Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Fero
Besi atau Ferro memiliki simbol (Fe) dan merupakan logam berwarna putih
keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam
golongan VIII, dengan berat atom 55,85g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7.86g.cm-
3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam
yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk
mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian kimia.
Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja
tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama
karbon) (Eaton Et.al, 2005; Rumapea, 2009 dan Parulian, 2009).
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna
antara besi (II) dengan orto-penantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara
maksimal pada panjang gelombang tertentu. Kadar besi dalam suatu sampel yang
diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan teknik spektrofotometri UV-Vis
menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Dasar penentu kadar besi (II) dengan
orto-Fenantrolin. Senyawa ini memiliki warna sangat kuat dan kestabilan relatife lama
dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada
persiapan larutan, sebelum pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya
pereduksi seperti hidroksilamina HCl yang akan mereduksi Fe3+menjadi Fe2+. pH
larutan harus dijaga pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat
(Hendayana, S, dkk,2001 : 22).
Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi , suatu senyawa dilakukan
dengan membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap
terhadap larutan standar yang telah diketahui kunsentrasinya. Terdapat dua cara standar
adisi , pada cara yang pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar, diukur
serapannya, kemudian tentukan konsentrasinya dengan menggunakan cara kalibrasi.
Cara yang kedua dilakukan dengan menambahkan sejumlah larutan contoh yang sama
kedalam larutan standar (Hendayana, S, dkk,2001 : 12).

II-1
II - 2
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.2 Pengertian Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan
detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa
baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun
absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi,
1990)
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri
(Basset, 1994).
Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada
penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media
dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible
umumnya disebut kalori, oleh karena itu pembentukan warna pada metoda ini sangat
menentukan ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan warna dilakukan dengan cara
penambahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan (Fatimah,
2005).
Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah
spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi
senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm)
atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan
penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur.
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer,
yaitu:
A = – log T = – log It / I0 = ε . b . C

Dimana:
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 3
Bab II Tinjauan Pustaka
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Serapan molar
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
(Tahir, 2009).
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan
dan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Serapan molar pada persamaan di atas
adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang
diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar
nilai serapan molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya,
atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar(Tahir, 2009).
Adapun instrument dari spektrofotometri UV-vis yaitu:
1. Sumber radiasi
Sumber radiasi pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis ada tiga macam:
a. Sumber radiasi Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel
pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa.
Memiliki panjang gelombang antara 380-900 nm. Spektrum radiasianya berupa
garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.
b. Sumber radiasi Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380
nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang
terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
c. Sumber radiasi merkuri. Sumber radiasi ini memiliki panjang gelombang 365 nm.
2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang
tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di
dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 4
Bab II Tinjauan Pustaka
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar
akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih
baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

2.1.3 Jenis-jenis Spektrofotometri


a. Spektrofotometri inframerah
Spektrofotometri nframerah sangat penting dalam kimia modern, terutama
(meskipun bukan satu-satunya) dalam ddaerah organik. Spektrofotometri ini
merupakan alat rutin untuk mendekteksi gugus fungsional, mengidentifikasi
senyawa, dan menganalisa campuran. Instrumen yang merekan spektra inframerah
tersedia secara komersial dan mudah digunakan secara rutin. (Underwood, 1990)
Bila kita memberikan strultur molekul yang dinyatakn dengan panjang ikatan dan
sudut ikatan, maka yang digambarkan adalah sejenis situasi pukul rata-rata.
Bayangkan suatu konstruksi model molekul rumit ternuat dari bola-bola kayu yang
dihubungkan oleh pegas-pegas dan digantung dengan kawat. Pukullah molekul itu,
dan molekul itu akan menjadi suatu obyek yang gemeteran dengan semua atomnya
bergerak-gerak relatif satu sama lain ketika barang lusinan pegas itu mampat,
terulur, maupun tertekuk. Gerakan yang mula-mula tampak sangat rumit ini, dapat
dipisah menjadi sederetan mode getaran inividu yang frekuensi ilmiahnya
bergantung pada massa bola-bola kayu dan karakteristik pegas. Jika ada dipolo
listrik yang berayun yang dikaitkan dengan suatu mode getaran tertentu, maka akan
terjadi suatu antaraksi dengan vektor listrik dari radiasi elektromegnetik yang
frekuensinya sama, yang akan menimbulkan pengadsopsian energi yang muncul
sebagai akibat dari membesarnya amplitudo getaran(Underwood, 1990)

