Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERWATAN DIABETES

MELLITUS
DI

OLEH KELOMPOK IV

KETUA : MIRZA HIDAYAT

ANGGOTA:

KEKE LAINUFARRISA

HILMAN MAULANA

PUTRI RISKIA

VENI ARGAYANTI

PEMBIMBING: Ns.TEUKU MUHAMMAD SABIL ,S.Kep

STIkes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha penyayang.Shalawat dan salam tercurah
kepada Nabi Muhammad saw.Kami bersyukur kepada Allah swt.Karena berkat
limpahan taufik dan hidayah-Nya,dapat menyelesaikan sebuah makalah tentang ″
Diabetes Mellitus″ dengan baik.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul


“Diabetes Mellitus” untuk memenuhi tugas mata kuliah Askep Trend Disease dan
menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari
dan mengkajinya lebih dalam.

Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa


terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Sigli,Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah ............................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ............................................................................................ 3
B. Etiologi ............................................................................................ 4
C. Manifestasi Klinis ............................................................................ 4
D. Patofisiologi Diabetes Mellitus........................................................ 5
E. Komplikasi Diabetes Mellitus ......................................................... 7
F. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus ...................................... 8
G. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus................................................ 10
H. Diagnosa Keperawatan Diabetes Mellitus ..................................... 13
I. Intervensi Keperawatan ................................................................. 14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Asuhan Keperwatan pada Tn.R dengan Diabetes Mellitus ........... 27

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 40
B. Saran .............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya


hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan
atau sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Mellitus
yaitu polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan berat badan,kesemutan.

Internationaldiabetes Federation(IDF) menyebutkan bahwa prevalensi


Diabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM
sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun
2012 angka kejadian diabetes mellitus didunia adalah sebanyak 371
juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95%
dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus.Hasil Riset menunjukan
prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%. Tingginya prevalensi
Diabetes Melitus tipe 2disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor
risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa
Tubuh, lingkar pinggang dan umur.

Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan
mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit
sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah,
stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah
menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan.Untuk
menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka

1
dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti
obat oral hiperglikemik dan insulin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diabetes mellitus?
2. Apa penyebab terjadinya diabetes mellitus?
3. Bagaimana klasifikasi diabetes mellitus?
4. Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus?
5. Apa saja komplikasi dari diabetes mellitus?
6. Bagaimana penatalaksanaan diabetes mellitus?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya diabetes mellitus.
3. Untuk mengetahui klasifikasi diabetes mellitus.
4. Untuk mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari diabetes mellitus.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai


dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati. (Yuliana elin,
2009)
Klasifikasi diabetes mellitus
1) Klasifikasi klinis :
a. DM
 Tipe I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun.
 Tipe II : NIDDM( Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati :
 Tipe II dengan obesitas
 Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan Toleransi Glukosa
c. Diabetes kehamilan
2) Klasifikasi Resiko Statistik :
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa.

3
B. Etiologi
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
 Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I
 Faktor imunologi (autoimun)
 Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia,
obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3
yaitu :(Sudoyo Aru, dkk 2009)
1) <140 mg/Dl : normal
2) 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu
3) ≥ 200 mg/dL : diabetes
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi
insulin(Price&Wilson):
1. Kadar glukosapuasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glikosuria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa
haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB kurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan,gatal, mata
kabur,impotensi,peruritas vulva.
Kriteria diagnosis DM: (Sudoyo Aru, dkk 2009)

4
1. Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu
3. Gejala klasik DM+glukosa plasma ≥ 126 mg/dL (7,0 mmo/L) puasa
diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L) TTGO
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994) : (Sudoyo Aru, dkk 2009)

1. 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan


karbohidrat yang cukup)
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-
anak) dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sempel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai
6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
D. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Hiperglikemia terjadi akibat kerusakan sel β-pankreas yang


menimbulkan peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati. Pengeluaran glukosa
oleh hati meningkat karena proses-proses yang menghasilkan glukosa yaitu
glikogenolisis dan glukoneogenesis, berlangsung tanpa hambatan karena
insulin tidak ada.

5
Ketika kadar glukosa darah meningkat sampai jumlah glukosa yang
difiltrasi melebihi kapasitas, sehingga sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi,
maka glukosa akan timbul di urin (glukosuri). Glukosa di urin menimbulkan
efek osmotik yang menarik air bersamanya, menimbulkan diuresis osmotik
yang ditandai oleh poliuria (sering berkemih).

Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi,


sehingga dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah
turun secara mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki, dapat
menyebabkan kematian karena aliran darah ke otak turun atau dapat
menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak kuat.

Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi


akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstra sel yang
hipertonik. Sel-sel otak sangat peka karena timbul gangguan fungsi sistem
saraf yaitu polineuropati.

Gejala khas lain pada diabetes melitus adalah rasa haus berlebihan
yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk mengatasi dehidrasi
akibat poliuria. Karena terjadi defisiensi glukosa intra sel, maka kompensasi
tubuh merangsang syaraf sehingga nafsu makan meningkat dan timbul
pemasukan makanan berlebihan (polifagia).

Akan tetapi walaupun terjadi peningkatan pemasukan makanan, berat


tubuh menurun secara progresif akibat efek defisiensi insulin pada
metabolisme lemak dan protein. Sintesa gliserida menurun saat lipolisis
meningkat sehingga terjadi mobilisasi asam lemak dalam darah sebagian besar
digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif.

6
E. Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut
dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :

1. Komplikasi akut
 Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai
normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita
DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah
yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan
energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
 Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah
meningkat secara tiba- tiba, dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma
Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.
2. Komplikasi Kronis
 Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah
pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.
 Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama
terjadi pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati
(kebutaan), neuropati, dan amputasi

7
F. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus
1. Kadar glukosa darah

Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)


Kadar Glukosa DM Belum pasti DM
Darah Sewaktu

Plasma vena >200 100-200


Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa DM Belum pasti DM
Darah Puasa
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :

 Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)


 Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
 Glukosa plasma dan sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl).

3. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik,
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

8
4. Tes saring

Tes-tes saring pada DM adalah :


 GDP,GDS
 Tes Glukosa Urin :

 Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)


 Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase

5. Tes diagnostik

Tes-tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2


Jam Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO

6. Tes monitoring terapi

Tes-tes monitoring terapi DM adalah :

 GDP : plasma vena, darah kapiler


 GD2 PP : plasma vena
 A1c : darah vena, darah kapiler
7. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :

 Mikroalbuminuria : Urin
 Ureum, Kreatinin, Asam Urat
 Kolesterol total : plasma vena (puasa)
 Koleste rol LDL : plasma vena (puasa)
 Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
 Trigliserida : plasma vena (puasa)

9
G. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan


morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai
2 target utama, yaitu:

a. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal


b. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya
komplikasi diabetes.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa


darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid,melalui pengelolaan
pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan
perilaku

1. Pengaturan Diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan


diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat,protein dan lemak, sesuai dengan
kecukupan gizi baik sebagai berikut:

• Karbohidrat : 60-70%

• Protein : 10-15%

• Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,


stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai
dan mempertahankan berat badan ideal.

Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi


resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus
glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat
badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah

10
satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan
dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.

Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya


diperhatikan. Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun jangan melebihi
300 mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati,
yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam
lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam
(terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung
lemak.

Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan


paling tidak 25 g per hari. Disamping akan menolong menghambat
penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh
juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan
penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu
makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya
kaya akan vitamin dan mineral.

2. Olah Raga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan
nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai
untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga
ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi
kesehatan.

Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continuous,


Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat mungkin
mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur),
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh
olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda,
berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan

11
selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit
dan diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan
memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin
dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

3. Terapi Obat

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan


olah raga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah
penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa
penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik
oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.

Obat – Obat Diabetes Melitus

a. Antidiabetik oral

Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula


darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan
menghilangkan gejala,optimalisasi parameter metabolik, dan mengontrol
berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan insulin adalah terapi
utama. Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk penanganan
pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan
pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan
ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga
dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas
8%.Jadi obat ini bukan menggantikan upaya diet, melainkan
membantunya. Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat
menentukan keberhasilan terapi diabetes. Pemilihan terapi menggunakan
antidiabetik oral dapat dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi.
Pemilihan dan penentuan regimen antidiabetik oral yang digunakan
harus mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi
kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan
komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah

12
termasuk golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase
dan insulin sensitizing.

b. Insulin

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada


manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua
rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan
asam amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol
dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan
obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin kadangkala dijadikan pilihan
sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2
yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. Insulin
merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat
maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain
menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar
jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan
pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian
glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.

H. Diagnosa Keperawatan Diabetes Mellitus


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok berhubungan dengan ketidamampuan elektrolit kedalam sel
tubuh, hipovolomia
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan (nekrosis luka gangrene)
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit
(diabetes melitus)
5. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih,
sfingter kuat dan poliuria

13
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah keperifer , proses penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala poliuria
dan dehidrasi
8. Keletihan
I. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1.Ketidaksamaan NOC NIC
nutrisi kurang dari  Nutritional status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient - Kaji adanya alergi
berhubungan  Nutritional status : Makanan
dengan gangguan food and Fluid Intake - Kolaborasi dengan ahli
keseimbangan  Nutritional status : gizi untuk menentukan
insulin, makanan nutrient Intake jumlah kalori dan nutrisi
dan aktivitas  Weight control yang dibutuhkan pasien
jasmani Krateria hasil : - Anjurkan pasien untuk
Definisi : Asupan  Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
nutrisi tidak cukup berat badan sesuai - Anjurkan pasien untuk
untuk memenuhi dengan tujuan meningkatkan protein
kebutuhan metabolik  Berat badan ideal dan vitamin C
sesuai dengan tinggi - Berikan substansi gula
badan - Yakinkan diet yang
 Mampu dimakan mengandung
mengidentifikasi tinggi serat untuk
kebutuhan nutrisi mecegah konstipasi
 Tidak ada tanda tanda - Berikan makanan yang
malnutrisi terpilih (sudah
 Menunjukkan dikonsultasi kan dengan
peningkatan fungsi ahli gizi)
pengecapan dari - Ajarkan pasien
menelan bagaimana membuat
 Tidak terjadi cacatan makanan harian
penurunan berat - Monitor jumlah nutrisi
badan yang berarti dan kandungan kalori
- Berikan informasi
tentangkebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring

14
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunanberat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwal pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam Makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan Ht
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
kunjungtiva
- Monitor kalori intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah
berwarna
magenta,scarlet
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
2.Resiko syok NOC NIC
berhubungan  Syok prevention Syok prevention
dengan  Syok management - Monitor status sirkulasi

15
ketidamampuan Kriteria Hasil : BP, Warna Kulit , suhu
elektrolit kedalam  Nadi dalam batas kulit, denyut jantung ,
sel tubuh, yang diharapkan HR, dan ritme, nadi
hipovolomia  Irama jantung dalam perifer ,dan kapiler refill
Definisi : beresiko batas yang diharapkan - Monitor tanda inadekuat
terhadap  Frekuensi nafas dalam oksigenasi jaringan
ketidakcukupan aliran batas yang diharapkan - Monitor suhu dan
darah kejaringan  Irama pernapasan penafasan
tubuh, yang dapat dalam batas yang - Monitor input dan
mengakibatkan diharapkan output
disfungsi seluler yang  Natrium serum dbn - Pantou nilai labor :
menancam jiwa  Kalium serum dbn HB, HT, AGD dan
Faktor resiko  Klorida serum dbn eletrolit
 Hipotensi  Kalsium serum dbn - Monitor hemodinamik
 Hipovolemi  Magnesium serum invasi yang sesuai
 Hipoksemia dbn - Monitor tanda dan gejala
 Hipoksia  PH darah serum dbn asites
 Infeksi Hidrasi - Monitor tanda awal
 Sepsis  Indicator : syok
Sindrom respon  Mata cekung tidak - Tempat pasien pada
inflamasi sistemik ditemukan posisi supine kaki
 Demam tidak elevasi untuk
ditemukan peningkatan preoad
 TD dbn dengan tepat
Hematokrik DBN - Lihat dan peliharan
kepatenan jalan nafas
- Berikan cairan iv dan
atau oral yang tepat
- Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
gejala datangnya syok
- Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
syok
Syok management
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi renal
(e.g BUN dan Cr lavel)
- Monitor tekanan nadi
- Monitor status cairan,
input output
- Catat gas darah arteri
dan ogsigen dijaringan
- Catat gas darah arteri

16
dan oksigen
- dijaringan
- Monitor EKG, sesuai
- Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan
tekanan darah, sesuai
- Menggambar gas darah
arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
- Memantau tren dalam
parameter hemodinamik
(misalnya, CVP, MAP,
tekanan kapiler
pulmonal / arteri)
- Memantau faktor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
(misalnya, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO),
jika tersedia
- Memantau tingkat
karbon dioksida
sublingual dan / atau
tonometry lambung,
sesuai
- Memonitor gejala gagal
pernafasan (misalnya,
rendah PaO2
peningkatan PaCO2
tingkat, kelelahan otot
pernafasan)
- Monitor nilai
laboratorium (misalnya,
CBC dengan diferensial)
koagulasi profil,ABC,
tingkat laktat, budaya,
dan profil kimia)
- Masukkan dan
memelihara besarnya
kobosanan akses IV

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

17
3.Kerusakan  Tissue integrity : skin NIC
and mucous Prssure ulcer prevention
integritas jaringan
 Wound healing : wound care
berhubungan primary and secondary - Anjurkan pasien untuk
intention menguunakan pakaian
dengan nekrosis
Kriteria hasil : yang longgar
kerusakan jaringan  Perfusi jaringan normal - Jaga kulit agar tetap
 Tidak ada tanda-tanda bersih dan kering
(nekrosis luka
infeksi - Mobilisasi pasien (ubah
gangrene)  Ketebalan dan tekstur posisi pasien) setiap duat
jaringan normal jam sekali
 Menunjukkan - Monitor kulit akan adanya
Definisi: Kerusakan
pemahaman dalam kemerahan
jaringan membram
proses perbaikan kulit - Oleskan lotion atau
mukosa, kornea,
dan mencegah minyak/baby oil pada
integumen, atau
terjadinya cidera daerah yang tertekan
subkutan
berulang - Monitor aktivitas dan
Batas Karakteristik
 Menunjukkan mobilisasi pasien
 Kerusakan jaringan terjadinya proses - Monitor status nutrisi
(mis., kornea, penyembuhan luka pasien
membram mukosa,
- Memandikan pasien
integumen, atau
dengan sabun dan air
subkutan)
hangat
 Kerusakan jaringan
- Observasi luka : lokasi,
Faktor yang
dimensi, kedalaman luka,
Berhubungan
jaringan nekrotik, tanda
 Gangguan sirkulasi
tanda infeksi lokal,
 Iritan zat kimia formasi traktus
 Defisit cairan - Ajarkan keluarga tentang
 Kelebihan cairan luka dan perawatan luka
 Hambatan - Kolaborasi ahli gizi
mobilitas fisik pemberian diet TKTP(
 Kurang tinggi kalori tinggi protein
pengetahuan )
 Faktor mekanik - Cegah kontaminasi fase
(mis., tekanan, dan urin
koyakan/robekan, - Lakukan tehnik perawatan
friksal) luka dengan steril
 Faktor nutrisi - Berikan posisi yang
(mis., kekurangan mengurangi tekanan pada
atau kelebihan) luka
 Radiasi - Hindari kerutan pada
 Suhu ekstrem tempat tidur

18
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
4.Resiko Infeksi NOC NIC
berhubungan Infection Control Kontrol
dengan trauma pada  Immune Status infeksi)
jaringan, proses  Knowledge : Infection
penyakit (diabetes control  Bersihkan lingkungan
melitus)  Risk control setelah dipakai pasien
lain
Definisi : Mengalami Kriteria Hasil:  Pertahankan teknik
peningkatan resiko isolasi
terserang organisme  Klien bebas dari tanda  Batasi pengunjung bila
patogenik dan gejala infeksi perlu
 Mendeskripsikan  Instruksikan pada
proses penularan pengunjung untuk
penyakit, faktor yang mencuci tangan saat
mempengaruhi berkunjung dan setelah
penularan serta berkunjung
penatalaksanaannya meninggalkan pasien
 Menunjukkan  Gunakan sabun
kemampuan untuk antimikrobia untuk cuci
mencegah timbulnya tangan
infeksi  Cuci tangan setiap
 Jumlah leukosit dalam sebelum dan sesudah
batas normal tindakan keperawatan
 Menunjukkan perilaku  Gunakan baju, sarung
hidup sehat tangan sebagai alat
pelindung
 Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
 Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
 Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik
bila perlu
 Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)

19
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan
lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentangan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan kulit
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
5.Retensi urine NOC NIC
 Uninary elimination Urinary Retention Care

20
Retensi urine  Uninary continence
Kriteria Hasil :  Monitor intake dan
berhubungan
 kandung kemih output
dengan inkomplit kosong secara penuh  Monitor penggunaan
 tidak ada resedu urin obat antikolionergik
pengosongan
>100-200 cc  Monitor derajat
kandung kemih,  bebas dari ISK distensi bladder
 tidak ada spasmen  Instruksikan pada
sfingter kuat dan
bladder pasien dan keluarga
poliuria  balance cairan untuk mencatat output
seimbang urine
 Sediakan privacy untuk
Definisi :
eliminasi
pengosongan kandung
 Stimulasi refleks
kemih tidak komplit
bladder dengan
Batasan karakteristik
kompres dingin pada
 Tidak ada
abdomen
haluaran urine
 Katerisasi jika perlu
 Distensi kandung  Monitor tanda dan
kemuh gejala ISK
 Menetes (panas,hematuria,
 Disuria perubahan bau dan
 Sering kemih konsistensi urine)
 Inkontinensia
aliran berlebih Urinary Elimination
 Resedu urine Management
 Sensasi kandung
kemih penuh
 Berkemih sedikit
Faktor yang
berhubungan
 Sumbatan
 Tekanan uriter
tinggi
 Inbinisi arkus
reflex
 Sfingter kuat

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
6.Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan Peripheral Sensation
perifer berhubungan  Circulation status Management
dengan penurunan  Tissue Perfusion : (Manajemen sensasi
sirkulasi darah perifer)

21
keperifer , proses cerebral
penyakit (DM)  Monitor adanya daerah
Definisi : Penurunan Kriteria Hasil : tertentu yang hanya
sirkulasi darah ke Mendemonstrasikan peka terhadap
perifer yang dapat status sirkulasi yang panas/dingin/tajam/tum
mengganggu ditandai dengan : pul
kesehatan  Monitor adanya
 Tekanan systole dan paretese
diastole dalam rentang  lnstruksikan keluarga
yang diharapkan untuk mengobservasi
 Tidak ada ortostatik kulit jika ada isi atau
hipertensi laserasi
 Tidak ada tanda tanda  Gunakan sarung tangan
peningkatan tekanan untuk proteksi
intrakranial (tidak lebih  Batasi gerakan pada
dari 15 mmHg) kepala, leher dan
punggung
Mendemonstrasikan,  Monitor kemampuan
kemampuan kognitif BAB
yang ditandai dengan :  Kolaborasi pemberian
analgetik
 Berkomunikasi dengan  Monitor adanya
jelas dan sesuai dengan tromboplebitis
kemampuan  Diskusikan menganai
 Menunjukkan penyebab perubahan
perhatian, konsentrasi sensasi
dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan
dengan benar

Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik
tidak ada gerakan
gerakan involunter

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
7.Resiko NOC NIC
Fluid management
ketidakseimbangan
 Fluid balance
elektrolit  Hydration  Timbang
 Nutritional Status : popok/pembalut jika

22
berhubungan Food and Fluid diperlukan
 Pertahankan catatan
dengan gejala
 Intake intake dan output yang
poliuria dan akurat
Kriteria Hasil :  Monitor status hidrasi
dehidrasi
(kelembaban membran
Definisi : Berisiko  Mempertahankan urine mukosa, nadi adekuat,
mengalami perubahan output sesuai dengan tekanan darah
kadar elektrolít serum usia dan BB, BJ urine ortostatik ), jika
yang dapat normal, HT normal diperlukan
mengganggu  Tekanan darah, nadi,  Monitor vital sign
kesehatan suhu tubuh dalam batas  Monitor masukan
normal makanan / cairan dan
 Tidak ada tanda tanda hitung intake kalori
dehidrasi, harian
 Elastisitas turgor kulit  Kolaborasikan
baik, membran mukosa pemberian cairan IV
lembab, tidak ada rasa  Monitor status nutrisi
haus yang berlebihan  Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
 Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi

Hypovolemia
Management

 Monitor status cairan


termasuk intake dan
output cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit

23
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan lV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
 Monitor adanya tanda
gagal ginjal

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
8.Keletihan NOC NIC
Definisi: Rasa letih Energy management
luar biasa dan  Endurance
penurunan kapasitas  Concentrasion  Observasi adanya
kerja fisik dan jiwa  Energy conservation pembatasan klien
pada tingkat yang  Nutritional status: dalam melakukan
biasanya secara terus energy aktivitas
menerus  Dorong anak untuk
mengungkapkan
Batasan Kriteria Hasil perasaan terhadap
Karakteristik : keterbatasan
 Memverbalisasikan  Kaji adanya faktor
 Gangguan peningkatan energy yang menyebabkan
konsentrasi dan merasa lebih baik kelelahan
 Gangguan libido  Menjelaskan  Monitor nutrisi dan
 Penurunan penggunaan energy sumber energy yang
performa untuk mengatasi adekuat
 Kurang minat kelelahan  Monitor pasien akan
terhadap sekitar  Kecemasan menurun adanya kelelahan fisik
 Mengantuk  Glukosa darah adekuat dan emosi secara
 Peningkatan  Kualitas hidup berlebihan
keluhan fisik meningkat  Monitor respon
 Peningkatan  Istirahat cukup kardiovaskuler
kebutuhan  Mempertahankan terhadap aktivìtas
istirahat kemampuan untuk  Monitor pola tidur dan
 Introspeksi berkonsentrasi Iamanya tidur/istirahat
 Kurang energi pasien
 Letargi  Dukung pasien dan

24
 Lesu keluarga untuk
 Persepsi mengungkapkan
membutuhkan perasaan, berhubungan
energi tambahan dengan perubahan
untuk hidup yang disebabkan
menyelesaikan keletihan
tugas rutin  Bantu aktivitas sehari
 Mengatakan hari sesuai dengan
kurang energi kebutuhan
yang luar biasa  Tingkatkan tirah baring
 Mengatakan dan pembatasan
kurang energi aktivitas (tingkatkan
yang tidak periode istirahat)
kunjung reda  Konsultasi dengan ahli
 Mengatakan gizi untuk
perasaan lelah meningkatkan asupan
 Merasa bersalah makanan yang
karena tidak berenergi tinggi
dapat
menjalankan Behavior Management
tanggung jawab Activity Terapy
 Mengatakan Energy Management
tidak mampu Nutrition Management
mempertahanka
n aktivitas fisik
pada tingkat
yang biasanya
 Mengatakan
tidak mampu
mempertahanka
n rutinitas yang
biasanya
 Mengatakan
tidak mampu
memulihkan
energi, setelah
tidur sekalipun

Faktor Yang
Berhubungan :
Psikologis

 Ansietas,
Depresi
 Mengatakan

25
gaya hidup
membosankan,
Stres

Fisiologis

 Anemia, Status
penyakit
 Peningkatan
kelemahan fisik
 Malnutrisi,
Kondisi fisik
buruk
 Kehamilan,
Deprivasi tidur

Lingkungan

 Kelembapan,
Suhu, Cahaya,
 Kebisingan

Situasional

 Peristiwa hidup
negatif
 Pekerjaan

26
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pada Tn.R dengan Diabetes Melitus di ruang rawat


Interne Pria Tanggal 12 Januari 2013
KASUS :
Tn. R berusia 60 tahun dirawat di IRNA Penyakit Dalam Pria RSUP M. Djamil
Padang dengan keluhan masuk badan terasa lemah, penurunan berat badan 8
Kg dalam 1 bulan terakhir. Klien mempunyai riwayat hipertensi dan tidak
kontrol rutin. Penuturan keluarga akhir-akhir ini klien sering BAK, bila malam
hingga 10 kali, sering lapar dan haus namun badan klien semakin kurus bukan
semakin gemuk. Sebelumnya klien sempat tidak sadarkan diri dan dibawa
kerumah sakit. Pada pemeriksaan didapatkan TD=170/100 mmhg,
Nadi=80x/menit, RR=20x/menit, T=37,20C. Gula Darah sewaktu saat masuk
425 mg/dl.
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pasar Baru
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 10 Januari 2013
No. RM : 00639342
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus (DM) Tipe II
Identitas Penanggung jawab:
Nama : Nn. Y
Umur : 54 tahun
Alamat : Pasar Baru
Pekerjan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Istri

27
b. Keluhan Utama
Klien merasa badannya lemah, dan mengalami penurunan berat badan 8 kg
dalam 1 bulan terakhir.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUP M. Djamil Padang tanggal 10 Januari 2013 melalui
IGD dengan keluhan badan lemas dan sebelumnya klien sempat tidak
sadarkan diri. Keluhan disertai dengan sering BAK terutama pada malam
hari, sering lapar dan haus, namun badan klien semakin kurus bukan
semakin gemuk. Dilakukan pemeriksaan gula darah pada pasien, yang
ternyata didapatkan hasil GDS = 425 g/dl. Oleh dokter yang memeriksa,
pasien dianjurkan untuk dirawat. Kemudian klien dipindahkan ke ruang
Interne Pria. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 12 Januari 2013, klien
masih terlihat lemah.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : CMC
2) TTV
TD : 170/100 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 37,20 C
3) TB : 164 Cm
BB : 68 Kg
4) Kepala : Normoshepal
5) Rambut : Beruban, tidak mudak dicabut
6) Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
7) Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada fraktur
8) Mulut : Bibir sedikit kering

28
9) Gigi : Caries (+)
10) Leher : JVP 5-2 CmH2O
11) Jantung :
Inspeksi : Ictus tidak terlihat
Palpasi : Ictus tidak teraba
Perkusi : Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri
Batas kanan : sela iga V linea parasternal kanan
Batas kiri : sela iga VI linea midklavikula kiri
Auskultasi : BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)
12) Dada - Paru :
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : Vesikuler, Ronchi (-), Whizing (-)
13) Abdomen :
Inspeksi : Perut datar, simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
14) Punggung :
CVA = Nyeri tekan (-)
Nyeri ketok (-)
15) Alat Kelamin : Normal
16) Anus : Normal
17) Ekstremitas Atas dan Bawah : Tidak ada edema

g. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Normal
Hb : 12,5 gr/dl Hb: L(13-16) P(12-15) gr/dl
Hematokrit : 31,8 % Hematokrit: L(40-54) P(37-47) %

29
Leukosit : 5.100 sel/mm3 Leukosit: 5.000-10.000 sel/mm3
Trombosit : 137.000/ mm3 Trombosit:150.000-450.000/mm3
MCV : 83 fL MCV : 81 – 99 fL
MCH : 26,8 pg MCH : 27,0 – 31,0 pg
MPV : 7,4 fL MPV : 7,4 – 10,4 fL
MCHC : 32,3 g/dl MCHC : 32 - 36 g/dl
Ureum : 50 mg/dl Ureum : (18 – 55) mg/dl
Creatinin : 1,1 mg/dl Creatinin : (0,9 – 1,30)
GDS : 425 mg/ dl GDS : 60 - 100 mg/dl

h. Terapi yang diperoleh


1) Infus RL 20 tts/mnt
2) Inj Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
3) Glibenklamid 2xI
4) Neurosanbe 1 amp/hari
5) Antasid syrup 3xC I

i. Pengkajian 11 Fungsional Gordon


1) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Januari 2013 pada pukul
10.00, klien mengatakan bahwa ± 1 tahun yang lalu pasien pernah
dirawat di rumah sakit dengan penyakit hipertensi dan diperbolehkan
pulang karena sudah mengalami perbaikan dalam kesehatan selama
perawatan, namun klien tidak pernah kontrol rutin sesuai dengan anjuran
dokter . Saat ini, klien mendapatkan terapi infus RL 20 tts/mnt.
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit : Klien makan 3 x/hari, porsi makan cukup, nasi, lauk dan
sayur.
Selama sakit : Klien makan diit berupa makanan lunak 3 x/hari yang
diberikan RS, pasien makan hanya habis 3/4 porsi yang diberikan RS.

30
Tetapi klien tetap mengkonsumsi buah-buahan seperti pepaya dan apel.
Klien minum sekitar 2500 cc sehari.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari, konsistensi padat,
BAK 6-7 x/hari.
Selama sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari, BAK sering, bila
malam hingga 10 kali, warna kuning agak keruh, bau khas.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas mandiri tanpa bantuan orang
lain, dan klien mengaku jarang berolahraga
Selama sakit : Aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga.
5) Pola Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan biasanya tidur ± 6-7 jam /hari. Pasien
jarang tidur siang.
Selama sakit : Klien mengatakan tidur 5-6 jam pada malam hari. Pasien
hanya dapat sebentar-bentar tidur siang. Klien mengalami gangguan
dalam pola istirahat dan tidur karena sering BAK, terutama pada malam
hari.
6) Pola kognitif perseptual
Klien mengungkapkan bahwa beliau juga sedikit bermasalah dengan
penglihatannya yang akhir-akhir ini tiba-tiba sering kabur. Pendengaran
klien normal (Tanpa alat bantu). Komunikasi klien kurang lancar
karena masih lemah. Pengecapan dan pembau klien normal.
7) Pola Persepsi dan Konsep diri
Klien merasa cemas karena penyakit yang dideritanya, dengan
penurunan berat badan yang cepat dalam 1 bulan terakhir. Klien
mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga.
8) Pola peran dan hubungan
Klien adalah seorang kepala keluarga dari 3 orang anak dan 1 istri,
klien bekerja sebagai petani dan istri klien sebagai ibu rumah tangga,
dan 3 orang anak klien sudah beranjak dewasa. Sebelum sakit klien

31
menjadi tulang punggung keluarga namun sejak 1 bulan terakhir karena
klien selalu merasa lelah, anak klien yang pertama yang menggantikan
posisi sang ayah yang bekerja sebagai seorang petani. Hubungan klien
dengan anggota keluarga baik hal ini terlihat dengan keluarga yang
selalu menemani klien di rumah sakit.
9) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami gangguan dalam hal memenuhi kebutuhan
seksualitasnya karena penyakit yang di deritanya menyebabkan klien
sering merasa lemas.
10) Pola Mekanisme koping dan stress
Klien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga.
Klien terlihat cemas karena biaya pengobatan yang harus ditanggung
oleh anak-anaknya. Klien berharap bisa cepat sembuh, sehingga dapat
meringankan beban anak-anaknya.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien adalah seorang muslim, meskipun dalam keadaan sakit klien
masih tetap menjalankan kewajibannya untuk beribadah dan berdoa
untuk kesembuhannya.
Aplikasi NANDA, NOC DAN NIC
DIAGNOSA NOC NIC
1.Perubahan Nutrisi Status Gizi : Asupan Monitor gizi
Kurang dari Makanan dan Cairan Aktivitas yang dilakukan :
Kebutuhan Tubuh b.d Klien diharapkan mampu  Amati kecenderungan
Penurunan Insulin untuk : pengurangandan dan
- Data Subjektif :  Mempertahankan berat penambahan BB
 klien sering merasa badan  Monitor jenis dan
lapar dan haus  Mempertahankan masa jumlah latihan yang
 klien mengatakan tubuh dan berat badan dilaksanakan
berat badannya dalam batas normal  Monitor respon
menurun selama 1  Memiliki nilai emosional klien ketika
bulan terakhir laboratorium dalam ditempatka pada suatu

32
- Data Objektif : batas normal keadaan yang ada
 Berat badan klien  Melaporkan tingkat makanan
sebelum sakit 76 kg energi yang adekuat  Monitor lingkungan
setelah sakit 68 kg tempat makanan
 Mukosa bibir kering  Monitor mual dan
 Klien makan muntah
3x/hari,  Monitor tingkat energi,
3 rasa tidak enak
menghabiskan /4
porsi makanan dan badan,kelatihan dan
mengkonsumsi kelemahan
buah-buahan  Monitor masukan kalori
dari bahan makanan
 Manajemen Nutrisi
Aktivitas yang dilakukan :
 Kaji apa klien ada alergi
makanan
 Kerja sama dengan ahli
gizi dalam menentukan
jumlah kalori, protein
dan lemak secara tepat
sesuai dengan kebutuhan
klien.
 Ajari klien tentang diet
yang bener sesuai
kebutuhan tubuh
 Monitor catatan
makanan yang masuk
atas kandungan gizi dan
jumlah kalori
 Timbang BB secara

33
teratur
 Pasyikan bahwa diet
mengandung makanan
yang berserat tinggi
untuk mencegah
sembelit
 Pastikan kemampuan
klien untuk memenuhi
kebutuhan
 Manajemen hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
 Monitor guladarah
sesuaiindikasi
 Monitor tanda dan gejala
poliuri, polidipsi,
polifagia. Keletihan,
pandangankabur
atausakit kepala
 Monitor TTV sesuai
indikasi
 Batasi latihan ketika
gula darah besar dari
250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
 Monitor status cairan
intake output sesuai
kebutuhan
2.Kekurangan Keseimbangan Elektrolit Manajemen Asam-Basa
Volume Cairan b.d dan asam-Basa Aktivitas yang dilakukan :
Diuresis Osmotik Klien diharapkan mampu  Monitor status

34
- Data Subjektif : untuk menormalkan : hemodinamik termasuk
 Klien mengatakan  Albumin serum CVP (tekanan vena
sering merasa haus  pH serum sentral), MAP (tekanan
 Klien mengaku  Kreatinin serum arteri rata-rata), PAP
sering BAK, bila  Bikarbonat serum (tekanan arteri paru)
malam hari hingga  pH Urine  Dapatkan hasil labor
10 kali  Keseimbangan Cairan untuk menganalisa
 Klien mengatakan Klien diharapkan mampu keseimbangna asam
berat badannya untuk menormalkan : basa seperti ABG, urin
menurun selama 1  Tanda-tanda dehidrasi dan level serum
bulan terakhir tidak ada  Pantau
- Data Objektif :  Mukosa mulut dan ketidakseimbangan

