Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Kekuasaan Politik Dalam Hubungan


Internasional

Dosen Pembimbing :
Zulkarnain, MA

Disusun oleh :
Mumtaz Amru Rabbani

NIM :
L1A018086
UNIVERSITAS MATARAM
Fakultas Ilmu Sosial Politik
HUBUNGAN INTERNASIONAL
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang
Kekuasaan Politik Dalam Hubungan Internasional ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Zulakarnain, MA
selaku Dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Politik yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai politik dalam hubungan internasional. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun
dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Mataram, 11 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………….... i

Daftar Isi …………………………………………………………………………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………….... 1

1.1 Latar Balakang ……………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 2

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….... 2

1.4 Manfaat Penulisan .…………………………………………………. 2

BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………………………... 3

2.1 Pengertian Politik ………………………………………………….… 3

2.2 Pengertian Kekuasaan ……………………………………………….. 4

2.3 Sumber Kekuasaan ………………………………………………...... 4

2.4 Kekuasaan Politik ………………………………………………........ 5

2.5 Pembagian Kekuasaan Vertikal dan Horizontal …………………... 6

BAB 3 PENUTUP ………………………………………………………………….. 7

3.1 Kesimpulan ………………………………………………...……......... 7

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….... 8


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Politik tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia baik disadari atau tidak, politik ikut
mempengaruhi kehidupan kita sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok
masyarakat. Politik juga tak luput dari kekuasaan, dimana individu maupun kelompok
saling mempengaruhi satu sama lain.
Kekuasaan politik dalam hubungan internasional merupakan salah satu bidang analisis
politik yang menarik dan penting. Apalagi bila dikaitkan dengan pesatnya
perkembangan jumlah dan aneka warna jenis sistem politik di dunia sejak seabad yang
lalu, dari sejumlah puluhan negara-bangsa pada seratus tahun yang lalu, sekarang
berkembang menjadi hampir 180 negara-bangsa, dengan sistem politiknya yang
semakin beranekaragam.
Seorang ahli Andrew Heywood, pernah mengatakan bahwa politik juga diartikan
sebagai sebuah cara atau penggunaan kekuasaan dan kewenangan dalam membuat
keputusan baik yang terkait dengan alokasi sumberdaya maupun hal-hal teknis lainnya.
Dalam politik paling tidak menjelaskan tentang kegiatan relasi antar manusia,
mengelola dan menyampaikan pendapat termasuk menyelesaikan perbedaannya atau
yang sering disebut dengan konflik. Selain itu, secara umum politik dapat dikatakan
sebagai sebuah proses interaksi antar orang-perorangan yang mempunyai kewenangan
dan otoritas untuk melahirkan atau membuat keputusan politik dengan tetap
memperhatikan dimensi-dimensi etika publik, karena politik adalah berkaitan dengan
masalah-masalah kepublikan.
Secara umum kekuasaan diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok
orang dengan menggubakan sumber – sumber daya kekuasaan tertentu untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau sekelompok orang lainnya sehingga orang
atau kelompok itu bertingkah laku sesuai dengan keinginan atau tujuan pihak memiliki
kemampuan.
Ilmu politik merupakan ilmu yang membahas secara rasional berbagai aspek negara
dan kehidupan politik. Ilmu politik juga merupakan salah satu cabang ilmu-ilmu sosial
yang memiliki dasar, rangka dan ruang lingkup yang jelas. Perkembangan ilmu politik
disetiap negara berbeda-beda dan terus meningkatkan mutu dengan banyak mangambil
model dari cabang ilmu-ilmu sosial lainnya. Hal ini telah banyak mengubah wajah
ilmu politik. Berkat berbagai usaha, ilmu politik telah menjadi ilmu yang terpandang
yang perlu dipelajari untuk mengerti kehidupan politik.
Politik merupakan salah satu unsur pendukung dalam mencapai tujuan negara, politik
selalu berkaitan dengan segala urusan tentang kenegaraan dalam mencapai tujuan
negara serta cara-cara yang harus dilakukan untuk tujuan tersebut. Sehingga politik
merupakan suatu hal mutlak yang harus ada dalam sebuah negara karena dengan
politik kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sistem ketatanegaraan pada
sebuah negara dapat berjalan dengan baik.
Politik dan negara adalah dua hal yang selalu berkaitan satu sama lain, dan merupakan
satu kesatuan perangkat kerja. Politik tidak bisa dijalankan tanpa kehadiran negara,
dan begitu juga negara tidak bisa berjalan dengan baik tanpa peran politik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana kekuasaan politik dalam hubungan internasional
2. Bagaimana bentuk dan kekuasaan dalam hubungan internasional
3. Darimana sumber kekuasaan dalam hubungan internasional
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mempelajari kekuasaan politik dalam hubungan
internasional
2. Untuk mengetahui dan mempelajari sumber kekuasaan dalam hubungan
internasional
1.4 MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan pada makalah ini adalah sebagai penambah wawasan tentang
kekuasaan politik, dan mengetahui bagaimana bentuk kekuasaan tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN POLITIK


Politik dalam bahasa arabnya disebut “Siyasyah” yang kemudian diterjemahkan
menjadi siasat, atau dalam bahasa inggrisnya “Politics”. Politik itu sendiri berarti
cerdik, dan bijaksana dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan mengartikan
sebagai suatu cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan.
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan pada
ghalibnya adalah membicarakan negara, karena teori politik menyelidiki negara
sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup masyarakat, jadi negara dalam
keadaan bergerak. Selain itu politik juga menyelidiki ide-ide, azas-azas, sejarah
pembentukan negara, hakekat negara, serta bentuk dan tujuan negara, disamping
menyelidiki hal-hal seperti ini, kelompok penekan, kelompok kepentingan,
kelompok elite, pendampat umum, peranan partai politik, dan keberadaan
pemilihan umum.
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ”Polis” yang berarti negara
kota, dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang hidup
bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, kelakuan pejabat,
legalitas keabsahan, dan akhirnya kekuasaan. Tetapi politik juga dapat dikatakan
sebagai kebijaksanaan, kekuatan, kekuasaan pemerintah, pengaturan konflik yang
menjadi konsesnsus nasional, serta kemudian kekuatan masa rakyat.
Politik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Dikatakan
sebagai ilmu karena memiliki obyek, subyek, terminologi, ciri, teori, filosofis dan
metodologis yang khas dan spesifik serta diterima secara universal, disamping
diajarakan dan dipelajari oleh orang banyak.
Menurut Raymond G. Gettel dalam pendefinisannya politik dan ilmu politik itu
sendiri:
“ Political science of the state. It deals with: the relation of individuals to one
another insofar as the state regulates them by law, the relation of individuals or
groups of individuals to the state, the relation state to state”
Artinya Ilmu politik adalah ilmu dari suatu negara, hal tersebut berlaku baik antar
seseorang dengan orang lain yang paling ujung sekalipun disentuh oleh hukum,
hubungan antar perorangan ataupun kelompok dengan negaranya, serta negara
dengan negara.

2.2 PENGERTIAN KEKUASAAN


Politik dianggap identik dengan kekuasaan, sehingga telah memunculkan begitu
banyak definisi. W. Connoly dan S. Luke menganggap kekuasan sebagai suatu
konsep yang di pertentangkan (a contested concept) yang artinya merupakan hal
yang tidak dapat dicapai suatu konsensus. Perumusan yang umumnya dikenal
yaitu, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok
mempengaruhi seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku
yang mempunya kekuasaan.
Secara etimologi berasal dari bahasa Inggris, yaitu power, macth (dalam bahasa
Belanda), dan pouvoir atau puissance (dalam bahasa Prancis). Dalam Black’s Law
Dictonary, istilah kekuasaan (power) berarti: ”The right, ability, authority, or
faculty of doing something… A power is an ability on the part of a person to
produce a change in a given legal relation by doing or not doing a given act.”
Yang artinya, hak, kemampuan, kewenangan, atau kemapuan melakukan sesuatu…
Suatu kekuasaan adalah kemampuan yang menjadi bagian dari seseorang untuk
menghasilkan perubahan dalam hubungan hukum yang diberikan dengan
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan tertentu. Berdasarkan definisi ini
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain agar mengikuti
kehendak pemegang kekuasaan, baik dengan sukarela maupun dengan terpaksa.
Pada titik ini kekuasaan tidaklah memiliki makna atau definisi tunggal, sebaliknya
memiliki makna yang begitu luas . Dalam perumusan ini atas pelaku masih abstrak
sehingga bisa berupa seseorang, sekelompok orang, atau suatu kolektivitas (bahkan
negara), dengan titik tekan adalah perilaku.

2.3 SUMBER KEKUASAAN


Dasar-dasar kekuasaan atau sumber-sumber kekuasaan (“resources”) adalah
faktor-faktor tempat berpijaknya kekuasaan. Sumber kekuasaan juga dapat berupa
kedudukan. Sumber kekuasaan dapat juga berupa kekayaan, misalnya seorang
pengusaha kaya yang mempunyai kekuasaan atas seorang politikus atau seorang
bawahan yang mempunyai utang yang tidak dapat dibayar kembali.
Kekuasaan dapat bersumber pada kepercayaan atau agama, misalnya seorang alim
ulama atau pendeta mempunyai kekuasaan atas umatnya sehingga mereka
dianggap sebagai pemimpin informal, yang diperhitungkan dalam proses membuat
keputusan di daerah itu. Dalam negara-negara yang masih banyak unsur
tradisionalnya, hubungan kekeluargaan juga dapat menjadi sumber kekuasaan,
misalnya seorang ibu yang melarang putrinya menikah di luar sukunya atau di luar
agama yang dianut. Sumber-sumber lain adalah kepandaian, keterampilan, hak
milik kebendaan, jumlah penduduk, kewenangan, gengsi, persenjataan, dan
keulungan atau kelebihan.

2.4 KEKUASAAN POLITIK


Ketika berbicara kekuasaan politik tentu saja terkait dengan konsep kekuasaan dan
jika kita melihat kembali perspektif ilmu politik sebagai bagian dari yang tak
terpisahkan dari ilmu sosial, kekuasaan dipahami sebagai konsep yang berkaitan
dengan perilaku. Menurut Robert Dahl, yang menjelaskan mengenai konsep
kekuasaan, A dikatakan memiliki kekuasaan atas B apabila A dapat mempengaruhi
B untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki B. Maksudnya,
apabila A memengaruhi B untuk melakukan sesuatu yng sesuai dengan kehendak
B maka ini tidak dapat diartikan sebagai kekuasaan. Yang menjadi persoalan
dalam rumusan Dahl,bagaimana kita dapat dapat mengetahui secara empiris,
apakah perilaku yang dipengaruhi itu sesuai dengan kehendaknya atau tidak, Sebab
dapat saja suatu negara menyatakan tindakannya sesuai dengan politik luar negeri
lainnya negara lain (yang memengaruhi) yang berlangsung atas kehendak bebas
negara itu sendiri. Padahal dalam kenyataan tindakan itu justru sebagai aikbat
pengaruh dari negaralain yang kurang diketahui umum. Namun, yang menarik dari
rumusan Dahl adalah pembahasan konsepnya yang tajam, dan ruang linkup
kajiannya yang sempit. Dalam hal ini, membuat pihak lain berperilaku yang
bertentangan dengan kehendaknya justru memerlukan kemampuan menggunakan
sarana kekuasaan secara efektif.
Selanjutnya, bertolak dari pemikiran tersebut di atas, muncul rumusan lain yang
mengatakan, bahwa A mempunyai kekuasaan atas B apabila dia dapat
mempengaruhi B untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
mempengaruhi (A). Namun demikian rumusan tersebut juga menimbulkan
persoalan yang kompleks, yaitu mengenai apakah seseorang atau suatu negara
dapat dikatakan mempunyai kekuasaan setiap kali kehendak (tujuannanya)
terpenuhi. Untuk mengtasi hal ini, dikemukakan setiap hubungan keuasaan harus
memenuhi dua persyaratan, yakni pertama, tindakan itu dilaksanakan dengan baik
oleh yang memengaruhi maupun yang dipengaruhi dan kedua, terdapat kontak atau
komunikasi antara keduanya baik langsung maupun tidak langsung.
Walaupun demikian, rumusan kekuasaan tersebut masih harus dilengkapi karena
tidak setiap orang, kelompok atau negara dapat memengaruhi atau mempunyai
kekuasaan. Oleh karena itu, kekuasaan secara umum dapat diartikan sebagai
kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk
memengaruhi perilaku pihak lain sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan
kehendak yang memengaruhi. Atau dengan kata lain, secara lebih sempit,
kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-
sumber pengaruh untuk memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya,
elit politiknya atau masyarakat pada umumnya. Hal yang sama juga dirumuskan
oleh Miriam Budiardjo bahwa kekuasaan politik adalah “Kemampuan untuk
memengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-
akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri.

2.5 PEMBAGIAN KEKUASAAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL


Pemabagian kekuasaan secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya dan dalam hal ini yang dimaksud adalah pembagian kekuasaan antara
beberapa tingkat pemerintahan. Carl J. Friendrich memakai istilah pembagian
kekuasaan secara teritorial (territorial division of power). Pembagian kekuasaan ini
dengan jelas dapat kita saksikan jika kita bandingkan antara kesatuan, federal, dan
konfederasi.
Pembagian kekuasaan negara secara vertikal ini, bisa kita sebut juga sebagai
Bentuk Negara. Bentuk negara adalah pengelompokan negara berdasarkan kriteria
distibusi kekuasaan (resmi) antar berbagai tingkat pemerintahan dalam suatu
negara. Jimly Asshiddiqie menyebut bentuk negara tersebut dengan susunan
organisasi negara. Bahkan Jimly Asshiddiqie menyatakan, di dunia sekarang,
dibedakan menjadi adanya empat susunan organisai negara, yaitu: negara kesatuan,
federal, konfederasi, dan negara superstruktural (superstate) seperti Uni Eropa.
Pemabagian kekuasaan secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut
fungsinya secara horizontal. Pembagian ini menunjukan pembedaan antara fungsi-
fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang lebih
dikenal sebagai Trias Politika atau Pembagian Kekuasaan (Division of Power).

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kekuasaan politik dalam hubungan internasional berkaitan dengan kekuasaan
suatu negara. Karena setiap negara dapat memengaruhi negara lainnya,
contohnya seperti amerika mempunyai kekuasaan terhadap negara-negara yang
menjalin kerjasama, misalnya dalam bidang industri.
Kekuasaan politik tersebut tidak dapat dihindari selama ada kontak antar satu
individu, kelompok atau negara dengan individu, kelompok atau negara
lainnya, selama individu, kelompok atau negara tersebut memiliki kedudukan
atas kekuasaan tersebut sehingga individu, kelompok atau negara yang tidak
memiliki kekuasaan mau tidak mau harus menuruti individu, kelompok atau
negara yang memiliki kekuasaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Mas’oed, Mobtar dan Colin MacAndrews. 2001. Perbandingan Sistem Politik.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Syafiie, Inu Kencana dan Azhari. 2008. Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT
Refika Aditama
Efriza. 2012. Political Explore Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung:
Alfabaeta
Rohaniyah, Yoyoh dan Efriza. 2015. Pengantar Ilmu Politik Kajian Mendasar
Ilmu Politik. Malang: Intrans Publishing
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Dadan Suryadipura dan Pancasari Suyatiman, penerjemah.
Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Terjemahan dari: Introduction to
International Relations

Anda mungkin juga menyukai