sampel tersebut adalah massa
gelas, hasil analisis sinar X nya tidak aka nada refraksi/ pembelokan. Sudut dimana sinar X
terbelokan bergantung pada struktur kristal pada mineral tersebut. Jika tidak ada mineral pada
sampel, sinar X akan lolos secara lurus melewati sampel tersebut.
Ketika Bowen melakukan eksperimen ini, ia menemukan bahwa ada urutan kristalisasi
mineral-mineral yang ditemukan di alam secara teratur. Ia menyadari bahwa urutan tersebut
berhubungan dengan karakter fisika dan kimianya. Kemudian ia menemukan ada dua urutan dari
mineral tersebut, seri diskontiny dan seri kontinyu.
Seri Reaksi Diskontinyu
Sisi bagian kanan dari Deret Bowen. Kelompok tersebut merupakan kelompok mafic atau
mineral pembawa unsur besi-magnesium, mineral tersebut yaitu olivine, pyroxene, amphibole, dan
biotit. Mineral tersebut bereaksi secara diskontinyu untuk membentuk mineral selanjutnya.
Magma dengan kandungan silika yang cukup, akan membentuk mineral, mineral tersebut akan
berubah membentuk mineral selanjutnya seiring dengan menurunnya suhu. Seperti yang anda
ketahui mengenai deret bowen, semakin bawah, semakin banyak komposisi silika nya. Pada
magma yang bersifat basa, olivine merupakan mineral mafic yang pertama kali terbentuk. Ketika
suhu menurutn dan komposisi silikanya cukup untuk membentuk pyroxene, olivine akan bereaksi
dengan sisa magma untuk membentuk pyroxene dan pyroxene akan mengkristal. Pada kristalisasi
amphibole, pyroxene akan bereaksi dengan sisa magma untuk membentuk amphibole dan
amphibole akan terbentuk. Pada kristalisasi biotit, amphibole akan bereaksi dengan lelehan sisa
untuk membentuk biotit. Berdasarkan hal tersebut, seharusnya semua batuan beku mengandung
biotit. Tetapi, kita tau bahwa itu tidaklah benda. Jika kamu olivine terkristalisasi dan tidak ada
silika yang cukup untuk membentuk pyroxene, kemudian reaksi tersebut tidak akan berlanjut dan
hanya olivine lah yang terbentuk. Jika terjadi kristalisasi olivine dengan suhu yang menurun secara
sangat cepat (misalkan magma keluar ke permukaan karena aktivitas vulkanik), reaksi tersebut
tidak punya waktu untuk membentuk mineral lainnya, batuannya akan memadan secara cepat, dan
mineral yang tersisa adalah olivine.
Seri Reaksi Kontinyu
Sisi bagian kiri dari Deret Bowen. Kelompok plagioklas mempunyai rumus kimia (Ca,
Na)(Al, Si)3O8. Pada suhu yang paling tinggi, plagioklas hanya terdiri unsur kalsium (Ca),
sedangkan pada suhu yang paling rendah, plagioklas hanya terdiri dari unsur natrium (Na).
Diantara suhu tertinggi dan terendah, plagioklas mengandung 50% Ca dan 50% Na. Sebagai
contoh, pada magma yang bersifat basa, plagioklas yang pertama kali terbentuk akan mengandung
100% Ca dan 0% Na. Seiring dengan menurunnya suhu, kristal tersebut akan bereaksi dengan
larutan sisa untuk membentuk 99% Ca dan 1% Na dan 99% Ca dan 1% Na akan terbentuk.
Kemudian mineral tersebut akan bereaksi dengan larutan sisa untuk membentuk 98% Ca dan 2%
Na dan plagioklas dengan komposisi tersebut akan terbentuk. Begitu seterusnya. Semua reaksi ini
terjadi secara kontinyu seiring dengan waktu, natrium, aluminium, dan silika yang cukup untuk
membentuk mineral baru tersebut. Hasil akhir dari reaksi ini adalah batuan dengan kandungan
plagioklas dimana perbandingan Ca dan Na sama seperti magma awal.
Pada kedua reaksi tersebut, baik kontinyu maupun diskontinyu, semakin turun semakin
silikanya bertambah pula. Biotit mempunyai kandungan silika yang lebih banyak daripada olivine,
Na-Plagioklas mempunya kandungan silika yang lebih banyak dibandingkan dengan Ca-
Plagioklas.