Anda di halaman 1dari 20

SABUN DAN DETERGEN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari
Yang dibina oleh Bapak Eli Hendrik Sanjaya, S.Si., M.Si.

Oleh:
Dinah Ade Mulyasari (160332605804)
Fania Faradila Yuniarizky (160332605818)
Indi Ngazifatul Muna (160332605892)
Sekar Fidiningrum (160332605897)
Offering H

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGERTAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
Februari 2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara heterogen dari segi aktifitas perindustriannya,
meskipun bukan termasuk negara perindustrian di dunia. Perindustrian di Indonesia
mulai dari industri rumah tangga, industri dengan beraggotakan komunitasnya saja,
hingga industri global dengan berbagai kerjasama dan cabang-cabang dari negara lain.
Adapun kota-kota besar di Indonesia yang merupakan kota industri terbesar adalah
Surabaya, Sidoarjo, dan Bekasi. Beberapa perusahaan di kota tersebut merupakan cabang
atau kerjasama dari negara lain misalnya PT. Kao Indonesia, yang salah satu hasil
produksinya adalah Sabun dan Detergen. Tidak hanya perusahaan tersebut yang
memproduksi sabun di Indonesia, namun juga PT. Wings Indonesia, PT. Unilever, dan
lain sebagainya.

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Surfaktan (surface acting agent) merupakan senyawa organik yang
dalam molekulnya memiliki sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik.
Kandungan utama sabun adalah Na-karboksilat (RCOONa), sabun mandi dibuat dari
campuran basa dengan minyak. Umumnya basa yang digunakan adalah kalium
hidroksida (KOH). Pada beberapa sabun mandi ditambahkan sulfur yang berfungsi
sebagai antiseptik. Garam mandi merupakan zat aditif yang berfungsi memberi nilai
tambah bagi sebuah peran sabun mandi. Garam mandi umumnya mengandung garam-
garam anorganik, minyak esensial dan pewangi. Sabun mandi saat ini sudah berkembang
jenisnya. Bukan hanya sabun batangan atau sabun cair saja. Ada beraneka jenis sabun
mandi yang kini beredar di pasaran, diantaranya: sabun batang, sabun cair, shower gel,
shower cream, shower oil.

Sabun merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti


natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak
dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan
tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan
mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004)
Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Zat kimia yang terkandung di dalam
detergen terdiri atas: surfaktan yang berfungsi sebagai zat pembasah yang akan menyusup
ke dalam ikatan antara kotoran dan serat kain, builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan
efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air,
filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci tetapi menambah kuantitas, dan additives adalah bahan suplemen atau
tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, dan
pewarna. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.

Proses pembuatan sabun dan detergen pada skala industri rumah tangga atau
konvensional memang tidak terlalu rumit, namun apabila produksi ini dilakukan pada
skala besar atau sekitar beberapa ton perhari tentulah membutuhkan ilmu khusus untuk
melakukannya. Hal yang harus dilakukan pada proses pembuatan Sabun dan Detergent
adalah persiapan raw material (bahan baku), pengendalian proses, pengendalian alat, dan
treatment hasil produksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja zat atau bahan kimia yang terkandung pada sabun dan deterjen beserta
fungsinya?
2. Apa saja jenis-jenis sabun dan detergen?
3. Bagaimana cara pembuatan sabun dan detergen?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui zat atau bahan kimia yang terkandung pada sabun dan deterjen
beserta fungsinya;
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sabun dan detergen;
3. Untuk mengetahui cara pembuatan sabun dan detergen.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai zat atau bahan kimia yang
terkandung pada sabun dan deterjen beserta fungsinya;
2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai jenis-jenis sabun dan
detergen;
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai cara pembuatan sabun dan
detergen.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sabun dan Deterjen

Bahan pembersih memiliki beberapa bentuk, diantaranya sabun, deterjen dan produk
pembersih lainnya. Sabun berbeda dengan deterjen, karena sabun terbuat dari lemak
hewani, sedangkan deterjen terbuat dari senyawa kimia buatan serta dilakukan
penambahan zat aditif, sehingga terlihat lebih menarik. Sabun merupakan pembersih yang
cukup baik, karena dapat bertindak sebagai bahan pengemulsi. Terbentuknya asam lemak
dari asam lemah sabun dapat diubah oleh mineral garam menjadi asam-asam lemak
jenuh, asam-asam lemak ini memiliki keterikatan yang rendah, bentuk presipitasi atau
sabun yang membentuk buih, bentuk ini dapat menjadi tidak efektif dalam kondisi air
asam (Anonim,2003).

