TRAUMA ABDOMEN
KELOMPOK 3 :
1. Efi Nurkhalimah
4. Zumrotul Qudsiyah
1
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha
Esa berkat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN KASUS TRAUMA
ABDOMEN”. Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari
segi penulisan, isi dan yang lain sebagainya, maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran
guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Khususnya bagi mahasiswa dan
mahasiswi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan
keperawatan bagi terciptanya keperawatan professional. Atas semua ini kami mengucapkan
terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah – mudahan
mendapat amal yang baik yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Esa.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian trauma abdomen ?
Apa saja jenis jenis trauma abdomen ?
Bagaimana penyebab trauma abdomen ?
Bagaimana tanda dan gejala trauma abdomen ?
Bagaimana asuhan keperawatan kegawatan trauma abdomen ?
1.3 Tujuan
2. Tujuan Umum:
Mengetahui lebih lanjut tentang perawatan luka yang dimungkinkan karena trauma, luka
insisi bedah, kerusakan integritas jaringan.
3. Tujuan Khusus:
1) Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.
2) Mengetahui jenisTrauma Abdomen.
3) Mengetahui penyebab Trauma Abdomen.
4) Mengetahui tanda dan gejala Trauma Abdomen.
5) Mengetahui penanganan Trauma Abdomen.
6) Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat, (Brooker, 2001). Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera, (Sjamsu hidayat, 1997). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen,
dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja,
(Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan/ benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh–pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen, (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia,
13 Juli 2000).
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh
bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomenLuka tusuk pada abdomen dapat menguji
kemampuan diagnostik ahli bedah.
6
3. Cedera thorak abdomen. Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.
1.3 Penyebab Trauma Abdomen
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan
oleh :
a) Luka akibat terkena tembakan
b) Luka akibat tikaman benda tajam
c) Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium) Disebabkan
oleh :
a) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b) Hancur (tertabrak mobil)
c) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
1.4 Tanda dan Gejala Trauma Abdomen
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
e. Iritasi cairan usus.
1.5 Penanganan Kegawatan Trauma Abdomen
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus
mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat
7
apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,
penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt
chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat
– dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau
tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam
RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresidada dan 2 kali bantuan napas).
8
Pemeriksaan Diagnostik
a) Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk
dan luka keluar yang berdekatan.
b) Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium.
Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retro peritoneum.
c) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
a. Uretrografi.
Dilakukan untuk mengetauhi adanya ruptur uretra.
b. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya
pada : Fraktur pelvis
9
c. Study kontrasurologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens
dan dubur.
10
BAB III
3.1 PENGKAJIAN
A. Anamnesa :
1. Biodata Identitas: Nama anak, umur, jenis kelamin, alamat, nama KK, pekerjaan,
pendidikan, dan lain-lain.
2. Keluhan Utama
a. Keluhan yang dirasakan sakit.
b. Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
3. Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
a. Penderita trauma abdomen menampakkan gejala nyeri dan perdarahan.
b. Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
c. Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
d. Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
e. Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana
yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
11
4. Riwayat Penyakit yang lalu
Pasien belum pernah mengalami penyakit trauma abdomen seperti yang diderita pasien
sekarang.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
a. Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan
napasnya
b. Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.
c. Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
d. Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2. Sistem cardivaskuler (B2 = blood)
a. Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan
adakah anemis.
b. Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak
jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
3. Sistem Neurologis (B3 = Brain)
a. Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
b. Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak.
c. Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS)
4. Sistem Gatrointestinal (B4 = bowel)
a. Pada inspeksi :
1) Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
2) Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
3) Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
4) Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya
abdomen iritasi.
b. Pada palpasi :
1) Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.
2) Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.
12
3) Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.
c. Pada perkusi :
1) Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.
2) Kemungkinan–kemungkinan adanya cairan/ udara bebas dalam cavum abdomen.
d. Pada Auskultasi :
1) Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
13
Intervensi:
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Tujuan: Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
14
R/ : Mengurangi/ menghilangkan nyeri
Tujuan:
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
7. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
9. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril,
gunakan plester kertas.
R/ : Membantu proses penyembuhan luka dan menjaga agar luka kering dan bersih
Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement..
15
4. Resiko tinggi infeksi berhubuangan dengan kontaminasi bakteri dan feses, tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi/ terkontrol.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital.
2. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka
3. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit
Kriteria hasil :
16
Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi, dengan karakteristik
Intervensi :
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
3. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
3.4 IMPLEMENTASI
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan/ benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/ tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh– pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.
Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri,
menghilangkan cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit
dan kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan
A(Airway), B (Breathing), C (Circulation).
4.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya trauma abdomen, faktor tertinggi
biasanyadisebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kemudian karena penganiayaan, kecelakaan
olahraga dan jatuh dari ketinggian. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki, hendaknya
kita harus selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas, agar terhindar dari bahaya trauma
maupun cedera.
18
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma Life Support
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,
Edisi 6. Jakarta: EGC Catherino, Jeffrey M. 2003. Emergency Medicine Handbook. USA:
Lipipincott Williams
ENA (Emergency Nurse Association). 2000. Emergency Nursing Core Curiculum, 5th. USA:
W.B. Saunders Company
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. FKUI: Media Aesculapius
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006,
Editor: Budi Sentosa. Jakarta: Prima Medika
19