Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN KASUS

TRAUMA ABDOMEN

DOSEN PEMBIMBING : Sutomo, S.Kep. Ns., M.Kep

KELOMPOK 3 :

1. Efi Nurkhalimah

2. Jaka Fadillah Annor

3. Reka Dian Pratiwi

4. Zumrotul Qudsiyah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha
Esa berkat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN KASUS TRAUMA
ABDOMEN”. Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari
segi penulisan, isi dan yang lain sebagainya, maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran
guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Khususnya bagi mahasiswa dan
mahasiswi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan
keperawatan bagi terciptanya keperawatan professional. Atas semua ini kami mengucapkan
terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan
mendapat amal yang baik yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Esa.

Mojokerto , 22 februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................

2.1 Definisi trauma abdomen ..............................................................................................


2.2 Jenis trauma abdomen ...................................................................................................
2.3 Penyebab trauma abdomen ...........................................................................................
2.4 Tanda dan gejala trauma abdomen ...............................................................................
2.5 Penanganan kegawatan trauma abdomen .....................................................................

BAB III ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA KASUS TRAUMA ABDOMEN

3.1 Pengkajian Keperawatan ...........................................................................................


3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan .............................................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan .......................................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................................

BAB IVPENUTUP ............................................................................................................

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................


4.2 Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian
ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen
berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax
atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga
panggul. Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di
abdomendan menjadi peritoneum visceralis. Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat
berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan.
Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung
(gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap
dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih
seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa(lien). Istilah
trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan
dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama.
Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering beru tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna
sehingga terjadilah peritonitis. Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit
karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah
(misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel. Aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan
integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja
namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah
abdomen.

4
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian trauma abdomen ?
Apa saja jenis jenis trauma abdomen ?
Bagaimana penyebab trauma abdomen ?
Bagaimana tanda dan gejala trauma abdomen ?
Bagaimana asuhan keperawatan kegawatan trauma abdomen ?
1.3 Tujuan
2. Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena trauma, luka
insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.
3. Tujuan Khusus:
1) Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
2) Mengetahui jenisTrauma Abdomen.
3) Mengetahui penyebab Trauma Abdomen.
4) Mengetahui tanda dan gejala Trauma Abdomen.
5) Mengetahui penanganan Trauma Abdomen.
6) Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Trauma Abdomen

Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat, (Brooker, 2001). Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera, (Sjamsu hidayat, 1997). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen,
dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja,
(Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan/ benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh–pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen, (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia,
13 Juli 2000).

1.2 Jenis Trauma Abdomen

Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Trauma penetrasi : Trauma tembus


2. Trauma non-penetrasi: Trauma Tumpul
3. Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi.

Trauma abdomen pada isi abdomen, terdiri dari:

1. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh
bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomenLuka tusuk pada abdomen dapat menguji
kemampuan diagnostik ahli bedah.

6
3. Cedera thorak abdomen. Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.
1.3 Penyebab Trauma Abdomen
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan
oleh :
a) Luka akibat terkena tembakan
b) Luka akibat tikaman benda tajam
c) Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium) Disebabkan
oleh :
a) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b) Hancur (tertabrak mobil)
c) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
1.4 Tanda dan Gejala Trauma Abdomen
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
e. Iritasi cairan usus.
1.5 Penanganan Kegawatan Trauma Abdomen

Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus
mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat

7
apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,
penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.

a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt
chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat
– dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau
tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam
RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresidada dan 2 kali bantuan napas).

1. Penetrasi (trauma tajam)


a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada
daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g. Kirim kerumah sakit.

8
 Pemeriksaan Diagnostik
a) Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk
dan luka keluar yang berdekatan.
b) Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium.
Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retro peritoneum.
c) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning

Ini dilakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.

a. Uretrografi.
Dilakukan untuk mengetauhi adanya ruptur uretra.
b. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya
pada : Fraktur pelvis

2. Trauma non – penetrasi

Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :

a. Pengambilan contoh darah dan urine


Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin,
dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma,
mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.

9
c. Study kontrasurologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens
dan dubur.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TRAUMA ABDOMEN

3.1 PENGKAJIAN

Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip–prinsip Penanggulangan


Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas : A (Airway), B (Breathing), C
(Circulation). Seperti

 A : Airway : Tidak ada obstruksi jalan nafas


 B : Breathing (pernapasan): Ada dispneu, penggunaan otot bantu napas dan napas cuping
hidung.
 C : Circulation (sirkulasi): Hipertensi, perdarahan , tanda Cullen, tanda Grey-Turner,
tanda Coopernail, tanda balance.,takikardi, diaforesis
 D : Disability (ketidak mampuan): Nyeri, penurunan kesadaran. Hal ini dikarenakan
trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya
tidak terpaku pada abdomennya saja.

A. Anamnesa :
1. Biodata Identitas: Nama anak, umur, jenis kelamin, alamat, nama KK, pekerjaan,
pendidikan, dan lain-lain.
2. Keluhan Utama
a. Keluhan yang dirasakan sakit.
b. Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
3. Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
a. Penderita trauma abdomen menampakkan gejala nyeri dan perdarahan.
b. Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
c. Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
d. Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
e. Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana
yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
11
4. Riwayat Penyakit yang lalu
Pasien belum pernah mengalami penyakit trauma abdomen seperti yang diderita pasien
sekarang.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
a. Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan
napasnya
b. Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.
c. Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
d. Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2. Sistem cardivaskuler (B2 = blood)
a. Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan
adakah anemis.
b. Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak
jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
3. Sistem Neurologis (B3 = Brain)
a. Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
b. Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak.
c. Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS)
4. Sistem Gatrointestinal (B4 = bowel)
a. Pada inspeksi :
1) Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
2) Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
3) Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
4) Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya
abdomen iritasi.
b. Pada palpasi :
1) Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
2) Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.

12
3) Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.
c. Pada perkusi :
1) Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
2) Kemungkinan–kemungkinan adanya cairan/ udara bebas dalam cavum abdomen.
d. Pada Auskultasi :
1) Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.

5. Sistem Urologi (B5 = bladder)


a. Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada
daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
b. Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
c. Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
6. Sistem Tulang dan Otot (B6 = Bone)
a. Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.
b. Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma tajam/ tumpul ditandai dengan
adanya hematoma, ekimosis, luka terbuka, jejas pada daerah abdomen.
4. Resiko tinggi infeksi berhubuangan dengan kontaminasi bakteri dan feses, tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidak nyamanan, terapi
pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/ tahanan.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.

Kriteria hasil: Kebutuhan cairan terpenuhi

13
Intervensi:

1. Kaji tanda-tanda vital

R/ : Untuk Mengetahui keadaan umum pasien

2. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin

R/ : Untuk mengidentifikasi defisit volume cairan

3. Kolaborasi untuk pemberian tranfusi darah

R/ : untuk menyeimbangkan cairan elektrolit dalam tubuh

2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Tujuan: Nyeri dapat berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

 Nyeri berkurang atau hilang


 Klien tampak tenang.

Intervensi :

1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

R/ : Mengobservasi keadaan dan support sistem klien

2. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri

R/ : Mengetahui tingakat defisit kenyamanan klien

3. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri

R/ : Menginformasikan tentang nyeri

4. Observasi tanda-tanda vital

R/ : Mengetahui keadaan umum klien

5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik

14
R/ : Mengurangi/ menghilangkan nyeri

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma tajam/ tumpul ditandai


dengan adanya hematoma, ekimosis, luka terbuka, jejas pada daerah abdomen.

Tujuan:

Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

Kriteria Hasil :

 Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus


 Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi :
1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.

R/ : Mengetahui tingkat kerusakan kulit klien

7. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka

R/ : Mengkaji resiko terjadinya infeksi

8. Pantau peningkatan suhu tubuh.

R/ : Mengontrol tanda-tanda infeksi

9. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril,
gunakan plester kertas.

R/ : Membantu proses penyembuhan luka dan menjaga agar luka kering dan bersih
Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement..

6. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

R/ : Membunuh mikroba penyebab infeksi

15
4. Resiko tinggi infeksi berhubuangan dengan kontaminasi bakteri dan feses, tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi/ terkontrol.
Kriteria hasil :
 Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital.

R/ : Mengetahui keadaan umum klien


1. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

R/ : Menjaga agar luka bersih dan kering

2. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka

R/ : Mencegah terjadi infeksi lebih lanjut

3. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit

R/ : Memberikan data penunjang tentang resiko infeksi

4. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik

R/ : Membunuh mikroorganisme penyebab infeksi

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri/ ketidak nyamanan, terapi


pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/ tahanan.

Tujuan: Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :

 Penampilan yang seimbang.


 Melakukan pergerakkan dan perpindahan.

16
 Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi, dengan karakteristik

Intervensi :
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

R/ : Mengetahui tingkat kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan

1. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

R/ : Membantu klien dalam meningkatkan aktivitas

2. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

R/ : Menghindari resiko injuri

3. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

R/ : Mengembalikan pola aktivitas klien

4. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

R/ : Mengembalikan pemenuhan kebutuhan Activity Daily Life

3.4 IMPLEMENTASI

Pelaksaan dari intervensi keperawatan.


3.5 EVALUASI
1. Kebutuhan cairan terpenuhi
2. Tidak terasa nyeri
3. Kerusakan integritas kulit teratasi
4. Tidak terjadi infeksi
5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan/ benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/ tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh– pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri,
menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit
dan kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan
A(Airway), B (Breathing), C (Circulation).

4.2 SARAN

Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya trauma abdomen, faktor tertinggi
biasanyadisebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kemudian karena penganiayaan, kecelakaan
olahraga dan jatuh dari ketinggian. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki, hendaknya
kita harus selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas, agar terhindar dari bahaya trauma
maupun cedera.

18
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma Life Support

Seventh Edition. Indonesia: Ikabi

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,
Edisi 6. Jakarta: EGC Catherino, Jeffrey M. 2003. Emergency Medicine Handbook. USA:
Lipipincott Williams

Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC

ENA (Emergency Nurse Association). 2000. Emergency Nursing Core Curiculum, 5th. USA:
W.B. Saunders Company

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara


Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. FKUI: Media Aesculapius

Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006,
Editor: Budi Sentosa. Jakarta: Prima Medika

19

Anda mungkin juga menyukai