Pada umumnya, beberapa bahan yang terdapat dalam deterjen, terdapat zat aktif
permukaan yang mempunyai gugus ujung berbeda yaitu hidrofilik (suka air) dan
hidrophobik ( tidak suka air), yang disebut surfaktan (Sarah, 2008). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar terdapat empat kategori surfaktan,
yaitu : Anionik yang tersusun dari beberapa bahan pembentuk, seperti misalnya Alkyl
Benzene Sulfonat (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), dan Alpha Olein
Sulfonate (AOS), beserta bahan kationik berupa garam Ammonium. Surfaktan non-ionik
dalam nonyl phenol polyethoxyle, dan bahan amphoterik seperti Acyl Ethylenediamine
(Sarah, 2008).

2.2 Pengertian Sabun

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari
dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium
atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang
dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua
cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses safinikasi minyak
akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak
akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida
dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas
dengan alkali (Qisti, 2009).

Pada saat ini, teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan
bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah di pasaran seperti sabun mandi,
sabun cuci baik untuk pakaian perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan
dalam industri. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai
dengan sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu
memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.

Sabun merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium
stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan
pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini
dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).

2.3 Komposisi Sabun

Sabun konvensional mengandung beberapa bahan, antara lain yaitu:

a. Minyak/Lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester
dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan
lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair
pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki
asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan
panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit,
sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit
terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan
linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada
keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki
ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang
tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek
dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
b. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal
dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan
sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi
tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut
dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan
sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan
air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat
mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri
dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda
sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun
dengan keunggulan tertentu.
c. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan
sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun
menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam)
dan bahan-bahan aditif.
 NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi
di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan
umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan
untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
 Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik
konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti
oksidan, Pewarna,dan parfum.
Biasanya juga sabun mengandung surfaktan, pelumas, antioksidan, deodorant,
warna, parfum, dan pengontrol pH.

 Surfaktan

Surfaktan adalah molekul yang memiliki gugus polar yang suka air
(hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sehingga dapat
memperasatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air yang bekerja
menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan merupakan bahan terpenting dari
sabun. Lemak dan minyak yang dipakai dalam sabun berasal dari minyak kelapa
(asam lemak C12), minyak zaitun (asam lemak C16-C18), atau lemak babi.
Penggunaan bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda, baik secara fisik
maupun kimia.

 Pelumas

Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak hanya
meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misal:
asam lemak bebas, fatty alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, cocoa butter,
dan minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat, asam lemak
isotionat, asam lemak etanolamid, polimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat).

 Antioksidan dan Sequestering Agents

Antioksidan adalah senyawa atau zat yang dapat menghambat, menunda,


mencegah, atau memperlambat reaksi oksidasi meskipun dalam konsentrasi yang
kecil. Untuk menghindari kerusakan lemak terutama bau tengik, dibutuhkan
bahan penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan butilhydroxy toluene
(0,02%-0,1%). Sequestering Agents dibutuhkan untuk mengikat logam berat yang
mengkatalis oksidasi EDTA. EHDP (ethanehidroxy-1-diphosphonate).
 Deodorant

Deodorant adalah suatu zat yang digunakan untuk menyerap atau


mengurangi bau menyengat. Deodorant dalam sabun mulai dipergunakan sejak
tahun 1950, namun oleh karena khawatir efek samping, penggunaannya dibatasi.
Bahan yang digunakan adalah TCC (trichloro carbanilide) dan 2-hidroxy 2,4,4-
trichlodiphenyl ester.

 Warna

Kebanyakan sabun toilet berwarna cokelat, hijau biru, putih, atau krem.
Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada,
pigmen yang digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali (0,01-
0,5%). Titanium dioksida 0,01% ditambahkan pada berbagai sabun untuk
menimbulkan efek berkilau.

 Parfum

Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi.
Pewangi ini harus berada dalam pH dan warna yang berbeda pula. Setiap pabrik
memilih bau dan warna sabunbergantung pada permintaan pasar atau masyarakat
pemakainya.

 Pengontrol pH

Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat


menurunkan pH sabun. Kebanyakan dari kita memiliki kulit bersifat asam dengan
PH 5.5, PH netral berada di angka 7, dan untuk PH diatas 7 dinamakan PH basa.
Sabun-sabun mandi atau facial foam yang beredar di pasaran rata-rata memiliki
kisaran PH 8 hingga maksimal 10.

