Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.

E
DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL DI RUANG BROTOJOYO 2
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :

Nissa Aryyakhya Wakhidah

NIM. P1337420616047

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

2019
LAPORAN KASUS RESUME ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. E
DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL DI RUANG BROTOJOYO (II)
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

I. TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

Tinjauan Teori

1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien merasa ditolak, tidaak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain. (Budi Anna Keliat,2012).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanismeindividu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindariinteraksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009)

2. Faktor Predisposisi Presipitasi


1) Faktor predisposisi

a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja
sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih
tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaboratif sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia,
orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart,2012)

2. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain :

a. Stressor Sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit
keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri)
(Stuart, 2012)
c. Stressor intelektual
a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
c) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain
d. Stressor fisik
a) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri
dari orang lain
b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain

3. Ringkasan
Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Budi
Anna Keliat,2012).

Etiologi
Faktor predisposisi

a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menarik diri.
b. Faktor Biologik
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat
dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.

c. Faktor Sosiokultural
Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini (Stuart,2012)

2. Faktor persipitasi

a. Stressor Sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya.
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang
lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang
lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain

d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri
dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain

Tanda dan Gejala

Data subjektif :

a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan


b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif

a. Tampak menyendiri dalam ruangan


b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tampak sedih, afek datar
e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintu
f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan
perkembangan usianya
g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
h. Kurang aktivitas fisik dan verbal
i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

Penatalaksanaan

1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
b. Haloperidol (HLP)
c. Trihexyphenidil (THP)
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
Strategi Pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda.
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat

Diagnosa dan Intervensi


Diagnosa

a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d. Koping individu tidak efektif
e. Defisit perawatan diri
f. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Intervensi
Isolasi Sosial
Tujuan: Dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Pasien
SP 1 :
1.1. Membina hubungan saling percaya
1.2. Mengidentifikasi penyebab isolasi social pasien.
1.3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain.
1.4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain.
1.5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
1.6. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP 2 :
2.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2.2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan
dengan dua orang.
2.3. Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP 3 :
3.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
3.2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua orang atau
lebih.
3.3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
II. IDENTITAS KLIEN
a. Nama : Ny. E
b. Tempat, tanggal lahir : Klaten, 26 November 1982
c. Umur : 36 tahun
d. Alamat : Tanjungmas Semarang
e. Tanggal MRS : 5 April 2019
f. No. RM : 00065402

III. ALASAN MASUK RS :


Keluarga mengatakan kurang lebih satu minggu klien marah-marah, klien bicara sendiri,
ketawa sendiri, pasien sulit tidur, dan selalu mengurung diri.
IV. PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI :
a. Predisposisi :
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di rumah sakit jiwa
9 x. Menurut pasien, pengobatan sebelumnya tidak membuahkan hasil karena pasien
putus obat dan tidak kontrol rutin. Pasien sering mengalami aniaya fisik oleh suaminya
dari menikah sampai sekarang. Selain itu pasien juga memiliki pengalaman tidak
menyenangkan yaitu klien takut dan trauma terhadap suaminya karena klien merasa
suaminya galak.
a) Trauma
- Aniaya Fisik
Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik oleh suaminya sampai
sekarang sebelum masuk rumah sakit. Klien mengatakan dipukul dengan kayu
dan ditampar dengan keras.
- Aniaya Seksual
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya ataupun pelecehan seksual.
- Penolakan
Pasien tidak pernah mengalami penolakan didalam keluarganya
- Kekerasan dalam keluarga
Pasien mengatakan selalu mengalami kekerasan dalam keluarganya oleh
suaminya.
- Tindakan kriminal
Pasien tidak pernah melakukan tindakan criminal
b) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa.
c) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan bahwa dirinya mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu suaminya selalu menganggapnya jelek dan selalu
memukulnya.
b. Presipitasi :
Klien merasa dirinya tidak punya duit, dan suaminya selalu memukulnya sehingga
klien marah dan selalu mengurung diri karena takut

V. DATA FOKUS
DS:
“ Saya tidak punya duit o”
“Bojoku galak o”
“Saya pengennya sendiri terus o”
“Saya sedih kangen anakku dirumah”
“Saya pengennya disini saja”
DO:
Kontak mata kurang, selalu menunduk kalau diajak ngobrol, bicara pelan, tangan dan
kaki gemetar, selalu sendirian, tidak mau memulai pembicaraan sebelum orang lain
memulai, tidak suka mengikuti kegiatan diruangan, afek labil.
VI. ANALISA DATA

Tgl/Jam Data Diagnosa Paraf

8 April DS: Isolasi sosial : menarik diri NISSA


2019,
“ Saya tidak punya duit o”
10.30 WIB
“Bojoku galak o”
“Saya pengennya sendiri
terus o”
“Saya sedih kangen anakku
dirumah”
“Saya pengennya disini
saja”
DO:
Kontak mata kurang, selalu
menunduk kalau diajak
ngobrol, bicara pelan,
tangan dan kaki gemetar,
selalu sendirian, tidak mau
memulai pembicaraan
sebelum orang lain
memulai, tidak suka
mengikuti kegiatan
diruangan, afek labil.

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi Sosial: Menarik Diri

VIII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tgl/Jam Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Tindakan Rasional

8 April Isolasi Sosial Setelah dilakukan SP. 1 Pasien


2019, tindakan
1. Bina hubungan Klien akan lebih
10.45 keperawatan selama
saling percaya terbuka.
WIB 2x24 jam,
2. Bantu klien Lebih mudah meng-
diharapkan klien
mengenal penyebab atasi jika mengetahui
mampu mengatasi
isolasi sosial permasalahannya.
isolasi sosial dengan
kriteria hasil
3. Bantu pasien Meningkatkan
sebagai berikut:
Mengenal manfaat motivasi klien untuk
1. Membina
berhubungan dan sembuh.
hubungan saling
kerugian tidak
percaya
berhubungan dengan
orang lain
2. Menyadari 4. Ajarkan klien Menyiapkan klien
penyebab isolasi berinteraksi secara untuk berkenalan.
sosial bertahap (berkenalan Melatih klien
3. Berinteraksi dengan orang berinteraksi, perawat
dengan orang pertama (perawat) lebih mengerti cara
lain berespon yang baik

SP.2 Pasien
Melatih klien
1. Memvalidasi masalah berinteraksi dengan
dan latihan masyarakat sekitar
sebelumnya
2. Melatih klien
berinteraksi secara
bertahap (berkenalan
dengan dua orang atau
lebih)
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian

IX. CATATAN PERAWATAN

Tgl/Jam Diagnosis/ TUK/ SP Implementasi Evaluasi

8 April Isolasi sosial : menarik diri Melakukan SP 1 S:


2019, 1. Membina “ Saya tidak mau kenalan o”
11.00 hubungan saling “ Saya disini aja”
WIB percaya Klien mengatakan tidak tau
2. Membantu klien keuntungan berinteraksi dengan
mengenal orang lain
penyebab isolasi O :
sosial Klien tampak menyendiri
Klien tidak tampak bergaul
3. Membantu pasien dengan teman disekitar ruangan
Mengenal klien
manfaat Klien tidak bisa menyebutkan
berhubungan dan kembali keuntungan berinteraksi
kerugian tidak dengan orang lain
berhubungan A : Masalah belum teratasi
dengan orang lain Klien tidak mau berkenalan
dengan orang lain
4. Mengajarkan P:
klien berinteraksi Perawat
secara bertahap - Evaluasi klien saat
(berkenalan berkenalan dengan orang
dengan orang pertama
pertama - Optimalkan SP I yaitu
(perawat) melatih kien cara
berkenalan
- Ajarkan klien berkenalan
dengan dua orang atau
lebih
Klien

Latihan berkenalan dengan


perawat setiap 2 jam sekali
sampai makan siang

8 April Melakukan SP 2 S:
2019, 1. Memvalidasi Klien mengatakan sudah bisa
11.15 masalah dan berinteraksi dengan orang lain
WIB latihan Klien mengatakan tau
sebelumnya keuntungan berinteraksi dengan
2. Melatih klien orang lain
berinteraksi
secara bertahap
(berkenalan O:
dengan dua Klien tampak sudah bisa
orang atau lebih) berkenalan dengan satu orang
3. Membimbing Klien bisa menyebutkan
pasien keuntungan berkenalan dengan
memasukkan orang lain
dalam jadwal A:
kegiatan harian Klien mampu mengidentifikasi
keuntungan berkenalan
Klien bisa berkenalan dengan
satu orang
P:
Perawat
- Evaluasi klien saat
berkenalan
- Optimalkan SP II yaitu
melatih kien cara
berkenalan
- Latih cara bercakap-
cakap
Klien

Latihan berkenalan setiap jam


08.00 pagi, jam 11.00 siang, jam
14.00 siang, jam 17.00 sore, jam
20.00 malam

Anda mungkin juga menyukai