Gambar II.1 Tabel frekuensi gugus inframerah

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 5
Bab II Tinjauan Pustaka
b. Spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak (UV-VIS)
Spetrum elektronik senhyawa dalam fase uap kadang-kadang menunjukkan struktur
halus dimana sumbangan vibrasi individu dapat teramati, namun dalam fase-fase
mampat, tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga
dekatnya, sehingga sering hanya tampak pita lebar. Semua molekul dapat
mengabsopsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena merek mengandung elektron,
baik sekutu maupun menyendiriyang dapat diekstasikan ke tingkat energi yang
lebih tinggi panjang gelombang dimana adsobsi itu terjadi, bergantung pada berapa
kuat elektron itu terikatdalam molekul itu (Underwood, 1990).

Gambar II.2 spektrum adsopsi ultraviolet


c. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy
dalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah
380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka
sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
d. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.
Deuterium disebut juga heavy hydrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang
stabil tang terdapat berlimpah dilaut dan didaratan. Karena sinar UV tidak dapat
dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini
terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 6
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.4 Cara Kerja Spektrofotometer

Gambar II.3 Instrumen Spektrofotometri UV – VIS

Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut


menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat
tertentu, dan setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum yang
berbeda. Dari monokromator tadi, cahaya atau energi radiasi diteruskan dan diserap
oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet. Jumlah cahaya yang diserap
oleh larutan akan menghasilkan sinyal elektrik pada detektor, yang mana sinyal elektrik
ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya sinyal
elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka (Triyati, 1985).
Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai untuk
daerah Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung pada cara pemakaian
dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor pada dinding sel
akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali sebelum dipakai (Skoog
dan West, 1971).
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan
mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang
mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya
yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 7
Bab II Tinjauan Pustaka
diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan
diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif (Rohman, 2007).

2.1.5 Kalibrasi Spektrofotometri


Yang perlu dikalibrasi adalah panjang gelombang dan absorbansi (Harjadi, 1990)
a. Kalibrasi Panjang gelombang
Menggunakan filter gelas helium oksida yang mempunyai panjang
gelombang acuan (nm) pasang filter gelas holium oksida pada kompartemen
sampel dan kompartemen pembanding dibiarkan kosong (udara) , Scan spektrum
serapan holium oksida, bandingkan panjang gelombang spektrum yang diperoleh
dengan data panjang gelombang acuan.
b. Kalibrasi Absorbans
Buat larutan kalium dikromat 50 + 0,5 mg dalam 1 liter 0,005 mol/L asam
sulfat (larutan A) , Buat larutan kalium dikromat 100 + 1 mg dalam 1 liter 0,005
mol/L asam sulfat (larutan B) , buat larutan 0,005 mol/L asam sulfat sebagai
pembanding dan bandingkan hasilnya dengan data acuan (+ 2%)
c. Cara Pemeliharaan
Cara pemeliharaan spektrofotometer UV Vis adalah kompartment sampel
selalu dibersihkan, suhu penyimpanan stabil, meja permanen, gunakan stabilizer,
masukkan kuvet tegak lurus, alat harus selalu diperiksa, kuvet yang digunakan
harus bersih. Sebelum digunakan, biarkan mesin warming-up selama 15-20 menit.
Spektrofotometer sebisa mungkin tidak terpapar sinar matahari langsung, karena
cahaya dari matahari akan dapat mengganggu pengukuran. Simpan
spektrofotometer di dalam ruangan yang suhunya stabil dan diatas meja yang
permanen. Pastikan kompartemen sampel bersih dari bekas sampel. Saat
memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering. Lakukan kalibrasi panjang gelombang
dan absorban secara teratur.
d. Aplikasi
UV/Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan
larutan dari logam transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa organik, studi
fotoelektrokimia lapisan tipis CdS hasil deposisi metode CBD, meneliti pengaruh
kelembaban terhadap absorbansi optik lapisan gelatin dan dalam penentuan

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 8
Bab II Tinjauan Pustaka
konsentrasi suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya menggunakan
larutan standar.

