Anda di halaman 1dari 3

Oral Presentation (OH-1)

Tatalaksana Kasus Gigitan Terpadu: Implementasi Pendekatan One Health dalam


Tatalaksana Kasus Gigitan yang Cost Effective

I Wayan Pujana1 , Gede Agus Joni Uliantara2, Ni Made Sukerni3

1DinasKesehatan Provinsi Bali, Denpasar


2Balai
Besar Veteriner, Denpasar
3Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Denpasar

*Korespondensi penulis: ianpuja@gmail.com

Keywords: tatalaksana terpadu, one health, cost effective.

PENDAHULUAN yang sudah dikeluarkan untuk pembiayaan


Rabies atau penyakit anjing gila logistik saja (VAR dan SAR) sudah mencapai lebih
merupakan penyakit infeksi akut yang bersifat dari 100 Milyar Rupiah. Total dana tersebut hanya
zoonosis menyerang susunan saraf pusat yang untuk pembiayaan pembelian VAR dan SAR saja,
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui belum biaya yang dikeluarkan untuk peningkatan
gigitan hewan penular rabies terutama anjing. kapasitas petugas baik di sektor kesehatan
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan maupun sektor kesehatan Hewan, belum
sekitar 59.000 orang meninggal setiap tahunnya termasuk juga total dana yang pembelian vaksin
akibat Penyakit ini. Sebagaian besar kasus terjadi rabies untuk vaksinasi HPR di seluruh
di Asia dan Afrika dimana hampir 40% kabupaten/kota.
diantaranya menimpa anak-anak usia <15 tahun Pada Tahun 2016 Badan Pangan PBB
(WHO, 2018) (FAO) melalui Kementerian Pertanian
Kementerian Kesehatan RI mencatat bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan
sampai saat ini sudah 25 Provinsi yang dinyatakan Kesehatan Hewan serta Dinas Kesehatan Provinsi
sebagai wilayah tertular rabies dan hanya 9 Bali melakukan revitalisasi kegiatan Integrated
provinsi yang statusnya bebas rabies (baik secara Bite Case Management yang pernah dilaksanakan
historis maupun dibebaskan) (Kemenes, 2013). pada tahun 2012, dengan melaksanakan pelatihan
Provinsi Bali yang sebelumnya dinyatakan bebas terhadap petugas Pusat Kesehatan Hewan dan
rabies, sejak bulan Nopember 2008 dinyatakan tenaga pengelola rabies di Puskesmas (rabies
sebagai Provinsi ke 24 yang tertular rabies dengan centre) melalui Pelatihan Tatalaksana Kasus
ditemukannya kasus kematian rabies di wilayah Gigitan Terpadu (TAKGIT)
Desa Ungasan Kabupaten Badung. Sejak saat itu Program ini diawali dengan melatih
rabies secara perlahan menyebar ke seluruh Master Trainer dari 9 kabupaten/kota dan
kabupaten Kota di Bali dengan puncaknya terjadi provinsi dengan peserta 20 orang masing-masing
pada tahun 2010 dengan total kematian sebanyak 2 orang dari kabupaten/kota dan provinsi
82 kasus. Sejak Tahun 20018 sampai Bulan dengan rincian 1 orang petugas kesehatan
September tahun 2018 sudah 173 orang masyarakat dan 1 orang dari kesehatan hewan.
dilaporkan meninggal akibat rabies. Pada tahap selanjutnya dilaksanakan pelatihan
Dengan populasi anjing yang mencapai petugas Puskeswan dan tenaga pengelola rabies
400.000 sampai 500.000 ekor, menyebabkan Bali di Puskesmas (rabies centre) melalui Pelatihan
sebagai medan paling berat dalam pengendalian Tatalaksana Kasus Gigitan Terpadu (TAKGIT)
rabies dengan konsekwensi tingginya kasus dengan melatih 20 sampai dengan 23 orang
gigitan dan pemakaian vaksin anti rabies (VAR) petugas di masing-masing kabupaten/kota sesuai
serta tingginya risiko kematian akibat rabies pada dengan jumlah puskesmas/puskeswan di
manusia. Berdasarkan laporan Dinas kesehatan kabupaten/kota.
Provinsi Bali kasus gigitan HPR sejak tahun 2009
sampai 2015 sudah mencapai 331.857 kasus BAHAN DAN METODE
dimana sebanyak 285.499 kasus diantaranya Penelitian ini adalah peneliatian
diberikan VAR (86%). Dengan persentase deskriptif dengan menganalisis data kasus gigitan
pemberian VAR yang hampir mencapai 90% dari dan sebaran kasus hewan positif rabies tahun
kasus gigitan yang ada maka biaya yang 2009 sampai 2017 serta data-data lain terkait
dialokasikan untuk pengadaan VAR dan SAR dengan pengendalian rabies di Provinsi Bali.
sangat besar. Berdasarkan rekapitulasi anggaran
dari tahun 2008 sampai tahun 2016 total dana