2.4 Cara Pembuatan Sabun

Cara pembuatan untuk sabun padat:

1. Campurkan larutan caustik soda dengan susu murni dan air bersih pada wadah yang
bukan terbuat dari aluminium, kemudian rebus hingga mendidih.
2. Larutkan minyak kelapa dan minyak lemak sapi, campurkan hingga merata kemudian
panaskan.
3. Campuran larutan caustik soda, susu murni, dan air bersih (pada poin a diatas) yang
sudah mengental kemudian dicampur dengan larutan minyak kelapa dan minyak
lemak sapi (pada poin b diatas) lalu aduk hingga mengental.
4. Masukkan Dextrim Alba, minyak rose, pewarna, dan bibit minyak wangi lalu aduk
kembali hingga merata.
5. Setelah semua bahan tercampur merata, masukkan pada cetakan yang telah disiapkan,
biarkan beberapa saat hingga mengeras. Setelah mengeras, maka sabun bisa
dikeluarkan dari cetakan dan siap digunakan.

Cara pembuatan untuk sabun padat:

1. Siapkan sebuah wadah kemudian masukkan sodium sulfat sebanyak 100 gram dan
sodium klorida lalu campur sampai rata.

2. Apabila kedua bahan di atas sudah bercampur kental dan kelihatan memutih seperti
pasta, masukkan gliserol sbanyak 25 gram, sambil diaduk tambahkan air sedikit demi
sedikit.

3. Masukkan NaSO4 sebanyak 10 gram (+25%) dan asam nitrat sebanyak 5 gram.

4. Setelah campuran menyatu dengan rata, masukkan pewarna secukupnya, beberapa


tetes parfum dan pengawet.

5. Diamkan campuran selama 6-10 jam sampai busa turun.

6. Setelah sampai pada waktu yang ditentukan dan busa sudah mulai turun, maka hasil
olahan sudah siap dikemas dan di pasarkan.

2.5 Jenis-Jenis Sabun

1. Sabun Batang
Sabun jenis ini adalah jenis pembersih tubuh yang paling lama dan kemungkinan
yang paling pertama diciptakan manusia. Dalam sebuah prasasti dari zaman
Babylonia sekitar tahun 2200 SM, ada catatan yang menyatakan penggunaan sabun
batang yang terbuat dari air, alkali dan minyak cassia. Hebat, ya? Sabun jenis ini
biasanya mengandung sodium hydroxide yang diperlukan untuk mengubah lemak
nabati atau hewani cair menjadi sabun keras. Kandungan ini yang bisa membuat kulit
menjadi kering. Untuk Anda yang biasa memakai sabun batang, pastikan ada
kandungan pelembap tambahan, seperti minyak esensial atau madu. Sabun jenis ini
bisa digunakan untuk segala jenis kulit dan kebutuhan. Di pasaran, Anda bisa
menemukan sabun batang dengan tambahan pewangi alami, sabun batang dengan
fungsi anti bakteri, sabun batang dengan scrub yang bisa Anda gunakan untuk
eksfoliasi, atau juga sabun batang anti jerawat.

2. Sabun Cair
Banyak orang yang lebih memilih sabun jenis ini karena lebih praktis dan
higienis. Sama seperti sabun batang, sabun jenis ini juga memiliki berbagai variasi.
Namun, ingat baik-baik nih. Jika Anda menggunakan sabun cair bersama shower
foam, sikat, loofah, atau spons untuk mandi, pastikan alat-alat ini terjaga
kehigienisannya.

3. Shower Gel
Inilah salah satu variasi dari sabun cair. Dengan tekstur gel, sabun ini tak
‘seringan’ sabun cair pada umumnya, namun tak kental sampai terasa lengket. Shower
gel semakin sering ditemukan karena mampu menjadikan kulit lebih lembut setelah
mandi alias tak mengeringkan. Sabun jenis ini pun kadang dikemas multifungsi
sehingga bisa digunakan juga sebagai sampo.
4. Shower Oil
Setelah gel, Anda bisa menemukan sabun dengan kadar minyak yang lebih
banyak. Ya, sabun jenis ini tergolong lebih kental karena kandungan minyak tersebut.
Biasanya, sabun jenis ini memiliki tingkat pH yang netral sehingga aman digunakan
untuk Anda yang memiliki kulit sensitif. Baik dipakai untuk pemilik kulit dan kasar.

