Sari
1.PENDAHULUAN
Mineral adalah suatu benda padat jenis mineral mempunyai bentuk kristal
homogen yang terdapat di alam, sendiri. Sistem ini dikelompokkan
terbentuk secara anorganik atau secara menjadi tujuh yaitu : Isometrik,
alamiah, dengan komposisi kimia pada Tetragonal, Hexagonal, Trigonal,
batas batas tertentu dan mempunyai Orthorhombik, Monoklin, dan Triklin.
atom atom yang tersusun secara teratur. Kristalisasi dapat terjadi dari larutan, hal
Mineral merupakan benda padat ini merupakan hal yang umum yaitu bila
penyusun batuan. larutan telah jenuh, selain itu juga jika
Di alam, mineral dijumpai temperatur larutan diturunkan. Benda
bermacam-macam bentuk yang padat akan meleleh karena tingginya
bervariasi, terkadang hanya terdiri dari temperatur yang membeku, membentuk
sebuah kristal atau gugusan kristal- kristal-kristal bila mendingin.
kristal dalam rongga-rongga atau celah Di lapangan kristal-kristal yang kita
batuan, tetapi umumya mineral dijumpai jumpai bentuknya tidak akan
sebagai kumpulan butiran kristal yang sesempurna dengan bentuk kristal di
tumbuh bersama membentuk batuan. laboratorium.
Bentuk kristal mineral merupakan Oleh karena itu, dilakukan
suatu sistem tersendiri diamana setiap praktikum ini agar mengetahui dasar-
dasar identifikasi mineral melalui bentuk Bidang muka itu baik letak maupun
fisiknya, dengan itu kita dapat arahnya ditentukan oleh
mengidentifikasi kristal yang ada perpotongannya dengan sumbu-sumbu
dilapangan dengan lebih mudah. kristal. Dalam sebuah kristal berupa
Adapun maksud dari praktikum garis bayangan yang lurus yang
sistem kristal orthorombik yaitu untuk menembus kristal melalui pusat
mengenal dan memahami sistem kristal krstal.sumbu kristal tersebut mempunyai
monoklin dan triklin. Serta tujuan satuan panjang yang disebut sebagai
praktikum ini yaitu dapat parameter. (Amijaya, Hendra. 2007).
mendeskripsikan sistem kristal monoklin
2.2 Genesa kristal
dan triklin, serta dapat menggambarkan
sistem kristal monoklin dan triklin pada Dalam keadaan cair , atom-atom
I00 II0
0II 0I0
Tahap Analisis
Data 0ĪI ĪI0
̅ 000dalam
101ini termasuk ke
Peraga
kelas prismatik dengan bentuk pinakoid.
Tahap Pembuatan
Contoh mineralnya yaitu: azurite,
Jurnal
malachite, colemanite, gypsum dan
epidot.
0II I ̄II
Foto 4.4 Sampel 4
IĪI 0IĪ Sampel dengan nomor Urut 4 dan
nomor Peraga Trik 2 memiliki sistem
Peraga ini termasuk kedalam kelas
kristal triklin dan sifat kristal a ≠ b ≠ c
kristal Pinakoidal, sedangkan bentuk
dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚.
kristalnya Front Side and Basal
Elemen kristalnya tidak ada, dan tidak
Pinakoid.
terdapat nilai kristal berdasarkan
Labradorite dengan rumus kimia
klasifikasi Herman Manguin dan
(Al,Si) AlSi2O8, labradorit mempunyai
Schoenflies. Adapun indices bidangnya
kandungan kimia 30-50% sodium dan
sebagai berikut:
50-70% kalsium. Karakteristik fisik dari
001 0IĪ
mineral labradorit adalah mempunyai
warna abu-abu atau hitam keabu-abuan, 000 IĪ0
kilat kaca, cerat putih, pecahan
0II 00Ī
konkoidal, kekerasan 6-6,5, bersifat
transparan-transclucent, belahan satu
Peraga ini termasuk kedalam
arah, berat jenis 2,70-2,74, dan
kelas kristal Pinakoidal, sedangkan
berasosiasi dengan mineral biotit,
bentuk kristalnya Rhodonite. Contoh
piroksen, dan hornblende. Terdapat
mineralnya yaitu: albite, anorthite, Dalam proyeksi stereografis, sebagai
labradorite, kaolinite, microcline, dan bidang proyeksi adalah bola proyeksi,
anortoclase. dimana pusat bola berimpit dengan
Anorthite (CaAl2Si2O8), anorthit pusat kristal yang akan diproyeksikan.
mempunyai kandungan komposisi kimia Proyeksi dari kristal terletak pada bidang
10% sodium dan 90% kalsium. proyeksi ( bidang ekuator), yaitu pada
Karakteristik fisik dari mineral anorthit bidang horizontal yang melalui pusat
adalah mempunyai warna putih atau bola.
abu-abu, kilat kaca, pecahan konkoidal,
kekerasan 6-6,5, bersifat transclucent- DAFTAR PUSTAKA
opaque dengan belahan satu arah,
Amijaya, Hendra. 2007. Pengantar Ilmu
berat jenis 2,76, dan berasosiasi dengan
Kebumian. Yogyakarta :
mineral biotit, augit, hornblende, dan
Kementerian Pendidikan dan
piroksen.
Kebudayaan
5. KESIMPULAN