Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi Nyeri

Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi, atau
dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut. Nyeri bersifat subjektif dan merupakan suatu sensasi
sekaligus emosi (Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2006).

Kapasitas jaringan saraf dalam menimbulkan nyeri ketika mendapat rangsangan


bergantung pada nosiseptor. Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan
menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai reseptor
yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu, listrik, atau kimiawi. Nosiseptor terdiri dari serat
aferen primer A-delta yang bergaris tengah kecil dan sedikit bermielin dan serat aferen primer C
yang tidak bermielin berespon secara maksimal hanya apabila lapangan reseptif mereka mendapat
rangsangan nyeri yang mengganggu (Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2006).

Aferen primer C dan A-delta dpat dibedakan oleh dua tipe nyeri yang ditimbulkan. Sinyal
nyeri cepat disalurkan ke medula spinalis oleh serat A-delta. Nyeri cepat biasanya memiliki
lokalisasi yang jelas dengan kualitas menusuk, tajam, atau elektris. Nyeri cepat timbul sebagai
respons terhadap rangsangan mekanis (misalnya sayatan, tusukan) atau suhu di permukaan kulit
tetapi tidak dirasakan di jaringan tubuh sebeelah dalam. Nyeri lambat disalurkan oleh serat aferen
C. Nyeri lambat memiliki lokalisasi yang kurang jelas dengan kualitas seperti terbakar, berdenyut,
atau pegal. Nyeri lambat dapat dipicu oleh rangsangan mekanis, suhu, atau kimiawi di kulit atau
sebagian besar jaringan atau organ dalam dan biasanya disertai kerusakan jaringan. Cedera jaringan
sering menimbulkan dua sensasi nyeri yang tersendiri, yaitu nyeri tajam yang lebih awal
(disalurkan oleh serat A-delta) diikuti nyeri tumpul, seperti terbakar (disalurkan oleh serat C)
(Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2006).

Stimulus nyeri diterima oleh nosiseptor di kulit dan visera yang dieksitasi dengan stimulus
yang memiliki intensitas tinggi,yaitu rangsangan tidak berbahaya (distensi, suhu) dan lesi
jaringan. Sel-sel nekrotik melepaskan K dan protein intraseluler. Peningkatan konsentrasi K+
+

ekstraseluler mendepolarisasi nosiseptor. Akibatnya, mediator penghasil rasa nyeri seperti


Leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin yang peka terhadap nociceptors dilepaskan sehingga
dapat menghasilkan rangsangan nyeri yang berbahaya dan tidak berbahaya (hyperalgesia atau
allodynia). Lesi jaringan juga mengaktifkan pembekuan darah, yang kemudian memicu pelepasan
bradikinin dan serotonin. Jika ada oklusi vaskular, iskemia terjadi dan akumulasi K+ dan H+
ekstraseluler lebih lanjut akan mengaktivasi nosiseptor. Mediator kimia seperti histamin,
bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga menimbulkan edema lokal; meningkatkan tekanan jaringan; dan
merangsang nosiseptor. Stimulasi nyeri merangsang pelepasan substansi P (SP) yang berhubungan
dengan gen kalsitonin peptide (CGRP), yang mempromosikan respon peradangan dan
menyebabkan vasodilatasi serta meningkatkan permeabilitas pembuluh darah (Silbernagl S, Lang
F. 2000).