2.1.6 Baku Mutu Air Bersih dan Air Minum


PERMENKES TENTANG STANDAR KUALITAS AIR BERSIH DAN AIR MINUM
NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990
TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990

Persyaratan air minum Persyaratan air bersih

Parameter Satuan Kadar Keterangan Kadar Keterangan


maksimum yang maksimum yang
diperbolehkan diperbolehkan

A. FISIKA

Bau – – Tidak berbau – Tidak berbau

Jumlah padat mg/L 1.000 1.500


terlarut (TDS)

Kekeruhan skala 5 25
NTU

Rasa – – Tidak berasa – Tidak berasa


oC
Suhu Suhu udara±3oC Suhu udara±3oC

Warna skala 15 50
TCU

B. KIMIA

a. Kimia
Anorganik

Air Raksa mg/L 0,001 0,001

Aluminium mg/L 0,2 –

Arsen mg/L 0,05 0,05

Barium mg/L 1,0

Besi mg/L 0,3 1,0

Fluorida mg/L 1,5 1,5

Kadmium mg/L 0,005 0,005

Kesadahan (Ca mg/L 500 500


CO3)

Klorida mg/L 250 600

Kromium Valensi mg/L 0,05 0,05


6

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 9
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1.7 Dampak Fero Terhadap Lingkungan
Air tanah dapat terkontaminasi dari beberapa sumber pencemar. Dua sumber utama
kontaminasi air tanah ialah kebocoran bahan kimia organik dari penyimpanan bahan
kimia dalam bunker yang disimpan dalam tanah, dan penampungan limbah industri
yang ditampung dalam kolam besar diatas atau di dekat sumber air.
2+
Pada umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe atau
Fe3+. Kandungan ion Fe (Fe2+,Fe3+) pada air sumur bor berkisar antara 5-7 mg/L.
Tingginya kandungan Fe (Fe2+,Fe3+)ini berhubungan dengan keadaan struktur tanah.
Struktur tanah dibagian atas merupakan tanah gambut, selanjutnya berupa lempung
gambut dan bagian dalam merupakan campuran lempung gambut dengan sedikit pasir.
Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga (Fe3+) . Dalam
bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau FeSO4 tergantung dari unsur
lain yang mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa besi dalam air adalah bersumber dari
dalam tanah sendiri di sampng dapat pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari
larutnya pipa besi, reservoir air dari besi atau endapan-endapan buangan industri.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 10
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2 Jurnal Aplikasi Industri
Perbandingan Kadar Fe(II) dalam Tablet Penambah Darah secara Spektrofotometri
UV-Vis yang Dipreparasi Menggunakan Metode Destruksi Basah dan Destruksi
Kering
Suerni Kurniawati dan Djarot Sugiarsa
2016
Zat besi (II) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, terutama dalam
proses pembentukan darah yaitu sintesa hemoglobin. Zat besi (II) juga berfungsi
untuk mengangkut oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh serta membantu proses
metabolisme untuk menghasilkan sebuah energi. Kekurangan zat besi (II) dapat
menyebabkan penyakit anemia, sedangkan kelebihan zat besi (II) dapat menyebabkan
permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler meningkat. Zat besi yang dibutuhkan oleh
tubuh adalah 150–300 mg per hari. Pengkonsumsian tablet penambah darah harus
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan sehingga zat besi (II) yang terdapat di
dalam tubuh tidak berlebihan. Penderita anemia harus mengonsumsi tablet penambah
darah dengan kadar besi 60 mg sebanyak 1–2 kali sehari.
Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar Fe (II) adalah
metode spektrofotometri UV- Vis. Metode ini memerlukan pengompleksan sehingga dapat
membentuk warna yang spesifik yang dapat terukur dalam spektrofotometer UV-Vis.
Untuk meminimalkan gangguan analisa, maka diperlukan perlakuan awal yang tepat. Cara
yang biasa dilakukan sebagai perlakuan awal adalah destruksi. Destruksi perlu dilakukan
sebelum analisa karena destruksi berfungsi untuk menghilangkan atau memisahkan
kandungan ion lain. Destruksi terdapat dua macam yaitu destruksi basah (wet digestion)
dan destruksi kering (dry ashing). Kedua metode destruksi tersebut memiliki karakteristik
masing- masing. Oleh karena itu, perbandingan kedua metode tersebut sangat diperlukan
untuk mengetahui keakuratan hasil analisa kadar zat besi dalam tablet penambah darah.
Maka analisa ini dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kadar Fe (II)
dalam tablet penambah darah merk Sangobion dengan metode destruksi basah
adalah sebesar 99, 6 mg dengan persentase besi terukur sebesar 23,7% (237142,86
ppm), sedangkan kadar Fe (II) dengan metode destruksi kering adalah sebesar 26,69 mg
dengan persentase besi terukur sebesar 6,36% (63547,62 ppm). Dari hasil penentuan
kadar Fe (II) tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode destruksi yang lebih efektif
pada analisa Fe(II) adalah metode destruksi basah.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018

Anda mungkin juga menyukai