 Klien minum bibir lembab elektrolit yang semakin

sekitar 2500 cc  Balan cairan seimbang buruk dengan

sehari  Hidrasi mengoreksi

 Klien terlihat kurang  Klien diharapkan ketidakseimbangan

tidur, karena sering mampu menormalkan : asam basa

BAK, terutama pada  Hidrasi kulit  Dorong pasien dan

malam hari  Kelembaban membran keluarga untuk aktif


mukosa\ dalam pengobatan
 Berat badan klien
 Haus yang abormal ketidakseimbangan
sebelum sakit 76 kg
 Pengeluaran urin asam basa
setelah sakit 68 kg
 Tekanan darah  Manajemen Cairan
 Mukosa bibir kering
 TD : 170/100 Aktivitas yang dilakukan :

mmHg  Timbang BB tiap hari

 N : 80x/menit  Pertahankan intake

 RR : 20x/menit yang akurat

 S : 37,2o C  Monitor status hidrasi


(seperti :kelembapan
mukosa membrane,

35
nadi)
 Monitor status
hemodinamik termasuk
CVP,MAP, PAP
 Monitor hasil lab.
terkait retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht
↓)
 Monitor TTV
 Monitor adanya
indikasi
retensi/overload cairan
(seperti :edem, asites,
distensi vena leher)
 Monitor perubahan BB
klien sebelum dan
sesudah dialisa
 Monitor status nutrisi
 Monitor respon pasien
untuk meresepkan
terapi elektrolit
Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
 Kaji tentang riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan pola
eliminasi
 Kaji kemungkinan
factor resiko terjadinya
imbalan cairan (seperti

36
: hipertermia, gagal
jantung, diaforesis,
diare, muntah, infeksi,
disfungsi hati)
 Monitor BB, intake
dan output
 Monitor nilai elektrolit
urin dan serum
 Monitor osmolalitas
urin dan serum
 Monitor membrane
mukosa, turgor dan
rasa haus
 Monitor warna dan
kuantitas urin

3.Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas
b.d Kelemahan Klien diharapkan mampu Aktivitas yang dilakukan :
- Data Subjektif : untuk menyeimbangkan :  Monitor program
 Klien mengaku  Denyut nadi saat aktivitas klien.
jarang berolahraga beraktivitas.  Bantu klien untuk
saat waktu luang.  Jumlah pernafasan saat melalukan aktivitas
 Klien mengatakan beraktivitas. yang biasanya ia
lemas  Tekanan darah sistolik lakukan.
- Data Obejektif : saat beraktivitas.  Jadwalkan klien untuk
 Aktivitas klien  Tekanan darah diastolic latihan-latihan fisik
dibantu perawat dan saat beraktivitas. secara rutin.
keluarga  Warna kulit.  Bantu klien dengan
 Klien terlihat lemah  Kekuatan tubuh bagian aktivitas-aktivitas fisik.

 TB/BB : atas.  Monitor respon fisik,


164cm/68kg  Kekuatan tubuh bagian sosial, dan spiritual

37
 BMI : 25, 28 bawah. dari klien terhadap
(overweight)  Daya Tahan Tubuh aktivitasnya.
 Level Aktifitas : Klien diharapkan mampu  Bantu klien untuk
Level 3 untuk menyeimbangkan : memonitor kemajuan
(membutuhkan  Aktivitas dari pencapaian tujuan.
bantuan orang lain).  Daya tahan otot Pengajaran : Penentuan
 Hemoglobin Aktivitas dan Latihan

 Hematocrit Aktivitas yang dilakukan :

 Glukosa darah  Ajarkan klien tentang :

 Serum elektrolit a. Tujuan dan

 Rasa lelah kegunaan aktivitas


dan latihan.
 Perawatan Diri :
b. Bagaimana cara
Aktivitas-aktivitas
melakukan suatu
sehari-hari
aktivitas.
Klien diharapkan mampu
c. Bagaimana cara
untuk menyeimbangkan :
memonitor toleransi
 Pola makan.
aktivitas.
 Berjalan.
d. Bagaimana menjaga
 Aktivitas
latihan.
 Berikan informasi
kepada klien
bagaiamana teknik-
teknik untuk
menyimpan energi.
 Berikan informasi-
informasi seputar
kesehatan fisik klien.
Mengontrol berat badan
Aktivitas yang dilakukan :

38
 Diskusikan dengan
klien hubungan antara
intake maknan, latihan,
peningkatan berat
badan dan kehilangan
berat badan
 Diskusikan dengan
klien kondisi
pengobatan yang
mempengaruhi berat
badan
 Diskusikan hubungan
resiko berat badan
normal dan tidak
normal
 Beri informasi kepada
klien tentang berat
badan yang ideal
 Diskusikan bersama
klien metode tentang
intake makanan sehari-
hari
 Minta informasi dari
klien, apakah ada
dukungan luar yang
mempengaruhi berat
badannya
 Kaji peningkatan
keseimbangan
makanan

39
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk


mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa)
secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner &
Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada
pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.
Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah
makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
B. Saran
Bagi penderita diabetes mellitus diharapkan selalu menjaga gaya
hidup karena ini sangat berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit itu
sendiri maka dari itu penderita penyakit diabetes mellitus haus selalu menjaga
kandungan gula dalam darah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kadar glukosa yang tinggi. Untuk dari itu penderita bisa
menggantinya dengan gula jagung. Pederita juga harus harus rajin dalam
olahraga karena itu sangat penting bagi kesehatan anda.

40
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif .A.H. dan Kusuma.H.2015.APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Restyana Noor F.2015.Diabetes Melitus Tipe 2.Journal Majority Volume 4
Nomor 5

iv

Anda mungkin juga menyukai