Nyeri berdasarkan lokasi atau sumber nyeri

a. Nyeri Viseral
Nyeri viseral mengacu kepada nyeri yang berasal dari orgaan-organ tubuh.
Reseptor nyeri viseral lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik dan
terletak di dinding otot polos organ-organ berongga (lambung, kandung empedu, saluran
empedu, ureter, kandung kemih) dan di kapsul organ-organ padat (hati, pankreas, ginjal)
(Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2006).
Obstruksi, iskemia, atau peradangan dapat menyebabkan peregangan serat-serat
saraf tak bermielin yang menginervasi dinding atau kapsul organ, yang mengakibatkan
nyeri viseral. Nyeri viseral sering digambarkan sebagai “kram, tumpul, atau pegal,” dan
dapat berupa nyeri stabil atau intermiten (kolik). Karena saraf aferen viseral mengikuti
distribusi segmental, nyeri viseral dilokalisasi oleh korteks sensorik ke perkiraan tingkat
medula spinalis yang ditentukan oleh asal embriologis organ yang terlibat (Tintinalli,
Judith E. 2016).
Gambar : Pathway inervasi sensoris visceral
Sumber : Abdullah, Murdani dan Adi, M. Firmansyah. 2012
Nyeri viseral disalurkan melalui serat saraf simpatis dan parasimpatis. Aferen
viseral biasanya adalah serabut saraf tipe C. impuls nyeri dari viseral toraks dan abdomen
hampir secara eksklusif dihantarkan melalui sistem saraf simpatis. Impuls berjalan di saraf
simpatis melalui ganglion simpatis tanpa bersinaps, dan kemudian mencapai saraf spinal
melalui ramus komunikans alba dan kemudian ke ganglion akar dorsal. Di jalur sentral,
impuls nyeri viseral, serta sensasi viseral lainnya, berjalan dengan rute yang sama dengan
impuls dari saraf somatik. Faktor inilah yang penting dalam pengalihan nyeri viseral ke
nyeri somatik (Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2006).
Aferen viseral yang dirangsang oleh proses yang sama dengan yang menimbulkan
nyeri memiliki koneksi refleks yang memicu mual, muntah, berkeringat, perubahan
tekanan daarah, dan efek autonom lainnya (Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson.
2006).
Karena organ intraperitoneal dipersarafi secara bilateral, rangsangan terjadi dikirim
ke kedua sisi sumsum tulang belakang, menyebabkan nyeri visceral intraperitoneal
dirasakan di garis tengah, terlepas dari asal anatomi sisi kanan atau kirinya (Tintinalli,
Judith E. 2016).

b. Nyeri Parietal
Nyeri parietal (somatik) abdomen disebabkan oleh iritasi serat mielin yang
menginervasi parietal peritoneum, biasanya bagian yang menutupi dinding perut anterior.
Karena sinyal aferen parietal dikirim dari area spesifik peritoneum, nyeri parietal —
berbeda dengan nyeri visceral — dapat dilokalisasi ke dermatom superfisial ke tempat
stimulus nyeri. Ketika proses penyakit yang mendasarinya berkembang, gejala-gejala nyeri
visceral memberi tanda-tanda nyeri parietal. Seiring berkembangnya peritonitis lokal,
kekakuan dan rebound muncul. Pasien dengan peritonitis umumnya lebih memilih untuk
tetap tidak bergerak (Tintinalli, Judith E. 2016).
c. Nyeri Alih
Nyeri alih dirasakan di lokasi yang jauh dari organ yang sakit. Pola nyeri alih juga
didasarkan pada embriologi. Nyeri alih biasanya dirasakan pada sisi yang sama dengan
organ yang terlibat, karena tidak dimediasi oleh serat yang memberikan persarafan bilateral
ke tali pusat. Nyeri alih dirasakan di midline hanya jika proses patologis juga terletak di
midline (Tintinalli, Judith E. 2016).
Penjelasan yang paling bisa diterima tentang nyeri alih adalah teori konvergensi-
proyeksi. Menurut teori ini, dua tipe aferen yang masuk ke segmen spinal (dari kulit dan
viseral) berkonvergensi ke sel-sel proyeksi sensorik yang sama. Karena tidak memiliki cara
untuk mengenali sumber impuls sebenarnya, otak secara salah memproyeksikan sensasi
nyeri ke daerah somatik (dermatom) (Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2006).

Tintinalli, Judith E. 2016. Tintinalli’s Emergency Medicine: A Comphrehensive Study Guide. Edisi
8.American College of Emergency Physicians. Mc Graw Hill
Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Vol. 2 Edisi 6. (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.
Silbernagl S, Lang F. 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme.
Abdullah, Murdani dan Adi, M. Firmansyah. 2012. Diagnostic Approach and Management of
Acute Abdominal Pain. Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai