Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

MATERI :
PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN
DAERAH KERJA RADIASI

Disusun Oleh :

Nama : Tri Ilma Humairah


NIM : 011600458
Jurusan : Teknokimia Nuklir
Kelompok :1
Rekan Kerja :1. Dewa Gemarefa
2. Ignatius Yudha Putra Welerubun
Asisten : Lutfi Aditya Hasnowo, M.Sc

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI

I. TUJUAN
Mengetahui laju dosis radiasi pada lingkungan dan daerah kerja radiasi
laboratorium aktif STTN-BATAN

II. DASAR TEORI


Kegiatan-kegiatan di laboraturium yang menggunakan sumber zat radioaktif
di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional berpotensi
meningkatkan paparan radiasi daerah sekitar STTN-BATAN. Penelitian serta
percobaan yang menggunakan sumber zat radioaktif di STTN-BATAN tidak dapat
dihindari setiap harinya.

Paparan yang meningkat di lingkungan STTN-BATAN harus selalu di pantau


untuk mengontrol paparan radiasi yang diterima lingkungan agar tidak melebihi
nilai batas dosis yang ditentukan oleh BAPETEN. Hal ini terus menerus dilakukan
untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya
Radiasi.

Mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan, maka pemakaian radiasi


perlu diawasi, baik melalui peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan radioaktif, maupun adanya badan pengawas
yang bertanggung jawab agar peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di Indonesia,
badan pengawas tersebut adalah Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).

Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi


Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological
Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi,
yang intinya sebagai berikut:

a. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan


yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,
b. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa
dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan
faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi, c. Dosis
perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP
untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.
c. Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal
mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk
semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin
menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi
diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat
dari sisi kemanusiaan.
d. Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam rata-rata dalam 5 tahun untuk
pekerja radiasi adalah 20 mSv/tahun, sedang untuk masyarakat umum adalah 1
mSv/tahun. Menurut laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap
orang menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya
akan menerima sekitar setengah dari nilai batas dosis untuk masyarakat umum.
e. Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis ini. Pertama,
adanya anggapan bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara aman
dan tidak aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya
menyatakan batas dosis radiasi yang dapat diterima oleh pekerja atau
masyarakat, sejauh pengetahuan yang ada hingga saat ini. Yang lebih penting
dari pemakaian nilai batas ini adalah diterapkannya prinsip ALARA pada setiap
pemanfaatan radiasi. Kedua, adanya perbedaan nilai batas dosis untuk pekerja
radiasi dan masyarakat umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja radiasi
dianggap dapat menerima risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima
keuntungan yang lebih besar) daripada masyarakat umum, antara lain karena
pekerja radiasi mendapat pengawasan dosis radiasi dan kesehatan secara
berkala.

Pembagian daerah kerja instalasi nuklir disesuaikan dengan kegiatan yang


dilakukan di tiap instalasi nuklir tersebut. Secara garis besar daerah kerja
instalasi nuklir dibagi menjadi:
a. Daerah Supervisi, terdiri atas:
- Daerah Radiasi Sangat Rendah

Daerah kerja yang memungkinkan seseorang pekerja menerima dosis


kurang dari atau sama dengan 1 mSv (100 mRem) dalam satu tahun.

- Daerah Radiasi Rendah

Daerah kerja yang memungkinkan seseorang pekerja menerima dosis


lebih dari 1 mSv (100 mrem) tapi kurang dari 6 mSv (600 mrem) dalam satu
tahun untuk seluruh tubuh atau nilai batas dosis organ yang sesuai.

b. Daerah Pengendalian, dibedakan atas:


- Daerah Radiasi, terdiri atas:

1. Daerah Radiasi Sedang

Daerah kerja yang memungkinkan seseorang yang bekerja secara tetap


pada daerah itu menerima dosis 6 mSv (600 mrem) atau lebih tetapi kurang dari
20 mSv (2 rem) dalam satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai batas dosis
organ yang sesuai.

2. Daerah Radiasi Tinggi

Daerah kerja yang memungkinkan seseorang yang bekerja secara tetap


dalam daerah itu menerima dosis 20 mSv (2 rem) atau lebih dalam satu tahun
atau nilai yang sesuai terhadap organ tertentu dari tubuh.

- Daerah Kontaminasi, terdiri atas:

1. Daerah kontaminasi rendah

Daerah kerja dengan tingkat kontaminasi yang besarnya lebih kecil dari
0,37 Bq/cm2 (10-5 µCi/cm2 ) untuk pemancar- dan lebih kecil dari 3,7 Bq/cm2
(10-4 µCi/cm2 ) untuk pemancar-.

2. Daerah kontaminasi sedang

Daerah kerja dengan tingkat kontaminasi radioaktif 0,37 Bq/cm2 (10-5


µCi/cm2 ) atau lebih tapi kurang dari 3,7 Bq/cm2 (10-4 µCi/cm2 ) untuk
pemancar- dan 3,7 Bq/cm2 (10-4 µCi/cm2 ) atau lebih tetapi kurang dari 0,37
Bq/cm2 (10-5 µCi/cm2 ) untuk pemancar-, sedangkan kontaminasi udara tidak
melebihi sepersepuluh Batas Turunan Kadar Zat Radioaktif di udara

3. Daerah kontaminasi tinggi

Daerah kerja dengan tingkat kontaminasi dari 3,7 Bq/cm2 (10-4


µCi/cm2 ) atau lebih untuk pemancar- dan 37 Bq/cm2 (10-3 µCi/cm2 ) atau
lebih untuk pemancar-, sedangkan kontaminasi udara kadang-kadang lebih
besar dari Batas Turunan Kadar Zat Radioaktif di udara.

Daerah kerja di fasilitas harus dipantau paparan radiasi, jenis dan tingkat
kontaminasinya oleh petugas Keselamatan Kerja. Data hasil pemantauan ini
digunakan untuk evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja dan
peningkatan unjuk kerja peralatan proteksi radiasi yang perlu digunakan di
daerah tersebut.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Surveymeter
2. Dosimetri saku
3. Alat pelindung diri (jas lab)

IV. LANGKAH KERJA


1. APD disiapkan, jarum pendose di catat sebagai dosis mula- mula
2. Dilakukan pemetaan terhadap daerah/tempat yang akan diukur dosis radiasinya.
3. Ditentukan titik- titik yang akan diukur
4. Sertifikat alat surveymeter diperiksa.
5. Baterai alat surveymeter diperiksa.
6. Dilakukan pengukuran terhadap wilayah daerah kerja radiasi menggunakan
surveymeter dan hasil pengukuran dicatat
7. Pada setiap titik diulangi minimal 3 kali pengukuran
8. Setelah pengukuran selesai, pendose di baca kembali dan dicatat
V. DATA PENGAMATAN

laju dosis rata-rata laju dosis


Faktor
Area skala sesungguhnya
(𝜇Sv/jam) (𝜇Sv/jam) kalibrasi (𝜇Sv/jam)

1 1.5 2 1.5 0.1 1.67 1 0.067


2 2.5 2.5 2.5 0.1 2.5 1 0.15
3 2 2 2.5 0.1 2.17 1 0.117
4 2 2 1.5 0.1 1.83 1 0.083
5 2 2 2.2 0.1 2.07 1 0.107
6 2 2.5 2.2 0.1 2.23 1 0.123
7 1 1 1 0.1 1 1 0
8 1.5 2 2 0.1 1.83 1 0.083
9 2 2.5 3 0.1 2.5 1 0.15
10 2 2.5 1.9 0.1 2.13 1 0.113
11 1.5 2.5 2.5 0.1 2.17 1 0.117
12 2 1.5 1.5 0.1 1.67 1 0.067
13 2 2 1.5 0.1 1.83 1 0.083
14 1 1.2 1.5 0.1 1.23 1 0.023
15 1.5 1.5 2 0.1 1.67 1 0.067
16 2 2.5 2 0.1 2.17 1
0.117
17 2 2 1 0.1 1.67 1
0.067
18 1 1.5 2 0.1 1.5 1 0.050

