Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA) ................................................................................. 3


A. Pengertian ................................................................................................................. 3
B. Langkah-langkah Root Cause Analysis (RCA) .................................................... 3
C. Tahapan Melakukan Root Cause Analysis (RCA) .............................................. 4

FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) ............................................... 13


A. Pengertian Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ..................................... 13
B. Tahapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ......................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

i
BAB I
PENDAHULUAN

Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSUD


Menggala dilakukan dengan menggunakan pendekatan proaktif dalam
melaksanakan manajemen resiko disemua unit. Alat-alat manajemen
resiko yang digunakan terdiri dari :
1. Non statisticaltools : untuk mengembangkan ide, mengelompokkan,
memprioritaskan dan memberikan arah dalam pengambilan
keputusan. Alat-alat tersebut meliputi fish bone, bagian air, RCS,
dan FMEA.
2. Statiscal tools seperti Diagram Pereto, lembar periksa (check
sheet).

Perbedaan RCA dengan FMEA, yaitu RCA merupakan pendekatan


analisis sistem yang reaktif sementara FMEA merupakan pendekatan
proaktif untuk mencegah kegagalan sistem.

Persamaan RCA dengan FMEA, yaitu :


 Harus ada komitmen pimpinan.
 Bertujuan mengurangi kemungkinan cidera yang akan terjadi.
 Mencakup identifikasi kondisi-kondisi yang menimbulkan cidera.
 Merupakan metode analisis non statistical.
 Merupakan aktifitas sebuah tim yang memerlukan dukungan SDM,
waktu, material dan penunjang lainnya.

RCA dan FMEA saling berhubungan, bagian pendekatan yang satu


dapat digunakan pada bagian pendekatan yang lainnya. FMEA dapat
digunakan untuk membantu mengevaluasi perubahan strategi hasil
analisa dengan RCA. Pendekatan FMEA dapat melihat titik-titik potensial
kegagalan berbagai proses dan kemudian mengidentifikasi kegagalan-
kegagalan baru yang ditimbulkan dari penerapan proses baru. RCA dapat

1
digunakan untuk mengidentifikais proses-proses mana saja yang
membutuhkan FMEA dan kemudian menentukan akar permasalahan
secara spesifik.

2
BAB II
ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)

A. Pengertian
Root Cause (akar masalah), akar atau isu fundamental, adalah
titik awal dimana bila pada titik tersebut diambil suatu tindakan
(pencegahan) maka peluang terjadinya insiden akan berkurang.
RCA diterapkan pada kejadian resiko tinggi, berdampak luas
yaitu semua KTD dan Sentinel. Apabila terjadi insiden lain seperti
KTC, KNC, dan KPC cukup dilakukan investigasi sederhana. Setian
proses pengelolaan insiden harus dapat menetapkan tingkat
investigasi dan tindakan yang diperlukan.
RS memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa masalah terjadi untuk kemudian menyusun rencana tindak
lanjutnya. RCA dilakukan oleh Tim RCA, sementara Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien bertanggung jawab untuk :
 Mengingatkan untuk dilaksanakannya RCA.
 Mengatur Penyelenggaraan suatu investigasi.
 Mengelola tim RCA.
 Pelaporan secara organisatoris dan memonitor tindak lanjut
upaya pengurangan resiko.
 Koordinasi program RCA.
 Evaluasi program RCA.

B. Langkah-langkah Root Cause Analysis (RCA)


1. Identifikasi Insiden Yang Akan di Investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulan Data dan Informasi
 Observasi
 Dokumentasi
 Interview

3
4. Petakan Kronologi Kejadian
 Narrative Chronology
 Timeline
 Tabular Timeline
 Time Person Grid
5. Identifikasi CMP (Care Management Problem)
 Brainstroming, bainwriting
6. Analisis Informasi
 5 Why's
 Analisis Perubahan
 Analisis Penghalang
 Fishbone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

C. Tahapan Melakukan Root Cause Analysis (RCA)


1. LANGKAH 1 dan 2 : Identifikasi insiden dan tentukan tim,
dengan menggunkan form seperti dibawah ini :

INSIDEN :

Ketua :

Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili ? YA
TIDAK
Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda,
sesudah diwakili dalam tim tersebut ? YA TIDAK

4
Siapa yang menjadi Notulen ?
Tanggal dimulai Tanggal dilengkapi

2. LANGKAH 3 : Kumpulkan data & informasi


Dengan menggunakan form seperti dibawah ini :
 Observasi langsung :
 Dokumentasi : 1. ................................................
2. ................................................
3. ................................................
4. ................................................
5. ................................................

 Interview (Dokter/Staf yang terlibat) :


1. .................................................
2. .................................................
3. .................................................
4. .................................................
5. .................................................

3. LANGKAH 4 : Petakan kronologi kejadian dengan menggunakan


bantuan beberapa form dibawah ini :
FORM TABULAR TIMELINE
WAKTU/KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI
TAMBAHAN
Good Practice
MASALAH
PELAYANAN

5
4. LANGKAH 5 : Identifikasi care management programs
FORM MASALAH / CARE MANAGEMENT PROBLEM (CMP)

MASALAH INSTRUMENT/TOOLS
1.
2.
3.
4.
5.

5. LANGKAH 6 : Analisis perubahan, dengan beberapa cara :


a. FORM TEKNIK 5 MENGAPA (5 Why's)
MASALAH INSTRUMENT/TOOLS
1.
Mengapa
2.
Mengapa
3.
Mengapa
4.
Mengapa
5.
Mengapa

6
b. FORM ANALISIS PERUBAHAN
PROSEDUR PROSEDUR APAKAH
YANG YANG TERDAPAT BUKTI
NORMAL DILAKUKAN PERUBAHAN
(SOP) SAAT INSIDEN DALAM PROSES

D. FISH BONE / ANALISIS TULANG IKAN


Adalah alat untuk menggambarkan penyebab-penyebab suatu
masalah secara rinci. Diagram tersebut memfasilitasi proses
identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk menentukan fokus
perbaikan, menggambarkan ide pengumpulan data, menggali
penyebab terjadinya masalah dan menganalisa masalah tersebut.
Untuk pengisisan diagram fish bone ini dilakukan dengan melihat
faktor-faktor kontributor.

Fish Bone / Analisis tulang ikan

faktor pasien faktor staf faktor tugas faktor RS faktor tim

faktor faktor faktor organisasi


komunikasi lingkungan kerja dan manejemen

7
FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUBKOMPONEN DALAM
INVESTIGASI INSIDEN KLINIS
1. Faktor Kontributor External diluar RS Komponen :
Regulator dan ekonomi
Peraturan dan kebijakan DEPKES
Peraturan nasional
Hubungan dengan organisasi lain

2. Faktor Kontributor Organisasi dan Manajemen


Komponen Sub Komponen
Organisasi dan Manajemen a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan
Kebijakkan, Standar & a. Tujuan dan misi
Tujuan b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Servis
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan Diklat
g. Prosedur dan Kebijakan
h. Fasilitas dan Perlengkapan
i. Manajemen Resiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
Administrasi Sistem Administrasi
Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja
b. Dukungan Manajemen Oleh Seluruh
Staf
SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan & Keterampilan
Staf yang Berbeda
c. Beban Kerja yang Optimal

8
Diklat Manajemen
Training/Pelatihan/Refresing

3. Faktor Lingkungan Kerja


KOMPONEN SUB KOMPONEN
Rancang dan Bangunan a. Manajemen Pemeliharaan
b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas
Lingkungan a. Housekeeping
b. Pengawasan Lingkungan Fisik
c. Perpindahan Pasien Antar Ruangan
Perlengkapan a. Malfungsi Alat
b. Ketidak Tersediaan
c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Rancang, Penggunaan &
Maintenance Peralatan

4. Faktor Kontributor : TIM


KOMPONEN SUB KOMPONEN
Supervisi & Konsultasi a. Adanya kemauan staff junior
berkomunikasi
b. Cepat tanggap
Konsistensi a. Kesamaan tugas antar profesi
b. Kesamaan tugas antar staff yang
singkat
Kepemimpinan Tanggung a. Kepemimpinan Efektif
Jawab b. Job Description jelas
Respon terhadap Insiden Dukungan per grup setelah insiden

9
5. Faktor Kontributor : STAFF
KOMPONEN SUB KOMPONEN
Kompetensi a. Verivikais Kualifikasi
b. Verifikasi Pengetahuan &
Keterampilan
Stressor Fisik dan Mental a. Motivasi
b. Stresor Mental : efek beban kerja
beban mental
c. Stresor Fisik : Efek Beban kerja =
Gangguan Fisik

6. Faktor Kontributor : TUGAS


KOMPONEN SUB KOMPONEN
Ketersediaan SOP a. Prosedur Peninjauan & Revisi SOP
b. Ketersediaan SOP
c. Kualitas Informasi
d. Prosedur Infestigasi
Ketersediaan & Akurasi a. Test tidak dilakukan
Hasil Test b. Ketidak sesuaianantara interprstasi
hasil test
Faktor Penunjang Dalam a. Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas
Validasi Alat Medis b. Kalibrasi
Rancang Tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan
sesuai SOP

10
7. Faktor Kontributor : PASIEN
KOMPONEN SUB KOMPONEN
Kondisi Penyakit yang kompleks, berat,
multikomplikasi
Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
Pengobatan Mengetahui Resiko Yang
berhubungan dengan pengobatan
Riwayat a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien Hubungan yang baik

8. Faktor Kontributor : KOMUNIKASI


KOMPONEN SUB KOMPONEN
Komunikasi Verbal a. Komunikasi antara staf junior
dan senior
b. Komunikasi antar profesi
c. Komunikasi antar staf dan
pasien
d. Komunikasi antar Unit
Departemen
Komuniaksi Tertulis Ketidak lengkapan Informasi

11
 Langkah 7 : Menyusun Rencana Perbaikan Dengan
Menggunakan Form Rekomendasi Dan Rencana Tindakan
Sumber
Akar Tingkat Bukti
Tindakan Pj Waktu daya yang Paraf
masalah rekomendasi penyelesaian
dibutuhkan

Menulis Laporan RCA :


Laporan dituliskan untuk mengkomunikasikan temuan-temuan,
kesimpulan dan rekomendasi hasil investigasi RCA. Laporan disusun oleh
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien setelah semua solusi telah
dipertimbangkan dan direkomendasikan untuk tindakan koreaktif yang
ditetapkan.

12
BAB III
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)

Proses mengurangi resiko di RSUD Menggala dilakukan paling


sedikit satu kali dalam setahun dan dibuat dokumentasinya, dengan
menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Proses yang
dipilih adalah proses dengan resiko tinggi.

A. Pengertian Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


Beberapa definisi FMEA :
 Adalah suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara
rinci dan mengenali model-model adanya kegagalan /
kesalahan dan mencari solusi dengan melakukan perubahan
desain / prosedur.
 Adalah metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan
mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut
dirancang untuk menyelamatnkan keselamatan pasien.
 Adalah proses proaktif, dimana kesalahan dapat dicegah dan
diprediksi. Mengantisipasi kesalahan akan meminimalkan
dampak buruk.
 Kelebihan utama dari FMEA yaitu membuat pengguna dapat
fokus pada proses merancang ulang proses-proses yang
memiliki potensial masalah untuk mencegah terjadinya
kegagalan di kemudian hari.

Delapan tahap FMEA (JCAHO, 2005) :


1. Memilih proses yang bersiko tinggi dan membentuk tim.
2. Membuat diagram proses ata alur proses dengan flow chart yang
rinci
3. Untuk setiap kemungkinan kegagalan (failure mode ) identifikasi
efek yang memungkinkan terjadi ke pasien (the effect).

13
4. Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek tersebut ke
pasien (RPN(Risk Priority Numbers))
5. Melakukan root cause analysis dari failure mode
6. Rancangan ulang proses
7. Analisa dan uji cobakan proses yang baru
8. Implementasi dan monitoring proses baru

B. Tahapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


 LANGKAH 1 : Pilih proses yang beresiko tinggi dan
bentuk TIM
Pilih proses yang akan dianalisa. Proses yang dipilih dapat berupa
proses klinis dan berhubungan langsung dengan perawatan kepada
pasien atau yang tidak berorientasi klinis dan tidak berhubungan dengan
perawatan pasien. Pilih proses yang akan dianalisa. Tentukan salah satu
proses / sub proses bila prosesnya kompleks.
Judul Proses :

Bentuk TIM
Ketua :
Anggota 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili ? YA
TIDAK
Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda, sudah
diwakili didalam tim tersebut?
YA TIDAK
Siapa yang menjadi Notulen ?
Tanggal dimulai Tanggal dilengkapi

14
 LANGKAH 2A : GAMBARKAN ALUR PROSES
Tahapan Proses :
Jelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
Jika proses terlalu kompleks, pilih satu proses atau sub proses untuk di
tindak lanjuti.
1 2 3 4 5 6

Cantumkan beberapa sub proses untuk setiap tahapan proses


Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses
Sub Proses
A. A. A. A. A. A.
B. B. B. B. B. B.
C. C. C. C. C. C.
D. D. D. D. D. D.
E. E. E. E. E. E.

 LANGKAH 2B : GAMBARKAN ALUR SUB PROSES


1 2 3 4 5 6

Jelaskan sub proses kegiatan yang dipilih dan kemungkinan


kegagalan pada setiap sub proses
Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses Sub Proses
Sub Proses
A. A. A. A. A. A.
B. B. B. B. B. B.
C. C. C. C. C. C.

15
D. D. D. D. D. D.
E. E. E. E. E. E.

 LANGKAH 3 : IDENTIFIKASI EFEK YANG MUNGKIN


TERJADI KE PASIEN (THE EFFECT)
Failures mode adalah suatu perilaku yang dapat gagal, dan secara
umum menjelaskan bagaimana suatu kegagalan terjadi dan dampaknya
terhadap suatu proses. E (efek) adalah hasil dari kegagalan tertentu atau
kestabilan seluruh ayau sebagaian proses. Efek kegagalan adalah
konsekuensi dari failure mode pada operasional, fungsi atau status dari
tahapan proses.
 LANGKAH 4 : MENETAPKAN KEMUNGKINAN TINGKAT
BAHAYA DAN KEPARAHAN DARI EFEK TERSEBUT KE
PASIEN
Dalam menentukan tingkat bahaya harus mempertimbangkan hal-hal
berikut, yaitu :
Kriteria Failure mode
 Probabilitas terjadinya failure mode( Sering disebut frekuensi atau
likelihood dari suatu kejadian )
 Kemudahan untuk di deteksi
Kriteria Efek
 Probabilitas terjadinya efek
 Tingkat keparahan
Kriteria lain
 Biaya, waktu dan ketersediaan sumber daya lain.

16
RPN (Risk Priority Number) merupakan cara untuk menghitung
tingkat bahaya dan disebut juga sebagai Critially Index, yang berdasarkan
tingkat keparahan, tingkat kejadian dan nilai kemudahan dideteksi.

RPN = Severity x occurance x detectability

Tujuan menyusun prioritas adalah mengidentifikasi failure mode yang


paling butuh dianalisis untuk meningkatkan proses dan mengurangi
risiko mencelakai pasien.

TINGKAT KEPARAHAN (SEVERITY)


LEVEL DESKRIPSI CONTOH
1 MINOR Tidak akan dirasakan / diketahui oleh
pasien dan tidak akan berefek pada
proses
Dapat berdampak pada pasien dan dapat
menimbulkan beberapa efek pada proses
2 MODERAT Kegagalan dapat mempengaruhi proses
pelayanan kesehatan tetapi menimbulkan
kerugian minor
Dapat berdampak pada pasien dan dapat
menimbulkan efek yang sangat besar
3 MAYOR Kegagalan menyebabkan kerugian yang
lebih besar terhadap pasien
4 MAYOR INJURY Dapat membuat pasien mengalami luka
parah dan menimbulkan efek yang besar
pula pada proses
5 TERMINAL Sangat berbahaya: kegagalan akan
INJURY berakibat pada kematian dan
menimbulkan efek yang sangat besar
terhadap proses

17
TINGKAT PROBABILITAS O = Occurrance (keserigan)
LEVEL DESKRIPSI CONTOH
5 Sangat sering dan Sangat sering muncul, mungkin beberapa
pasti kali dalam 1 bulan
4 Sering (Frequent) Hampir sering muncul dalam waktu yang
relatif singkat (mungkin terjadi beberapa
kali dalam 1 tahun)
3 Kadang-kadang Kemungkinan akan muncul (dapat terjadi
(Occasional) beberapa kali dalam 1 sampai 2 tahun)
2 Jarang Kemungkinan akan muncul (dapat terjadi
(Uncommon) dalam > 2 sampai 5 tahun)
1 Hampir Tidak Jarang terjadi (dapat terjadi dalam > 5
Pernah (Remote) sampai 30 tahun)

TINGKAT D = DETECTABLE (TERDETEKSI)


LEVEL DESKRIPSI
5 Tidak mungkin terdeteksi
4 Kemungkinan kecil terdeteksi
3 Mungkin terdeteksi
2 Sangat mungkin terdeteksi
1 Selalu terdeteksi

 LANGKAH 5 MELAKUKAN ROOT CAUSE ANALYSIS


DARI FAILURE MODE

Lihat BAB 2

18
 LANGKAH 6 RANCANG ULANG PROSES

Merancang ulang sebuah proses dan system pendukungnya adalah


langkah yang paling penting. Tujuannya adalah untuk menghindari cidera
yang mungkin terjadi.
Merancang ulang sebuah proses dapat dilakukan dengan :
 Mengurangi keragaman
 Standarisasi proses
 Menyederhanakan proses
 Mengoptimalkan back up untuk mengurangi kemungkinan
kegagalan
 Menggunakan teknologi otomatis
 Membangun mekanisme perlindungan kegagalan
 Melakukan dokumentasi / pencatatan

 LANGKAH 7 ANALISA DAN UJI COBAKAN PROSES


YANG BARU
Sangat penting tim untuk menganalisa dan menguji coba telebih
dahulu sebelum menerapkan secara penuh serta mengevaluasi efek dari
subproses-subproses yang baru dalam proses yang lebih besar sebelum
menerapkan perubahan. Ujicoba proses baru dengan menggunakan
prinsip PDCA (Plan - Do - Check - Act).

 LANGKAH 8 IMPLEMENTASI DAN MONITORING


PROSES BARU
Monitoring dilakukan dengan :
1. Dokumentasi, tim FMEA memastikan terdapat regulasi yang
diperlukan untuk implementasi proses baru (kebijakan, penduan,
SPO,dll).
2. Pelatihan, pelatihan ulang dan uji kompetensi. Memastikan seluruh
staf mendapatkan pelatihan yang dibutuhkan terkait proses baru.
3. Monitoring berkelanjutan.

19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Failure Mode and Effect, Analysis in Health Care: Proactive Risk


Reducation, JCI 3rd ED, 2010
2. MMR UGM, 2009, Bahan Kuliah Blok II, Magister Manajemen RS
FK UGM, Jogja
3. Herkutanto, 2013, Bahan Presentasi Workshop PMKP - Standar
Akreditasi RS
4. Materi KKP - RS PERSI

20

Anda mungkin juga menyukai