Proc. of the 20th FAVA CONGRESS & The 15th KIVNAS PDHI, Bali Nov 1-3, 2018 | 483
HASIL DAN PEMBAHASAN terintegrasi menjadi titik awal bagi penelusuran
Implementasi TAKGIT yang secara kasus lebih lanjut untuk menemukan kasus-kasus
operasional mulai diterapkan di Bali sejak tahun rabies yang selama ini tidak terlaporkan. Kasus
2017 telah memberikan manfaat yang sangat gigitan HPR yang terjadi di masyarakat, terlebih
besar dalam pengendaian rabies diantaranya: kasus-kasus yang spesifik merupakan “sinyal
menurunnya rata-rata kasus gigitan, menurunnya epidemiologi” untuk melakukan penyelidikan
persentase pemberian VAR baik ditingkat provinsi epidemiologi lebih lanjut termasuk pengambilan
maupun ditingkat kabupaten/Kota, sistem sampel sebagai data penting untuk analisis
surveilans berbasis laboratorium semakin surveilans epidemiologi berbasis laboratorium.
sensitive, wilayah Zona merah rabies dapat Analisis data surveilans akan memberikan
dipetakan sehingga penanggulangan rabies lebih berbagai informasi epidemiologi yang sangat
fokus dan tertarget serta dapat dicegahnya kasus berguna bagi upaya-upaya pencegahan dan
kematian karena tidak adama koordinasi. pengendalian penyakit rabies termasuk peta zonasi
Sejak diterapkannya implementasi rabies sebagai acuan wilayah mana yang menjadi
TAKGIT, kasus gigitan dan pemakaian VAR di fokus dan target untuk ditangani sehingga prioritas
Provinsi Bali telah menurun drastis dimana wilayah bisa ditentukan dengan konsekwensi
sebelumnya rata-rata sebanyak 130 kasus gigitan upaya penanggulangan yang dilaksanakan akan
per hari menjadi sekitar 80 kasus gigitan per hari. sangat cost effective. Data sektor Kesehatan Hewan
Persentase pemberian VAR yang sebelumnya juga menunjukkan trend yang sangat positif dalam
sekitar 86% turun menjadi 50%- 56%, bahkan 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2015 sebanyak
bila dilihat persentase pemberian VAR di tingkat 284 desa tertular dengan 529 sampel positif, turun
kabupaten bisa ditekan sampai 26% - 34% menjadi 153 desa tertular dengan 206 sampel
positif pada tahun 2016 dan tahun 2017 turun
Gambar 1. Kasus Gigitan HPR dan pemberian VAR di Provinsi Bali
Tahun 2010 - 2015
menjadi 71 desa tertular dengan 80 sampel positif.
70000
GHPR VAR
60000 Gambar 4. Proporsi kasus positif rabies di Provinsi Bali
50000
tahun 2008-2017
40000
4000 25
30000
22,45
20000 3500 3346
3160
10000 20
3000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 16,67 16,74
2500 15,79
15
13,84 13,92
2000
12,16

10,11 1480 10
Gambar 2. Kasus Gigitan HPR dan pemberian VAR di Provinsi 1500
1286
Bali Tahun 2017 - 2018 8,32
964 961
1000
GHPR VAR 760
607 5
4,46 529
30000 500 343 407
130 206
54 9 77 84 121 80
25000 43
0 0
20000 th 2008 th 2009 th 2010 th 2011 th 2012 th 2013 th 2014 th 2015 th 2016 th 2017

Total Sampel Kasus Positif Proporsi (%)


15000
10000
5000
Tabel 1. Jumlah Desa tertular rabies di Provinsi
0
2017 2018
Bali Tahun 2015-2017
Tahun
Kabupaten 2015 2016 2017
Gambar 3. Rata-rata gigitan HPR per hari di Provinsi Bali Tahun
2010 -2018
Badung 10 9 7
200 Bangli 42 21 8
180 184 Buleleng 56 33 19
160
140
145 152
Denpasar 5 1 0
122 128
120 117 Gianyar 29 26 8
100 95
81
Jembrana 31 18 9
80
60
72
Karangasem 57 18 15
40 Klungkung 18 3 0
20
0
Tabanan 36 24 5
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Total 284 153 71
*data 2018 s/d bulan agustus
Implementasi TAKGIT dapat memberikan
Implementasi TAKGIT juga telah informasi peta zonasi sebagai informasi yang
memberikan manfaat yang sangat besar dalam sangat penting bagi sektor kesehatan masyarakat
meningkatkan sensitivitas sistem surveilans baik di dalam menerapkan sistem kewaspadaan dini
sektor kesehatan masyarakat maupun kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan, surveilans
hewan. Adanya kasus gigitan yang ditangani secara kasus gigitan, alokasi/distribusi logistik sehingga

484 | Proc. of the 20th FAVA CONGRESS & The 15th KIVNAS PDHI, Bali Nov 1-3, 2018
kematian rabies pada manusia bisa dicegah. tertular juga menurun secara signifikan dengan
Komunikasi dan koordinasi dalam konsekwensi tenaga, dana dan waktu yang
implementasi TAKGIT juga telah dapat mencegah diperlukan akan semakin bisa ditekan.
kematian akibat rabies terutama kasus-kasus yang Selama 2 tahun implementasi TAKGIT
datang ke layanan kesehatan. Beberapa kasus kasus kematian pada manusia tetap bisa
yang “preventable” pada tahun 2014 -2016 yang dikendalikan yaitu 2 kasus pada tahun 2017 dan 3
datang ke layanan kesehatan sebenarnya dapat kasus sampai bulan september 2018. Kasus-kasus
dicegah tetapi lemahnyaa koordinasi dan integrasi tersebut adalah kasus yang tidak datang ke
karena belum adanya pendekatan one health, layanan kesehatan sehingga tidak berhubungan
kasus kematian tersebut akhirnya tidak dapat dengan kelemahan dalam implementasi TAKGIT.
dicegah karena tidak adanya komunikasi dan Kolaborasi penanggulangan rabies selama
koordinasi di lapangan antara kesehatan ini masih bergerak di sektor hilir yang berfokus
masyarakat (rabies centre) dengan kesehatan pada tatalaksna kasus gigitan, belum bergerak
Hewan (puskeswan). pada peningkatan peran serta dan pemberdayaan
Implementasi TAKGIT merupakan masyarakat, sehingga upaya sektor kesehatan
implementasi konsep One Health dalam upaya hewan untuk melaksanakan pengendalian di hulu
pengendalian Rabies yang diperkenalkan oleh belum bisa optimal. Sektor kesehatan masyarakat
FAO-ECTAD untuk pertama kalinya di Provinsi dan instansi pemerintah lainnya bisa
Bali. Konsep One Health adalah suatu upaya berkolaborasi memecahkan persoalan ini dengan
kolaboratif dari berbagai disiplin, lokal, nasional, memanfaatkan berbagai program di
dan global - untuk mencapai kesehatan yang Kementerian/lembaga terkait seperti posyandu
optimal bagi manusia, hewan dan lingkungan dan sinergi dalam Program Indonesia Sehat
kita”. Dalam tataran operasional praktis konsep dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) serta
ini dapat diimplementasikan dalam tiga “3C” yaitu program-program pemerintah lainnya
communication, coordination, dan collaboration. (Kemenkes, 2018)
Komunikasi merujuk kepada saling berbagi data
dan informasi diantara stakeholder yang terkait, SIMPULAN
koordinasi merupakan integrasi dan keterpaduan Implementasi TAKGIT di Provinsi Bali
antara stakeholder dalam berbagai upaya kegiatan telah memberikan dampak yang sangat signifikan
pengendalian masalah dan kolaborasi merupakan terhadap keberhasilan pengendalian rabies
kesiapan berbagi/saling memberikan sumberdaya diantaranya: menurunnya rata-rata kasus gigitan
yang dimiliki. dan persentase pemberian VAR, semakin
Hasil evaluasi implementasi TAKGIT di sensitifnya sistem surveilans berbasis
Provinsi Bali, komunikasi dan koordinasi yang laboratorium, pemetaan Zona rabies sebagai
telah dilaksanakan dalam pengendalian rabies analisis prioritas penanggulangan rabies, dapat
telah berjalan sangat baik, sedangkan untuk dicegahnya kasus kematian rabies serta semakin
upaya-upaya kolaborasi masih perlu dilakukan menurunnya kasus rabies di hewan dan jumlah
optimalisasi. Hasil yang telah dinikmati saat ini desa yang tertular. Berbagai dampak dari
dapat diuraikan dari berbagai capaian yang implementasi TAKGIT merupakan bukti
berdampak pada pengendalian rabies yang cost pendekatan One Health merupakan pendekatan
effective. Rata-rata kasus gigitan dan penggunaan yang cost effective.
VAR yang menurun, telah berhasil menghemat
anggaran pemerintah dalam jumlah yang cukup REFERENCES
signifikan. Dengan memakai acuan rata-rata kasus [1] Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pengendalian
gigitan 47.408 kasus per tahun dengan cakupan Rabies di Indonesia. Jakarta. Hlm 2-12.
pemberian VAR sekitar 80% sebelum implentasi [2] Kemenkes RI. 2016. Pedoman Umum Program
TAKGIT dilaksanakan, dibandingkan dengan kasus Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
gigitan setelah implementasi TAKGIT yang turun Jakarta. Hlm 19-33
menjadi 32.013 kasus per tahun. Dengan cakupan [3] World Health Organization. 2018. Weekly
pemberian VAR sekitar 50% maka anggaran Epidemiological Reeport. no. 16: 201-220
pemerintah yang bisa diefesiensi sekitar 365 juta
rupiah per tahun. Efisiensi tersebut akan bisa
lebih besar jika implementasi TAKGIT bisa
dioptimalkan di seluruh kabupaten karena
dibeberapa kabupaten cakupan pemberian VAR
bisa ditekan sampai 40% bahkan 26%.
Implementasi konsep One Health melalui
penerapan TAKGIT juga dapat mengefisienkan
dana yang dikeluarkan oleh sektor kesehatan
hewan karena sebaran kasus rabies di desa

Proc. of the 20th FAVA CONGRESS & The 15th KIVNAS PDHI, Bali Nov 1-3, 2018 | 485

Anda mungkin juga menyukai