19 3 2.5 2 0.1 2.5 1 0.15

20 2 1.5 1.5 0.1 1.67 1 0.067

21 2 1 2 0.1 1.67 1 0.067


22 2 2 2.5 0.1 2.17 1 0.117

23 2 2.5 1.5 0.1 2 1 0.1

24 1.5 2.5 2 0.1 2 1 0.1

25 2 1 1 0.1 1.33 1 0.033

Background 1 1 1 0.1 1 1 0.1

Pengukuran pendose awal = 0 mR

Pengukuran pendose akhir = 0 mR

VI. PERHITUNGAN
a. NBD masyarakat : 1 mSv/tahun
1 tahun : 8 jam ×5 hari ×50 minggu
: 2000 jam
1 𝑚𝑆𝑣 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 10−4 𝑚𝑆𝑣
NBD masyarakat :𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 × 2000 𝑗𝑎𝑚 = 5 × = 0.5𝜇𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚

b. NBD pekerja : 20 mSv/tahun


1 tahun : 8 jam ×5 hari ×50 minggu
: 2000 jam
20 𝑚𝑆𝑣 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑚𝑆𝑣
NBD pekerja : 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 × 2000 𝑗𝑎𝑚 = 0.01 𝑗𝑎𝑚 = 10 𝜇𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚

Rata-rata laju dosis pada daerah gudang = 0.108 𝜇Sv/jam

Rata-rata laju dosis pada daerah ruang radiografi = 0.102 𝜇Sv/jam

Rata-rata laju dosis pada daerah lab X-ray = 0.059 𝜇Sv/jam

Rata-rata laju dosis pada daerah lab aktif = 0.101 𝜇Sv/jam

Rata-rata laju dosis pada daerah ruang irradiator gamma = 0.081 𝜇Sv/jam

Rata-rata laju dosis secara keseluruhan = 0.089 𝜇Sv/jam


VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul pemantauan dan pengendalian kerja radiasi ini
selain sebagai bentuk pembelajaran juga merupakan sebuah bentuk pemantauan
sebenarnya terhadap lingkungan. Daerah yang dipantau pada praktikum ini terletak
di bagian selatan gedung STTN dimana instrument-instrumen yang berkaitan
dengan radiasi ditempatkan di daerah ini. Pemantauan ini dilakukan melalui
pengukuran di 25 titik yang tersebar di sekitar daerah tersebut dan memiliki
kemungkinan dijangkau oleh masyarakat umum. Sehingga diharapkan dari
pemantauan ini dapat diketahui berapa laju dosis yang bisa mengenai masyarakat
dan sebagai upaya pencegahan agar dosis tersebut tidak melebihi NBD yang
ditentukan.
Untuk mengetahui kemungkinan dosis radiasi yang diterima maka pada saat
praktikum berlangsung praktikan menggunakan personal dosimetry berupa
pendose. Dengan adanya pendose ini dapat diketahui jumlah radiasi yang terpapar
pada praktikan dan mencegah kemungkinan buruk lainnya. Pengukuran kondisi
awal berupa pengenolan,pada pendose dan pengecekan nilai pendose saat akhir
praktikum untuk mengetahui jumlah radiasi yang mengenai. Pada praktikum yang
dilakukan ini, diketahui bahwa setelah melakukan praktikum dosis yang terbaca
pada pendose adalah 0 mR yang berarti praktikan tidak terpapar radiasi melebihi
NBD yang ditentukan.
Dari pengukuran dengan menggunakan surveymeter terhadap pemantauan
lingkungan dan daerah kerja radiasi yang dilakukan diperoleh nilai dosis ekivalen
dari radiasi tersebut di 25 titik di sekitar Gudang, Laboratorium Radiografi,
Laboratorium Sinar-X, Laboratorium Aktif dan Laboratorium Irradiator Gamma.
Nilai laju dosis radiasi yang terukur pada surveymeter dapat diperoleh dari
lingkungan ( radiasi alam ) dan pancaran sumber radiasi yang terdapat pada kelima
tempat tersebut.
Dari hasil pengukuran dan pengolahan data, dapat diketahui bahwa rata-rata laju
dosis di sekitar Gudang Penyimpanan yang dilakukan pengukuran pada dua titik
menghasilkan nilai rata-rata yang relatif lebih besar dari pada laju dosis yang
terukur di tempat lainnya yaitu 0.108 𝜇Sv/jam, hal tersebut dikarenakan di Gudang
Penyimpanan terdapat berbagai sumber radioaktif serta terdapat kamera gamma.
Selain itu, rata-rata laju dosis yang tinggi juga ditemukan di Laboratorium
Radiografi dan Laboratorium Aktif yang secara berturut yaitu 0.102 𝜇Sv/jam dan
0.101 𝜇Sv/jam.
Dan jika ditinjau lebih spesifik yang hanya meninjau pada titik-titik pengukuran
dimana titik pengukuran yang menghasilkan nilai dosis yang paling besar adalah
pada titik ke- 9 dan titik ke-19 yaitu pada daerah sekitar laboratorium aktif yang
nilai pada kedua titik tersebut adalalah 0.15 𝜇Sv/jam, hal ini dikarenakan
Laboratorium Aktif adalah tempat untuk praktikum yang menggunakan sumber
radiasi dan di dalamnya juga terdapat beberapa sumber radiasi yang merupakan
suatu sampel untuk praktikum lainnya.
Nilai rata-rata laju dosis dari keseluruhan wilayah adalah 0.089 𝜇Sv/jam, hal ini
berarti dari keseluruhan wilayah atau dari 25 titik yang dipantau diperoleh data
bahwa laju dosis yang ada di sekitar laboratorium aktif masih berada di bawah NBD
pekerja yang nilainya 10 𝜇𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚 maupun NBD masyarakat yang nilainya yaitu
0.5𝜇𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚. Hal ini berarti laboratorium aktif STTN-BATAN masih aman untuk
dilalui masyarakat umum. Meskipun begitu, azas proteksi radiasi yang meliputi
limitasi, optimasi, dan justifikasi tetap harus diperhatikan. Sesuai dengan azas
tersebut apabila tidak ada kepentingan, manfaat yang tidak lebih besar
dibandingkan kerugian yang dirasakan maka masyarakat diharapkan tidak melewati
daerah radiasi ini.
Selain itu bukan hanya NBD yang harus dijadikan patokan karena apabila suatu
daerah radiasi memiliki nilai dosis maksimum (yang pernah tercapai) lebih rendah
dibandingkan NBD maka dosis itulah yang dijadikan patokan. Hal ini karena radiasi
memiliki efek stokastik yang membahayakan.
Sehingga pada ke lima tempat tersebut dapat dikategorikan aman untuk
melaksanakan aktivitas baik oleh pekerja radiasi, pekerja magang pelatihan,
mahasiswa/pelajar, maupun masyarakat umum setidaknya selama 2000 jam dalam
satu tahun.
VIII. KESIMPULAN
1. Rata-rata laju dosis radiasi pada lingkungan dan daerah kerja radiasi
laboratorium aktif STTN-BATAN adalah sebesar 0.089 μSv/jam yang nilainya masih
berada di bawah NBD pekerja maupun NBD masyarakat.
2. Dari hasil pengukuran kelima wilayah atau 25 titik pada lingkungan dan daerah
kerja radiasi laboratorium aktif STTN-BATAN didapatkan hasil bahwa semua tempat
tersebut AMAN untuk aktivitas para pekerja radiasi, pekerja magang pelatihan,
mahasiswa/ pelajar, maupun masyarakat umum.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Lutfi. 2018. “Petunjuk Praktikum Proteksi dan Keselamatan Radiasi :


Pemantauan dan Pengendalian Daerah Kerja Radiasi”. Modul. Yogyakarta: STTN-
BATAN.
Grupen, Claus. 2010. Introduction To Radoation Protection. Springer. London.
Perka BAPETEN No. 4 tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi
dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
Turner, James. 2007. Atoms, Radiation and Radiation Protection. WILEY-VCH
Verlag GmbH & Co.KGaA, Weinheim. USA
Pedoman Keselamatan dan Proteksi Radiasi KNS 2011. Komisi Proteksi Radiasi
Kawasan Nuklir Serpong Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Perka Bapeten Nomor 4 Tahun 2013

Yogyakarta, 7 April 2018

Asisten, Praktikan,
Lutfi Aditya Hasnowo, M. Sc Tri Ilma Humairah

Anda mungkin juga menyukai