5. Shower Cream
Jenis yang satu ini sedikit mirip dengan sabun cair pada umumnya. Perbedaannya
terletak pada teksturnya yang berupa krim. Sabun jenis ini biasanya bebas deterjen
dan diperkaya dengan pelembap. Untuk memaksimalkan efeknya, gunakan shower
cream dengan gerakan memijat. Setelah dibilas pun, sabun ini tak meninggalkan rasa
kesat pada kulit. Sabun jenis ini bagus digunakan untuk Anda yang memiliki kulit
sangat kering.
6. Body Scrub
Membersihkan tubuh sekaligus mengangkat sel-sel kulit mati yang menumpuk.
Ini adalah kegunaan utama dari body scrub. Jenis yang satu ini bisa digunakan
langsung sebagai pembersih tubuh. Tak perlu scrubbing, menunggu hingga kering,
baru mandi. Gunakan dengan gerakan melingkar sambil memijat tubuh dengan lembut
untuk membantu melancarkan peredaran darah. Pembersih tubuh ini bisa digunakan
untuk jenis kulit apa pun.

2.7 Pengertian Deterjen


Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. di banding dengan
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik
serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Deterjen merupakan garam Natrium dari
asam sulfonat.

Deterjen sering kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti mencuci
pakaian. Bahan utama deterjen ialah garam natrium yaitu asam organic yang dinamakan
asam sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan deterjen merupakan
molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.

2.8 Komposisi Deterjen

Berikut merupakan kandungan bahan pada deterjen, yaitu :

1. Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic
(Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein
Sulfonate/AOS), Kationik(Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol
polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines).
2. Bahan pembentuk / penunjang

Salah satu contoh bahan penunjang adalah soda ash atau sering disebut soda abu
yang berbentuk bubuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi meningkatkan daya
bersih. Keberadaan bahan ini dalam campuran tidak boleh terlalu banyak karena
menimbulkan efek samping, yaitu dapat mengakibatkan rasa panas di tangan pada
saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lain adalah STTP (sodium tripoly phosphate)
yang mempunyai efek samping yang positif, yaitu dapat menyuburkan tanaman.
Dalam kenyataannya, ada beberapa konsumen yanhg menyiramkan air bekas cucian
produk deterjen tertentu ke tanaman dan hasilnya lebih subur. Hal ini disebabkan oleh
kandungan fosfat yang merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.
Builder dapat meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan untuk melunakkan
air sadah dengan cara mengikat mineral- mineral yang terlarut, sehingga surfaktan
dapat berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu, builder juga membantu menciptakan
kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik
serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas.

3. Filler (pengisi)

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai


kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium
sulfate.

4. Additives (bahan tambahan)

Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih


menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk
maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy
Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke
dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi).
Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air
sebagai bahan pengikat.
2.9 Cara Pembuatan Deterjen

Berikut merupakan bagian-bagian dari proses pembuatan deterjen, yaitu :

1. Spray-drying

Spray-drying merupakan proses modern dalam pembuatan deterjen bubuk sintetik


dimana dalam spray-drying terjadi proses pengabutan dan dilanjutkan proses
pengeringan. Gambaran proses pembuatannya adalah komponen-komponen cairan
(diterima dalam drum dan kemudian disimpan dalam storage tank) diukur kemudian
dicampurkan dengan komponen padat (diterima dalam bags atau wadah khusus dan
kemudian disimpan dalam silos) untuk membentuk slurry yang homogen. Beberapa
slurry memiliki perbedaan viskositas dan konsentrasi berdasarkan formula yang
dipompakan pada tekanan tinggi (hingga 10 bar). Dan di spray (disemprotkan)
melalui alat penyemprot khusus (nozzles) ke dalam menara berbentuk silinder (spray–
drying tower). Dalam beberapa kasus aliran udara mengalir menuju produk untuk
memastikan efisiensi termalnya tinggi dan proses drying terkontrol.

Pilihan drying co-current pada dasarnya dibatasi oleh perbedaan proses drying
yang mana hasilnya lebih tetap dan tahan terhadap hollow beads yang berasal dari
ekspansi mula–mula dan drying permukaan ketika slurry menurun pada saat suhu
udara tinggi pada bagian atas menara (spray-drying tower). Dalam kasus ini ketika
meneruskan arus aliran turun, pengeringan produk diproses yang dihubungkan dengan
menurunkan suhu udara. Drying co-current menurunkan efisiensi kalor dan sebagian
besar digunakan untuk pengeringan produk yang sensitif terhadap suhu tinggi dari
bulk dengan densitas yang rendah. Produk yang dikeringkan dalam bentuk hollow
bead dikumpulkan pada bagian atas menara spray drying dan didinginkan serta
dikristalisasikan melalui sistem pembawa airlift dengan aliran udara dingin. Setelah
pengangkutan udara bubuk dasar disaring dan diberikan pengharum dan akhirnya
dicampur dengan komponen-komponen yang sensitive terhadap suhu atau zat adiktif
yang kemudian di simpan dalam silos dan akhirnya di bawa ke mesin pengepak
poduk.
2. Aglomerasi

Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk sintesis yang


memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran material-material kering
dengan bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya bahan pengikat cairan yang
kemudian bercampur yang menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung satu sama lain
yang membentuk partikel-partikel berukuran besar. Proses aglomerasi dapat di
gambarkan seperti proses penimbunan atau penumpukan dari komponen dari bubuk
menjadi cairan dan menjadi butir atau granula. Tahap-tahap pemprosesan non tower
balestra untuk untuk produksi deterjen bubuk berdasarkan pada proses
aglomerasi.Diantara berbagai tahap proses tersebut, aglomerasi memperlihatkan
operasi yang sangat penting dan kritis, karena proses tersebut dihubung kan ke
struktur fisik dan pada saat yang sama,di hubungkan ke komposisi kimia dari produk.
Proses aglomerasi juga merupakan proses spray-drying dengan dry mixing atau
blending.

3. Dry Mixing

Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen bubuk
ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan
selama 1-2 menit dan ditambahkan slurry selama 3-4 menit sentasi air proses yang
digunakan anatara 35-40% dalam crutcher slurry. Dalam aglomerasi cairan
disemprotkan keatas secara continue. Komponen-komponen atau bahan yang
digunakan dalam aglomerasi meliputi slikat deterjen aktif dan air yang digunakan
sebagai cairan dalam aglomerasi. Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer,
pencampuran dilanjutkan selama 1-2 menit agar menjadi homogen. Sebagian besar
dari bubuk yang terbentuk dapat dikemas dengan segera setelah selesai atau setelah 30
menit penyimpanan.

2.10 Jenis-jenis Deterjen

Berdasarkan bentuk fisiknya deterjen dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Deterjen cair, secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Yang
membedakan cuma bentuk fisik. Biasanya digunakan untuk laundry modern
menggunakan mesin cuci yang kapasitasnya besar dengan teknologi canggih.
2. Deterjen krim, bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi
kandungan formula bahan baku keduanya berbeda.

3. Deterjen bubuk, jenis deterjen bubuk ini yang lebih beredar dimasyarakat atau
dipakai sewaktu mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, deterjen bubuk
dapat dibedakan menjadi dua yaitu deterjen bubuk berongga dan deterjen bubuk
padat.

Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok tersebut disebabkan oleh perbedaan proses
pembuatannya.

a. Deterjen bubuk berongga

Deterjen bubuk berongga mempunyai ciri butirannya berongga seperti bola


sepak yang didalamnya berongga. Butiran deterjen jenis berongga ini dihasilkan
oleh proses spray drying (proses pengabutan dilanjutkan dengan proses
pengeringan). Kelebihan deterjen bubuk berongga dengan detergent bubuk padat
adalah detergent bubuk berongga tampak volumenya lebih besar.

b. Detergent bubuk padat

Bentuk butiran deterjen bubuk padat bentuknya seperti bola tolak peluru, yaitu
semua bagian butirannya terisi oleh padatan sehingga tidak berongga. Butiran
deterjen yang padat ini merupakan hasil olahan dari proses pencampuran kering (dry
mixing). Kekurangan deterjen bubuk padat ini tampak volumenya tidak besar
sehingga kelihatan sedikit.

Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, deterjen dikelompokkan menjadi :

a. Deterjen Anionik (DAI)

Deterjen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan alkali.


Deterjen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila dilarutkan
dalam air. Biasanya digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama dari deterjen
anionik adalah :  Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat

 Alkil aril sulfonat

 Olefin sulfat dan sulfonat


b. Deterjen Kationik

Deterjen yang mengandung surfaktan kationik. Deterjen ini akan berubah


menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya digunakan
pada pelembut (softener). Selama proses pembuatannya tidak ada netralisasi tetapi
bahan-bahan yang mengganggu dihilangkan dengan asam kuat untuk netralisasi.
Agen aktif permukaan kationik mengandung kation rantai panjang yang memiliki
sifat aktif pada permukaannya. Kelompok utama dari deterjen kationik adalah :

 Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)

 Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18 atom karbon)

 Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18 atom C)

 Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl

c. Deterjen Nonionik

Senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam dan
basanya merupakan molekul yang sama. Deterjen ini tidak akan berubah menjadi
partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam air
sadah dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Kelompok utama
dari deterjen nonionik adalah :

 Etilen oksida atau propilen oksida

 Polimer polioksistilen

 Alkil amida

d. Deterjen Amfoterik

Deterjen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Deterjen
ini dapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada pH
air yang digunakan. Biasanya digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga.
Kelompok utama dari deterjen ini adalah: Natrium lauril sarkosilat
(CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natrium mirazol.
Menurut kandungan gugus aktifnya maka deterjen diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Deterjen jenis keras

Deterjen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan


tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan
pencemaran air. Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).ABS merupakan suatu
produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan
Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini
menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena, maka
persamaan reaksinya adalah:

C6H5C12H25+ SO3= C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)

Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium


Dodekil Benzena Sulfonat

2. Detergen jenis lunak

Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak


oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai. Contoh: Lauril Sulfat
atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS). Proses pembuatan (LAS) adalah dengan
mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril
Sulfat dengan reaksi:

C12H25OH + H2SO4= C12H25OSO3H + H2O

Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Lauril Sulfat
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari makalah tentang proses pembuatan sabun ini adalah
sebagai berikut :
1) Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang
panjang.
2) Jenis-jenis sabun diantaranya sabun batang, sabun cair, shower gel, shower cream,
shower oil, dan body scrub.
3) Bahan baku utama pembuatan sabun adalah minyak/ lemak dan alkali.
4) Bahan baku pendukung pembuatan sabun adalah NaCl atau garam dan bahan-bahan
aditif.
5) Sabun memiliki sifat basa, menghasilkan buih, dan mempunyai sifat membersihkan.
6) Proses pembuatan sabun ada dua macam, yaitu: proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak.
7) Penggunaan sabun yang tidak semestinya akan berdampak pada kesehatan kulit dan
lingkungan.
8) Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
9) Zat kimia yang terkandung di dalam detergen terdiri atas: surfaktan, builder
(pembentuk), filler (pengisi), dan additives.
10) Jenis-jenis detergen ada dua, yaitu: detergen keras dan detergen lunak.
11) Bahan baku utama pembuatan detergen adalah surfaktan yang berfungsi sebagai zat
pembasah yang akan menyusup ke dalam ikatan antara kotoran dan serat kain.
12) Hal yang harus dilakukan pada proses pembuatan sabun dan detergen adalah
persiapan raw material (bahan baku), pengendalian proses, pengendalian alat, dan
treatment hasil produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Andhira, Fairuz. 2012. Makalah Sabun, (Online), (http://fairuz-


juwel.blogspot.co.id/2012/06/makalah-sabun.html), diakses 4 Juni 2012.

Arif, Dwi. 2014. Apa Itu Sabun dan Detergen, (Online),


(http://chemist07.blogspot.co.id/2014/03/apa-itu-sabun-dan-deterjen.html),
diakses 15 Maret 2014.

Fatanah, Nur. 2012. Zat Yang Terkandung Dalam Detergen, (Online), (http://nur-
fatanah.blogspot.co.id/2012/04/zat-yang-terkandung-dalam-deterjen.html),
diakses 14 april 2012.

Nurdin, Muhamad. 2016. Cara Membuat Sabun Mandi Cair, (Online), (https://cara-
membuat-sendiri.blogspot.co.id/2013/08/cara-membuat-sabun-mandi-
cair.html), diakses 8 Februari 2013.

Nurdin, Muhamad. 2016. Cara Membuat Sabun Mandi Batangan Padat Berbahan
Sederhana, (Online), (http://www.caramembuatmu.com/2013/11/cara-
membuat-sabun-mandi-batangan-padat.html), diakses 15 November 2013.

Paramitha, Nadya. 2016. 6 Jenis Sabun Yang Perlu Anda Tahu, (Online),
(http://journal.sociolla.com/slider-tips/6-jenis-sabun), diakses 13 Maret 2016.

Senja, Jingga. 2014. Bahan Kimia Yang Kita Gunakan Dalam Kehidupan Sehari-
Hari, (Online), (http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id/2014/01/bahan-
kimia-yang-kita-gunakan-dalam.html), diakses 18 Januari 2014.

Zaen, Diah. 2016. Mengenal Jenis-Jenis Sabun Mandi, (Online),


(http://beautynesia.id/5202), diakses 28 maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai