Anda di halaman 1dari 7

SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK

Agussalim1, Fitriani Sufirman2


1Praktikan, Praktikum Mineralogi dan Kristalografi, Teknik Geologi, FakultasTeknik,
Universitas Hasanuddin
2Asisten Dosen, Praktikum Mineralogi dan Kristalografi , Teknik Geologi, FakultasTeknik,
Universitas Hasanuddin

Abstrak

Sistem kristal orthorombik ini disebut juga sistem rhombis dan mempunyai 3 sumbu
simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
memiliki panjang yang berbeda. Adapun sifat sistem kristal orthorombik dimana setiap
sumbu memiliki perbandingan a ≠ b ≠ c dan a : b : c = sembarang. Dalam bentuk umum
dari kelas orthorombik maka elemennya 3A2, -, - dan 2PC, untuk nilai kristal dapat
ditentukan dengan dua alternatif yaitu menurut herman maugin dan schoenflies. Pada
kelas kristal dari kristal orthorombik ada tiga, yaitu :Orthorombik Dispenoidal,
Orthorombik Piramidal dan Orthorombik Bipiramidal.

Kata kunci : Sifat ,elemen, nilai, indices bidang, kelas dan bentuk dari sistem kristal orthorombik.

1.PENDAHULUAN

Mineral adalah suatu benda padat Bentuk kristal mineral merupakan


homogen yang terdapat di alam, suatu sistem tersendiri diamana setiap
terbentuk secara anorganik atau secara jenis mineral mempunyai bentuk kristal
alamiah, dengan komposisi kimia pada sendiri. Sistem ini dikelompokkan
batas batas tertentu dan mempunyai menjadi tujuh yaitu : Isometrik,
atom atom yang tersusun secara teratur. Tetragonal, Hexagonal, Trigonal,
Mineral merupakan benda padat Orthorhombik, Monoklin, dan Triklin.
penyusun batuan. Kristalisasi dapat terjadi dari larutan, hal
Di alam, mineral dijumpai ini merupakan hal yang umum yaitu bila
bermacam-macam bentuk yang larutan telah jenuh, selain itu juga jika
bervariasi, terkadang hanya terdiri dari temperatur larutan diturunkan. Benda
sebuah kristal atau gugusan kristal- padat akan meleleh karena tingginya
kristal dalam rongga-rongga atau celah temperatur yang membeku, membentuk
batuan, tetapi umumya mineral dijumpai kristal-kristal bila mendingin.
sebagai kumpulan butiran kristal yang Di lapangan kristal-kristal yang kita
tumbuh bersama membentuk batuan. jumpai bentuknya tidak akan
sesempurna dengan bentuk-bentuk dan
ketujuh sistem kristal yang ada disebut sebagai bidang muka
terkhusus sistem kristal isometrik dan kristal.Sudut antara bidang-bidang ini
tetragonal. muka kristal yang saling berpotongan
Oleh karena itu, dilakukan besarnya selalu tetap pada suatu kristal.
praktikum ini agar mengetahui dasar- Bidang muka itu baik letak maupun
dasar identifikasi mineral melalui bentuk arahnya ditentukan oleh
fisiknya, dengan itu kita dapat perpotongannya dengan sumbu-sumbu
mengidentifikasi kristal yang ada kristal. Dalam sebuah kristal berupa
dilapangan dengan lebih mudah. garis bayangan yang lurus yang
Adapun maksud dari praktikum menembus kristal melalui pusat
sistem kristal orthorombik yaitu untuk krstal.sumbu kristal tersebut mempunyai
mengenal dan memahami sistem kristal satuan panjang yang disebut sebagai
orthorombik. Serta tujuan praktikum parameter (Amijaya, Hendra. 2007).
sistem kristal orthorombik yaiu dapat
2.2 Genesa kristal
mendeskripsikan sistem kristal
orthorombik, dapat meggambarkan Dalam keadaan cair , atom-atom

sistem kristal orthorombik pada proyeksi tidak memiliki susunan yang

kubus dan proyeksi stereografis. teratur(selalu mudah bergerak) dan


mempunyai temperatur yang relatif
2. TINJAUAN PUSTAKA tinggi serta atom-atomnya memiliki
energi yang cukup banyak sehimgga
2.1 Pengertian kristal
mudah bergerak dan tidak ada
Kata “kriatal” berasal dari bahasa
pengaturan letak atom relatif terhadap
Yunani crystallon yang berarti tetesan
atom lainnya. Dengan semakin
yang dingin atau beku. Menurut
menurunnya temperatur maka energi
pengertian kompilasi yang diambil untuk
atom akan semakin rendah dan semakin
menyeragamkan pendapat para ahli,
sulit bergerak sehingga atom-atom
maka kristal adalah bahan padat
mulai mencari atau mengatur
homogen, biasanya anisotrop dan
kedudukan relatif terhaap atom lainnya
tembuh cahaya serta mengikuti hukum-
sehingga dapat membentuk latice.
hukum ilmu pasti sehingga susunan
Proses ini terjadi pada temperatur yang
bidang-bidangnya memenuhi hukum-
relatif dingin dimana sekelompok atom
hukum geometri ;jumlah dan kedudukan
menyusun diri untuk membentuk inti
bidang kristalnya selalu tertentu dan
kristal. Inti-inti akan menjadi pusat dari
teratur . Keteraturannya tercermin dalam
proses kristalisasi selanjutnya (Amijaya,
permukaankristal yang berupa bidang-
Hendra. 2007).
bidang datar dan rata yang mengikuti
pola-pola tertentu. Bidanag-bidang ini
Pada kristal ada beberapa proses
atau tahapan dalam pembentukan
kristal. Proses yang di alami oleh suatu
kristal akan mempengaruhi sifat-sifat
dari kristal tersebut. Proses ini juga
bergantung pada bahan dasar serta
kondisi lingkungan tempat dimana kristal
tersebut terbentuk.Meski proses
(Gambar 2.1 sistem kristal
pendinginan sering menghasilkan bahan
orthorombik )
kristalin, dalam keadaan tertentu
cairannya bisa membeku dalam bentuk 2.4 Cara Penggambaran
non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini Adapun cara penggambaran sistem
terjadi karena pendinginan yang terlalu kristal orthrombik yaitu :
cepat sehingga atom-atomnya tidak - Sudut antara sumbu a+ dan b- = 30°
dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu - Sudut antara sumbu a+ dan c+ = 90°
bahan non-kristalin biasa disebut bahan - a : b : c = sembarang.
amorf atau seperti gelas. Terkadang - Sumbu a sebgai sumbu terpendek
bahan seperti ini juga disebut sebagai - Sumbu c sebagai sumbu terpanjang
padatan amorf, meskipun ada
perbedaan jelas antara padatan dan 2.5 Penentuan kelas dari sistem
gelas. (Amijaya, Hendra. 2007) kristal orthorombik.
Untuk menentukan kelas dari
2.3 Sistem Kristal Orthorombik
sistem kristal orthorombik yaitu :

Sistem ini disebut juga sistem rhombis 1. Herman maunguin

dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal Pada sistem ini terdiri dari 3 bagian

yang saling tegak lurus satu dengan yaitu:

yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut Bagian 1 : menerangkan nilai sumbu a

memiliki panjang yang berbeda ( Ulva dan ada tidaknya bidang

Ria, 2013 ). simetri yang tegak lurus

Pada kondisi sebenarnya sistem terhadap sumbu a tersebut

kristal orthorombik memiliki axiaal ratio Bagian 2 : menerangkan nilai sumbu b

(perbandingan sumbu ) a ≠ b ≠ c , yang dan ada tidaknya bidang

artinya setiap sumbu memliki panjang simetri yang tegak lurus

yang berbeda- beda. Serta memiliki terhadap sumbu a tersebut.

sudut kristalografi α = β = γ = 90˚, Bagian 3 : menerangkan nilai sumbu c

artinya etiga sudutnya saling tegak lurus dan ada tidaknya bidang

( Ulva Ria, 2013 ).


simetri yang ttegak lurus 3. PROSEDUR PERCOBAAN
terhadap sumbu a tersebut.
Tahap Persiapan
2. Shcoenflies
Adapun cara menentukan klas
sistem kristal orthorombik menurut Tahap
Shcoenfilies yaitu : Pengamatan
a. Dipandang nilai dari sumbuyang
tegak lurus dengan c maka ada 2
Tahap Analisis
kemungkinan yaitu bernilai 2 atau
Data
tidak bernilai . jika bernilai 2 D
(diedrick). Dan jika sumbu tersebut
tidak bernilai maka termasuk klas C Tahap Pembuatan
Jurnal
(cyclick).
b. Ke kanan agak kebawah notasi D
atau C di tuliskan nilai nila sumbu c 3.1 Tahap Persiapan

nya. Tahapan ini merupakan tahapan

c. Dipandang bidang sumbu simetrinya dimana kita belum mengidentifikasi

jika mempunyai : mineral peraga, pada tahapan ini kita

- Bidang simetri horizontal, hanya mempersiapkan alat dan bahan

bidang simetri vertikal, dan yang dapat menunjang praktikum

bidang simetri diagonal maka pengenal sistem kristal isometrik dan

dinotasikan huruf h tetragonal ini, kita juga mempersiapkan

- Bidang simetri horizontal, dan masing-masing dua sampel peraga

bidang simetri vertikal, maka untuk setiap sistem kristal yang

dinotasikan dengan huruf h. dipraktikumkan yaitu sistem kristal

- Bidang simetri vertikal, dan isometrik dan tetragonal.

bidang simetri diagonal maka


3.2 Tahap Pengamatan
dinotasikan dengan huruf v
Pada tahap ini kita mengamati
- Bidang simetri diagonal saja
sampel peraga untuk mengumpulkan
maka dinotasikan dengan huruf
informasi mengenai bentuk-bentuk
d ( Ulva Ria, 2013 ).
kristal atau kenampakan muka kristal
sebelum menganalisa data.

3.3 Tahap Analisa Data


Pada tahap ini kita mengidentifikasi
sampel mineral, dimulai dari
memproyeksikan sampel peraga Kristal kelas orhorombik dipiramidal
dengan menggunakan proyeksi kubus terbentuk selama proses pendinginan
dan proyeksi stereografis yang dapat magma yang lambat dan kemudian
mempermudah kita dalam memperoleh mengendap dibagian bawah dapur
informasi berupa sifat kristal, cara magma karena densitasnya yang relatif
penggambaran, elemen kristal, nilai tinggi. Kristal kelas orthorombik
kristal, indices bidang serta kelas kristal. dipiramidal juga dapat terbentuk selama
proses metamorfosis batu kapur
3.4 Tahap Pembuatan Jurnal
dolomit. Dolomit memberikan kontribusi
Pada tahap ini kita memulai
magnesium, sedangkan silikanya
pembuatan jurnal dimana informasi
diperoleh dari kuarsa dan mineral
yang diperoleh tadi diolah dan
pengotor lainnya dalam batu kapur
dimasukkan kedalam jurnal.
tersebut.
Adapun contoh mineral dari kelas
4. Pembahasan ini adalah Sulfur. Mineral Sulfur dapat
4.1 Sampel 1 terbentuk di daerah gunungapi aktif, di
Sampel 1 dengan nomor peraga 1, sekitar mata air panas, dan hasil
sistem kristal Orthorombik, dengan aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur
kelas kristal Orthorombik Dipiramidal, dari sulfat.
serta bentuk kristalnya yaitu dipiramid, 4.2 Sampel 2
memiliki sifat kristal yaitu sumbu a ≠ b ≠ Sampel 2 dengan nomor peraga 7,
c dan sudut alfa = beta = gamma = 90˚, sistem kristal Orthorombik, dengan
cara penggambarannya yaitu dengan kelas kristal Orthorombik Dipiramidal,
perbadingan sumbu a : b : c = serta bentuk kristalnya yaitu Dipiramid,
sembarang. Adapun elemen kristalnya memiliki sifat kristal yaitu sumbu a ≠ b ≠
yaitu sampel peraga ini memiliki tiga c dan sudut alfa = beta = gamma = 90˚,
sumbu putar 2, tidak ada sumbu putar 4, cara penggambarannya yaitu dengan
tidak ada sumbu putar 3 dan tiga PC. perbadingan sumbu a : b : c =
Nilai kristalnya menurut Herman Maugin sembarang. Adapun elemen kristalnya
yaitu 2/m 2/m 2/m dan menurut yaitu sampel peraga ini memiliki tiga
Schoenflies yaitu Diedris2 horizontal(D2h). sumbu putar 2, tidak ada sumbu putar 4,
tidak ada sumbu putar 3 dan tiga PC.
Nilai kristalnya menurut Herman Maugin
yaitu 2/m 2/m 2/m dan menurut
Schoenflies yaitu Diedris2 horizontal(D2h).

Foto 4.1 Peraga 1 Gambar 4.1 Sampel 1


yaitu sampel peraga ini memiliki tiga
sumbu putar 2, tidak ada sumbu putar 4,
tidak ada sumbu putar 3 dan tiga PC.
Nilai kristalnya menurut Herman Maugin
yaitu 2/m 2/m 2/m dan menurut
Schoenflies yaitu Diedris2 horizontal(D2h).
Foto 4.2 Peraga 7 Gambar 4.2 Sampel 2

Kristal kelas orhorombik dipiramidal


terbentuk selama proses pendinginan
magma yang lambat dan kemudian
mengendap dibagian bawah dapur
magma karena densitasnya yang relatif Foto 4.3 Peraga 3 Gambar 4.3 Sampel 3
tinggi. Kristal kelas orthorombik
Kristal kelas orthorombik dipiramidal
dipiramidal juga dapat terbentuk selama
terbentuk selama proses pendinginan
proses metamorfosis batu kapur
magma yang lambat dan kemudian
dolomit. Dolomit memberikan kontribusi
mengendap dibagian bawah dapur
magnesium, sedangkan silikanya
magma karena densitasnya yang relatif
diperoleh dari kuarsa dan mineral
tinggi. Kristal kelas orthorombik
pengotor lainnya dalam batu kapur
dipiramidal juga dapat terbentuk selama
tersebut.
proses metamorfosis batu kapur
Adapun contoh mineral dari kelas
dolomit. Dolomit memberikan kontribusi
ini adalah topaz. Topaz sering dikaitkan
magnesium, sedangkan silikanya
dengan batuan beku silisik jenis granit
diperoleh dari kuarsa dan mineral
dan riolit. Mineral ini mengkristal di
pengotor lainnya dalam batu kapur
dalam pegmatit granit atau lubang uap
tersebut.
di aliran lava riolit seperti di Pegunungan
Adapun contoh mineral dari kelas
Topaz di barat Utah.
ini adalah Olivine. Mineral Olivine Ini
4.3 Sampel 3
adalah salah satu mineral yang paling
Sampel 3 dengan nomor peraga 3,
umum di atas permukaan bumi, dan
sistem kristal Orthorombik, dengan
telah pula teridentifikasi pada
kelas kristal Orthorombik Dipiramidal,
permukaan Bulan, Mars, dan komet.
serta bentuk kristalnya yaitu Prisma,
Mineral Olivin pada umumnya sebagai
memiliki sifat kristal yaitu sumbu a ≠ b ≠
mineral pembentuk batuan dan juga
c dan sudut alfa = beta = gamma = 90˚,
sebagai mineral pengiring, dalam
cara penggambarannya yaitu dengan
batuan basa seperti gabro, peridotit,dll.
perbadingan sumbu a : b : c =
sembarang. Adapun elemen kristalnya
5. KESIMPULAN bentuk kristal yaitu dipiramid dan

Pendiskripsian sistem kristal prisma.

orthorombik dengan menentukan sistem


kristal , sifat kristal, elemen kristal, nilai DAFTAR PUSTAKA

kristal, indices bidang, kelas kristal, cara


Amijaya, Hendra. 2007. Pengantar Ilmu
penggambaran sistem kristal
Kebumian. Yogyakarta :
orthorombik yaitu pada kondisi
Kementerian Pendidikan dan
sebenarnya, sistem kristal orthorombik
Kebudayaan
memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c, yang artinya panjang Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Ilmu
sumbu – sumbunya tidak ada yang Geologi. Bogor : Universitas
sampanjang atau berbeda satu sama Pakuan
lain. Dan juga memiliki sudut
Irfan ,Ulva Rian . 2013. Kristalografi dan
kristalografi α = β = γ = 90°. Hal ini
Mineralogi. Makassar : UNHAS
berarti, pada sIstem ini, ketiga sudutnya
saling tegak lurus, Pada penggambaran
dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, system orthorombik memiliki
perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang
pada sumbu–sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+˄b- = 30°.
Hal ini menjelaskan bahwa anatara
sumbu a+ memiliki nilai 30° terhadap
sumbu b-.
Dalam proyeksi stereografis, sebagai
bidang proyeksi adalah bola yang
disebut bola proyeksi, dimana pusat
bola berimpit dengan pusat kristal yang
akan diproyeksikan. Proyeksi dari kristal
terletak pada bidang proyeksi ( bidang
ekuator), yaitu pada bidang horizontal
yang melalui pusat bola. Pada sistem
kristal orthorombik terdapat kelas sistem
kristal yaitu orthorombik dipiramidal dan

Anda mungkin juga menyukai