Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM KALIDERES

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................ i


SK Pemberlakuan Pedoman....... No........……………………………. ..................... ii

BAB I DEFINISI ..................................................................................................... 1


Pengertian Skrining..................................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP ...................................................................................... 2


Skrining untuk unit tertentu ………………………………………………… 2

BAB III TATALAKSANA ........................................................................................ 3


Admission rawat jalan ............................................…. ………………. 3
Poliklinik umum........................................................................................... 4
Unit Gawat Darurat...................................................................................... 5
Pasien rujukan melalui telepon…………………………………………….. 6

BAB V DOKUMENTASI ........................................................................................ 7

2
BAB I
DEFINISI

Skrining adalah seleksi yang dijalani pasien guna mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
kesehatan. Skrining pasien dapat dilakukan dengan cara:
a. Triase.
b. Evaluasi visual.
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang.
Skrining dilakukan pada saat pertama kali kontak dengan Rumah Sakit , sejak dari sumber
daya perujuk dan selama transportasi. Berdasarkan hasil skrining tersebut ditentukan
apakah pasien sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Semua pasien diterima
sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap setelah dilakukan identifikasi kebutuhan
kesehatannya dan disesuaikan dengan sumber daya (ketenagaan dan fasilitas) dan misi
Rumah Sakit . Pasien diterima hanya jika rumah sakit dapat memberikan layanan yang
diperlukan baik rawat jalan atau kebutuhan rawat inap yang tepat.

BAB II

3
RUANG LINGKUP

Skrining dilakukan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan perawatan preventif, kuratif,


rehabilitatif dan pelayanan paliatif yang dibutuhkan oleh pasien serta memilih layanan atau
unit yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Skrining pasien dapat dilakukan pada:
1. Admission Rawat Jalan saat pasien mendaftar untuk menentukan pelayanan umum atau
spesialistik yang dibutuhkan pasien;
2. Poliklinik Spesialis untuk menentukan pelayanan lanjutan yang dibutuhkan pasien;
3. Unit Gawat Darurat untuk menentukan tingkat kegawatan dan pelayanan lanjutan yang
dibutuhkan pasien;
4. Melalui telepon pada pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain .

BAB III
TATA LAKSANA

1. Admission Rawat Jalan:


4
a. Skrining pasien di Admission Rawat Jalan, dilakukan untuk menentukan
pelayanan poliklinik baik umum maupun spesialistik yang dibutuhkan oleh
pasien.
b. Skrining ini dilakukan dengan cara wawancara singkat antara petugas
admission rawat jalan dengan pasien mengenai poliklinik atau pelayanan
yang mereka tuju, atau jika belum tahu tujuannya maka petugas akan
menanyakan keluhan utama pasien saat ini.
c. Selanjutnya pasien akan didaftarkan pada pelayanan yang sesuai dengan
tujuan atau keluhan pasien.

2. Poliklinik Spesialis untuk menentukan pelayanan lanjutan yang dibutuhkan


pasien;
1) Skrining awal pasien poliklinik umum dan spesialis dilakukan oleh perawat
dengan cara mengukur tanda-tanda vital pasien.
2) Apabila ditemukan hasil pemeriksaan yang abnormal dan ekstrim dapat
dipertimbangkan untuk mengalihkan pasien ke IGD.
3) Kriteria transfer ke IGD:
a. Temperatur ≥ 39oC
b. Kejang
c. Penurunan kesadaran
d. Tekanan darah systolik ≥ 180
e. Nyeri dengan VAS ≥ 6
f. Dehidrasi sedang berat
4) Pasien dengan keluhan batuk-batuk hebat, bintik-bintik merah pada kulit dan
badan, disarankan untuk dipercepat antrian pemeriksaan dokter.
5) Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Skrining selanjutnya
dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
6) Dari hasil ananmnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dokter
akan menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan pasien, yakni:
a. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
b. Rawat inap ruang biasa
c. Rawat inap ruang khusus atau intensive
d. Konsultasi atau alih rawat ke spesialis lain

3. Unit Gawat Darurat untuk menentukan tingkat kegawatan dan pelayanan lanjutan
yang dibutuhkan pasien;
1) Skrining awal pasien yang datang di IGD dilakukan dengan sistem triase.
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan
prioritas penanganan dan sumber daya yang ada. Triase adalah suatu sistem
untuk menyeleksi permasalahan pasien yang datang ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD) sesuai dengan skala prioritas kegawatdaruratannya. Sistem
triase lebih lanjut dijelaskan dalam Panduan Triase;

5
2) Setelah dilakukan triase, pasien akan ditempatkan sesuai dengan derajat
kegawatdaruratannya dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter IGD.
3) Skrining pasien di IGD dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
4) Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dokter
akan menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan pasien, yakni:
a. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
b. Rawat inap ruang biasa
c. Rawat inap ruang khusus atau intensive
d. Konsultasi ke dokter spesialis

4. Melalui telepon pada pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain .Skrining
awal dilakukan lewat telepon oleh perawat Instalasi Gawat Darurat, dengan cara
menanyakan hal-hal berikut:
1) Rumah sakit / pelayanan kesehatan yang mengirim pasien; ruangan
tempat pasien dirawat;
2) Nama pasien;
3) Umur;
4) Jenis kelamin;
5) Diagnosa medis;
6) Keluhan saat ini;
7) Tanda-tanda vital, tingkat kesadaran;
8) Alasan rujuk ke Rumah Sakit ;
9) Pelayanan yang dibutuhkan;
10) Penanggungjawab (umum atau jaminan perusahaan / asuransi);
11) Kebutuhan transportasi
12) Identitas penelepon
Dari hasil anamnesis ini dapat ditentukan pelayanan yang dibutuhkan pasien.
Apabila pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia maka pasien tidak
dapat diterima di Rumah Sakit .
Semua pasien yang telah mendapatkan pemeriksaan fisik oleh dokter, telah
ada hasil pemeriksaan penunjang, maka ditentukan pelayanan lanjutan yang
dibutuhkan oleh pasien. Apakah pasien bisa pulang / rawat jalan, rawat inap
ruang biasa, rawat inap ruang khusus dan rawat inap unit intensif.

Dokter menentukan pasien rawat inap atau rawat jalan, berdasarkan criteria sebagai berikut:

No. Gejala Temuan Pemerikaan Fisik


1. Demam ≥ 3 hari Suhu ≥ 38 °C

2. Nyeri perut kanan bawah Nyeri tekan di titik Mc Burney, psoas sign (+)

6
3. Nyeri dada Karakteristik nyeri: tertusuk, seperti tertimpa benda
berat, menjalar, disertai keringat dingin
4. Sesak napas/dyspnoe RR > 30 x/menit,
SPO2 < 95 % tanpa oksigen Thoraks: ronki (+) / wheezing (+), murmur (+),
hipersonor, redup.
5. Hemoptoe Darah keluar dari mulut, warna merah muda berbuih
Thoraks: suara napas menurun, ronki
Abdomen : nyeri tekan epigastrium (-)

6. Hematemesis Keluar darah dari mulut, warna merah kecoklatan


Thoraks : suara napas tidak menurun, ronki (-)
Abdomen : nyeri tekan (+)

7. Luka tusuk dada Ukuran, kedalaman luka, lokasi luka


Sesak napas, suara napas menurun, trakea terdorong
ke sisi dada tanpa luka
Suara jantung menjauh, nadi lemah, tekanan darah
turun (tamponade jantung)
8. Luka tusuk abdomen Ukuran, kedalaman luka, lokasi luka

9. Nyeri perut Nye ri tekan (+) di seluruh abdomen, rasa panas di


dada
10. Perdarahan per vaginam Darah di vagina

11. Melena, Hematoschezia Darah keluar dari anus, rectal touché wajib dilakukan

12. Diare dengan dehidrasi Diare > 3 kali per hari, cair, kadang ada lendir dan atau
darah. Mual muntah.
Tanda-tanda dehidrasi (+)

13. Fraktur Ekstremitas: luka terbuka, deformitas, memar,


bengkak, Range Of Movement (ROM) terbatas
14. Penurunan kesadaran non Glasgow Coma Scale (GCS) < 13
trauma
15. Cedera kepala:  GCS ≥ 14
 ringan  GCS 9-13, muntah, lupa kejadian
 sedang  GCS ≤ 8, muntah, lupa kejadian
 berat

16. Bayi usia < 28 hari, sakit Gerak tidak aktif, menangis lemah, malas minum,
febris jika ada.
17. Anak kejang Kejang, tanpa/dengan demam

7
18. Anak muntah Muntah tiap makan / minum, intake sulit

19 Bayi kuning Kramer III – IV


20. Abses atau ulkus lama Besar, dalam, dan bentuk ulkus. Ada tidaknya tanda-
tanda peradangan. Lebih dari 1 minggu dilakukan
terapi antibiotik, namun belum ada perbaikan.

Skrining yang dilakukan pada penerimaan pasien IGD, rawat jalan, rawat inap, tindakan
beresiko tinggi, operasi, persalinan dan lain-lain meliputi:
a. Anamnesis;
Anamnesis dilakukan saat pasien pertama kali kontak dengan rumah sakit, saat
pasien datang ke rumah sakit dan saat pasien masuk ke rawat inap.
Anamnesis yang dilakukan saat pertama kali pasien kontak dengan rumah sakit,
biasanya dilakukan pada pasien rujukan dari rumah sakit lain, pasien yang minta
dijemput oleh ambulance, yang prosedurnya dilakukan oleh Instalasi Gawat Darurat.
Anamnesis yang dilakukan di unit pelayanan rawat jalan dan Instalasi Gawat Darurat,
meliputi:
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat alergi

b. Pemeriksaan fisik lengkap;


Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan saat pasien di rumah sakit. Dilakukan di unit
pelayanan Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat.

c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat penerimaan pasien
berdasarkan Routine Admission Testing (RAT) yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan penunjang terkait hasil diagnosis/ tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan Routine Testing (RT) yang telah ditetapkan.
3. Yang berwenang meminta pemeriksaan penunjang adalah dokter.
4. Yang berwenang menjelaskan hasil pemeriksaan penunjang kepada pasien
adalah dokter yang meminta pemeriksaan.

ROUTINE ADMISSION TESTING (RAT)

Routine Admission Testing (RAT) adalah pemeriksaan penunjang rutin minimal yang
harus dilakukan oleh dokter, terkait hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk
menegakkan diagnosa saat awal masuk rumah sakit, untuk menentukan jenis ruang rawat
inap/ critical care dan juga tindakan yang harus segera dilakukan.

8
RAT dapat berupa pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya seperti Elektrokardiografi (EKG),
Ultrasonografi (USG), dan lain-lain.

Tujuan dilakukan RAT :


1. Pasien mendapat pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Pasien cepat terdiagnosis sehingga tidak terjadi delay/ keterlambatan dalam
penanganan dan penatalaksanaan pasien.
3. Menjadi panduan pemeriksaan rutin yang harus dijalankan oleh dokter umum atau
dokter spesialis sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
4. Memastikan pasien mendapat perawatan sesuai konsep keselamatan pasien untuk
mencegah kejadian yang tidak diharapkan.

Kriteria RAT :
1. Berdasarkan Usia :
a. Pasien yang berusia ≥ 35 tahun:
 Pemeriksaan laboratorium: Darah Lengkap (DL), SGOT, SGPT, ureum, kreatinin,
Gula Darah Sewaktu (GDS) dan Urine Rutin
 EKG
b. Pemeriksaan laboratorium pada anak : Darah Rutin.
c. Pemeriksaan laboratorium pasien neonatus : GDS.
d. Pemeriksaan laboratorium sebelumnya tidak perlu diulang kembali apabila :
 Hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya dilakukan kurang dari 30 hari.
 Tidak terdapat perubahan klinis yang memerlukan evaluasi ulang.
e. Pemeriksaan radiologi: rontgen thoraks untuk pasien berusia ≥ 40 tahun. Pasien
yang sudah mempunyai/ membawa rontgen thoraks, tidak perlu diulang kembali
apabila :
 Rontgen thoraks terakhir tidak lebih dari enam bulan dan memenuhi syarat
kualitas untuk dibaca.
 Tidak terdapat perubahan klinis yang memerlukan evaluasi ulang.

2. Berdasarkan Gejala Penyakit


RAT wajib diperiksa pada saat pasien masuk rumah sakit dengan gejala penyakit
tertentu. Pasien dengan gejala penyakit dan temuan pemeriksaan fisik di bawah ini
diwajibkan untuk dilakukan RAT.

No
Gejala Temuan Pemerikaan Fisik RAT
.
1. Demam ≥ 3 hari Suhu ≥ 38 °C DL, dan atau Widal/
anti Salmonella IgM

9
2. Nyeri perut kanan bawah Nyeri tekan di titik Mc Burney, DL, urin lengkap, Test
psoas sign (+) HCG EIA (pada
wanita), USG
abdomen
3. Nyeri dada Karakteristik nyeri: tertusuk, DL, EKG, rontgen
seperti tertimpa benda berat, thoraks
menjalar, disertai keringat
dingin
4. Sesak napas/dyspnoe RR > 30 x/menit, DL, rontgen thoraks,
SPO2 < 95 % tanpa oksigen Thoraks: ronki (+) / wheezing
EKG, analisa gas
(+), murmur (+), hipersonor,
darah, elektrolit, GDS
redup.
5. Hemoptoe Darah keluar dari mulut, warna DL, golongan darah,
merah muda berbuih rontgen thoraks, PT /
Thoraks: suara napas
APTT
menurun, ronki
Abdomen : nyeri tekan
epigastrium (-)
6. Hematemesis Keluar darah dari mulut, warna DL, golongan darah,
merah kecoklatan rontgen thoraks
Thoraks : suara napas tidak
menurun, ronki (-)
Abdomen : nyeri tekan (+)
7. Luka tusuk dada Ukuran, kedalaman luka, DL (Hb serial),
lokasi luka golongan darah,
Sesak napas, suara napas
GDS,PT/APTT,
menurun, trakea terdorong ke
rontgen thorax tegak
sisi dada tanpa luka
atau minimal ½ duduk,
Suara jantung menjauh, nadi
EKG
lemah, tekanan darah turun
(tamponade jantung)
8. Luka tusuk abdomen Ukuran, kedalaman luka, DL (Hb serial), rontgen
lokasi luka abdomen 3
posisi/USG abdomen,
rontgen thoraks

9. Nyeri perut Nyeri tekan (+) di seluruh DL, urin rutin, Test
abdomen, rasa panas di dada HCG EIA (pada
wanita), EKG
10. Perdarahan per vaginam Darah di vagina DL, golongan darah,
Test HCG EIA

10
11. Melena, Hematoschezia Darah keluar dari anus, rectal DL, golongan darah,
touché wajib dilakukan feses rutin
12. Diare dengan dehidrasi Diare > 3 kali per hari, cair, DL, GDS, feses rutin,
kadang ada lendir dan atau elektrolit (bila perlu)
darah. Mual muntah.
Tanda-tanda dehidrasi (+)
13. Fraktur Ekstremitas: luka terbuka, DL, rontgen
deformitas, memar, bengkak, ekstremitas
Range Of Movement (ROM)
terbatas
14. Penurunan kesadaran non Glasgow Coma Scale (GCS) DL, elektrolit, GDS,
< 13
trauma SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin, elektrolit,
AGD jika saturasi O2 ≤
90% atau jika ada
gangguan jalan napas/
pernapasan, CT scan
kepala (bila perlu)
15. Cedera kepala:
 ringan  GCS ≥ 14
 sedang  GCS 9-13, muntah, lupa DL, GDS, CT scan
kejadian kepala
 berat
 GCS ≤ 8, muntah, lupa
kejadian
16. Bayi usia <28 hari, sakit Gerak tidak aktif, menangis DL, CRP, IT ratio,
lemah, malas minum, febris GDS, elektrolit, kultur
jika ada. darah, albumin.
17. Anak kejang Kejang, tanpa/dengan demam DR, GDS, elektrolit

18. Anak muntah Muntah tiap makan / minum, DR, GDS, elektrolit
intake sulit
19 Bayi kuning Kramer III - IV Bilirubin total,
golongan darah
20. Abses atau ulkus lama Besar, dalam, dan bentuk DL, GDS, kultur pus
ulkus. Ada tidaknya tanda- dan atau darah
tanda peradangan. Lebih dari
1 minggu dilakukan terapi
antibiotik, namun belum ada
perbaikan.

11
 Bila pasien masuk lewat UGD, setelah pasien dengan gejala penyakit di atas dilakukan
RAT dokter jaga UGD wajib melaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) yang sesuai dengan kebutuhan pasien bila ada indikasi rawat inap.
 Bila pasien masuk lewat poliklinik, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang
dalam hal ini adalah dokter spesialis wajib melakukan RAT sesuai ketentuan yang
berlaku, setelah itu Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dapat menentukan
kebutuhan pasien selanjutnya.
 Untuk pasien cito tindakan life saving, RAT dapat dilengkapi setelah tindakan
dilakukan, penentuan pemeriksaan penunjang yang paling mendesak oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).

ROUTINE TESTING (RT)

Routine Testing adalah pemeriksaan penunjang minimal yang harus dilakukan dokter
terkait hasil diagnosis/ tindakan yang akan dilakukan.
RT dapat berupa pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya seperti Elektrokardiografi (EKG),
Ultrasonografi (USG), dan lain-lain.

Tujuan dilakukan RT :
1. Pasien mendapat pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Pasien cepat terdiagnosis sehingga tidak terjadi delay/ keterlambatan dalam
penanganan dan penatalaksanaan pasien.
3. Menjadi panduan pemeriksaan rutin yang harus dijalankan oleh dokter umum atau
dokter spesialis sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
4. Memastikan pasien mendapat perawatan sesuai konsep keselamatan pasien untuk
mencegah kejadian yang tidak diharapkan.

Kriteria Routine Testing


1. Berdasarkan Tindakan Yang Akan Dilakukan

NO JENIS TINDAKAN Routine Testing


1 Operasi  Usia ≥ 35 tahun : EKG
 Rontgen thoraks kecuali pada pasien Sectio Caesaria (SC)
dan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
 Cardio Toko Grafi (CTG) pada pasien SC.
 Laboratorium : DL, Bleeding Time (BT), Clotting Time (CT),

12
ureum, creatinin, SGOT, SGPT, GDS, dan golongan darah
(jika belum pernah diperiksa di Rumah Sakit ) kecuali sudah
ada bukti kartu golongan darah.
 Pasien dengan gangguan pernafasan atau berpotensi terjadi
gangguan pernapasan, dilakukan pemeriksaan analisa gas
darah dan elektrolit

2. Berdasarkan Jenis Ruang Critical Care

NO RUANGAN Routine Testing


DL, SGOT, SGPT, ureum, creatinin, GDS,
kultur darah dan atau sputum (kecuali ICCU,
1 ICU, NICU, HCU
dikonfirmasikan terlebih dahulu ke DPJP)
EKG untuk pasien ≥ 35 tahun
Ro thoraks
DL, GDS, elektrolit, calcium total, albumin,

2 Peristi Level III CRP, kultur darah


Rontgen babygram

3. Berdasarkan penyakit yang di derita

No Gejala Temuan Fisik/Penunjang Pemeriksaan


1 Perdarahan Anemis, Hb < 8gr/dl Hb serial, Hb serial post transfusi
2 Gangguan irama Hasil EKG: Atrial Fibrilasi, Monitor terpasang, EKG serial
jantung VT,VF, Blok dll perhari hingga kondisi membaik,
EKG ulang setiap perburukan.
3 MCI Hasil EKG ST Elevasi, Non Monitor terpasang, EKG serial
Stemi, Unstable Angina perhari hingga kondisi membaik,
Pectoris EKG ulang setiap perburukan.
4 Gangguan elektronik Hasil elektrolit abnormal, Cek elektrolit post koreksi
pemeriksaan neurologis
abnormal
5 Hyperglikemia GDS > 200, Asymptomatis/ GDS serial
symptomatis (koma, nausea).
6 Hypoglikemia GDS<80, Asymptomatis/ GDS serial
symptomatis (koma).
7 Gagal Ginjal Kronik Ureum > 42.8, creatinin > 1.5, Cek Ureum, Creatinin, Hb 6 jam
anemia, odema pulmo/ post HD.
extrimitas bawah/ atas,
asidosis, hypoalbuminemia.

13
Keputusan untuk mengobati, merawat atau merujuk hanya dilakukan setelah hasil evaluasi
skrining ada. Hasil evaluasi skrining segera diinformasikan kepada pasien/keluarga tentang:
a. Perawatan yang diusulkan
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Biaya yang diperkirakan

Berdasarkan kebutuhannya, pasien akan diterima sebagai pasien rawat jalan dan rawat
inap. Ketepatan mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan pasien, meliputi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP),
fasilitas dan alat yang dibutuhkan, petugas kesehatan dan ruang rawat inap.

Beberapa pasien kemungkinan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses
observasi di UGD. Maka di UGD ada criteria pasien yang belum bisa dipindah ke rawat inap
ataupun dirujuk ke rumah sakit lain.

Kondisi yang dikategorikan pasien yang masih harus diobservasi:


a) Nadi : < 50 atau >130 kali permenit
b) Tekanan darah systolic <80 atau >180 mmHg
c) Tekanan darah diastolic <50 atau >100 mmHg
d) Pernafasan >35 kali per menit
e) Skala nyeri > 6
f) Penurunan kesadaran
g) Epigastric pain pada pasien dewasa dengan abnormalitas EKG / nyeri tidak hilang
dengan terapi biasa.
h) Syncope / near syncope.
i) Bradicardi
j) VES bigemini, VES consecutive (salvo) R on T
k) Hipertensi grade 2
l) Hipokalemia berat
m) Hiperkalemia berat
n) Guliian Barre Syndrome atau gejala yang menyerupai, meliputi kelemahan otot
tungkai bilateral hiporefleks.
o) Vertigo
p) Kolik abdomen
q) Multiple trauma dengan cedera pada wajah.
r) Luka tusuk abdomen

Pasien yang sesuai criteria tersebut diatas, dilakukan observasi maksimal setiap 15 menit
sekali dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Pasien juga dilakukan

14
pemeriksaan penunjang lebih lanjut, dikonsultasikan ke dokter spesialis atau langsung
dirawat sambil menunggu pemeriksaan lanjutan.
Observasi pasien dilakukan sampai kondisi pasien stabil dan maksimal dilakukan selama 6
jam di UGD.
Apabila kondisi dimana dokter spesialis bisa segera melihat kondisi pasien di IGD dan
penilaian seksama oleh dokter spesialis atau berdasarkan hasil pemeriksaan / observasi
lanjutan ternyata pasien tidak ada indikasi rawat inap, maka pasien dapat dipulangkan.
Apabila pasien ada indikasi rawat inap namun pasien atau keluarga pasien menolak dirawat
maka pasien atau keluarga harus mengisi formulir Surat Pernyataan penolakan.

BAB IV
DOKUMENTASI

Proses skrining dan penerimaan pasien, didokumentasikan dalam:


1) Form Identitas Pasien.
2) Form Pengkajian Pasien Rawat Jalan.
3) Form Pengkajian IGD.
4) Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium.
5) Form Permintaan Pemeriksaan Radiologi.
6) Formulir observasi khusus.

15

Anda mungkin juga menyukai